Konten dihapus Konten ditambahkan
BP88Lukas (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Chandra Binawa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(2 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 3:
 
== Waktu dan tempat ==
Seremonial adat ini biasa dilaksankan bulan Juni-Juli dan merupakan satu kesatuan dari serangkaian acara [[adat]] yang dilakukan warga sejak mulai dari menanam sampai panen hasil di kebun.<ref name = "ref3"/>
Menurut penuturan beberapa tokoh adat setempat, lazimnya setiap ritual adat termasuk Etu, wajib diselenggarakan di depan ''sa’o waja'' (rumah adat) sebagai pusat kebudayaan masyarakat setempat.<ref name = "ref3">{{citeweb |url=http://www.floresbangkit.com/2012/06/pagelaran-tinju-adat-tidak-sekadar-menang-dan-kalah/ |title=Etu |accessdate=3 Mei 2014 |publisher=Flores Bangkit |archive-date=2014-05-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140503042352/http://www.floresbangkit.com/2012/06/pagelaran-tinju-adat-tidak-sekadar-menang-dan-kalah/ |dead-url=yes }}</ref>
Selain itu di tengah kampung terdapat ''peo'', yaitu kayu bercabang dua yang dipancang pada tugu bundar dari batu bersusun.<ref name = "ref3"/> ''Peo'' melambangkan persekutuan dan persatuan masyarakat Boawae yang merupakan turunan dari kelima suku, yakni suku Deu, Tegu, Mudi, Kobajawa dan Kisa Ola.<ref name = "ref3"/>
Sehari sebelum pagelaran tinju adat itu diselenggerakan, masyarakat sudah memadati pusat perkampungan untuk merayakan malam ''dero'' yaitu malam pertunjukan seni musik dan seni tari.<ref name = "ref3"/>
Sejak malam, suasana sudah mulai ramai karena ada acara pertunjukkan seni musik dan seni tari dari berbagai kelompok [[sanggar]] yang ada wilayah ini maupun dari daerah lain yang diundang.<ref name = "ref3"/> Salah satu jenis musik khas daerah Nagekeo adalah musik ''toda gu'', yaitu musik yang alatnya terbuat dari bambu dan dimainkan secara bersamaan oleh beberapa orang.<ref name = "ref3"/>
Upacara tinju adat menjadi tontonan menarik karena masing-masing kubu yakni kubu So’a, [[kabupaten Ngada]], dan kubu Boawae, kabupaten Nagekeo, mengutus para petinju terbaik mereka untuk berlaga di atas arena.<ref name = "ref3"/> Kedua kubu selain menyaksikan aksi petinju mereka, juga memberikan semangat lewat iringan musik.<ref name = "ref4">{{citeweb |url=http://www.terapung.com/2013/03/ritual-tinju-adat-di-nagekeo-adalah.html |title=Etu |accessdate=3 Mei 2014 |publisher=Terapung |archive-date=2014-05-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140502221844/http://www.terapung.com/2013/03/ritual-tinju-adat-di-nagekeo-adalah.html |dead-url=yes }}</ref>
 
Baris 14:
http://www.tribunnews.com/tribunners/2010/08/02/kewibawaan-dan-harga-diri|title=Etu |accessdate=3 Mei 2014 |publisher=Tribun News}}</ref>
Petinjunyapun juga terdiri dari dua orang pria.<ref name = "ref5"/> Keduanya saling meninju namun petinju etu tidak menggunakan sarung tangan.<ref name = "ref5"/> Hanya salah satu tangan petarung dililit sabut kelapa yang disebut ''kepo'' atau ''wholet''. Alat ini digunakan sebagai senjata untuk melumpuhkan lawan.<ref name = "ref5"/>
Tidak ada ketentuan pasti dalam aturan ronde.<ref name = "ref5"/> Etu langsung saja dihentikan bila salah satu petarung jatuh atau mengeluarkan darah.<ref name = "ref5"/> Pada umumnya tinju adat ini berlangsung antara dua sampai lima menit, tergantung kekuatan masing-masing [[Pertarungan|petarung]].<ref name = "ref5"/>
Etu dipimpin wasit atau ''seka'', dalam istilah setempat. Ada dua sampai tiga orang ''seka''.<ref name = "ref5"/> Selain wasit, ada petugas yang disebut ''sike'' yaitu yang bertugas untuk mengendalikan para petarung agar tidak membabibuta menyerang dan melukai lawan.<ref name = "ref5"/> ''Sike'' bisa dengan mudah melaksanakan tugas karena memegang ujung bagian belakang sarung yang dikenakan petarung.<ref name = "ref5"/> Apabila begitu petarungan sudah dianggap di luar batas, ''sike'' hanya menarik saja ujung kain menjauhkan petarung dari lawannya.<ref name = "ref5"/>
 
Baris 32:
{{reflist}}
 
[[Kategori:Upacara adat diBudaya Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Nusa Tenggara Timur]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]