Sabak (wilayah kuno): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
Lokasi: Menghapus bagian Muara Sabak. Siapapun yang ingin memulihkan bagian itu harap mencantumkan sumber.
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(29 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Indonesian archipelago in Ajayib al-Hind.jpg|thumb|300px|Identifikasi toponim di Ajayib[[Aja'ib al-Hind]]. Zabag (''Zabedj'') diidentifikasi sebagai Jawa.]]
'''Sabak''' ([[Bahasa Inggris]]: ''Zabag''; [[Bahasa China]]: 阇婆 atau 闍婆 "''She-bó''", "''Shepo''"; [[bahasa Pali]]: ''Javaka''; [[bahasa Arab]]: الزابج "''Zabaj''", [[Bahasa Latin]]: ''Jabad'') adalah sebuah wilayah kuno yang menurut beberapa sumber berada di perairan antara Tiongkok dan India. Mayoritas sejarawan menafsirkan Zabaj sebagai wilayah Jawa saat ini, namun beberapa sejarahwan Abad Pertengahan menganggap Zabaj merupakan sebutan orang Arab dan Persia untuk ''Iabadiu'' ([[Yawadwipa]]).
'''Sabak''' ([[Bahasa Inggris]]: ''Zabag''; [[Bahasa China]]: 阇婆 atau 闍婆 "''She-bó''", "''Shepo''"; [[bahasa Sanskerta]]: ''Javaka''; [[bahasa Arab]]: الزابج "''Zabaj''") adalah sebuah kerajaan kuno yang menurut beberapa sumber berada di perairan antara Tiongkok dan India. Beberapa studi menghubungkan kerajaan ini dengan [[Sriwijaya]],<ref>{{Cite journal|last=St Julian|first=James|date=2014-3|title=The tale of the Khmer king and the Maharaja of Zabag|url=http://search.informit.com.au/documentSummary;dn=597289710287466;res=IELAPA|journal=Teaching History|language=EN|volume=48|issue=1|pages=59}}</ref> dan memperkirakan lokasinya berada di suatu tempat di [[Sumatra]], [[Jawa]], atau [[Semenanjung Malaya]]. Beberapa sejarahwan Indonesia mengatakan Zabag sama dengan Sabak (Muara Sabak), sebuah kerajaan yang terletak di muara sungai Batang Hari, Jambi.<ref name="Muljana">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=l1ALHtAiibQC&pg=PA115&lpg=PA115&dq=zabag+muara+sabak&source=bl&ots=u2isMMtrZH&sig=a2ru_JB6MUjLWGi9x1cpRfurlFs&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi7k7HO3KzUAhWHOo8KHRG4BM4Q6AEIOzAD#v=onepage&q=zabag%20muara%20sabak&f=false|title=Sriwijaya|author=Slamet Muljana|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2006|isbn=9789798451621|page=114-116|language=Indonesian}}</ref> Ada juga yang memperkirakan Sabak terletak di Jawa, bukan Sriwijaya karena Sabak dicatat menganeksasi Sriwijaya, dan ukuran Sabak hanya setengah dari ukuran pulau yang disebut Ramni (Sumatra).<ref name=":12">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=9786029346008|location=|pages=}}</ref>{{Rp|page=30-31}}
 
'''Nama dan lokasi pasti dari Kerajaan Sabak''' ([[Bahasamasih Inggris]]:menjadi ''Zabag'';bahan [[Bahasaperdebatan China]]:diantara 阇婆para ataupeneliti. 闍婆Beberapa "''She-bó''",ada "''Shepo''";yang mengajukan [[bahasa SanskertaKalimantan]]: ''Javaka'';dan [[bahasa ArabFilipina]]: الزابجsebagai "''Zabaj''") adalah sebuahpusat kerajaan kunoSabak.<ref>[http://asiapacificuniverse.com/pkm/sanfotsizabag.htm yangThe menurutMedieval beberapaGeography sumberof beradaSanfotsi diand perairan antara Tiongkok dan India.Zabag]</ref> Beberapa studi juga menghubungkan kerajaan ini dengan [[Sriwijaya]],<ref name="informit">{{Citecite book journal|last=St Julian|first=James|date=2014-3|title = The tale of the Khmer king and the Maharaja of Zabag | work =Teaching History, Volume 48 Issue 1 | date = Maret 2014 | author = St Julian, James | volume =48 | issue =1 | pages =59–63 |url =http://search.informit.com.au/documentSummary;dn=597289710287466;res=IELAPA|journal=Teaching History|language=EN|volume=48|issue=1|pages=59}}</ref> dan memperkirakan lokasinya berada di suatu tempat di [[SumatraJawa]], [[JawaSumatra]], atau [[Semenanjung Malaya]]. Beberapa sejarahwan Indonesia mengatakan Zabag sama dengan Sabak ([[Muara Sabak (kota)|Muara Sabak]]), sebuah kerajaan yang terletak di muara sungai [[Batang Hari]], [[Jambi]].<ref name="Muljana">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=l1ALHtAiibQC&pg=PA115&lpg=PA115&dq=zabag+muara+sabak&source=bl&ots=u2isMMtrZH&sig=a2ru_JB6MUjLWGi9x1cpRfurlFs&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi7k7HO3KzUAhWHOo8KHRG4BM4Q6AEIOzAD#v=onepage&q=zabag%20muara%20sabak&f=false|title=Sriwijaya|author=Slamet Muljana|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2006|isbn=9789798451621|page=114-116|language=Indonesian}}</ref> Ada juga yang memperkirakan Sabak terletak di Jawa, bukan Sriwijaya karena Sabak dicatat [[Aneksasi|menganeksasi]] Sriwijaya, dan ukuran Sabak hanya setengah dari ukuran pulau yang disebut Ramni (Sumatra).<ref name=":12">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=9786029346008|location=|pages=978-602-9346-00-8}}</ref>{{Rp|page=30-31}}
Nama dan lokasi pasti dari Kerajaan Sabak masih menjadi bahan perdebatan diantara para peneliti. Beberapa ada yang mengajukan [[Kalimantan]] dan [[Filipina]] sebagai pusat kerajaan Sabak.<ref>[http://asiapacificuniverse.com/pkm/sanfotsizabag.htm The Medieval Geography of Sanfotsi and Zabag]</ref>
 
Abraham Berkelius dan Thomas de Pinedo, saat memberi catatan atas naskah ''Ethnica'' karya [[Stefanus dari Bizantium|Stephanus Byzantinus]], berpendapat bahwa Jabaj berasal dari bahasa Arab-Persia yang berarti jelai, dan merupakan sebutan untuk wilayah ''Iabadiu'' (Ἰαβαδίοeυ) atau ''Yawadwipa''.<ref name=":2">{{Cite book|last=Byzantinus|first=Stephanus|date=1825|url=https://books.google.co.id/books?id=BAVkAAAAcAAJ&pg=PA339|title=Stephanus Byzantinus cum annotationibus L. Holstenii, A. Berkelii et Th. de Pinedo: 3|publisher=Kühn|language=la}}</ref><ref name=":4">Johann Karl Eduard Buschmann an Wilhelm von Humboldt, 28.03.1833. ''In: Wilhelm von Humboldt: Online-Edition der Sprachwissenschaftlichen Korrespondenz''. Berlin. Versi 18.10.2021. URL: https://wvh-briefe.bbaw.de/291</ref> Berkelius juga berpendat bahwa kata ''iaba'' atau ''yawa'' berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata “jabad” atau “aibad”, yang berarti sejenis rerumputan atau jelai yang biasa digunakan untuk menggemukan ternak.<ref name=":2" /> [[:en:Samuel_Bochart|Samuel Bochart]] juga memiliki pandangan yang sama, bahwa istilah Ἰαβαδίοeυ dalam tulisan Ptolemeus merupakan frase ''iaba-diu'' yang artinya "pulai jelai", namun dia juga menambahkan bahwa istilah ''Iabadiu'' merujuk kepada kepulauan (''nesos''; banyak pulau) bukan satu pulau (''nísou'').<ref>{{Cite book|last=Bochart|first=Samuel|date=1692|url=https://books.google.com/books?id=eeRjAAAAcAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&hl=en|title=Samuelis Bocharti Geographia sacra, seu Phaleg et Canaan: cui accedunt variæ dissertationes philologicæ, geographicæ, theologicæ &c. Antehac ineditæ, ut et tabulæ geographicæ et indices, longè quam ante luculentiores & locupletiores|publisher=apud Cornelium Boutesteyn, & Jordanum Luchtmans|language=la}}</ref>
== Sumber Sejarah ==
Sumber utama keberadaan kerajaan Sabak diungkap oleh pelaut Persia bernama '''Sulaiman al-Tajir al-Sirafi''', yang dikenal sebagai Sulaiman sang Saudagar, dalam bukunya "''Rihlah As-Sirafiy''" (Perjalanan As-Sirafi), yang berisi catatan perjalannya ke India, Tiongkok, dan wilayah kepulauan ''Zabaj'' pada kurun 851 Masehi. Berikut petikan perjalanan Sulaiman al-Tajir al-Sirafi:<ref>{{Cite journal|last=|first=|date=2016-05-24|title=رحلة السيرافى لأبو زيد السيرافي|url=https://ar.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=%D8%B1%D8%AD%D9%84%D8%A9_%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%8A%D8%B1%D8%A7%D9%81%D9%8A&oldid=19879701|journal=Wikipedia AR|language=ar|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=}}</ref><ref name=":12" />{{Rp|page=30-31}}<blockquote>Kemudian kita akan membahas kota Zabaj, yang memisahkan [Arab] dengan negeri Tiongkok. Di antara keduanya [Zabaj dan Tiongkok] dapat ditempuh dengan perjalanan laut selama sebulan, atau kurang dari itu jika angin sedang baik; dikatakan jaraknya sekitar 900 farsakh. Rajanya dikenal dengan sebutan "maharaja" (<nowiki>''</nowiki>al-maharij<nowiki>''</nowiki>). Sang maharaja ini berkuasa atas kepulauan-kepulauan yang banyak jumlahnya sehingga luas kekuasaannya dapat mencapai 1000 farsakh atau lebih. Dan dalam wilayahnya terdapat sebuah pulau yang menjadi pusat kerajaannya, sebagaimana diceritakan panjangnya sekitar 400 farsakh. Juga terdapat sebuah pulau yang dikenal sebagai "Al-Rami" (Negeri Panah)<ref group="Catatan">Nugroho menulis ''Ramni'', yang ia pahami sebagai daerah di Sumatra. Kamper (kapur barus) diproduksi di Barus, Sumatra.</ref> yang panjangnya sekitar 800 farsakh; padanya terdapat tetumbuhan seperti kayu merah, kamper, dan lain-lain. Dan dalam wilayahnya terdapat sebuah pulau [<nowiki/>[[Singapura]]]<ref group="Catatan">Teks aslinya menyebutkan ''Kalah''. ''Kalah'' adalah nama Arab untuk [[tanah genting Kra]], meskipun mungkin juga merujuk ke Kedah.</ref> yang menjadi perlintasan antara tanah Tiongkok dan tanah Arab. Dan diperkirakan jaraknya 80 farsakh. Dan padanya dikumpulkan barang-barang dagang seperti rotan, kamper, cendana, gading, timah, kayu ebony, kayu merah, dan berbagai rempah-rempah, serta lainnya yang daftarnya akan sangat panjang. Dan pada saat ini perjalanan dari Oman ke sana dan dari sana ke Oman sudah terjadi. Perintah maharaja berlaku di seluruh kepulauan dan juga daratan, dan wilayah utamanya adalah di mana ia berada.
 
== Sumber Sejarahsejarah ==
Sang Maharaja menguasai semua pulau ini. Adapun pulaunya, tempat dia tinggal, merupakan pulau yang sangat subur dan berpenduduk padat. Seseorang yang dapat dipercaya mengatakan bahwa, saat ayam-ayam jago mulai berkokok ketika fajar, seperti halnya di tanah Arab, mereka akan sahut-menyahut dalam jarak lebih dari 100 farsakh. Hal ini bisa terjadi karena desa-desanya saling menyambung dan karena tidak ada gurun atau reruntuhan, mereka berderet secara berkesinambungan. Orang yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki atau kuda di negeri ini bisa pergi ke mana pun dia suka. Jika lelah, dia bisa berhenti di mana pun yang dia suka, dan dia pun selalu bisa menemukan tempat menginap. ("''Rihlah As-Sirafiy''", Sulaiman al-Tajir al-Sirafi)</blockquote>Banyak peneliti berpendapat bahwa ''Zabaj'' dalam bahasa Arab sama dengan ''Javaka'' dalam teks-teks berbahasa Pali, dan itu merujuk ke kerajaan Sriwijaya. Demikian halnya menurut sebuah teks dari Srilangka yang menyebutkan bahwa raja [[Chandrabhanu|Chandrabhanu Sridhamaraja]] di kerajaan Tambralinga (Srilangka) merupakan salah satu pangeran Javaka (Sriwijaya) pasca penyerbuan Javakan ke Srilangka pada 1247 M.{{Citation needed}}
Sumber utama keberadaan kerajaan Sabak diungkap oleh pelaut Persia bernama '''Sulaiman al-Tajir al-Sirafi''', yang dikenal sebagai Sulaiman sang Saudagar, dalam bukunya "''Rihlah As-Sirafiy''" (Perjalanan As-Sirafi), yang berisi catatan perjalannya ke India, Tiongkok, dan wilayah kepulauan ''Zabaj'' pada kurun 851 Masehi. Berikut petikan perjalanan Sulaiman al-Tajir al-Sirafi:<ref>{{Cite journal|last=|first=|date=2016-05-24|title=رحلة السيرافى لأبو زيد السيرافي|url=https://ar.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=%D8%B1%D8%AD%D9%84%D8%A9_%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%8A%D8%B1%D8%A7%D9%81%D9%8A&oldid=19879701|journal=Wikipedia AR|language=ar|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=}}</ref><ref name=":12" />{{Rp|page=30-31}}<blockquote>Kemudian kita akan membahas kota Zabaj, yang memisahkan [Arab] dengan negeri Tiongkok. Di antara keduanya [(Zabaj dan Tiongkok]) dapat ditempuh dengan perjalanan laut selama sebulan, atau kurang dari itu jika angin sedang baik; dikatakan jaraknya sekitar 900 farsakh. Rajanya dikenal dengan sebutan "maharaja" (<nowiki>''</nowiki>al-maharij<nowiki>''</nowiki>). Sang maharaja ini berkuasa atas kepulauan-kepulauan yang banyak jumlahnya sehingga luas kekuasaannya dapat mencapai 1000 farsakh atau lebih. Dan dalam wilayahnya terdapat sebuah pulau yang menjadi pusat kerajaannya, sebagaimana diceritakan panjangnya sekitar 400 farsakh. Juga terdapat sebuah pulau yang dikenal sebagai "Al-Rami" (Negeri Panah)<ref group="Catatan">Nugroho menulis ''Ramni'', yang ia pahami sebagai daerah di Sumatra. Kamper (kapur barus) diproduksi di Barus, Sumatra.</ref> yang panjangnya sekitar 800 farsakh; padanya terdapat tetumbuhan seperti kayu merah, kamper, dan lain-lain. Dan dalam wilayahnya terdapat sebuah pulau [<nowiki/>[[Singapura]]]<ref group="Catatan">Teks aslinya menyebutkan ''Kalah''. ''Kalah'' adalah nama Arab untuk [[tanah genting Kra]], meskipun mungkin juga merujuk ke Kedah.</ref> yang menjadi perlintasan antara tanah Tiongkok dan tanah Arab. Dan diperkirakan jaraknya 80 farsakh. Dan padanya dikumpulkan barang-barang dagang seperti rotan, kamper, cendana, gading, timah, kayu ebony, kayu merah, dan berbagai rempah-rempah, serta lainnya yang daftarnya akan sangat panjang. Dan pada saat ini perjalanan dari Oman ke sana dan dari sana ke Oman sudah terjadi. Perintah maharaja berlaku di seluruh kepulauan dan juga daratan, dan wilayah utamanya adalah di mana ia berada.
 
Sang Maharaja menguasai semua pulau ini. Adapun pulaunya, tempat dia tinggal, merupakan pulau yang sangat subur dan berpenduduk padat. Seseorang yang dapat dipercaya mengatakan bahwa, saat ayam-ayam jago mulai berkokok ketika fajar, seperti halnya di tanah Arab, mereka akan sahut-menyahut dalam jarak lebih dari 100 farsakh. Hal ini bisa terjadi karena desa-desanya saling menyambung dan karena tidak ada gurun atau reruntuhan, mereka berderet secara berkesinambungan. Orang yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki atau kuda di negeri ini bisa pergi ke mana pun dia suka. Jika lelah, dia bisa berhenti di mana pun yang dia suka, dan dia pun selalu bisa menemukan tempat menginap. ("''Rihlah As-Sirafiy''", oleh Sulaiman al-Tajir al-Sirafi)</blockquote>Banyak peneliti berpendapat bahwa ''Zabaj'' dalam bahasa Arab sama dengan ''Javaka'' dalam teks-teks berbahasa Pali, dan itu merujuk ke kerajaan Sriwijaya. Demikian halnya menurut sebuah teks dari Srilangka yang menyebutkan bahwa raja [[Chandrabhanu|Chandrabhanu Sridhamaraja]] di kerajaan Tambralinga (Srilangka) merupakan salah satu pangeran Javaka (Sriwijaya) pasca penyerbuan Javakan ke Srilangka pada 1247 M.{{Citation needed}}
Teks Arab lainnya yang berjudul "''Muruj Adz-Dzahab wa Ma'adin Al-Jawahir''" (Tanah Emas dan Tambang Permata) karya '''Abu Hasan Al-Mas‘udi''' (896 M - 956 M), menceritakan sebuah anekdot tentang seorang Pangeran Khmer yang berusaha menentang Maharaja Zabaj.{{Citation needed}}
=== HikayatLegenda Maharaja Zabaj ===
 
=== Hikayat Maharaja Zabaj ===
Syahdan lantaran iri hati, pada suatu hari, di hadapan majelis istana, Raja Khmer bersabda,
 
Baris 30 ⟶ 29:
"Sungguh lancang engkau menghasratkan kepala beta dipersembahkan ke hadapanmu bertadahkan pinggan. Andaikata engkau juga berhasrat merampas negeri dan kerajaan beta, bahkan sekalipun hanya mengusik sebagian dari padanya, niscaya akan serupalah balasan beta terhadap engkau. Akan tetapi engkau hanya berani mengungkap hasrat yang pertama, sehingga beta pun akan memperlakukan diri engkau sebagaimana engkau hendak memperlakukan diri beta, lalu beta akan pulang ke negeri beta tanpa membawa apa-apa yang menjadi kepunyaan Khmer, entah besar entah kecil nilainya."
 
Hatta pulanglah Sri Maharaja ke negeri sendiri, lalu naik ke istana dan bersemayam di atas singgasana. Maka dipersembahkanlah ke hadapan baginda sebuah pinggan, dan di atas pinggan itu terhantar kepala mendiang Raja Khmer.<ref>{{Citationcite neededbook | title = India and Java | last = Chatterjee | first = Bijan Raj | publisher = Prabasi Press | location = Calcutta | year = 1933 | url = https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.76636/page/n5/mode/2up?q= }} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|pages=16-17|}}
 
=== Sayabiga ===
Banyak sumber Arab mencatat keberadaan bangsa yang disebut Sayabiga, yang sudah menetap di tepi Teluk Persia sebelum kebangkitan [[Islam]]. Suku atau kelompok ini tampaknya berasal dari koloni orang Sumatra atau Jawa, awalnya menetap di Sind, tetapi akhirnya dijadikan tawanan selama invasi Persia dan secara paksa terdaftar dalam pasukan militer Persia. Sayabiga adalah tentara bayaran dengan kualitas prajurit yang tinggi, disiplin, terbiasa dengan laut, dan menjadi pelayan yang setia; dan sebagai akibatnya, mereka dianggap sangat cocok untuk bekerja sebagai penjaga dan tentara, penjaga penjara, dan sipir perbendaharaan. Pada masa pemerintahan Khalifah [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]] (632-634632–634) mereka membentuk garnisun di At-Khatt, di Al-Bahrain, dan pada tahun 656 mereka tercatat telah dipercaya untuk menjaga perbendaharaan di Al-Basra.<ref>''Sayabiga'', by G. Ferrand, in the EncyclopcediaEncyclopedia of Islam, London and Leyden, 1926.</ref> Ferrand (1926) menunjukkan bahwa nama Sayabiga diturunkan langsung dari kata Sabag, yang merupakan variasi dari Zabag.<ref>{{Cite journal|last=Hornell|first=James|date=December 1934|title=Indonesian Influence on East African Culture|url=|journal=The Journal of the Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland|volume=64|pages=305-332|via=JSTOR}}</ref>{{Rp||page=316}}
 
== Lokasi ==
 
=== Jawa ===
Sulayman sekitar tahun 851 masehi mencatat bahwa Sribuza (Sriwijaya) dan Kalah (sebuah tempat di semenanjung Melayu, kemungkinan [[Kedah]]) merupakan wilayah Zabag.<ref name=":0">{{Cite book|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|last=Munoz|first=Paul Michel|date=2006|publisher=Continental Sales|isbn=9789814155670|location=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=200-201}} Karena itu, Zabag yang dimaksudkan bukanlah Sriwijaya. Ibn Khordazbeh pada tahun 844, Ibn Al-Fakih pada 902, Abu Zayd Hasan pada 943, dan Sulayman pada 851 mencatat Zabag menyatukan Sribuza dan Kalah.<ref name=":1">{{Cite book|title=Sriwijaya|last=Mulyana|first=Slamet|date=1960|publisher=Pertjetakan Arnolus|isbn=|location=Ende-Flores N.T.T.|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=56}}<ref name=":0" />{{Rp|page=200-201}} Dari informasi arab lain, kerajaan Zabag sejauh 20 hari pelayaran dari Kalah. Menurut informasi Abu'lfida', jarak antara Kalah dan negara pusat Jawa adalah 20 hari perjalanan.<ref name=":1" />{{Rp|page=57}} Jarak tempuh tersebut sama dengan jarak tempuh Malaka ke Majapahit sebagaimana dicatat Hikayat Hang Tuah.<ref>''Hikayat Hang Tuah'', VI: 122. "''Maka Titah Seri Betara, "Berapa lama-nya anak-ku datang ini di-laut?" Maka sembah Raja Malaka, "Patek ini empat puloh hari di-laut, banyak patek singgah. Jika patek berlayar sungguh-sungguh, dua puloh hari sampai-lah''."</ref> Menurut Nugroho, informasi-informasi tersebut menunjukkan bahwa Zabag adalah Jawa, bukan Sumatra atau semenanjung Malaya. Dia juga mencatat beberapa poin penting: Sulayman menyebutkan bahwa panjang pulau Zabaj hanya setengah dari pulau Al-Rami, yang menunjukkan bahwa Zabaj adalah Jawa sedangkan Al-Rami adalah Sumatra. Pulau tempat tinggal Maharaja, dikatakan sangat subur dan padat penduduk, ini sesuai dengan pulau Jawa.<ref name=":12" />{{Rp|page=8-10, 30-31}}
 
Ada kemungkinan juga ''She-pó'' atau ''She-bó'' dalam catatan China, yang merupakan nama asli pulau Jawa (Jawadwipa adalah kata Sansekerta untuk pulau itu), merupakan Zabag.<ref name=":3" />{{Rp||page=12}} Saat John dari Marignolli (1338-13531338–1353) pulang dari China ke Avignon, ia singgah di [[Kerajaan Saba]], yang ia bilang memiliki banyak gajah dan dipimpin oleh ratu; nama Saba ini bisa jadi adalah interpretasinya untuk ''She-bó''.<ref>''Yule, Sir Henry (1913). ''[https://archive.org/details/cathaywaythither03yule/page/n15/mode/2up?q=saba Cathay and the way thither: being a collection of medieval notices of China vol. IIIII]''. London: The Hakluyt Society.'' {{PD-notice}}</ref>''{{Rp|page=xii, 192–194}} Afanasij Nikitin, seorang pedagang dari Tver (di Rusia), melakukan perjalanan ke India pada tahun 1466 dan mendeskripsikan tanah Jawa di buku hariannya, yang ia sebut шабайте (shabait/šabajte).''<ref>Braginsky, Vladimir. 1998. [https://www.academia.edu/21785432/Two_Eastern_Christian_Sources_on_Medieval_Nusantara Two Eastern Christian sources on medieval Nusantara]. ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde''. 154(3): 367–396.</ref><ref>{{Cite book|last=Zenkovsky|first=Serge A.|year=1974|url=https://archive.org/details/medievalrussiase00zenk/page/346/mode/2up?q=shabait|title=Medieval Russia''s epics, chronicles, and tales|location=New York|publisher=Dutton|isbn=0525473637|pages=345-347}}</ref> Kata "Saba" sendiri berasal dari kata [[Bahasa Kawi|bahasa Jawa kawikuno]] yaitu ''Sabasabhā'' atau ''saba'' yang berarti "pertemuan" atau "rapat". Dengan demikian kata itu dapat diartikan sebagai "tempat bertemu".''<ref>{{Cite book|title=Kamus Jawa Kawi Indonesia|last=Maharsi|first=|publisher=Pura Pustaka|year=2009|isbn=|location=Yogyakarta|pages=}}</ref><ref>{{Cite book|urltitle=Old Javanese-statusEnglish Dictionary|last1=Zoetmulder|first1=Petrus Josephus|last2=Robson |first2=S. O. |publisher=Martinus Nijhoff|location='s-Gravenhage|year=live1982}}</ref>''{{Rp|1581}} Menurut Fahmi Basya, kata tersebut berarti "tempat bertemu", "tempat berkumpul", atau "tempat berkumpulnya bangsa-bangsa".<ref>{{Cite book|title=Indonesia Negeri Saba|last=Basya|first=Fahmi|publisher=Zahira|year=2014|isbn=978-602-1139-48-6|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=162 dan 172}}
 
=== Sriwijaya ===
BanyakTerdapat beberapa sejarawan terutama Coedes yang mengidentifikasi Zabag dengan Sriwijaya, kerajaan maritim yang berpusat di Sumatra. Zabag adalah kata Arab untuk Sumatra dan Jawa, kira-kira sesuai dengan Kekaisaran Sriwijaya.<ref name="informit">{{cite book|url=http://search.informit.com.au/documentSummary;dn=597289710287466;res=IELAPA|title=The tale of the Khmer king and the Maharaja of Zabag|author=St Julian, James|date=Mar 2014|work=Teaching History, Volume 48 Issue 1}}</ref> Seorang sarjana Perancis George Coedès menerbitkan penemuan dan interpretasinya di surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia.<ref name="TAYLOR_26">{{cite book|url=https://archive.org/details/indonesia00jean|title=Indonesia: Peoples and Histories|last=Taylor|first=Jean Gelman|publisher=Yale University Press|year=2003|isbn=0-300-10518-5|location=New Haven and London|pages=[https://archive.org/details/indonesia00jean/page/8 8–9]|doi=|url-access=registration}}</ref> Coedès mencatat bahwa referensi Cina untuk "Sanfoqi" atau "Sanfotsi", sebelumnya dibaca sebagai "Sribhoja", dan tulisan dalam Bahasa Melayu Kuno merujuk pada kerajaan yang sama.<ref>{{cite book|url=|title=Geschiedenis van Nederlandsch Indië|last=Krom|first=N.J.|publisher=N.V. U.M. Joost van den Vondel|year=1938|editor=F.W. Stapel|location=Amsterdam|pages=vol. I p. 149|nopp=true|chapter=Het Hindoe-tijdperk|doi=|id=}}</ref> Ini berlawanan dengan pendapat Mulyana dan Lombard, yang mengidentifikasi Sanfotsi dan Sanfoqi sebagai Sriwijaya/Sumatra, berlainan dengan Jawa.<ref name=":1" /><ref name=":3">{{Cite book|title=Le carrefourNusa javanais.Jawa: EssaiSilang d'histoire globale (TheBudaya, JavaneseBagian Crossroads2: TowardsJaringan a Global History) vol. 2Asia|last=Lombard|first=Denys|publisher=ÉditionsGramedia dePustaka l'École des Hautes Études en Sciences SocialesUtama.|year=19902005|url=https://archive.org/details/NJ2JA/page/n277/mode/2up?q=sanfoqi|isbn=|location=ParisJakarta|pages=}}</ref>{{Rp|266}}
 
Sriwijaya dan ekstensi Sumatera telah dikenal dengan nama yang berbeda untuk orang yang berbeda. Orang Cina menyebutnya Sanfotsi, dan pada suatu waktu ada kerajaan Kantoli yang bahkan lebih tua yang dapat dianggap sebagai pendahulu Sriwijaya.<ref name="MUNOZ 114">{{cite book|title=Early Kingdoms|last=Munoz|pages=114}}</ref><ref>{{cite book|title=Early Kingdoms|last=Munoz|pages=102}}</ref> Dalam bahasa Sanskerta dan Pali, masing-masing disebut sebagai Yavadesh dan Javadeh.<ref name="MUNOZ 114" /> Orang-orang Arab menyebutnya Zabag dan orang Khmer menyebutnya Melayu.<ref name="MUNOZ 114" /> Ini adalah alasan lain mengapa penemuan Sriwijaya sangat sulit.<ref name="MUNOZ 114" /> Sementara beberapa dari nama-nama ini sangat mengingatkan pada nama Jawa, ada kemungkinan yang berbeda bahwa mereka mungkin merujuk ke Sumatra sebagai gantinya.<ref>{{cite book|title=Het oude Java en zijn kunst|last=Krom|first=N.J.|publisher=Erven F. Bohn N.V.|year=1943|edition=2nd|location=Haarlem|pages=12}}</ref>
 
Pendapat yang menyatakan Zabag sebagai Sriwijaya memiliki bukti yang kurang lengkap. Karena Zabag memiliki nama lain yaitu Javaka dan Yavadesh. Hal tersebut secara linguistik sangat tidak mungkin jika kerajaan besar seperti Sriwijaya disebut dengan kata lain yang merujuk pada negeri di seberangnya. Selain itu, catatan tentang Zabag juga menyebutkan kata Sribuja dan Ramni. Istilah Sribuja lebih mendekati daripada [[Sriwijaya]] yang menjadi salah satu dari wilayah kekuasaan Zabag. Jika dikaitkan dengan [[prasasti Ligor B]] di [[Thailand]] Selatan sudah sangat kuat menegaskan periode penguasaan [[Jawa]] atas [[Sriwijaya]]. Hal tersebut terjadi saat Kerajaan [[Medang]] yang dipimpin oleh [[Rakai Panangkaran]]. Selain itu, bukti lain sebutan Zabag adalah [[Jawa]] dan Sribuja adalah [[Sumatera]] bagian selatan adalah bergantinya dinasti yang menguasai [[Sriwijaya]]. Kerajaan [[Sriwijaya]] yang dibina oleh [[Dapunta Hyang]] diganti dengan kepemimpinan [[Wangsa Syailendra]] yang berasal dari [[Jawa]]. Bahkan jika dikaitkan dengan [[Prasasti Nalada]] sangat jelas disebutkan [[Balaputradewa]] sebagai Raja Suwarnadwipa yang merupakan cucu dari Raja Yawabhumi. Hal tersebut menguatkan bahwa Zabag mengacu pada Jawa pada saat ini. Selain itu Zabag dikonotasikan sebagai tanah yang subur juga sangat berkaitan dengan tanah vulkanik di wilayah kerajaan Medang. Istilah Zabag juga dikonotasikan pada pulau yang berbeda dengan salah satu wilayahnya yang bernama Ramni. Kerajaan Ramni sendiri berada di Pulau [[Sumatera]] bagian Utara (Lamuri). Hal tersebut menegaskan bahwa Zabag bukanlah [[Sriwijaya]] dan berada di Pulau [[Jawa]] saat ini.
=== Jawa ===
 
Sulayman sekitar tahun 851 masehi mencatat bahwa Sribuza (Sriwijaya) dan Kalah (sebuah tempat di semenanjung Melayu, kemungkinan [[Kedah]]) merupakan wilayah Zabag.<ref name=":0">{{Cite book|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|last=Munoz|first=Paul Michel|date=2006|publisher=Continental Sales|isbn=9789814155670|location=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=200-201}} Karena itu, Zabag yang dimaksudkan bukanlah Sriwijaya. Ibn Khordazbeh pada tahun 844, Ibn Al-Fakih pada 902, Abu Zayd Hasan pada 943, dan Sulayman pada 851 mencatat Zabag menyatukan Sribuza dan Kalah.<ref name=":1">{{Cite book|title=Sriwijaya|last=Mulyana|first=Slamet|date=1960|publisher=Pertjetakan Arnolus|isbn=|location=Ende-Flores N.T.T.|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=56}}<ref name=":0" />{{Rp|page=200-201}} Dari informasi arab lain, kerajaan Zabag sejauh 20 hari pelayaran dari Kalah. Menurut informasi Abu'lfida', jarak antara Kalah dan negara pusat Jawa adalah 20 hari perjalanan.<ref name=":1" />{{Rp|page=57}} Jarak tempuh tersebut sama dengan jarak tempuh Malaka ke Majapahit sebagaimana dicatat Hikayat Hang Tuah.<ref>''Hikayat Hang Tuah'', VI: 122. "''Maka Titah Seri Betara, "Berapa lama-nya anak-ku datang ini di-laut?" Maka sembah Raja Malaka, "Patek ini empat puloh hari di-laut, banyak patek singgah. Jika patek berlayar sungguh-sungguh, dua puloh hari sampai-lah''."</ref> Menurut Nugroho, informasi-informasi tersebut menunjukkan bahwa Zabag adalah Jawa, bukan Sumatra atau semenanjung Malaya. Dia juga mencatat beberapa poin penting: Sulayman menyebutkan bahwa panjang pulau Zabaj hanya setengah dari pulau Al-Rami, yang menunjukkan bahwa Zabaj adalah Jawa sedangkan Al-Rami adalah Sumatra. Pulau tempat tinggal Maharaja, dikatakan sangat subur dan padat penduduk, ini sesuai dengan pulau Jawa.<ref name=":12" />{{Rp|page=8-10, 30-31}}
== Lihat juga ==
 
* [[Al-Wakwak]]
Ada kemungkinan juga ''She-pó'' atau ''She-bó'' dalam catatan China, yang merupakan nama asli pulau Jawa (Jawadwipa adalah kata Sansekerta untuk pulau itu), merupakan Zabag.<ref name=":3" /> Saat John dari Marignolli (1338-1353) pulang dari China ke Avignon, ia singgah di [[Kerajaan Saba]], yang ia bilang memiliki banyak gajah dan dipimpin oleh ratu; nama Saba ini bisa jadi adalah interpretasinya untuk ''She-bó.<ref>''Yule, Sir Henry (1913). Cathay and the way thither: being a collection of medieval notices of China vol. II. London: The Hakluyt Society.''</ref>'' Afanasij Nikitin, seorang pedagang dari Tver (di Rusia), melakukan perjalanan ke India pada tahun 1466 dan mendeskripsikan tanah Jawa di buku hariannya, yang ia sebut шабайте (shabait/šabajte).''<ref>Braginsky, Vladimir. 1998. Two Eastern Christian sources on medieval Nusantara. ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde''. 154(3):367–396.</ref>'' Kata "Saba" sendiri berasal dari kata [[Bahasa Kawi|bahasa Jawa kawi]] yaitu ''Saba'' yang berarti "pertemuan" atau "rapat". Dengan demikian kata itu dapat diartikan sebagai "tempat bertemu".''<ref>{{Cite book|title=Kamus Jawa Kawi Indonesia|last=Maharsi|first=|publisher=Pura Pustaka|year=|isbn=|location=|pages=|url-status=live}}</ref>'' Menurut Fahmi Basya, kata tersebut berarti "tempat bertemu", "tempat berkumpul", atau "tempat berkumpulnya bangsa-bangsa".<ref>{{Cite book|title=Indonesia Negeri Saba|last=Basya|first=Fahmi|publisher=Zahira|year=2014|isbn=978-602-1139-48-6|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=162 dan 172}}
 
== Catatan ==