Karangtawang, Kuningan, Kuningan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k replaced: komoditi → komoditas |
|||
(63 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
| peta =
| provinsi = Jawa Barat
| dati2 = Kabupaten▼
| nama dati2 = Kuningan
▲| dati2 = Kabupaten
| kecamatan = Kuningan
<!--| kelurahan = desa-->
| nama pemimpin =
| kode pos = 45515
| luas =-
| penduduk =
| kepadatan =-
}}
'''Karangtawang''' adalah salah satu [[desa]] di [[kecamatan]] [[Kuningan, Kuningan|Kuningan]], [[Kabupaten Kuningan|Kuningan]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Terletak di perbatasan antara [[kecamatan]]
== Sejarah ==
Menurut sumber lisan yang berkembang dari mulut ke mulut di masyarakat sejak dulu, bahwa asal nama Karangtawang diambil dari peristiwa meninggalnya seorang pengembara yang berasal dari daerah [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]] (sekarang nama sebuah kecamatan di daerah [[Tasikmalaya]]). Pengembara tersebut pada mulanya berniat untuk menimba ilmu ke pondok pesantren [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] yang dipimpin oleh seorang ulama kharismatik, Kyai Haji [[Hasan Maulani]]. Pada saat itu (sekitar abad XIX atau tahun 1800-an) pesantren [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] merupakan salah satu pondok pesantren yang sangat termashur dan disegani di wilayah [[Jawa Barat]]. Sampai akhirnya si pengembara yang akan ''masantren'' ke [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] tersebut berhasil menginjakan kakinya di tapal batas desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] atau pada waktu itu lebih dikenal dengan [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] tonggoh/barat. Namun sayang, sang pengembara dari [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]] tersebut rupanya kelelahan karena menempuh perjalanan jauh dari daerah [[Tasikmalaya]] ke [[Kuningan]], hanya dengan berjalan kaki. Akhirnya pengembara tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir di halaman rumah milik salah seorang penduduk desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] ''tonggoh''. Karena niat dan tujuan baik nan suci dari sang pengembara yang pergi jauh-jauh hanya untuk ''masantren'', penduduk setempat mengabadikan daerah sekitar tempat meninggalnya sang pengembara dari [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]] dengan sebutan nama KARANGTAWANG, yang artinya halaman rumah tempat meninggalnya sang pengembara dari [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]].
Dahulu desa Karangtawang dan desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] masih merupakan satu kesatuan, tapi karena ada suatu "peristiwa" kemudian dua desa itu dipisah, bagian Barat menjadi desa Karangtawang sedangkan bagian Timur menjadi desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]. Jalan desa yang membentang menjadi batas kedua desa tersebut yaitu jalan yang menuju Desa Sindangsari atau Ancaran sekarang. Asal mula terpecahnya desa Karangtawang dan desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] disebabkan adanya peristiwa perselisihan "parebut cai" (berebut air) guna keperluan mengairi areal sawah dan kolam ikan mereka. Sumber air yang diperebutkan berasal dari sungai "Surakatiga" yang membentang dari Selatan ke Utara yang terletak antara Desa Winduhaji dan Desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] saat itu. Penduduk [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] sebelah barat rupanya ketika sedang mengalirkan atau mengairi sawah dan kolam mereka dari "Hawangan Surakatiga" ini, anak cabangnya diantaranya ada "Hawangan Cikole" entah sengaja atau tidak disengaja aliran Hawangan Cikole ini sering "dipendet" atau ditutup. Akibatnya penduduk [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] sebelah Timur tidak kebagian air, dan ini akhirnya menimbulkan persengketaan antara penduduk [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Barat (Tonggoh) dan [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Timur (Landeuh). Akibat peristiwa ini [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Barat dan [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Timur akhirnya terpecah menjadi bagian barat menjadi Karangtawang dan bagin timur tetap menggunakan kata [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]. Masalah sengketa tadi akhirnya dapat diselesaikan diantaranya dengan sebuah kesepakatan berupa "tukar guling" tanah bengkok desa, yaitu "Hawangan Landeuh" yang mengalir sepanjang Sungai Cisanggarung yang merupakan milik Desa Karangtawang (tadinya [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Barat) diberikan ke Desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]], dan tanah pekuburan (makam atau astana) yang berada di daerah [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] juga merupakan pemakaman milik penduduk Desa Karangtawang. Mengenai kebenaran ceritera ini masih perlu penelusuran lebih lanjut. Perlu sumber dan bahan pembanding lainnya yang kadang memang sulit didapatkan. Karena memang cerita di atas diambil dari sumber lisan yang sifatnya kadang dipengaruhi unsur subyektifitas yang tinggi.
== Pemerintahan ==
Karangtawang dilihat dari statusnya sebagai sebuah desa maka dipimpin oleh seorang kepala desa atau lebih dikenal dengan sebutan [[
Berikut daftar [[
<center>
{| {{prettytable}}
|- style="background-color:#cfc;"
! align="center" | No !! align="center" | Nama
|-
| 1
| Djiwa
| Ewo Sudarwa▼
|-
| 2
| Somadinata
| U Syukur▼
|-
| 3
| Sumadisastra
| H. Rahmatullah Al- Kalam▼
|-
| 4
| Sastrawinata
|
| 5
| Takim Suantaatmaja
|-
| 6
| Satari
|-
| 7
| H. Abdurahman
|-
| 8
▲| H. Ewo Sudarwa
|-
| 9
▲| H. U Syukur
|-
| 10
▲| H. Rahmatullah Al- Kalam
|-
| 11
| Nana Purnadi, S.E
|-
| 12
| Dedi Junaedi
|-
</center>
Di bawah [[kuwu]] ada kepala dusun/kampung yang biasa disebut ''rurah''. ''Rurah'' juga dipilih secara langsung oleh masyarakat tiap kampung. Untuk desa Karangtawang sendiri memiliki tiga kampung yaitu kampung Jatinunggal, kampung Pasawahan dan kampung Babakan sehingga ''rurah''nya ada tiga orang. Tiap satu kampung juga merepresentasikan satu RW (Rukun Warga), dan dibawah RW ada RT (Rukun Tetangga) yang merupakan struktur pemerintahan paling bawah. Tiap RT dipimpin oleh seorang ketua RT.
Baris 49 ⟶ 76:
* Kampung Babakan ( RW 2) terdiri dari 10 RT ( RT 11 sampai dengan RT 20)
* Kampung Jatinunggal ( RW 3) terdiri dari 8 RT ( RT 21 sampai dengan RT 28)
== Profil Daerah ==
Baris 57 ⟶ 82:
Batas wilayah desa Karangtawang
#
#
#
#
=== Geografis ===
Karangtawang terletak di kaki gunung [[Ciremai]],diapit oleh dua sungai besar yaitu sungai Sungai Cigede di sebelah selatan dan sungai Surakatiga/Tangkis di sebelah utara. Selain sebagai batas alami dengan desa lain, hal ini juga menyebabkan tanah di Karangtawang subur dan cocok untuk beberapa jenis tanaman. Kontur wilayahnya sedikit berbukit di sebelah selatan meliputi wilayah kampung Babakan sampai ke perbatasan
Keadaan iklim desa Karangtawang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 °
=== Ekonomi ===
Karangtawang dikenal dengan industri rumah tangganya yaitu emping melinjo, karena hampir di tiap RT ibu rumah tangga membuat keripik emping melinjo terutama pusatnya di kampung Babakan. Kemasannya telah dibuat semenarik mungkin dan dengan pilihan beraneka ragam rasa agar nilai jualnya bertambah. Emping tangkil atau emping melinjo, oleh Pemkab [[Kuningan]] dianggap sebagai
=== Pertanian ===
Baris 74 ⟶ 99:
=== Perkebunan ===
Perkebunan kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat. Kebun-kebun terletak jauh dari perkampungan, ada pun kebun yang di dalam kampung jumlahnya tinggal sedikit, tergusur oleh pembangunan perumahan warga yang semakin tinggi. Sehingga porsentase kebun dari seluruh wilayah desa diperkirakan telah menyusut sampai 10%. Hasil perkebunan yang biasanya dibudidayakan kebanyakan dari jenis buah-buahan seperti:pisang, mangga, pepaya, rambutan, nangka, jambu, kelapa dan juga melinjo.
=== Demografi ===
Desa Karangtawang dikenal sebagai desa santri karena banyak terdapat pondok pesantren dan penduduknya dikenal sangat religius. Penduduk desa Karangtawang berjumlah
*
*
Hampir 100% warga Karangtawang adalah suku [[Sunda]], dan menggunakan bahasa [[Sunda]] dalam berkomunikasi sehari-hari. Agama yang dianut
Kebanyakan penduduk Karangtawang bekerja sebagai petani sekitar 70%, lainnya bekerja di sektor jasa seperti PNS, Pedagang, TNI, dokter, wiraswasta dan sebagainya. Penduduk desa Karangtawang banyak juga yang berurbanisasi ke kota-kota besar seperti [[Jakarta]], [[Bandung]] dan [[Yogyakarta]]. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh pabrik dan pedagang. Daganganya pun hampir sama yaitu buah dingin, bubur kacang hijau, atau rokok. Ada pula yang pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi seperti [[UI]], [[UNPAD]],UNSOED, [[UPI]], [[STAN]], [[UGM]]
== Pendidikan ==
=== Pendidikan Formal ===
Sarana dan Prasarana pendidikan sudah cukup lengkap untuk ukuran sebuah desa. Di Karangtawang fasilitas pendidikan dari PAUD, TK sampai MA tersedia.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) biasanya diadakan dengan bimbingan Ibu-ibu PKK, dan diikuti oleh anak-anak pra-sekolah (dibawah 5 tahun).▼
* PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Untuk TK terdapat sebuah TK yaitu: ▼
▲
* TK YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang).
Untuk jenjang Sekolah dasar di tiap kampung memiliki SD masing-masing diantaranya:
* SDN Karangtawang I (terletak di kampung Pasawahan)
* SDN Karangtawang II (terletak di kampung Babakan)
* SDN Karangtawang III (terletak di kampung Jatinunggal)
Satu Madrasah Tsanawiyah di kampung Jatinunggal yaitu
* MTs YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang)
dan untuk
*
=== Pendidikan Non Formal ===
Pendidikan Non Formal di desa Karangtawang dalam bentuk Pondok Pesantren di kampung Pasawahan seperti Pondok Pesantren Darul Ulum, Al-Amin, dan Al Abshori serta ada juga dalam bentuk Majelis Ta'lim. Majelis Ta'lim biasanya diikuti oleh ibu-ibu di
== Kesenian ==
Jenis seni yang berkembang di desa Karangtawang yaitu seni ''Pencak silat'' pusatnya di kampung Jatinunggal, biasanya di pentaskan pada event-event tertentu seperti pada pentas seni malam ''Halal bi halal'' setiap tahun sehabis Hari Raya [[Idul Fitri]]. Selain itu terdapat seni musik tradisional ''Genjring'' yaitu sejenis tabuhan rebana dengan ukuran besar diiringi dengan sebuah bedug yang biasanya dimainkan untuk membangunkan penduduk saat sahur di bulan Ramadhan.
== Adat Istiadat ==
* ''Tutulak''
Hajat ''Tutulak'' yaitu upacara tolak bala yang diadakan di tiap perempatan jalan kampung, diadakan pada waktu-waktu tertentu seperti apabila terjadi kemalangan/bencana atau sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan agar terhindar dari musibah dan panen yang melimpah. Upacara dipimpin oleh tetua kampung atau alim ulama dengan memanjatkan puji-pujian kepada [[Allah SWT]] diikuti oleh semua komponen masyarakat, tua dan muda sampai anak-anak. Setiap
* ''Muludan''
''Muludan'' atau di daerah lain dikenal dengan peringatan ''Maulid Nabi'', yaitu acara peringatan kelahiran Nabi [[Muhammad]] SAW diadakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun hijriyah. Peringatan dimulai dari tanggal 1 Maulid atau setiap malam jumat dengan pembacaan deba (shalawat kepada Nabi) di langgar-langgar setelah salat maghrib sampai bulan Mulud berakhir. Di desa [[Kuningan, Kuningan|Karangtawang]] juga Muludan biasanya diperingati di masjid ''Nurul Islam'' dan di mushalla-mushalla (''tajug'')) di tiap kampung.
* ''Rajaban''
''Rajaban'' atau di daerah lain dikenal dengan peringatan ''Isra Miraj'', yaitu acara peringatan perjalanan Nabi [[Muhammad]] SAW dari Masjidil Haram di [[Mekah]] ke Masjidil Aqsa di [[Jerusalem]],serta perjalanan nabi ke langit ke tujuh. Peringatan ini diadakan setiap tanggal 27 Rajab tahun hijriyah. Di desa [[Kuningan, Kuningan|Karangtawang]] biasanya diperingati di masjid ''Nurul Islam'' dan di tiap mushalla (''tajug'')) di tiap kampung dan juga di beberapa rumah warga.
* ''Tahlilan''
''Tahlilan'' adalah acara untuk mendoakan arwah orang yang sudah meninggal dunia, biasanya diadakan di rumah duka sampai hari ke-tujuh. ''Tahlilan'' dipimpin oleh seorang ulama dengan membaca surat ''Yasin'' dan puji-pujian kepada Allah SWT agar arwah yang bersangkutan diterima di sisi-Nya.
* ''Tujuh bulanan''
''Tujuh bulanan'' adalah acara untuk memperingati umur kehamilan sang Ibu yang sudah menginjak usia 7 bulan. Usia 7 bulan adalah periode dimana ruh ditiupkan pada raga sang bayi sehingga acara
* ''Akikahan''
''Akikahan'' adalah acara pemotongan hewan kambing karena lahirnya seorang anak, untuk laki-laki kambing yang disembelih 2 ekor sedangkan untuk perempuan kambing yang di sembelih satu ekor.
* ''Hajatan''
''Hajatan'' diadakan ketika ada warga yang menikah atau dikhitan. Untuk pernikahan biasanya ''hajatan'' diadakan di rumah mempelai wanita. Dalam acara hajatan ini biasanya diadakan berbagai macam hiburan seperti [[Jaipongan]], [[Dangdut]], organ tunggal, layar tancep, degung, shalawatan dan sebagainya.
Baris 140 ⟶ 167:
== Tokoh ==
* [[Edi Suhardi Ekadjati|Prof. Dr. H. Edi Suhardi Ekadjati]]
* [[KH.M. Kholil F. Anwar]]
== Radio ==
Di desa Karangtawang tepatnya di kampung Jatinunggal terdapat stasiun radio yaitu Astia FM.
== Akses Transportasi ==
Untuk mencapai desa Karangtawang dari pusat kota [[Kuningan]] tidaklah sulit. Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 4
* Angkot 07 Jurusan Pasar baru- [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]
* Angkot 08 Jurusan Cirendang- [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]
== Referensi ==
{{reflist}}
* {{id}} [http://www.kuningankab.go.id/ Pemerintah Kabupaten Kuningan]
* {{id}} [http://www.aditya69.wordpress.com/ Sejarah Kuningan]
{{Kuningan, Kuningan}}
{{Authority control}}
|