Kesultanan Ternate: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(220 revisi perantara oleh 100 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tambah referensi|date=September 2024}}{{Infobox Former Country
'''Kerajaan Gapi''' atau yang kemudian lebih dikenal sebagai '''Kesultanan Ternate''' (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh kepulauan Marshall di pasifik.
| native_name = كسلطانن ترناتي <br> ''Alam Ma-Kolano''
| conventional_long_name = Kesultanan Ternate
| common_name = Kesultanan Ternate
| religion = sebelum abad ke-15 [[Animisme]] setelah abad ke-15 [[Islam Sunni]]
| image_flag = Bendera Ternate - Almulk Buldan Ternate.svg
| flag_type = Bendera Ternate, 1890.
| image_coat = Flag carried during a Ternatean king ceremony, de Bry (1601).svg
| symbol_type = Panji Ternate
| p1 =
| p2 =
| today = {{flag|Indonesia}}
| s2 =
| flag_p1 =
| flag_p2 =
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
| year_start = 1486
| year_end = 1950
| capital = [[Ternate]]
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = <!--Bergabung dengan [[Indonesia]]<ref>[http://www.royalark.net/Indonesia/ternate6.htm Lieutenant-Colonel H.H. Paduka Sri Maha Tuan as-Sultan Iskandar Muhammad Jabir Shah, Sultan of Ternate.]</ref>--><!-- disembunyikan, rujukan tidak jelas-->
| image_map = Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg
| image_map_caption = Wilayah Kesultanan Ternate pada abad ke-20 (''Uli Lima'')<ref>[https://saripedia.wordpress.com/tag/benteng-portugis-di-ternate/ Gazw Al-Fikr: Sultan Baabullah, Pembebasan Nusantara Dan “Jihad” Kita Hari Ini.]</ref>
| official_languages = [[Bahasa Ternate|Ternate]]
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = [[Kesultanan|Sultan]], ''Alam ma-kolano''
| leader1 = Baab Mashur Malamo
| year_leader1 = 1257-1277
| leader2 = Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah
| year_leader2 = 1929-1975
| leader3 = [[Mudaffar Sjah|Sultan Mudaffar Syah]] (Mudaffar Syah II)
| year_leader3 = 1975-2015
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
[[Berkas:Ternate, Keraton.jpg|jmpl|Istana Kesultanan Ternate]]
[[Berkas:Yang Mulia Sultan Mudaffar Syah II.jpg|jmpl|[[Mudaffar Sjah|Sultan Mudaffar Syah II]], Sultan Ternate ke-48 ([[1975]]-[[2015]])]]
'''Kesultanan Ternate''' atau juga dikenal dengan '''Kerajaan Gapi''' adalah salah satu dari 4 kerajaan [[Islam]] di [[Kepulauan Maluku]] dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di [[Nusantara]]. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di [[Indonesia Timur|kawasan timur nusantara]] antara [[abad]] ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan [[rempah-rempah]] dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah [[Maluku]], [[Sulawesi]] bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan [[Filipina]] hingga sejauh [[Kepulauan Marshall]] di [[Pasifik]].
 
== Asal UsulSejarah ==
=== Asal usul pembentukan ===
[[Pulau Ternate|Pulau Gapi]] (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk [[Ternate]] awal merupakan warga eksodus dari [[Halmahera]]. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang ''momole'' (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate makin heterogen dengan bermukimnya pedagang [[Arab]], [[Jawa]], [[Melayu]] dan [[Tionghoa]]. Oleh karena aktivitas perdagangan yang makin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai [[raja]].{{Citation needed|date=September 2024}}
 
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai ''kolano'' (raja) pertama dengan gelar ''Baab Mashur Malamo'' (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya makin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya [[Kota Ternate]], sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.{{Citation needed|date=September 2024}}
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing dikepalai oleh seorang '''momole''' (kepala marga), merekal
 
=== Unifikasi Persekutuan Maluku ===
== Organisasi kerajaan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Uitzicht op Ternate TMnr 3728-865.jpg|jmpl|220px|Lukisan pemandangan [[Pulau Ternate]] dengan [[Gunung Gamalama]] (sekitar tahun [[1883]]-[[1889]]).]]
Selain Ternate, di Maluku juga terdapat paling tidak 3 kerajaan lain yang memiliki pengaruh yaitu [[Kesultanan Tidore]], [[Kesultanan Jailolo]], dan [[Kesultanan Bacan]]. Kerajaan–kerajaan ini merupakan saingan Ternate dalam memperebutkan hegemoni di [[Maluku]]. Berkat perdagangan rempah Ternate menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dan untuk memperkuat hegemoninya di Maluku, Ternate mulai melakukan ekspansi. Hal ini menimbulkan antipati dan memperbesar kecemburuan kerajaan lain di Maluku yang memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga memicu terjadinya [[perang]].{{Citation needed|date=September 2024}}
 
Demi menghentikan konflik yang berlarut–larut, sultan Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja–raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan di Maluku. Oleh karena pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku).{{Citation needed|date=September 2024}}
Di masa – masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut '''Kolano'''. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan gelar Sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.
 
=== Kedatangan Islam ===
Setelah Sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan '''Jogugu''' (perdana menteri) dan '''Fala Raha''' sebagai para penasihat. Fala Raha atau Empat Rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole di masa lalu, masing – masing dikepalai seorang '''Kimalaha'''. Mereka antara lain ; '''Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi'''. Pejabat – pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan – klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain '''Bobato Nyagimoi se Tufkange''' (Dewan 18), '''Sabua Raha''', '''Kapita Lau''', '''Salahakan''', '''Sangaji''' dll. Untuk lebih jelasnya lihat [[Struktur organisasi kesultanan Ternate]].
[[Berkas:Masjid-ternate.jpg|jmpl|kiri|240px|''Sigi Lamo'', masjid peninggalan Kesultanan Ternate.]]
Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan [[Islam di Maluku Utara]] khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang [[Arab]] yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.{{Citation needed|date=September 2024}}
 
[[Kolano Marhum]] (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar [[kolano]] dan menggantinya dengan [[sultan]], Islam diakui sebagai [[agama]] resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada [[Sunan Giri]] di pulau [[Jawa]]. Di sana dia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).{{Citation needed|date=September 2024}}
== Moloku Kie Raha ==
 
=== Kedatangan Portugal dan Perang Saudara ===
Selain Ternate, di Maluku juga terdapat paling tidak 5 kerajaan lain yang memiliki pengaruh. Tidore, Jailolo, Bacan, Obi dan Loloda. Kerajaan – kerajaan ini merupakan saingan Ternate memperebutkan hegemoni di Maluku. Berkat perdagangan rempah Ternate menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dan untuk memperkuat hegemoninya di Maluku Ternate mulai melakukan ekspansi. Hal ini menimbulkan antipati dan memperbesar kecemburuan kerajaan lain di Maluku, mereka memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga memicu terjadinya perang.
[[Berkas:Willem Blaeu00.jpg|jmpl|ka|240px|Peta terawal [[Kepulauan Maluku|Kepulauan Maluku Utara]] karya seorang [[Kartografi|kartografer]] [[Belanda]], Willem Janszoon Blaeu, pada tahun [[1630]]. Arah utara berada di sebelah kanan, dengan [[Pulau Ternate]] terletak di ujung kanan, diikuti oleh [[Pulau Tidore]], Mare, Moti dan Kepulauan Makian. Pada bagian bawah adalah ''Gilolo'' ([[Jailolo, Halmahera Barat|Jailolo]] atau [[Halmahera]]). Inset yang berada di atas menunjukkan [[Pulau Bacan]].]]
Demi menghentikan konflik yang berlarut – larut, raja Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja – raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan di Maluku. Oleh karena pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan '''Moloku Kie Raha''' (Empat Gunung Maluku).
Pada masa pemerintahan [[Sultan Bayanullah]] (1500-1521), Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan [[perahu]] dan [[senjata]] yang diperoleh dari orang [[Arab]] dan [[Turki]] digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate. Pada masa ini pula datang orang [[Eropa]] pertama di Maluku, [[Loedwijk de Bartomo]] (Ludovico Varthema) tahun 1506.{{Citation needed|date=September 2024}}
 
Tahun 1512 [[Portugal]] untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan [[Fransisco Serrao]], atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Portugal datang bukan semata–mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempah–rempah, [[pala]] dan [[cengkih]] di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate.{{Citation needed|date=September 2024}}
== Kedatangan Islam ==
 
Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia. Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, Pangeran Hidayat (kelak [[Sultan Dayalu]]) dan pangeran Abu Hayat (kelak [[Sultan Abu Hayat II]]). Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri.{{Citation needed|date=September 2024}}
Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
 
Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh Portugal. Gubernur Portugal bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan pengaruh yang dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika [[Sultan Tabariji]] mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke [[Goa]], [[India]]. Di sana ia dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan [[Katolik]] dan [[vasal]] kerajaan Portugal, tetapi perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh [[Sultan Khairun]] (1534-1570).{{Citation needed|date=September 2024}}
Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, '''Zainal Abidin''' (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada [[Sunan Giri]] di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).
 
=== Pengusiran Portugal ===
== Kedatangan Portugis dan perang saudara ==
Perlakuan Portugal terhadap saudara–saudaranya membuat Sultan Khairun geram dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku. Tindak–tanduk bangsa Barat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan [[rakyat]] yang akhirnya berdiri di belakang Sultan Khairun. Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga [[kesultanan]] terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara abad ke-16 selain [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dan [[Kesultanan Demak|Demak]] setelah kejatuhan [[Kesultanan Malaka|Malaka]] pada tahun 1511. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang Portugal di Nusantara.{{Citation needed|date=September 2024}}
 
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu–sekutu suku [[pribumi]] yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur Portugal, [[Lopez de Mesquita]] mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.{{Citation needed|date=September 2024}}
Di masa pemerintahan [[Sultan Bayanullah]] (1500-1521), Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate. Di masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506.
Tahun 1512 Portugis untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan '''Fransisco Serrao''', atas persetujuan Sultan, Portugis diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Portugis datang bukan semata – mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempah – rempah Pala dan Cengkih di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate. Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris - pewaris yang masih sangat belia. Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, pangeran Hidayat (kelak [[Sultan Dayalu]]) dan pangeran Abu Hayat (kelak [[Sultan Abu Hayat II]]). Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri. Portugis memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugis. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh Portugis. Gubernur Portugis bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan pengaruh yang dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika [[Sultan Tabariji]] mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke Goa – India. Disana ia dipaksa Portugis untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan Kristen dan vasal kerajaan Portugis, namun perjanjian itu ditolak mentah-mentah [[Sultan Khairun]] (1534-1570).
 
Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk mengusir Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan [[Sultan Baabullah]] (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Di bawah pimpinan [[Sultan Baabullah]], Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga [[Kepulauan Marshall]] di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan [[Nusa Tenggara]] di bagian selatan.{{Citation needed|date=September 2024}}
== Pengusiran Portugis ==
[[Berkas:Drake's arrival at Ternate.jpg|kiri|jmpl|[[Galai]]-galai Ternate menyambut kedatangan [[Francis Drake]].]]
Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme Barat.
=== Kedatangan Belanda ===
[[Berkas:How the King of Ternate Presents Himself in Public de Bry.jpg|jmpl|ka|240px|Ilustrasi perjalanan Sultan Ternate menuju mesjid, oleh [[Johann Theodor de Bry|De Bry]], 1601]]
Setelah Sultan Baabullah meninggal, Ternate mulai melemah, [[Kerajaan Spanyol]] yang telah bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan baru Spanyol memperkuat kedudukannya di [[Filipina]], Ternate pun menjalin aliansi dengan [[Mindanao]] untuk menghalau Spanyol namun gagal, bahkan [[Sultan Said Barakati]] berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke [[Manila]].{{Citation needed|date=September 2024}}
 
Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta bantuan [[Belanda]] pada tahun 1603. Ternate akhirnya berhasil menahan Spanyol namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate. Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli [[VOC]] di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.{{Citation needed|date=September 2024}}
Perlakuan Portugis terhadap saudara – saudaranya membuat Sultan Khairun geram dan bertekad mengusir Portugis dari Maluku. Tindak – tanduk bangsa barat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan rakyat yang akhirnya berdiri di belakang sultan Khairun. Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara abad ke-16 selain Aceh dan Demak setelah kejatuhan kesultanan Malaka tahun 1511. Ketiganya membentuk ''Tripple Alliance'' untuk membendung sepak terjang Portugis di Nusantara.
 
Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda dan Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate. Diantaranya adalah Pangeran Hidayat (15??-1624), raja muda [[Ambon]] yang juga merupakan mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan dan Belanda. Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah–rempah kepada pedagang [[Jawa]] dan [[Makassar]].{{Citation needed|date=September 2024}}
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugis. Kedudukan Portugis kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu – sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugis di Malaka, Portugis di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada sultan Khairun. Secara licik Gubernur Portugis, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh Sultan yang datang tanpa pengawalnya. Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugis, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan [[Sultan Baabullah]] (1570-1583), pos-pos Portugis di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur, setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugis meninggalkan Maluku untuk selamanya tahun 1575. Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-putera nusantara atas kekuatan barat. Dibawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian timur, dari Philipina (Selatan) dibagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara dibagian selatan. Sultan Baabullah dijuluki “penguasa 72 pulau” yang semuanya berpenghuni (sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara rinci nama-nama ke-72 pulau tersebut) hingga menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan islam terbesar di Indonesia timur, disamping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme barat.
 
=== Perlawanan Rakyat Maluku dan Kejatuhan Ternate ===
== Kedatangan Belanda ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Lijfwacht van de Sultan van Ternate TMnr 60039372.jpg|jmpl|ka|220px|Pengawal Sultan Ternate pada tahun [[1910]]-an.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ingang van het paleis van de sultan van Ternate TMnr 60018584.jpg|jmpl|ka|220px|''Ngara Lamo'', gerbang Istana Kesultanan Ternate pada tahun [[1910]]-an.]]
Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada Ternate semakin kuat. Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan. Sikap Belanda yang jahat dan sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate dan rakyat Maluku.{{Citation needed|date=September 2024}}
 
* Tahun 1635, demi memudahkan pengawasan dan mengatrol harga rempah yang merosot Belanda memutuskan melakukan penebangan besar–besaran pohon [[cengkih]] dan [[pala]] di seluruh Maluku atau yang lebih dikenal sebagai [[Ekspedisi Hongi|Hongi Tochten]] yang menyebabkan rakyat mengobarkan perlawanan. Pada tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon, Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan gabungan Ternate, [[Hitu]] dan [[Makassar]] menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah. Salahakan Luhu kemudian berhasil ditangkap dan dieksekusi mati bersama seluruh keluarganya pada tanggal 16 Juni 1643. Perjuangan lalu dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, Kapita Hitu Kakiali dan Tolukabessi hingga 1646.
Sepeninggal Sultan Baabullah Ternate mulai melemah, Spanyol yang telah bersatu dengan Portugis tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan baru Spanyol memperkuat kedudukannya di Filipina, Ternate pun menjalin aliansi dengan Mindanao untuk menghalau Spanyol namun gagal bahkan sultan Said Barakati berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke Manila. Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta bantuan Belanda tahun 1603. Ternate akhirnya sukses menahan Spanyol namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate, tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli [[VOC]] di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol. Di tahun 1607 pula Belanda membangun benteng '''Oranje''' di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.
* Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap [[Sultan Mandarsyah]] (1648-1650,1655-1675) yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda. Para bangsawan berkomplot untuk menurunkan sultan. Tiga di antara pemberontak yang utama adalah trio pangeran Saidi, Majira dan [[Kaicil Kalamata|Kalamata]]. Pangeran Saidi adalah seorang kapita laut atau panglima tertinggi pasukan Ternate, Pangeran Majira adalah raja muda Ambon sementara Pangeran Kalamata adalah adik sultan Mandarsyah. Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku Tengah sementara Pangeran Kalamata bergabung dengan raja [[Kesultanan Gowa]], [[Sultan Hasanuddin]]. Mereka bahkan sempat berhasil menurunkan Sultan Mandarsyah dari tahta dan mengangkat Sultan Manilha (1650–1655), tetapi berkat bantuan Belanda kedudukan Mandarsyah kembali dipulihkan. Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi dkk berhasil dipadamkan. Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara Pangeran Majira dan Kalamata menerima pengampunan sultan dan hidup dalam pengasingan.
* Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama [[Sultan Sibori]] (1675 – 1691) merasa gerah dengan tindak–tanduk Belanda yang semena-mena. Ia kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa [[Mindanao]], tetapi upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerah–daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke [[Jailolo]]. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
 
Meski telah kehilangan kekuasaan mereka, beberapa sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam–diam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah [[Banggai]] dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal.{{Citation needed|date=September 2024}}
Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda dan Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate. Diantaranya adalah pangeran Hidayat (15?? - 1624), Raja muda Ambon yang juga merupakan mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan dan Belanda. Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah – rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar.
 
Di [[Jailolo]] rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrak–abrik. Akan tetapi karena keunggulan [[militer]] serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, Sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, dia dibuang ke [[Bandung]] tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.{{Citation needed|date=September 2024}}
== Perlawanan rakyat Maluku dan kejatuhan Ternate ==
 
Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus Kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan baru sementara Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.{{Citation needed|date=September 2024}}
Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada sultan – sultan Ternate semakin kuat, Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan, sikap Belanda yang kurang ajar dan sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate dan rakyat Maluku.
 
Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.
* Tahun 1635, demi memudahkan pengawasan dan mengatrol harga rempah yang merosot Belanda memutuskan melakukan penebangan besar – besaran pohon cengkeh dan pala di seluruh Maluku atau yang lebih dikenal sebagai [[Hongi Tochten]], akibatnya rakyat mengobarkan perlawanan. Tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan gabungan Ternate – Hitu – Makassar menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah. Salahakan Luhu kemudian berhasil ditangkap dan dieksekusi mati bersama seluruh keluarganya tanggal 16 Juni 1643. Perjuangan lalu dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, kapita Hitu Kakiali dan Tolukabessi hingga 1646.
 
== Sultan yang berkuasa ==
* Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap [[Sultan Mandarsyah]] (1648-1650,1655-1675) yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda. Para bangsawan berkomplot untuk menurunkan Mandarsyah. Tiga diantara pemberontak yang utama adalah trio pangeran '''Saidi, Majira''' dan '''Kalumata'''. Pangeran Saidi adalah seorang Kapita Laut atau panglima tertinggi pasukan Ternate, pangeran Majira adalah raja muda Ambon sementara pangeran Kalumata adalah adik sultan Mandarsyah. Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku tengah sementara pangeran Kalumata bergabung dengan raja Gowa sultan Hasanuddin di Makassar. Mereka bahkan sempat berhasil menurunkan sultan Mandarsyah dari tahta dan mengangkat Sultan Manilha (1650–1655) namun berkat bantuan Belanda kedudukan Mandarsyah kembali dipulihkan. Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi cs berhasil dipadamkan. Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara pangeran Majira dan Kalumata menerima pengampunan Sultan dan hidup dalam pengasingan.
Pada masa–masa awal [[suku Ternate]] dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut ''kolano'', gelar yang berasal dari [[cerita panji]].<ref>Leonard Andaya (1993), ''The world of Maluku''. Honolulu: University of Hawai'i Press, p. 59.</ref> Mulai pertengahan abad ke-15, [[Islam]] diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan [[syariat Islam]] diberlakukan. [[Zainal Abidin dari Ternate|Sultan Zainal Abidin]] mengadopsi gelar utama [[sultan]] selain penggunaan gelar adat ''kolano''. Para [[ulama]] menjadi figur penting dalam kerajaan.{{Citation needed|date=September 2024}}
 
Setelah sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan ''jogugu'' (perdana menteri) dan ''fala raha'' sebagai para penasihat. Fala raha atau empat rumah adalah empat [[klan]] [[bangsawan]] yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing–masing dikepalai seorang ''kimalaha''. Mereka yaitu Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat–pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan–klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji, dll.{{Citation needed|date=September 2024}}
* Sultan '''Muhammad Nurul Islam''' atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan '''Sibori''' (1675 – 1691) merasa gerah dengan tindak – tanduk Belanda yang semena - mena. Ia kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao, namun upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerah – daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke Jailolo. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan vazal Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
 
{| class="wikitable"
Meski telah kehilangan kekuasaan mereka beberapa Sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam – diam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan '''Haji Muhammad Usman Syah''' (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah – wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal. Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Coentroleur Belanda Agerbeek, markas mereka diobrak – abrik. Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, beliau dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927. Pasca penurunan sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan baru sementara Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.
|-
 
! Sultan Ternate || Masa jabatan
Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya tinggal simbol belaka. Jabatan sultan sebagai pemimpin Ternate ke-49 kini dipegang oleh sultan Drs. Hi. Mudhaffar Sjah, BcHk. (Mudaffar II) yang dinobatkan tahun 1986.
|-
| [[Baab Mashur Malamo]] || 1257 - 1277
|-
| [[Jamin Qadrat]] ||1277 - 1284
|-
| [[Komala Abu Said]] || 1284 - 1298
|-
| [[Bakuku]] (Kalabata) || 1298 - 1304
|-
| [[Ngara Malamo]] (Komala) || 1304 - 1317
|-
| [[Patsaranga Malamo]] || 1317 - 1322
|-
| [[Cili Aiya]] (Sidang Arif Malamo) || 1322 - 1331
|-
| [[Panji Malamo]] || 1331 - 1332
|-
| [[Syah Alam]] || 1332 - 1343
|-
| [[Tulu Malamo]] || 1343 - 1347
|-
| [[Kie Mabiji]] (Abu Hayat I) || 1347 - 1350
|-
| [[Ngolo Macahaya]] || 1350 - 1357
|-
| [[Momole]] || 1357 - 1359
|-
| [[Gapi Malamo I]] || 1359 - 1372
|-
| [[Gapi Baguna I]] || 1372 - 1377
|-
| [[Komala Pulu]] || 1377 - 1432
|-
| [[Marhum]] (Gapi Baguna II) || 1432 - 1486
|-
| [[Zainal Abidin dari Ternate|Zainal Abidin]] || 1486 - 1500
|-
| [[Sultan Bayanullah]] || 1500 - 1522
|-
| [[Sultan Dayalu|Hidayatullah]] || 1522 - 1529
|-
| [[Sultan Abu Hayat II|Abu Hayat II]] || 1529 - 1533
|-
| [[Sultan Tabariji|Tabariji]] || 1533 - 1534
|-
| [[Sultan Khairun|Khairun Jamil]] || 1535 - 1570
|-
| [[Sultan Baabullah|Babullah Datu Syah]] || 1570 - 1583
|-
| [[Said Barakat Syah]] || 1583 - 1606
|-
| [[Mudaffar Syah I]] || 1607 - 1627
|-
| [[Hamzah]] || 1627 - 1648
|-
| [[Mandarsyah]] || 1648 - 1650 (masa pertama)
|-
| [[Sultan Manila|Manila]] || 1650 - 1655
|-
| [[Mandarsyah]] || 1655 - 1675 (masa kedua)
|-
| [[Sibori]] || 1675 - 1689
|-
| [[Said Fatahullah]] || 1689 - 1714
|-
| [[Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin]] || 1714 - 1751
|-
| [[Ayan Syah]] || 1751 - 1754
|-
| [[Syah Mardan]] || 1755 - 1763
|-
| [[Jalaluddin]] || 1763 - 1774
|-
| [[Harunsyah]] || 1774 - 1781
|-
| [[Achral]] || 1781 - 1796
|-
| [[Muhammad Yasin]] || 1796 - 1801
|-
| [[Muhammad Ali]] || 1807 - 1821
|-
| [[Muhammad Sarmoli]] || 1821 - 1823
|-
| [[Muhammad Zain]] || 1823 - 1859
|-
| [[Muhammad Arsyad]] || 1859 - 1876
|-
| [[Ayanhar]] || 1879 - 1900
|-
| [[Muhammad Ilham]] (Kolano Ara Rimoi) || 1900 - 1902
|-
| [[Haji Muhammad Usman Syah]] || 1902 - 1915
|-
| [[Iskandar Muhammad Djabir Sjah]] || 1929 - 1975
|-
| [[Mudaffar Sjah|Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II)]] || 1975 – 2015<ref>[http://news.detik.com/read/2015/02/19/093506/2837357/10/sultan-ternate-meninggal-dunia Artikel:"Sultan Ternate Meninggal Dunia" di Detik.com]</ref>
|-
|[[Syarifuddin dari Ternate|Syarifuddin Syah]]
|2016 - 2019
|-
|[[Hidayat Mudaffar Sjah|Hidayatullah Mudaffar Sjah]] (sengketa)
|2021 - Sekarang
|-
 
== Warisan Ternate ==
{{Tak netral}}
 
== Imperium nusantara timur ==
Imperium nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa.
[[Berkas:Istana sultan ternate.jpg|jmpl|250px|kiri|Istana Kesultanan Ternate di kaki [[Gunung Gamalama]], [[Kota Ternate]].]]
Imperium Nusantara timur yang dipimpin [[Ternate]] memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh [[Ternate]] sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya [[Sulawesi]] (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup [[agama]], [[adat-istiadat]] dan [[bahasa]].
 
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam, Ternate memiliki peran yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh sultanSultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti. Keberhasilan rakyat Ternate dibawah sultan Baabullah dalam mengusir Portugis tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya almarhum [[Buya Hamka]] bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.
 
Keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir Portugal pada tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya [[Buya Hamka]] bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.{{butuh pemastian}}
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. '''Prof E.K.W. Masinambow''' dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa - bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
 
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya, "Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia" mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap [[bahasa Melayu]] yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 40 hingga 50% kosakata [[bahasa Melayu]] di [[Bahasa Manado|Manado]] dan [[Bahasa Ambon|Ambon]] diambil dari Bahasa Ternate. [[Bahasa Melayu Maluku Utara|Bahasa Melayu Ternate]] ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama [[Sulawesi Utara]], pesisir timur [[Sulawesi Tengah]] dan Selatan, [[Maluku]] dan [[Papua]] dengan dialek yang berbeda–beda.<ref name="Bahasa Melayu Ternate">{{cite book|author= Drs. M. Jusuf Abdulrahman, et.al.|title=Ternate, Bandar Jalur Sutera|year=2001|publisher=LinTas}}</ref>
 
Dua naskah surat sultan Ternate, dari Sultan Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 diakui sebagai naskah Melayu tertua di dunia setelah naskah Melayu [[Naskah Tanjung Tanah|Tanjung Tanah]]. Kedua surat Sultan Abu Hayat tersebut saat ini masih tersimpan di [[Museum Lisabon]], Portugal.<ref name="Kultur-majalah.com">{{cite web |url=http://kultur-majalah.com/index.php/tradisi-folklore |title=Melestarikan Surat Leluhur Melayu di Rumah Larik |accessdate=21 Maret 2013 |archive-date=2013-03-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130314034144/http://kultur-majalah.com/index.php/tradisi-folklore |dead-url=yes }}</ref><ref name="Khazanah Naskah">{{cite web|author= Henry Chambert-Loir & Oman Aturrahman|url=http://books.google.co.id/books?id=5A4_OlCkEZgC&pg=PA167&lpg=PA167&dq=naskah+melayu+ternate&source=bl&ots=O4lcduIWKu&sig=H5Z1gnwnh4UieHswnQFFq5139eU&hl=en&sa=X&ei=PeVKUf6RE4yGrAfFmoDYBg&redir_esc=y#v=onepage&q=naskah%20melayu%20ternate&f=false | title=Khazanah naskah: panduan koleksi naskah-naskah Indonesia sedunia | accessdate = 21 Maret 2013}}</ref><ref name="Republika.co.id">{{cite web|url=http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/04/30/lkgkph-undang-undang-tanjung-tanah-naskah-melayu-tertua-di-dunia | title=Undang Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua di Dunia? | accessdate = 21 Maret 2013}}</ref>
 
== Lihat pula ==
* [[Kesultanan Tidore]]
* [[Kesultanan Jailolo]]
* [[Kesultanan Bacan]]
* [[Maluku Utara]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
=== Bacaan lanjutan ===
 
== Daftar pustaka ==
* M. Adnan Amal, ''"Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II"'', Universitas Khairun Ternate 2002.
* Willard A. Hanna & Des Alwi, ''"Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak"'', Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996.
* Abdul Hamid Hasan, ''“Ternate dari abad ke abad”'', Ternate 1987.
* Prof E.K.W Masinambow, ''“Bahasa Ternate dalam konteks bahasa – bahasa Austronesia dan Non Austronesia”'', dalam TERNATE BANDAR JALUR SUTERA, LinTas 2001
 
=== Pranala luar ===
*{{id}}[http://ternate.wordpress.com]
 
[[Kategori:Kota Ternate|Ternate]]
[[Kategori:Kesultanan Ternate| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Ternate]]