Tonny Koeswoyo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(103 revisi perantara oleh 56 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{sumber blog|date=Juni 2022}}
{{Infobox person
| honorific_prefix =
| name = Tonny Koeswoyo
| honorific_suffix =
| image = Tonny Koeswoyo posing for Favorita's Magazine Vol 20 1967.png
| image_upright =
| image_size =
| landscape = <!-- yes, if wide image, otherwise leave blank -->
| alt =
| caption =
| native_name =
| native_name_lang =
| birth_name = Koestono
| alias =
| birth_date = {{birth date|1936|1|19}}
| birth_place = [[Tuban]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1987|3|27|1936|1|19}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| occupation = {{hlist|[[Penyanyi]]|[[pencipta lagu]]|[[aktor]]|[[sutradara]]|[[produser rekaman]]|[[penulis naskah]]}}
| children=5
| father=Raden Koeswoyo|mother= Rr. Atmini
| alma_mater=
| relatives=
| spouse = Astrid Tobing (cerai)<br> Karen Julie
| website =
| signature =
| module=
{{Infobox musical artist|embed=yes
| background = solo_singer
| origin =
| genre = {{flatlist|
* [[Pop tradisional]]
* [[Rock and roll]]
* [[Hard rock]]
* [[Heavy metal]]
* [[Musik rok progresif|Progresif rock]]
* [[Musik rok psikedelis|Psikedelis rock]]
* [[Soft rock]]
* [[Musik Melayu]]
* [[dangdut]]
* [[bossa nova]]
* [[blues]]
* [[blues rock]]
* [[keroncong]]
* [[lagu anak-anak]]
}}
| instrument = {{hlist|[[Piano]]|[[gitar]]|[[Gitar bas|bass]]|[[drum]]|[[kibor]]|[[harmonika]]|[[saxophone]]|[[flute]]|[[suling]]|[[vokal]]}}
| years_active = [[1952]]–[[1987]]
| label =
* [[Irama (perusahaan rekaman)|Irama]]
* Mesra Record
* Remaco
| associated_acts = [[Koes Bersaudara]], [[Koes Plus]]
}}
}}
'''Koestono bin Koeswoyo''' ({{lahirmati|[[Tuban]], [[Jawa Timur]]|19|1|1936|[[Jakarta]]|27|3|1987}}) atau '''Tonny Koeswoyo''' adalah pimpinan dari group [[Koes Bersaudara]] dan group [[Koes Plus]]. Tony dapat memainkan tiga alat musik yaitu [[piano]], [[gitar]], dan [[keyboard]].
==
Tonny Koeswoyo adalah anak keempat dari sembilan bersaudara anak dari pasangan '''R. Koeswojo (Raden Koeswoyo) (
# Tituk (perempuan)
# Koesdjono (
# Koesdini (Dien ~ perempuan) (7 Oktober 1934).
# '''Koestono (Ton alias Tonny Koeswoyo) (19 Januari 1936
# Koesnomo (Nom alias Nomo Koeswoyo) (21 Januari 1938 – 15 Maret 2023).
#
# Koesroyo (Yok alias Yok Koeswoyo) (3 September 1943)'''.
# Koestami (Miyi ~ perempuan) (6 Januari 1945).
# Koesmiani (Ninuk ~ perempuan) (16 Januari 1947).
Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ke 7 keturunan (trah) [[Sunan Muria]] di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari [[Bupati Tuban]] pada zaman penjajahan [[Belanda]] saat itu.
Masa kecil Tonny dilalui di
Titisan darah musik menurun dari R. Koeswojo (Koeswoyo) sang ayah yang terampil memetik gitar dan
Sang ayah mengundurkan diri dari pekerjaannya dan bergabung dengan Bank Timur. Dia dipercaya mengelola ''onderneming'' (perkebunan) di [[Solo]], [[Jawa Tengah]] dan memboyong keluarganya. Rumah mereka di Jakarta hanya di tempati oleh 4 anak laki-lakinya yang dipimpin oleh abang tertuanya Jon dan 3 adiknya, Tonny, Yon dan Yok.
Sejak itu Tony mulai serius belajar musik, sehingga ia bisa bermain gitar, ukulele, piano, dan suling. Kemampuan musiknya dipelajari secara otodidak dan mempelajari not balok dari [[Nick Manolov]] serta gaya pemetikan gitarnya mengikuti gitaris spanyol [[Carcasi]] dan [[Tjio Bun Tek]] - guru gitar klasik di Jakarta. Ia terus memainkan gitar itu siang-malam. Ia juga kerap mengikuti kegiatan di mana saja yang ada unsur musiknya. Kegiatan sekolah, mahasiswa, atau apapun yang ada musiknya, juga selalu diikutinya. Ketekunannya dalam bermusik membuat Tonny lupa belajar, sampai tidak naik kelas dan lulus ujian hingga tiga kali. Tony kemudian mengajarkan adik-adiknya, Yon dan Yok, bermain musik. Nomo adiknya yang baru pulang berkelana, juga akhirnya ikut-ikutan. Ketika Jon membelikan seperangkat alat musik untuk adik-adiknya, memang telah dibuat semacam perjanjian dengan Tony, bahwa dia hanya bermain dengan saudara-saudaranya (dengan adik-adiknya). Dari situ mulai solidlah Koes Bersaudara. Band ini berlatih dengan peralatan musik sederhana dan amplifier merek ''Robin'' buatan dalam negeri (buatan Jakarta). Rumah mereka pun berubah ramai setiap sore, karena orang-orang berkumpul mendengar hentakan musik. Hal ini masih kerap dikeluhkan ayah mereka, Koeswoyo, ketika pulang ke Jakarta dengan alasan musik tidak bisa bikin orang sejahtera. Hal tersebut tidak dipedulikan oleh Tony dan saudara-saudaranya yang lain, mereka terus saja bermain musik.
Baris 54 ⟶ 85:
== Karier ==
=== Band di Sekolah ===
Tonny Koeswoyo adalah seorang gitaris utama dan penulis lagu memulai kisah perjalanannya yang panjang dalam dunia musik secara serius sejak duduk di bangku SMA di Jakarta. Naluri bermusiknya begitu menggelora, sehingga ia menjadi gitaris utama dan
=== Koes & Bros ===
Pada tahun
=== Kus Brothers ===
Pada tahun 1960 Tonny mengubah nama grup ini menjadi '''Kus Brothers'''. Tonny meniru pola ''Everly Brothers'' di Amerika, karena menggunakan 2 penyanyi kakak beradik. Namun sebetulnya inspirasi Tonny terhadap duet Yon dan Yok itu adalah ''[[Kalin Twins]]'', dua penyanyi [[Inggris]] bersaudara yang kembar. Di periode akhir tahun [[1950]]-an hingga awal tahun [[1960]]-an group [[musik]] di [[Indonesia]] umumnya lebih bangga menyanyikan lagu asing, tak terkecuali mereka. Tonny dan saudaranya pun latihan dengan menyanyikan lagu-lagu Barat yang sedang hits masa itu seperti dari [[Everly Brothers]], [[Harry Belafonte]], Kalin Twin, dan lainnya. Kala itu menyanyikan lagu Indonesia dianggap memalukan. Tonny dan saudaranya juga mengasah diri dengan mengamen di jalanan atau menjadi penghibur di acara ulang tahun dan sunatan. Bayaran tidak penting, yang jelas bisa belajar tampil di depan umum dan dapat makan-minum gratis. Adik perempuan mereka '''Miyiek''' pernah ikut menyanyi ketika saudaranya ngamen, dan senang ketika diberi bolpoin, sabun mandi, dan buku tulis. Meski ada juga tuan rumah yang memberikan uang. Sesekali Jan Mintaraga dan Tommy Darmo ikut Koes Brothers nanggap. Hanya saja, suaranya tak bisa tinggi, sumbang, dan ia suka angin-anginan karena sibuk belajar.<ref name="anton-djakarta.blogspot.com">http://anton-djakarta.blogspot.com/2008/02/kisah-keluarga-koeswoyo.html</ref>
Tahun 1962, Kus Brothers (Kus Bros) mencoba untuk masuk dapur rekaman. Adalah Tonny melontarkan gagasan membuat album rekaman. Suatu gagasan yang dianggap mustahil dan gila oleh saudara-saudaranya. Namun Tonny memberanikan diri karena ia berpikir akan membuat lagu sendiri alias tidak menyanyikan lagu Barat. Lewat perusahan '''PT Irama''', milik '''Soejoso Karsono''' atau kerap dipanggil '''(Mas Yos)''' perusahaan rekaman terkenal saat itu. Mas Yos bersama supervisor musik Irama yang juga seorang masetro musik [[Jazz]] '''[[Jack Lesmana]]''', menantang Tony untuk menyiapkan lagu dalam waktu dua minggu. Tony menerima tantangan itu. Demi mempunyai banyak waktu untuk mencipta lagu, Tonny bahkan memutuskan keluar dari tempatnya bekerja di ''Perkebunan Negara''. Tonny kemudian konsentrasi menciptakan lagu. Dalam waktu satu minggu, dia berhasil menciptakan dua lagu: ''"Weni"'' dan ''"Terpesona"''. Abangnya Jon merekamnya dengan alat perekam [[Grundig]] yang pitanya sebesar piring. Dibantu Jan Mintaraga, Tony mengetik surat permohonan rekaman ke PT Irama. Hasil rekaman dikirim bersama surat permohonan ke PT Irama. Sesuai janjinya ia kembali dalam dua minggu.
Melihat hasil lagu yang dibawakannya, mas Yos dan Jack terkagum dan kemudian mengontrak Kus Brothers pada tahun 1962. Abangnya Jon pun memutuskan keluar dari pekerjaannya untuk mendukung penuh band keluarga ini. Kala itu Formasi Kus Bros yakni
=== Kus Bersaudara ===
Mas Yos menyarankan Tonny agar Kus Brothers yang sekarang anggotanya lima orang diganti namanya menjadi '''Kus Bersaudara''' karena dianggap kebarat-baratan. Tonny pun setuju, dengan nama baru inilah album pertama Tonny Koeswoyo beserta saudaranya diterbitkan pada tahun 1963. Album rekaman pertama Koes Bersaudara yang keluar
=== Koes Bersaudara ===
Meski sudah memiliki rekaman, kesejahteraan Koes bersaudara tak berubah. Honor mereka kala itu sangat kecil. Lagu-lagu mereka yang menjadi hits seolah tak memberikan pengaruh apa-apa. Mereka pun tetap mengamen sana-sini dan menghibur di acara perkawinan dan sunatan. Hingga beberapa waktu kemudian kakak tertua mereka Jon Koeswoyo
Grup ini meraih kesuksesan dalam beberapa album rekaman berikutnya selama beberapa tahun. Meski sudah memiliki lagu-lagu sendiri dalam bentuk rekaman, mereka masih dibayar dengan honor yang seadanya kalau menyanyi di panggung. Lagu-lagu Tonny Koeswoyo boleh saja populer, tetapi kehidupan ekonomi keluarga Koeswoyo tidak banyak berubah.
=== Masuk Bui ===
Pada tahun 1965 Koes Bersaudara menjadi kelompok musik sohor tanah air dan nyaris tanpa saingan sama sekali. Tapi Koes Bersaudara masih merasa perlu manggung secara berkala di gedung bioskop '''Megaria''' sebagai selingan pemutaran film atau di Restaurant International Airport Kemayoran dua kali seminggu.<ref name="anton-djakarta.blogspot.com"/> Penonton yang berjubel dan tumpang tindih selalu me''request'' lagu-lagu dari Barat. Atas permintaan penonton ketika [[Koes Bersaudara]] manggung, mereka "terpaksa" membawakan lagu lagu The Beatles, Kalin Twins, [[Elvis Presley]], [[The Rolling Stones]], [[Ricky Nelson]] dan Everly Brothers. Meski Tonny tahu pemerintah memberlakukan Panpres Nomor 11 Tahun 1965 yang melarang musik “ngak- ngik-ngok” yang berasal dari Inggris dan Amerika Serikat, tetapi, Tony sulit mengelak permintaan penggemarnya.
Pada tanggal 25 Juni 1965 Koes Bersaudara bersama band [[Dara Puspita]], [[Noor Bersaudara]] dan [[Quarta Nada]], diundang ke sebuah pesta yang diadakan oleh '''Kolonel Koesno'''. Ketiga band top itu membawakan lagu-lagu Barat secara bergantian. Ketika Koes Bersaudara yang tampil terakhir baru saja mulai membawakan nomor The Beatles, ''I Saw Her Standing There'', terjadi lemparan batu-batu yang menyasar ke atap rumah Kolonel Koesno. Diikuti teriakan-teriakan berbau kekiri-kirian seperti: ''“Ganyang [[Nekolim]]! Ganyang [[Manikebu]]! Ganyang Ngak-ngik-Ngok!”'' Pertunjukan pun terhenti seketika dan Koes Bersaudara dipaksa minta maaf. Tonny dengan tenang segera memenuhi permintaan itu dan dipaksa berjanji tak akan memainkan lagu ngak-ngik-ngok lagi. Setelah nama-nama personel dari band penghibur itu dicatat oleh pengunjuk rasa, semua yang hadir dalam pesta tersebut membubarkan diri.
Tonny, Nomo, Yon, dan Yok diperbolehkan pulang dengan perasaan lega. Empat hari kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Juni 1965, keempat bersaudara Koeswoyo ini ditangkap dan dijebloskan ke Penjara Glodok. Perintah penangkapan disertai sebuah Surat Perintah Penahanan Sementara Nomor 22/023/K/ SPPS/1965 yang dikeluarkan Kejaksaan Negeri Istimewa Jakarta dan ditandatangani L Aroen SH. Mereka dituduh [[Bung Karno]] sebagai penyebar Musik '''''Ngak Ngik Ngok''''' tak berbudaya [[Indonesia]] berbau Nekolim (Neo Kolonial dan Imprealis). Tonny dimasukkan satu sel bersama saudara-saudaranya, [[Nomo Koeswoyo|Nomo]], [[Yon Koeswoyo|Yon]], dan [[Yok Koeswoyo|Yok]] di Penjara Glodok pada hari itu juga tanggal 29 Juni 1965. Mereka dihukum oleh rezim [[Orde Lama]] [[Soekarno]] hanya karena memainkan lagu-lagu ngak-ngik-ngok (kebarat-baratan) yang terlarang masa itu (dianggap musik yang tidak mencerminkan bangsa Indonesia) dianggap berbahaya karena bisa meracuni jiwa generasi muda pada tahun [[1965]]. Keempatnya mendekam di penjara tanpa proses pengadilan selama 3 bulan. Pihak kepolisian juga melarang lagu-lagu Koes Bersaudara beredar di masyarakat. Namun para penggemar Koes Bersaudara masih bisa mendengarkan lagu-lagunya melalui radio [[Singapura]]. Koes Bersaudara ditahan ketika lagu ''Pagi yang Indah'' menjadi top hit di seberang lautan.<ref name="anton-djakarta.blogspot.com"/> Mereka akhirnya dibebaskan pada tanggal 29 September 1965 (tepat sehari sebelum pecahnya '''[[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September PKI]]''').
Sekeluar dari bui, situasi dalam penjara dipotret oleh Tonny melalui lagu [[Koes Bersaudara]] berikutnya. Pengalaman selama 100 hari itu dituangkannya ke dalam dua album Koes Bersaudara, ''Jadikan Aku DombaMu'' dan ''To The So Called The Guilties'' yang diterbitkan '''Dimita Moulding Company''' dengan label Mesra milik pengusaha berdarah [[Minangkabau]] '''Dick Tamimi'''. Di antaralagunya tersebut berjudul: ''Mengapa Hari Telah Gelap'', ''Balada Kamar 15'', ''Di dalam Bui'', ''Jadikan aku Dombamu'', ''Voorman'', ''Untuk
Dalam pengakuan adiknya Yok Koeswoyo di depan publik acara [[Kick Andy]] yang ditayangkan [[Metro TV]] pada Kamis 11 Desember 2008), terungkap sebuah fakta yang selama ini dirahasiakan. Bahwa sebenarnya mereka dimasukkan penjara pada masa itu sebagai bagian untuk menjadikan Koes Bersaudara sebagai intelijen tandingan (''counter intelligence'') di [[Malaysia]]. Saat itu, Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. “Zaman dulu ada '''KOTI''' (Komando Operasi Tertinggi). Kami direkrut oleh dia-dia, komandannya Kolonel Koesno dari Angkatan Laut. Dibikin seolah-olah pemerintah yang ada tidak senang sama kami, lalu kami ditangkap. Dalam rangka ditangkap inilah kami nanti secara diam-diam keluar dan eksodus ke Malaysia. Di sana kami dipakai sebagai counter intelligence. Namun, pas keluar dari penjara pada tanggal 29 November, meletus G30S,” cerita Yok.
Selepas itu karier bermusik Tonny dan adik-adiknya kembali berjalan. Dalam periode itu nyata sekali kelebihan mereka. Meski gaya Beatles masih mengganduli Koes Bersaudara tetapi sebagian besar lagu-lagu Tonny yang lahir sesudah lepas dari bui itu terpengaruh oleh band [[Bee Gees]]. Dalam rangkaian ini pula mereka menelurkan lagu-lagu berbahasa Inggrisnya seperti: ''Tree
=== Koes Plus ===
Meski meraih kesuksesan dalam bermusik, Namun itu tidak bertahan lama. Kehidupan anggota group ini tetap dalam kesulitan ekonomi karena tak banyak menikmati keuntungan dari penjualan album-album mereka. Produktivitas Koes Bersauadara kemudian melemah kembali pada penghujung tahun 1960-an atau tepatnya pada era 1968 hingga 1969. Adiknya Nomo Koeswoyo berinisiatif meninggalkan posisinya sebagai penabuh drum pada tahun 1969. Ia memilih berusaha sampingan di luar bidang musik sebagai pedagang untuk menghidupi keluarganya, sehingga kerap meninggalkan latihan. Oleh Tonny Koeswoyo, Nomo disuruh memilih untuk fokus pada musik di Koes Bersaudara atau keluar. Sikap Tonny sangat tegas, karena ia ingin agar seluruh adik-adinya fokus pada musik. Bahkan ia sempat mengusir Nomo yang berbicara masalah bisnis mobil bersama temannya di luar studio ketika sedang latihan. Nomo bersikap lebih pragmatis dan memiliki prinsip yang berbeda dengan Tonny, karena saat itu ia telah menikah dan telah memiliki 1 orang anak.
Posisi drummer yang ditinggalkan Nomo Koeswoyo kemudian digantikannya dengan [[Kasmuri]] (dikenal dengan panggilan [[Murry]]). Murry adalah
Keputusan Tonny mengeluarkan Nomo, mendapat reaksi keras dari adik laki-laki bungsunya Yok Koeswoyo. Sebagai bentuk simpatinya kepada Nomo, ia pun memilih mengundurkan diri. Yok berhenti karena tak mau bermain band dengan personel di luar Koeswoyo.<ref name="nadatjerita.wordpress.com">https://nadatjerita.wordpress.com/tag/sejarah-koes-plus/</ref> Keduanya sempat mengamuk dan melarang Tonny dan Yon untuk menggunakan alat musik drum dan bass milik mereka untuk band di luar mereka. Mereka juga sempat mengusulkan agar band dibubarkan saja. Lebih jauh mereka juga sempat mengancam Tommy Darmo dan Dimas Wahab karena dikira mengenalkan Murry dan Totok AR.<ref>http://seleb.tempo.co/read/news/2010/06/20/001256795/legenda-50-tahun-koes-plus-wawancara-yon-koeswoyo{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Namun Tonny tetap bersikukuh dengan keputusannya. Bahkan ketika ibu mereka wafat pada tahun 1969, tidak mengubah pendiriannya.
Di tengah situasi [[ekonomi]] sulit, pasca keluarnya Nomo dan Yok, keadaan ekonomi Tony Koeswoyo pun menurun. Ia bahkan sempat menjual [[radio]] satu-satunya miliknya untuk membeli [[becak]] guna menyambung hidup. Namun Tonny berusaha keras untuk tetap eksis di bidang [[musik]]. Ia pun mengambil keputusan cepat. Untuk posisi pemain bass ia kemudian merekrut '''Adji Kartono''' atau biasa disingkat '''Totok AR''' ([[Totok Adji Rahman]]) yang merupakan adik dari gitaris band wanita '''Dara Puspita''' yakni '''Titiek AR''', dan '''Lies AR''' sekaligus kawan lamanya Dimas Wahab. Totok bukanlah orang baru di kalangan personel Koes Bersaudara karena sejak akhir tahun 60-an ia turut tinggal bersama band itu di markas mereka di Jalan Sungai Pawan No. 1 Jakarta. Sebelumnya, ia
Bersama adiknya Yon, ditambah
Koes Plus mulai resmi muncul pada tahun 1969 lewat debut album Volume I ''Dheg Dheg Plas'' yang dirilis Dick Tamimi bersama label '''Dimita/Mesra'''. Begitu dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu “Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu. Hal itu membuat sebagian personel goyah, tetapi tidak bagi Tonny.
Baris 112 ⟶ 143:
=== Dukungan Keluarga ===
Keberhasilan Koes Plus merambah dunia musik tanah air menimbulkan simpati dari keluarganya. Dukungan dari keluarga besar Koeswoyo juga datang, termasuk dari ayahnya R. Koeswoyo (wafat di Jakarta, Selasa 8 Agustus 2000
=== Bersaing dengan No Koes ===
Baris 137 ⟶ 168:
Band Koes Plus masih tetap eksis hingga saat ini meski telah berkali-laki ganti formasi, menyusul pengunduran diri Yok karena alasan kesehatan pada tahun 1997 dan kemudian Murry tahun 2004 dengan alasan serupa. Hingga kini Koes Plus hanya menyisakan Yon Koeswoyo sebagai satu-satunya keluarga Koeswoyo yang setia mengibarkan panji kebesaran Koes Plus dengan personel barunya yang seluruhnya berusia sangat muda. Kesuksesan perjalanan karier Koes Plus diakui para tokoh dan pengamat musik nasional sehingga mulai Agustus 1992 Koes Plus hampir selalu mendapat penghargaan BASF AWARD secara rutin.
==
Sejarah musik Indonesia mencatat
Tonny sangat piawai dalam melahirkan lagu dan syair berkualitas karena memiliki wawasan yang luas. Dengan berbekal bacaan [[filsafat]] yang bersumber dari [[Al Qur'an]], [[Injil]], [[Gitanjali]], [[Bhagawad Gita]], [[Vivekananda]], dan lain sebagainya, menyebabkan lirik [[lagu]] yang dia ciptaan memiliki [[bobot]].
Baris 144 ⟶ 175:
Tidak hanya tema [[cinta]] yang diusung oleh Tony Koeswoyo, tetapi merambah pada tema Ke-[[Tuhan]]-an, tema [[Nasionalisme]], [[Keindahan]] [[Alam]], dan lain-lain.
Kelebihan Koes Bersaudara pada saat itu ada pada diri Tonny Koeswoyo. Ia meramu musik Koes Bersaudara dengan resep ''Simple is beautiful'' - Sederhana itu indah. Walaupun pada waktu itu telah berujung beberapa kali sempat menimbulkan pendapat miring bagi pengamat [[musik]], konsep mencipta [[lagu]] yang berlirik sederhana, dan ''easy listening'', menjadikan lagu [[Koes Bersaudara]] dan [[Koes Plus]] bertahan hingga 6 [[dasawarsa]], dan tidak mustahil menjadi "[[lagu]] rakyat" sepanjang masa. Ia juga menciptakan lirik yag indah serta penuh makna dengan gaya [[bahasa]] yang sederhana, komunikatif, tetapi penuh arti. Koes Bersaudara banyak menggunakan syair yang memiliki ritme (sajak persamaan bunyi) sehingga enak dibaca dan didengarkan. Hal itu juga dipengaruhi oleh kesukaannya membaca buku-buku sastra karya [[Chairil Anwar]] dan [[Yasunari Kawabata]]. Tak hanya itu, Tonny sebagai otak Koes Bersaudara tidak meninggalkan faktor ''metre'' (banyaknya kata dalam satu baris) dan harus tepat tekanan kata pada birama, serta notasi lagu harus sesuai dengan arti kata syair tertentu.
Untuk mempertahankan originalitas lagu dan musik Koes Bersaudara, pada mulanya Tonny melarang adik adiknya membuat lagu. Meski ia kemudian berubah pikiran dengan mendorong adik-adiknya untuk ikut menciptakan lagu untuk band mereka. Ia juga sempat melarang Nomo Koeswoyo (drummer) belajar memukul drum kepada [[Domingo Roda]] di [[Kemayoran]] yang gaya bermainnya tidak sesuai dengan konsep bermusik Tonny. Kedisiplinan, ketelatenan, dan keoptimisan Tonny Koeswoyo mengasah talenta adik-adiknya bermusik dan bernyanyi menghasilkan kesuksesan show Koes Bersaudara. Hal tersebut berlanjut pada masa Koes Plus, Lagu-lagu mereka benar-benar enak didengar dan bermutu, menjadi sesuatu yang akrab di telinga pencinta musik tanah air, menjadi lagu yang sering diputar dalam siaran radio dan banyak dinyanyikan dalam berbagai acara pesta.
Lagu-lagu ciptaannya banyak didaur ulang oleh penyanyi pada era setelah kematiannya. Diantaranya [[Chrisye]] yang menyanyikan [[lagu]] ciptaan
Pada tahun 2004 telah sukses digelar konser besar [[Salute to Koes Plus/Bersaudara]] yang digagas oleh komposer [[Erwin Gutawa]], yang melibatkan penyanyi-penyanyi terkenal pada era milenium II seperti: [[Harvey Malaiholo]], [[Armand Maulana]], [[Audy]], [[Glenn Fredly]], Ruth Sahanaya, [[Andy /rif]], [[Akhdiyat Duta Modjo|Duta Sheila on7]], dsb.
Selain itu tidak sedikit group musik nasional sejak era 1980-an hingga saat ini yang khusus membawakan ataupun kerap membawakan lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus di berbagai show mereka. Tidak sedikit pula pengamat musik asing yang memujinya dan menjadi penggemarnya. Diantaranya adalah '''Allan Bishop''' dari Amerika yang bahkan mengkoleksi semua album Koes Bersaudara dan Koes Plus.
== Kehidupan pribadi
Meski telah memutuskan untuk hidup dari musik, tetapi Tonny tetap berusaha memenuhi harapan kedua orang tuanya untuk meneruskan sekolah hingga sampai ke Perguruan Tinggi. Pendidikan terakhir yang sempat ditempuhnya adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta [[IKIP Jakarta]] (sekarang [[UNJ]]) jurusan [[Sastra Inggris]] namun tidak selesai meski sudah tingkat persiapan. Di tempat kuliah, ia rajin mengikuti berbagai kegiatan kesenian mahasiswa yang diadakan di kampusnya. Dalam situasi negara yang sedang mengalami krisis politik berat pada era [[Orde Lama]], ia pun sempat ikut aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Ia aktif dalam organisasi (Himpunan Mahasiwa Islam) ([[HMI]]) dan Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia ([[GMNI]]). Di sana terlihat jelas 2 sisi pribadinya yang kuat yaitu unsur religiusitas dan nasionalisme.
Baris 160 ⟶ 191:
Tonny sempat bekerja pada instansi Perkebunan Negara, tetapi tidak lama. Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk fokus pada musik saat ditantang untuk menciptakan lagu sendiri sebagai syarat untuk masuk dapur rekaman. Di dalam kesuksesannya bermusik, ia pun tak melupakan jasa abangnya Jon Koeswoyo. Tonny dan adik-adiknya kerap membantu kehidupan keluarga sang abang dengan menyisihkan sebagian penghasilan mereka.
Tonny menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan '''Astrid Tobing''', seorang wanita berdarah [[Tapanuli
Tonny kemudian menikah lagi dengan seorang wanita berbeda keyakinan asal [[Amerika]] yang bernama '''Karen Julie'''. Kekagumannya kepada istrinya ini sempat ia tuangkan dalam sebuah lagu yang berjudul sama dengan nama istrinya. Dari pernikahan keduanya ini ia memperoleh 2 orang anak yaitu Kirsty Koeswoyo (putri) dan Cleo Koeswoyo (putra) yang sekarang tinggal di Inggris bersama Karen Julie. Meski Tonny sendiri seorang Muslim, tetapi berkeluarga dengan pasangan dan anak cucu dari latar belakang yang beragam turut mewarnai perjalanan hidupnya.
==
=== Film ===
{| class="wikitable"
|-
! Tahun
! Judul
! Peran
! Keterangan
|-
| 1972
| ''[[Bing Slamet Setan Djalanan]]''
|
| rowspan="2"| Sebagai Koes Plus
|-
| 1973
| ''[[Ambisi (film)|Ambisi]]''
|
|}
== Kematian dan warisan ==
Tonny Koeswoyo tutup usia di [[Jakarta]] pada hari Minggu [[tanggal]] [[27 Maret]] [[1987]] pada umur 51 [[tahun]] karena [[penyakit]] [[kanker usus]] yang mengakhiri hidupnya. Penyakit yang lama diabaikannya karena totalitasnya dalam bermusik. Intensitas bermusik yang tinggi menyebabkan raganya terlupakan. Tonny meninggal dengan tenang di hadapan keluarganya. Ia dituntun oleh abang tertuanya Jon Koeswoyo ketika menghadap Sang Khalik.
Baris 171 ⟶ 221:
Saat menjalani perawatan di RS Setia Mitra, ketika penyakit yang diderita semakin parah, hasrat sebagai seorang musisi tidak sedikit pun berkurang. Ia dibantu oleh pemusik [[Onny Suryono]], yang juga kawan akrabnya untuk membantu memegang gitar saat Tonny menemukan ide sebuah lagu. Terciptalah beberapa lagu yang terasa seakan merupakan warisan terakhir Tonny Koeswoyo sebagai seorang musisi. ''Cakrawala Hati'', ''Dewi Sri'', ''Nenek Sayang'' dan ''Wit Gedhang''. Lagu itu seakan menjadi saksi sisa-sisa kedahsyatan seorang musisi yang merupakan revolusioner musik pop Indonesia.
==
{{Reflist}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/yon.html Biografi Musisi:Yon Koeswoyo @ TamainIsmailMarzuki.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140121155107/http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/yon.html |date=2014-01-21 }}
* {{id}} [http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0310/10/Musik/611347.htm Sisa Laskar Koes Bersaudara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080506114054/http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0310/10/Musik/611347.htm |date=2008-05-06 }}
Baris 197 ⟶ 233:
* {{id}} [http://anton-djakarta.blogspot.com/2008/02/kisah-keluarga-koeswoyo.html]
{{Koes Plus}}
{{lifetime|1936|1987|}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Koeswoyo, Tony}}
[[Kategori:Pemusik Indonesia]]
[[Kategori:Penyanyi Indonesia]]
[[Kategori:Keluarga Koeswoyo|T]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Tuban]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Gitaris Indonesia]]
[[Kategori:Koes Plus]]
|