Bahasa Binan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→top: Perbaikan kesalahan ketik, Perbaikan tata bahasa Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Badak Jawa (bicara | kontrib) Endang Sulastri sudah dicantumkan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(13 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Peta perbencongan duniawi.png|jmpl|370x370px|Penurunan kata "banci" ke dalam berbagai versinya dalam bahasa Binan]]
{{external media
| float = right
| video1 = ''[https://twitter.com/mcdtua/status/1341569699507630080 @Elmand R U M P I! @igun31 #bahasagaul #debbysahertian #fyp] ({{web archive|url=https://web.archive.org/web/20201223210332/https://twitter.com/mcdtua/status/1341569699507630080}}) - Video dua orang berbicara bahasa Binan dengan subjudul bahasa Indonesia sehari-hari.
}}
'''Bahasa Binan''' (kadang disebut juga '''bahasa Banci, bahasa Bencong''', '''bahasa Gay''' dsb.) adalah ragam bahasa [[Indonesia]] yang dipertuturkan oleh komunitas [[gay]] dan [[waria]] di Indonesia. Bahasa ini memiliki beberapa pola pembentukan kata yang teratur dan terdokumentasikan dalam tulisan dan ujaran.<ref>
Boellstorf (2004): 248</ref> Salah satu pola pembentukan kata yang paling umum adalah dengan mengganti suku kata terakhir dari kata bahasa Indonesia/bahasa daerah menjadi akhiran -''ong'' (tetapi konsonan pertamanya dipertahankan) dan mengubah vokal suku kata sebelumnya menjadi bunyi e. Sebagai contoh, suku kata terakhir dalam kata ''banci'' diganti dengan akhiran ''-ong'' (tetapi konsonan c dipertahankan) dan huruf vokal suku kata sebelumnya diganti ''e'' sehingga menghasilkan kata ''bencong''.
Perbendaharaan kata dalam bahasa Binan kebanyakan diturunkan dari bahasa Indonesia, dengan sedikit kata yang diturunkan dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa.<ref>Oetomo, D. (2001). ''Memberi suara pada yang bisu''. Yogyakarta: Galang Press.</ref>
Baris 26 ⟶ 19:
Bahasa Binan setidaknya sudah timbul pada kisaran tahun 1960-an di kalangan waria dan pria homoseksual Indonesia. Pada 1960-an, bahasa Binan masih sebatas akhiran se', seperti terima kasih ''→ trimse'''. Lambat laun kata-kata berakhiran ''cong'' dan ''ces'' diperkenalkan. Bahasa ini lantas dikenal dengan sebutan ''Omong Cong'' atau ''Omong Ces''. Contoh penggunaan bahasa Binan se' dan cong ini dapat dilihat pada film ''[[Betty Bencong Slebor]]'' yang dibuat pada tahun 1970-an. Kemudian bahasa ini terus berkembang hingga lebih dikenal dengan istilah bahasa Binan seperti sekarang. Sebagian kata dalam khazanah bahasa Binan lambat laun diterima dalam percakapan informal sehari-hari di luar komunitas waria/homoseksual.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://gayanusantara.or.id/info-lgbtiq/bahasa-binan/|title=Bahasa Binan|date=2015-08-17|website=GAYa NUSANTARA|language=id-ID|access-date=2019-05-24}}</ref><ref>{{Cite web|last=DKP|date=2019-09-04|title=Ingat-Ingat Sejarah Bahasa Binan|url=https://qbukatabu.org/2019/09/04/ingat-ingat-sejarah-bahasa-binan/|website=qbukatabu.org|language=en|access-date=2021-02-23}}</ref><ref>{{Cite journal|first=Maimunah|date=28 April 2012|title=FLUIDITAS ANTARA MASKULINITAS DAN FEMININITAS:REPRESENTASI WARIA DALAM FILM DOKUMENTER DAN FIKSI|url=}}</ref> Puncak penerimaan bahasa Binan dalam bahasa Indonesia gaul terjadi pada dasawarsa 1990. Televisi dan radio mulai diramaikan dengan penggunaan bahasa Binan sebagai bagian dari sajian hiburan. Kata-kata yang mulanya berasal dari bahasa Binan, mulai lazim terdengar dalam percakapan sehari-hari, seperti ''nepsong, bencong, lekong'' dll.<ref name=":0" />
Bahasa Binan yang dikenal hari ini kemungkinan berkembang dari bahasa yang dituturkan para waria di Medan. Sebagaimana yang diceritakan oleh [[Debby Sahertian]] bahwa pada 1997, komunitas waria atau bencong di kota Medan telah aktif menggunakan bahasa ini. Bahasa ini kemudian terbawa ke Jakarta dan mulanya digunakan di salon-[[Salon kecantikan|salon]] di seantero Jakarta. Debby mengaku semenjak itu ia mulai menggunakan bahasa itu bersama sebagian kawan selebritas, contohnya bersama [[Tata Dado]]. Debby dibantu Tata Dado dan sejumlah selebritas lain kemudian mulai mencatat dan mendokumentasikan kata-kata bahasa Binan ini yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah kamus, yakni ''Kamus Bahasa Gaul'', yang terbit pertama kali pada 1999.<ref>{{Cite
== Tata bahasa ==
Baris 63 ⟶ 56:
|Mandala
|Mandi
|''
|-
|Belalang
Baris 248 ⟶ 241:
|Alis
|''alis''
|-
|Dua Lipa
|Dua kali lipat
|''dua pa''
|}
=== Neologisme ===
Baris 373 ⟶ 371:
* murah → mu-r + ''ce'' → murce
*
* ke mana → ke-ma-n + ''ce'' → kemance
Baris 500 ⟶ 498:
=== Identitas ===
Bahasa Binan menjadi bagian dari identias komunitas gay dan waria di Indonesia. Bahasa Binan menjadi penanda dan ekspresi budaya dari komunitas gay dan waria. Sebagai contohnya, dalam penyuluhan-penyuluhan HIV/AIDS oleh Imawa (Ikatan Waria Malang), bahasa yang digunakan sebagai bahasa perantara adalah bahasa Binan, selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah (bahasa Jawa).<ref>{{Cite journal|title=STRATEGI KOMUNIKASI DUTA HIV/AIDS DALAM KAMPANYE HIV/AIDS DI KALANGAN TRANSGENDER PADA IKATAN WARIA MALANG|url=http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1592320&val=7753&title=STRATEGI%20KOMUNIKASI%20DUTA%20HIVAIDS%20DALAM%20KAMPANYE%20HIVAIDS%20DI%20KALANGAN%20TRANSGENDER%20PADA%20IKATAN%20WARIA%20MALANG}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
=== Humor ===
Baris 513 ⟶ 511:
Sahertian mengaku mempelajari bahasa Binan pertama kali ketika melawat ke Medan pada pertengahan 1990-an untuk sebuah pameran busana dan pengambilan gambar. Sahertian memerhatikan bahasa yang digunakan oleh para penata rambut gay yang ditemuinya saat itu dan menjadi tertarik. Sementara itu, ia mengaku menemukan istilah ''bahasa gaul'' yang terilhami dari kata ''[[tenda gaul]]'', istilah untuk semacam kafe sederhana yang menjamur pascakrisis di penghujung 1990-an. Kafe-kafe ini umumnya dijalankan oleh pegawai-pegawai yang dipecat karena krisis. Di kafe ini, orang-orang datang untuk bergaul dan merumpi.<ref>{{Cite book|title=Indonesian Idioms and Expressions: Colloquial Indonesian at Work|url=https://books.google.co.id/books?id=BnhzBgAAQBAJ&pg=PA264&dq=bahasa+gaul+sahertian&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwienufZzsviAhWLfn0KHXHEACQQ6AEIQDAD#v=onepage&q=bahasa%20gaul%20sahertian&f=false|publisher=Tuttle Publishing|date=2007-07-15|isbn=9781462916504|language=en|first=Christopher|last=Torchia|first2=Lely|last2=Djuhari}}</ref>
Di kota-kota besar di Indonesia, utamanya Jakarta, kata-kata bahasa Binan tidak hanya dituturkan oleh kalangan LGBTQ, melainkan juga oleh kalangan umum sebagai bagian dari [[Bahasa prokem|bahasa Indonesia gaul]]. Kalangan remaja yang tidak mengerti bahasa Binan dapat dianggap tidak gaul atau ketinggalan zaman. Hal ini merupakan kelanjutan dari dinamika bahasa percakapan di Indonesia yang sebelumnya lebih dikuasai oleh [[Bahasa prokem|bahasa Prokrem]].<ref name=":8" /><ref>{{Cite book|last=Budiman|first=Mikihiro Moriyama dan Manneke|date=2010-01-18|url=https://books.google.co.id/books?id=oNRCDwAAQBAJ&pg=PA68&lpg=PA68&dq=%22bahasa+binan%22&source=bl&ots=3m8JvdvN_M&sig=ACfU3U0JXyMNtU5c9GBnOv8S7X-nP3bBxA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiM6JrEu4DvAhVh73MBHUXLDs04RhDoATAOegQIBRAD#v=onepage&q=%22bahasa%20binan%22&f=false|title=Geliat Bahasa Selaras Zaman: perubahan bahasa-bahasa di Indonesia pasca Orde Baru|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-979-9102-21-8|language=id}}</ref><ref>Bahasa dan Susastra dalam Guntingan. 1999. [http://repositori.kemdikbud.go.id/4489/1/Bahasa%20dan%20Susastra%20Dalam%20Guntingan%20-%20September%201999%20Nomor%20170.pdf Bahasa Gaul, Madu atau Racun?]</ref> Pada kisaran tahun 2020-2021, pamor bahasa Binan kembali meningkat akibat konten viral melalui media sosial [[Tiktok]], khususnya konten yang dibuat oleh Aditya Elmand. Ia juga kemudian diundang ke sejumlah acara televisi dan melakukan banyak video kolaborasi berbahasa Binan bersama Debby Sahertian dan [[Ivan Gunawan]].<ref>{{Cite
Dalam dunia sastra, bahasa Binan kadang dimanfaatkan sebagai unsur yang mampu memperkaya karya sastra. Buku kumpulan puisi Hendri Yulius Wijaya ''Stonewall Tak Mampir di Atlantis'' (2020) memadukan [[bahasa gaul]], bahasa Binan dan [[bahasa Inggris]].<ref>{{Cite web|title=Stonewall Tak Mampir di Atlantis|url=https://bukumojok.com/product/stonewall-tak-mampir-di-atlantis/|website=Buku Mojok|language=id-ID|access-date=2021-10-26}}</ref> ''Sekong!'', diambil dari bahasa Binan untuk kata sakit, adalah buku [[novela]] karya [[Stebby Julionatan]] yang mengangkat tema homoseksualitas.<ref>{{Cite web|last=golagong|title=Sekong!|url=https://golagongkreatif.com/2021/08/02/sekong/|language=id-ID|access-date=2021-10-26}}</ref>
Baris 547 ⟶ 545:
[[Kategori:Bahasa di Indonesia]]
[[Kategori:Bahasa Indonesia]]
[[Kategori:
|