Kesultanan Jambi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
ElangRawa99 (bicara | kontrib) |
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240909)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot |
||
(188 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Country
| native_name =
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| image_map_caption = Peta Kerajaan Melayu Jambi, meliputi kawasan sebagian wilayah Riau dan semenanjung Palembang utara.
| capital = Tanah Pilih (sekarang [[Kota Jambi]])
|
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = Sultan
|
|
|
|
|
|
| leader4 = [[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Syaifuddin]]
|
|
|
|
| flag_caption = Bendera (modern)<ref>{{Cite web |title=Jambi Arms |url=https://www.hubert-herald.nl/IndoJambi.htm |access-date=2024- 01-25 |website=www.hubert-herald.nl}}</ref><ref>{{Cite web |title=Indonesian Traditional States bahagian 1 |url=https://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states1.html #Jambi |access-date=2024-01-25 |website=www.worldstatesmen.org}}</ref>
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Jambi''' adalah sebuah [[kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di provinsi [[Jambi]], [[Indonesia]].<ref>[https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-islam-di-sumatera/amp/ Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera] Pada ''gramedia.com'' diakses 19 Juni 2021</ref><ref>[https://m.merdeka.com/pendidikan/kerajaan-jambi-kerajaan-islam-yang-dikhianati-voc.html Kerajaan Jambi, Kerajaan Islam yang dikhianati VOC] Pada ''merdeka.com'' 24 Maret 2016</ref><ref>[https://www.dgraft.com/outline/almanac/2016/09/kesultanan-jambi/ Kesultanan Jambi: Sejarah, Wilayah, Dan Perkembangan] Pada ''dgraft.com'' 28 Desember 2020</ref> [[Kesultanan]] ini sebelumnya bernama kerajaan Melayu Jambi yang didirikan oleh [[Datuk Paduko Berhalo]] bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak,<ref>{{Cite book|last=Ngebi Sutho Dilago Periai Rajo Sari|first=|date=1982|url=https://books.google.com/books?id=FNMKAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Undang-undang+Piagam+dan+Kisah+Negeri+Jambi%22&q=pagaruyung&hl=en|title=Undang-undang, piagam, dan kisah negeri Jambi|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah|language=ms|url-status=live}}</ref> di Jambi pada tahun [[1460]].<ref>[https://www.historyofcirebon.id/2018/10/datuk-paduka-berhala-pangeran-turki.html?m=1 Datuk Paduka Berhala Pangeran Turki Yang Mengislamkan Jambi] Pada ''historyofcirebon'' 16 Oktober 2018</ref><ref>[https://www.melayupedia.com/berita/1427/kisah-datuk-paduka-berhala-anak-raja-turki-yang-persunting-putri-pinang-masak Datuk Paduka Berhala, Anak Raja Turki yang Persunting Putri Pinang Masak] Pada ''melayupedia.com'' 30 Desember 2021</ref> Dalam perkembangannya, pada tahun [[1615]] kerajaan ini resmi menjadi kesultanan setelah Pangeran Kedah naik takhta dan menggunakan gelar Sultan Abdul Kahar.<ref>[https://disdik.jambiprov.go.id/tampil/profil/2/sejarah-provinsi-jambi Sejarah Provinsi Jambi] Pada ''Dinas Pendidikan Provinsi Jambi''</ref><ref>[https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumatera/kerajaan-jambi/ Kesultanan Jambi / Prov. Jambi – Sumatera] Pada ''sultanindonesiaeblog''</ref> Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1906]] dengan sultan terakhirnya, [[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Syaifuddin]].<ref>[https://daerah.sindonews.com/beritaamp/1020423/29/sultan-thaha-pejuang-jambi-yang-tak-lelah-melawan-belanda Sultan Thaha, Pejuang Jambi yang Tak Lelah Melawan Belanda] Pada ''sindonews.com'' 6 Juli 2015</ref><ref>[https://amp.kompas.com/stori/read/2021/06/14/170000579/thaha-syaifuddin--masa-muda-kepemimpinan-dan-akhir-hidup Thaha Syaifuddin: Masa Muda, Kepemimpinan, dan Akhir Hidup] Pada ''kompas.com'' 14 Juni 2021</ref>
== Sejarah ==
=== Pendirian ===
Wilayah [[Jambi]] dulunya merupakan wilayah [[Kerajaan Melayu]]. Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya [[Islam]] di wilayah Jambi. Pada 1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di [[Sumatra]] setelah [[Kesultanan Aceh|Aceh]]. Pada 1670 kerajaan ini sebanding dengan tetangga-tetangganya seperti [[Kesultanan Johor|Johor]] dan [[Kesultanan Palembang|Palembang]].<ref>Barbara Watson Andaya, [https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/hartakarun/item/10/ "Laporan Tiga Penduduk Jambi tentang Ancaman dari sejumlah Kapal Perang Johor di Sungai Batanghari, 11 September 1714".] Dalam: Harta Karun. Khazanah Sejarah
Indonesia dan Asia-Eropa dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 10. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013.</ref>
=== Masa kejayaan ===
[[File:MUS Koin Kesultanan Jambi 1804-1820; 2.jpg|jmpl|Koin timah yang pernah digunakan di wilayah Jambi dan Palembang, sekitar tahun 1804-1820]]
Sejak pertengahan abad ke-[[16]], para penguasa Jambi mengadakan perdagangan [[lada]] yang menguntungkan dengan bangsa [[Portugis]], [[Inggris]], dan [[Belanda]]. Kegiatan perdagangan itu juga melibatkan bangsa [[China]], [[Melayu]], [[Makassar]], dan [[Jawa]]. Kehidupan ekonomi Kesultanan Jambi yang makmur akibat kegiatan perdagangan inilah yang mampu membawa kerajaan menuju masa kejayaan di bawah Sultan Abdul Kahar.
Sultan Jambi yang pertama ini berhasil membawa kerajaannya menjadi makmur berkat monopoli perdagangan lada dan pengenaan bea ekspor. Bahkan, pada [[1616]], ibu kota [[Jambi]] sudah dipandang sebagai pelabuhan terkaya kedua di [[Sumatera]], setelah [[Aceh]]. Berdasarkan data [[VOC]], Sultan Jambi meraup keuntungan 30-35 persen dari lada yang terjual. Sultan Abdul Kahar juga dikatakan sebagai penguasa yang kuat, bahkan tidak takut dengan tuntutan Raja [[Kesultanan Johor|Johor]] dan tidak pernah mau bekerja sama dengan VOC.
=== Peperangan ===
* Perang Jambi-Johor
Selama abad ke-[[16]], [[Jambi]] menjadi terkenal berkat [[lada]] yang ditanam di dataran tinggi. Pada tahun 1615 Kompeni [[Belanda]] dan Kompeni [[Inggris]] mendirikan pangkalan-pangkalan mereka masing-masing di kawasan tersebut. Pada masa itu, Jambi bersekutu dengan [[Kesultanan Johor|Johor]], akan tetapi kemudian timbul sejumlah perselisihan ketika
mereka menyatakan berhak mengendalikan [[Kuala Tungkal]], yaitu sebuah kawasan di perbatasan Jambi dengan [[Indragiri Hilir|Indragiri]] yang merupakan jalan masuk ke kawasan pedalaman tempat lada ditanam.
Sekitar tahun 1671 dan 1674, perselisihan yang berkepanjangan itu memuncak menjadi sebuah konflik terbuka, orang laut yang tunduk pada penguasa Jambi merompak kapal-kapal di perairan Johor, sementara orang laut dari Johor melancarkan aksi serupa di Jambi. Armada Johor bahkan berlayar masuk ke [[Batang Hari|Sungai Batanghari]] dan mengancam [[Kota Jambi|ibukota Jambi]]. Namun, hubungan mereka kemudian membaik dan di tahun 1681 para penguasa Jambi dan Johor masih bersedia untuk membina suatu persekutuan guna menghadapi saingan bersama mereka yaitu [[Kesultanan Palembang|Palembang]]. Orang
Laut dari kedua kerajaan menyerang kapal-kapal
dagang di perairan Palembang dan juga menjarah
kawasan pesisir.
=== Kemunduran ===
Setelah [[VOC]] menyodorkan perjanjian dagang kepada Kesultanan Jambi, dengan tujuan melakukan monopoli. Sultan Abdul Kahar menolak perjanjian tersebut, memilih mengundurkan diri dari takhta dan kedudukannya digantikan oleh Pangeran Depati Anom atau Sultan Agung. Perjanjian pertama Kesultanan Jambi dengan VOC pun dilakukan, yang perlahan membawa kemunduran bagi kerajaan.
Kejayaan Jambi tidak berumur panjang, pada tahun 1680-an, Jambi mulai kehilangan kedudukannya sebagai pelabuhan lada utama setelah pertempuran dengan pihak [[Kesultanan Johor|Johor]]. Selain itu, adanya penyelundupan dan utang, juga menjadi penyebab runtuhnya Kesultanan Jambi, yang diperparah dengan campur tangan [[Belanda]] dalam politik kerajaan.
=== Keruntuhan ===
[[File:De beschieting van de Kraton van de Sultan van Djambi door de gouvernementsmarineschepen Celebes, Admiraal van Kinsbergen en Onrust op 8 september 1858 Rijksmuseum Amsterdam SK-A-4105.jpg|jmpl|Lukisan, penyerangan kapal Belanda di keraton Sultan Jambi, 8 september 1858]]
Berbeda dari penguasa sebelumnya, [[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Syaifuddin]] menolak keras perjanjian dengan [[Belanda]]. Bahkan utusan Belanda yang beberapa kali datang untuk menyodorkan perjanjian kepadanya selalu dihindari. Akibatnya Belanda marah dan melayangkan serangan pada 1858, hingga berhasil menguasai istana.
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de Sultan van Djambi te Doesoen Tengah Sumatra TMnr 60002826.jpg|jmpl|Kediaman Sultan Ahmad Nazaruddin di Dusun Tengah (sekarang di desa Rambutan Masam, Batanghari), sekitar tahun 1877-1879]]
Dalam serangan itu Sultan Thaha melarikan diri, sehingga Panembahan Prabu kemudian diangkat oleh Belanda menjadi penguasa baru di Kesultanan Jambi dengan gelar Sultan Ahmad Nazaruddin. Masa itu kesultanan Jambi masih mengendalikan Ibukota ([[Kota Jambi]]), namun Sultan Ahmad Nazaruddin tinggal di Dusun Tengah, tiga atau empat hari perjalanan dari Ibukota, di sebuah rumah sederhana dari papan. Ketika Sultan Thaha dalam pelarian, Kesultanan Jambi sempat dipimpin oleh beberapa sultan di bawah pengaruh Belanda. Kesempatan datang ketika terjadi kekosongan kekuasaan pada 1899, setelah Sultan Zainuddin dicopot oleh Belanda.
[[File:KapitulationJambi MartaNingrat-OLHelfrich 19040326.jpeg|jmpl|Pangeran Ratu Martaningrat menyerah kepada pihak Belanda, sekitar tahun 1903-1904]]
Pada tahun 1903, Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan dari Sultan Thaha menyerah kepada Belanda. Kemudian Jambi digabungkan dengan keresidenan Palembang. Kesultanan Jambi benar-benar berakhir, saat Sultan Thaha dibunuh oleh Belanda di persembunyiannya pada 1904. Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1906 dan berhasilnya Belanda menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka Jambi ditetapkan sebagai [[Keresidenan Jambi]].
== Geografi ==
[[Jambi]] berkembang di wilayah cekungan [[Batang Hari]], sungai terpanjang di [[Sumatra]]. Sungai ini, dan anak-anak sungainya, seperti [[Batang Tembesi]], Batang Tabir dan [[Batang Merangin]], merupakan tulang punggung wilayah tersebut. [[Sungai Tungkal]] yang berbatasan dengan Indragiri memiliki cekungan tangkapan air sendiri. Sungai-sungai itu merupakan andalan transportasi utama Jambi.
== Kependudukan ==
Penduduk [[Jambi]] relatif jarang. Pada [[1852]] jumlah penduduk diperkirakan hanya sebanyak 60.000 jiwa, dan Jambi Timur nyaris tidak berpenghuni. Etnis [[Suku Jambi|Melayu Jambi]] berdiam
== Pemerintahan ==
Kesultanan Jambi dipimpin oleh raja yang bergelar sultan. Raja ini dipilih dari perwakilan empat keluarga bangsawan (suku): suku Kraton, Kedipan, Perban dan Raja Empat Puluh. Selain memilih raja keempat suku tersebut juga memilih ''pangeran ratu'', yang mengendalikan jalan pemerintahan sehari-hari.{{fact}} Dalam menjalankan pemerintahan pangeran ratu dibantu oleh para menteri dan dewan penasihat yang anggotanya berasal dari keluarga bangsawan. Sultan berfungsi sebagai pemersatu dan mewakili negara bagi dunia luar.
Menurut R. Sahabuddin (1954) dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi (1978/1979), pemerintahan di pusat Kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu oleh pangeran ratu (putra mahkota) yang memimpin Rapat Dua Belas. Rapat Dua Belas terdiri atas dua bagian:
Baris 89 ⟶ 103:
Kerapatan Patih Dalam pada hakekatnya merupakan Majelis Kerajaan (Rijksraad) yang berfungsi sebagai lembaga legislatif (DPR) pada masa sekarang.
== Daftar penguasa ==
[[Berkas:Sultan Thaha Syaifuddin.jpg|jmpl|180px|Sultan Thaha Syaifuddin, Sultan terakhir Kesultanan Jambi]]
Nama-nama dibawah menggunakan ejaan modern yang mungkin berbeda dari ejaan dalam dokumen asli. Nama ''nasab'' (patronim gaya Arab) juga tidak disertakan dalam daftar berikut.
{| class="wikitable"
|+
!No
!Periode
!Nama Penguasa
!Nama/Gelar Lain
|-
|
|-
|1
|1460 – 1480
|[[Datuk Paduko Berhalo|Datuk Paduka Berhala]] dan Putri Selaras Pinang Masak
|Ahmad Salim, Ahmad Barus II
|-
|2
|1480 – 1490
|Orang Kaya Pingai
|Sayyid Ibrahim
|-
|3
|1490 – 1500
| Orang Kaya Kedataran
| Sayyid Abdul Rahman
|-
|4
|1500 – 1515
|[[Orang Kayo Hitam|Orang Kaya Hitam]]<ref>[https://daerah.sindonews.com/berita/1017868/29/rangkayo-hitam-penguasa-jambi-yang-tak-bisa-ditaklukkan-raja-jawa?showpage=all Orang Kayo Hitam, Penguasa Jambi yang Tak Bisa Ditaklukkan Raja Jawa ] Pada ''sindonews.com'' 29 Juni 2015.</ref><ref>[https://jambi.tribunnews.com/amp/2019/01/02/kisah-orang-kayo-hitam-dan-keris-siginjai-yang-melegenda-hingga-terbunuhnya-pembuat-keris-sakti Kisah Orang Kayo Hitam dan Keris Siginjai yang Melegenda, Hingga Terbunuhnya Pembuat Keris Sakti] Pada ''tribunnews.com'' 2 Januari 2019.</ref>
| Sayyid Ahmad Kamil
|-
|5
|1515 – 1540
|Panembahan Rantau Kapas
|Pangeran Hilang
|-
|6
|1540 – 1565
|Panembahan Rengas Pandak
|
|-
|7
|1565 – 1590
|Panembahan Bawah Sawo
|
|-
|8
|1590 –
|Panembahan Kota Baru
|
|-
|
|-
|9
|1615 –
| Pangeran Kedah
| Sultan Abdul Kahar{{efn| Mukti Zubir (1987:29-30) menyatakan bahwa Sultan Abdul Kahar-lah yang pertama menggunakan gelar Sultan di Jambi dan mengubahnya menjadi kesultanan. Meski kerap dilansir, Arifullah (2015:130) menuturkan bahwa ini adalah pendapat modern yang tidak memiliki bukti sejarah kuat. Andaya (1993:59, 102, 315) mencatat bahwa Panembahan Kota Baru memerintah bersama putra mahkotanya hingga keduanya meninggal pada tahun 1630, namun ia tidak mencatat bahwa sang putra pernah memerintah sendiri atau dinobatkan sebagai Sultan. Menurut Andaya, cucu Panembahan Kota Baru-lah yang pertama kali memakai gelar Sultan pada tahun 1669.}}
|-
|10
|
| Sultan Agung{{efn|Menurut Andaya (1993:72, 95), penggunaan gelar Sultan pertama di Jambi bermula dari Sultan Agung pada tahun 1669. Penggunaan gelar ini diprakarsai oleh putra Sultan Agung yang kemudian melanjutkan penggunaan gelar Sultan pada masa pemerintahannya.}}{{sfn|Gallop|2019|p=239}}
| Sultan Abdul Jalil, Pangeran Dipati Anom, Pangeran Ratu
|-
|11
|
|Sultan Anom Ingalaga{{sfn|Gallop|2019|p=239}}{{sfn|Andaya|1993|p=318}}
|Sultan Abdul Muhyi, Sultan Muhammad Syafi'i, Pangeran Anom, Pangeran Ratu, Raden Penulis
|-
|12a
|1687 – 1719
|Sultan Kiai Gede{{sfn|Andaya|1993|p=319}}
|Raden Cakra Negara, Pangeran Dipati
|-
|12
|
|Pangeran Pringgabaya{{efn|Dicatat Andaya (1993:132-135, 152), Pangeran Pringgabaya adalah adik dari Sultan Kiai Gede yang tidak bersedia mengakui kekuasaannya. Ia mendirikan keraton pecahan yang dimimpin dirinya sendiri di wilayah Muara Tebo, Jambi}}{{sfn|Andaya|1993|p=322}}
|Sri Maharaja Batu Johan Pahlawan Syah, Raden Julat
|-
|13
|
|Sultan Astra Ingalaga{{efn|Sultan Astra Ingalaga adalah putra dari Pangeran Pringgabaya. Dicatat Andaya (1993:159), pada Januari 1725 massa yang dipimpin Raden Demang (cucu Kiai Gede) menuntut agar Sultan baru dinobatkan dari garis keturunan Kiai Gede dan menyekap Astra Ingalaga. Astra Ingalaga berhasil melarikan diri, namun kubu Raden Demang mengangkat Pangeran Suryanegara (putra Kiai Gede) sebagai Sultan Muhammad Syah. Posisi Astra Ingalaga baru bisa kembali dikukuhkan setelah Muhammad Syah meninggal akibat cacar pada tahun 1726.}}{{sfn|Gallop|2019|p=240}}{{sfn|Andaya|1993|p=315}}
|Sultan Surya Ingalaga, Raden Astrawijaya, Panembahan Puspanegara
|-
|14
|
|Sultan Muhammad Syah
|Pangeran Suryanegara
|-
|(13)
|1727 – 1742
|Sultan Astra Ingalaga
|Sultan Surya Ingalaga, Raden Astrawijaya, Panembahan Puspanegara
|-
|15
|
|Sultan Ahmad Zainuddin Anom Sri Ingalaga{{sfn|Gallop|2019|p=240}}
| Pangeran Sutawijaya
|-
|16
|
| Sultan Mas’ud Badaruddin Ratu Sri Ingalaga{{sfn|Gallop|2019|p=240}}
|
|-
|17
|
|Sultan Mahmud Muhyiuddin Agung Sri Ingalaga{{sfn|Gallop|2019|p=241}}
| Pangeran Wangsa, Raden Danting
|-
|18
|
|Sultan Muhammad Fakhruddin Anom Sri Ingalaga{{sfn|Gallop|2019|p=242}}
| Pangeran Ratu Cakra Negara
|-
|19
|1841 – 1855
|Sultan Abdul Rahman Nasiruddin Ratu Anom Dilaga{{sfn|Gallop|2019|p=242}}
| Pangeran Ratu Martaningrat
|-
|20
|1855 – 1858
|[[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Saifuddin Agung Sri Ingalaga]]{{efn|Nama beliau seringkali ditulis dengan huruf Latin sebagai "Thaha Syaifuddin" dalam media Indonesia kontemporer, namun cap nama yang digunakan Thaha sendiri (lihat Gallop, 2019:242) menggunakan طاه سيفادين, bukan طاه شيفادين}}<ref>[https://m.merdeka.com/sultan-thaha-sjaifuddin/profil/ Profil Pahlawan Nasional Sultan Thaha Syaifuddin] di ''merdeka.com''</ref>
| Pangeran Ratu Jayaningrat
|-
|21
|1858 – 1881
|Sultan Ahmad Nasiruddin Ratu Inga Dilaga{{sfn|Gallop|2019|p=243}}
| Panembahan Prabu
|-
|22
|1881 – 1885
|Sultan Muhammad Muhieddin bin Abdul Rahman
|
|-
|23
|1885 – 1899
|Sultan Ahmad Zainuddin Ratu Sri Ingalaga{{sfn|Gallop|2019|p=244}}
|
|-
|(20)
|1900 – 1904
|[[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Saifuddin Agung Sri Ingalaga]]<ref>[https://koransulindo.com/sultan-thaha-melawan-belanda-hingga-darah-penghabisan/ Sultan Thaha, Melawan Belanda hingga Darah Penghabisan] Pada ''koransulindo.com'' 21 Juli 2020</ref>
| Pangeran Ratu Jayaningrat
|-
|
|1906
|colspan="2" | Dibubarkan Belanda
|-
| colspan="4" |<center>'''
|-
|24
|2012 – 2021
|Sultan Abdurrahman Thaha Syaifuddin<ref>[http://www.kerajaannusantara.com/id/news/417-Raden-Abdurrahman-Dinobatkan-Sebagai-Sultan-Jambi- Raden Abdurrahman Dinobatkan Sebagai Sultan Jambi ] Pada ''kerajaannusantara.com'' 19 Maret 2019</ref><ref>{{Cite news|title=Raden Abdurrahman, Cicit Sultan Thaha Meninggal Dunia dan Dimakamkan pada Makam Raja-raja|url=https://jambi.tribunnews.com/2021/08/09/raden-abdurrahman-cucu-sultan-thaha-meninggal-dunia-dan-dimakamkan-pada-makam-raja-raja|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-02-01|first=Rara Khushshoh|last=Azzahro}}</ref>
|
|-
|25
|2022- Sekarang
|Sultan Fuad bin Abdurrahman Baraqbah<ref>[https://www.lines.id/news/l-19951/sayid-fuad-bin-abdurrahman-baraqbah-dinobatkan-sebagai-sultan-jambi-secara-sah/ Sultan Jambi dilantik secara sah] di ''lines.id''</ref>
|Sayyid Fuad
|}
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Djambi Sumatra TMnr 60002758.jpg|Foto Sultan Ahmad Nasiruddin Ratu Inga Di Laga pada tahun 1877-1879
Berkas:Komp. Makam Tmn. Raja-Raja - Danau Sipin, Kota Jambi, JA.jpg|Komplek Makam Raja-raja Jambi
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Jambi Or. 2304 b.pdf|Silsilah Raja-raja Jambi (dalam bahasa arab melayu).
Berkas:Silsilah (Raja-raja)
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Jambi Or. 2304
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Jambi Or. 2304 a.tif|Silsilah Raja-raja Jambi (dalam bahasa arab melayu).
Berkas:Hikayat negeri Jambi Or. 2013.pdf|Hikayat negeri Jambi.
</gallery>
==
{{notelist}}
== Rujukan ==
{{reflist}}
=== Daftar Pustaka===
* {{Cite journal|last=Arifullah|first=Mohd.|year=2015|title=Hegemoni Islam dalam Evolusi Epistemologi Budaya Melayu Jambi|journal=Kontekstualita|volume=30|issue=1|page=124-137|url=https://media.neliti.com/media/publications/publications/publications/publications/146190-ID-hegemoni-islam-dalam-evolusi-epistemolog.pdf}}
* {{Cite book|title=To Live as Brothers: southeast Sumatra in the seventeenth and eighteenth centuries|last=Andaya|first=Barbara Watson|year=1993|publisher=University of Hawaii Press|isbn=9780824814892|language=en|url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/server/api/core/bitstreams/a10274c7-a150-416a-bea8-07ebefa701cf/content}}
* {{Cite book|title=The Territories of Indonesia|last=Brown|first=Iem|publisher=Routledge|year=2009|isbn=9781857432152|location=London|pages=268}}
* {{Cite book|title=Malay Seals from the Islamic World of Southeast Asia: content, form, context, catalogue|last=Gallop|first=Annabel Teh|year=2019|publisher=Lontar Foundation in association with British Library|isbn=9789813250864|language=en}}
* {{Cite book|title=Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism, 1830–1907|last=Locher-Scholten|first=Elsbeth|year=2004|publisher=Cornell University Press|year=2004|isbn=9781501719387|language=EN}} Lihat pula edisi Bahasa Indonesia: {{Cite book|title=Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda|last=Locher-Scholten|first=Elsbeth|year=2008|publisher=KITLV|language=ID|isbn=9789791079150}}
* {{Cite book|title=Kinship and Food in South East Asia|url=https://archive.org/details/kinshipfoodinsou0000unse|last=Janowski|first=Monica|last2=Kerlogue|first2=Fiona|date=2007|publisher=NIAS Press|isbn=9788791114939|location=Copenhagen|pages=[https://archive.org/details/kinshipfoodinsou0000unse/page/68 68]}}
* {{Cite book|title=Sejarah Peranan Hukum Adat dan Adat Istiadat Jambi|last=Mukti|first=Zubir|year=1987|place=Muara Bungo}}
<!--* {{Google books |id=Oim6AAAAIAAJ |title=Gentle Janus, Merchant Prince }}-->
== Pranala luar ==
* [https://m.kajanglako.com/id-2637-post-akhir-masa-kesultanan-jambi.html Akhir Masa Kesultanan Jambi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210624201059/https://m.kajanglako.com/id-2637-post-akhir-masa-kesultanan-jambi.html |date=2021-06-24 }} Pada ''kajanglako.com'' 21 Februari 2018
* [https://jamberita.com/read/2020/08/21/5961254/menelusuri-jejak-islam-di-nusantara-dan-jambi Menelusuri Jejak Islam di Nusantara dan Jambi]
{{Kerajaan di Sumatra}}
|