Pribumi-Nusantara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k Mengubah tingkat perlindungan pada "Pribumi-Nusantara": semoga kondusif. ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (selamanya) [Pindahkan=Hanya untuk pengurus] (kedaluwarsa 3 Februari 2022 09.17 (UTC))) |
k Etnik |
||
(22 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|group = Pribumi
|poptime = 230 juta
| last =
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = Pribumi
| work = Encyclopedia of Modern Asia
| publisher = Macmillan Reference USA
| date = 2006
| url = http://www.bookrags.com/research/pribumi-ema-05/
| doi =
| accessdate = 2006-10-05
| archive-date = 2011-07-08
|region1 = {{flag|Indonesia}}▼
| archive-url = https://web.archive.org/web/20110708083059/http://www.bookrags.com/research/pribumi-ema-05/
|pop1 = '''k. 200 juta'''<ref name="Pribumi"/>▼
| dead-url = yes
}}</ref>
|region2 = {{flag|Malaysia}}
|pop2 = 1.085.658
Baris 34 ⟶ 38:
|pop7 = 10.000
|ref7 =<ref>http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001530/153053e.pdf</ref>
|image = [[Berkas:
|image_caption = Anak-anak Pribumi
|languages =
|region1 = [[Indonesia]]▼
{{plainlist|
|languages = [[Bahasa Indonesia]], [[Daftar bahasa di Indonesia|Bahasa-bahasa Nusantara]]▼
*'''Bahasa resmi nasional di Indonesia''':<br>[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
▲
}}
|religions =
{{plainlist|
* [[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]] (mayoritas [[Sunni]])
* [[Berkas:Christian cross.svg|12px]] [[Kekristenan]] ([[Protestanisme]] dan [[Katolik]])
* [[Berkas:Om.svg|15px]] [[Hindu]]
* [[Berkas:Dharma Wheel.svg|18px]] [[Buddhisme|Buddha]]
* [[Agama asli Nusantara|Agama-agama asli Nusantara]] ([[Kejawen]], [[Kaharingan]], [[Hindu Bali|Gama Tirta]], dll.)
}}
|footnotes = {{smallsup|a}} Angka di Malaysia hanya menegaskan mereka yang memegang [[kewarganegaraan|kewarganegaraan Indonesia]], angka tersebut belum termasuk warga negara Malaysia yang memiliki beberapa keturunan Nusantara yang berpotensi dua atau tiga kali angka tersebut, karena migrasi konstan sejak ribuan tahun lalu.
}}
'''Pribumi
Istilah "[[Pribumi]]" sendiri muncul di [[Sejarah Nusantara (1800-1942)|era kolonial Hindia Belanda]] setelah diterjemahkan dari '''''Inlander''''' ([[bahasa Belanda]] untuk "Pribumi"), istilah ini pertama kali dicetuskan dalam undang-undang kolonial Belanda tahun [[1854]] oleh [[Hindia Belanda|pemerintahan kolonial Belanda]] untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli di [[Nusantara]] kala itu, terutama untuk tujuan [[diskriminasi sosial]]. Selama masa kolonial, Belanda menanamkan sebuah rezim segregasi (pemisahan) rasial tiga tingkat; ras kelas pertama adalah "''[[Europeanen]]''" ("[[Bangsa Eropa|Eropa]]" [[Orang kulit putih|kulit putih]]) dan pribumi Kristen/Katolik misalnya tentara KNIL dari Ambon; ras kelas kedua adalah "''[[Vreemde Oosterlingen]]''" ("Timur Asing") yang meliputi orang [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[Arab-Indonesia|Arab]], [[India-Indonesia|India]] maupun non-Eropa lain; dan ras kelas ketiga adalah "''Inlander''", yang kemudian diterjemahkan menjadi "[[Pribumi]]". Sistem ini sangat mirip dengan sistem politik di [[Afrika Selatan]] di bawah [[apartheid]], yang melarang lingkungan antar-ras ("''wet van wijkenstelsel''") dan interaksi antar-ras yang dibatasi oleh hukum "''[[passenstelsel]]''". Pada akhir [[abad ke-19]] Pribumi-Nusantara sering kali disebut dengan istilah '''''Indonesiërs''''' ("Orang Indonesia").
== Latar belakang ==
Jumlah Pribumi-Nusantara adalah sekitar 95% dari penduduk Indonesia.<ref name="Pribumi"/> Dengan perkiraan penduduk Indonesia pada tahun 2006, angka ini diterjemahkan menjadi sekitar 230 juta orang saat ini. Sebagai payung warisan budaya yang serupa di antara berbagai kelompok [[Kelompok etnik|etnis]] di Indonesia, budaya Pribumi-Nusantara memainkan peran penting dalam membentuk kondisi sosial ekonomi negara.
Ada lebih dari 300 [[suku bangsa di Indonesia]].<ref>Kuoni - Far East, A world of difference. Hal. 88. Diterbitkan 1999 oleh Kuoni Travel & JPM Publications</ref> 200 juta dari penduduknya adalah keturunan asli Nusantara.
Kelompok etnis terbesar di Indonesia adalah [[suku Jawa]] yang membentuk 41% dari total populasi. Populasi orang Jawa terkonsentrasi di [[pulau Jawa]], tetapi jutaan orang telah bermigrasi ke pulau-pulau lain di seluruh Nusantara.<ref name="ReferenceA">{{cite book|last =|first =|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|title =Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape|date =|year =2003|url =https://archive.org/details/indonesiaspopula0000sury|accessdate = }}</ref> [[Suku Sunda]], [[suku Melayu|Melayu]], dan [[suku Madura|Madura]] adalah kelompok terbesar berikutnya di Indonesia.<ref name="ReferenceA"/> Banyak kelompok etnis kecil, khususnya di [[Kalimantan]] dan [[Papua]], hanya memiliki jumlah ratusan. Sebagian besar bahasa daerah Indonesia berasal dari rumpun [[bahasa Austronesia]], meskipun jumlahnya signifikan, contohnya di Papua yang berbicara dalam [[bahasa Papua]].
[[Berkas:Indonesia Ethnic Groups Map id.svg|jmpl|400px|ka|Beberapa kelompok etno-linguistik utama Indonesia.]]
Baris 73 ⟶ 87:
| align=left | [[Suku Madura]] || 6.807 || 3.3 || align=left | [[Madura]], [[Jawa Timur]]
|-
| align=left | [[Suku Batak]] || 6.188 || 3.0 || align=left | [[
|-
| align=left | [[Suku Bugis]] || 6.000 || 2.9 || align=left | [[Sulawesi Selatan]], [[Kalimantan Timur]]
|-
| align=left | [[Suku Minangkabau]] || 5.569 || 2.7 || align=left | [[
|-
| align=left | [[Suku Betawi]] || 5.157 || 2.5 || align=left | [[Jakarta]], [[Banten]], [[Jawa Barat]]
Baris 109 ⟶ 123:
Wilayah-wilayah di Indonesia memiliki beberapa kelompok etnis Pribumi-Nusantara mereka sendiri. Karena migrasi di Indonesia (sebagai bagian dari program [[transmigrasi]] pemerintah atau sebaliknya), terdapat populasi signifikan kelompok etnis yang berada di luar wilayah tradisional mereka.
* '''[[Jawa]]''': [[Suku Jawa]], [[Suku Sunda]], [[Suku Banten]], [[Suku Betawi]], [[Suku Tengger]], [[Suku Osing]], [[Suku Badui]], [[Suku Bawean]]
* '''[[Madura]]''': [[Suku Madura]]
* '''[[Sumatra]]''': [[Suku Melayu]], [[Suku Batak]], [[Suku Minangkabau]], [[Suku Aceh]], [[Suku Lampung]], [[Suku Kubu]]
* '''[[Kalimantan]]''': [[Suku Dayak]], [[Suku Tionghoa]], [[Suku Banjar]], [[Suku Kutai]], [[Suku Paser]], [[Suku Berau]], [[Suku Tidung]]
* '''[[Sulawesi]]''': [[Suku Makassar]], [[Suku Bugis]], [[Suku Mandar]], [[Suku Minahasa]], [[Suku Gorontalo]], [[Suku Toraja]], [[Suku Bajau]]
* '''[[Kepulauan Nusa Tenggara]]''': [[Suku Bali]], [[Suku Sasak]], [[Suku Sumbawa]], [[Suku Bima]]
* '''[[Kepulauan Maluku]]''': [[Suku Nuaulu]], [[Suku Manusela]], [[Suku Wemale]]
* '''[[Papua]]''': [[Suku Dani]], [[Suku Bauzi]], [[Suku Asmat]]
Baris 146 ⟶ 160:
[[Wayang]], pertunjukan [[teater bayangan]] dari Suku Jawa, Sunda, dan Bali menampilkan beberapa legenda mitologis seperti [[Ramayana]], [[Mahabharata]], dan banyak lagi. [[Wayang Orang]] adalah [[drama tari]] tradisional Jawa berdasarkan [[cerita pewayangan]]. Berbagai drama tari Bali juga dapat dimasukkan dalam bentuk tradisional drama Indonesia. Bentuk lain dari drama lokal Jawa adalah [[Ludruk]] dan [[Ketoprak]], [[Sandiwara]] Sunda, dan [[Lenong]] Betawi. Semua drama ini memasukkan humor dan canda, sering melibatkan interaksi penonton dalam penampilan mereka.
[[Randai]] adalah teater rakyat tradisi masyarakat [[Suku Minangkabau]] [[
Seni pertunjukan kontemporer juga dikembangkan di Indonesia dengan gaya drama mereka yang berbeda. Rombongan teater tari dan drama terkenal, seperti [[Teater Koma]] dan [[Teater Populer]] telah mendapatkan popularitas di Indonesia karena drama mereka sering menggambarkan satir sosial dan politik masyarakat Indonesia.
Baris 153 ⟶ 167:
[[Berkas:Pencak Silat Betawi 1.jpg|jmpl|ka|Penampilan [[Pencak Silat]] [[suku Betawi]] di [[Jakarta]].]]
{{utama|Silat|Pencak Silat|Seni bela diri Indonesia}}
Seni bela diri [[pencak silat]] dan [[silat]] dianggap diciptakan dan pertama kali dikembangkan di pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]]. Seni bela diri ini adalah seni untuk kelangsungan hidup dan dipraktikkan di seluruh kepulauan Nusantara. [[Perang suku]] selama berabad-abad dalam sejarah Nusantara telah membentuk silat seperti yang digunakan oleh prajurit kuno Nusantara. Sepanjang sejarah Nusantara, ada banyak perang antara berbagai suku Pribumi dan kerajaan.<ref>{{cite web |url=http://www.yourdiscovery.com/martialarts/southasia/pencaksilat/index.shtml |title=
Kontak dengan [[Bangsa India]] dan [[Bangsa China]] telah memperkaya silat. Silat telah mencapai kawasan di luar Nusantara, terutama melalui diaspora masyarakat Pribumi-Nusantara. Orang-orang dari berbagai daerah seperti [[Aceh]], [[Minangkabau]], [[Riau]], [[Bugis]], [[Makassar]], [[Jawa]], [[Banjar Malaysia|Banjar]], dll pindah ke dan menetap di [[Semenanjung Malaya]] dan pulau-pulau lainnya. Mereka membawa silat dan meneruskannya ke keturunan mereka. [[Orang Indo]] yang merupakan keturunan setengah-Belanda juga diakui sebagai kaum yang telah membawa silat ke Eropa.
Silat digunakan oleh pejuang kemerdekaan Indonesia selama perjuangan mereka melawan penjajahan [[bangsa Belanda]]. Sayangnya setelah kemerdekaan Indonesia, silat menjadi kurang populer di kalangan pemuda Indonesia dibandingkan dengan seni bela diri asing seperti [[Karate]] dan [[Taekwondo]]. Hal ini mungkin disebabkan karena silat tidak diajarkan secara terbuka dan hanya diturunkan kepada saudara sedarah, alasan lainnya adalah kurangnya penggambaran seni bela diri ini dalam media massa.
Baris 210 ⟶ 224:
== Hukum ==
Menurut [[s:
Istilah pribumi dan non-pribumi sebenarnya tidak pernah disebutkan dalam [[Garis-garis Besar Haluan Negara|GBHN]] dan istilah yang lebih sering digunakan adalah "orang Indonesia asli." Istilah "orang Indonesia asli" pun tidak dijabarkan secara jelas tentang ukuran-ukuran ke-asli-an yang dimaksudkan dalam istilah tersebut.<ref>{{Cite book|date=1997|url=https://books.google.co.id/books?id=kc4qAAAAMAAJ&pg=RA2-PA34&dq=istilah+pribumi&hl=su&sa=X&ved=2ahUKEwiN1qDb1ePtAhXYgtgFHfL2Cj0Q6AEwAXoECAAQAg#v=onepage&q=istilah%20pribumi&f=false|title=Parlementaria: Majalah bulanan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|publisher=Bagian Hubungan Masyarakat DPR-RI,.|language=id}}</ref> Pada amandemen kedua UUD 1945 tahun 2000, kata "orang Indonesia asli" dihapuskan dari Pasal 26 dalam Bab X tentang warga negara dan penduduk.<ref>{{Cite web|title=Isi Perubahan Kedua & Sejarah Amandemen UUD 1945 Tahun 2000|url=https://tirto.id/isi-perubahan-kedua-sejarah-amandemen-uud-1945-tahun-2000-ejFV|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-12-23}}</ref> Pada amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001, kata "orang Indonesia asli" dihapuskan dari Pasal 6 tentang presiden dan wakil presiden Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Amandemen UUD 1945: Sejarah & Isi Perubahan Ketiga Tahun 2001|url=https://tirto.id/amandemen-uud-1945-sejarah-isi-perubahan-ketiga-tahun-2001-ejHB|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-12-23}}</ref> Pada 2016, [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] sempat mengusulkan untuk mengembalikan istilah "orang Indonesia asli", tetapi usulan tersebut mendapatkan banyak penolakan dari berbagai partai lain dan dianggap sebagai suatu kemunduran.<ref>{{Cite web|date=2016-10-06|title=Wacana Capres Orang Indonesia Asli Masuk Amandemen UUD, Rumit|url=https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57f6027bb2a80/wacana-capres-orang-indonesia-asli-masuk-amandemen-uud--rumit|website=hukumonline.com|language=Indonesia|access-date=2020-12-23}}</ref> Hal ini kembali menegaskan bahwa semua WNI di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi presiden tanpa membedakan dari suku mana mereka berasal.<ref>{{Cite web|last=antaranews.com|title=Keturunan Tionghoa jadi Presiden RI?|url=https://www.antaranews.com/berita/560440/keturunan-tionghoa-jadi-presiden-ri|website=Antara News|language=id-ID|access-date=2020-12-23}}</ref>
Baris 225 ⟶ 239:
{{Suku bangsa di Indonesia}}
[[Kategori:Hindia Belanda]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Masyarakat Indonesia]]
[[Kategori:Diaspora Indonesia]]
|