Abu an-Nasr dari Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Rujukan: merapikan templat stub
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh Wagino Bot
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Sultan Abu Nashar Abdul Qahar''' atau ''' Sayyidi Syeikh Maulana Mansyuruddin. R.aA.''', lebih dikenal dengan sebutan '''Sultan Haji''' atau warga banten[[Banten]] akrab dengan panggilanmemanggilnya '''Syeikh Buyut Mansyuruddin Cikadueun''' '''Pandegelang-Banten'''. merupakan seorang [[sultan]] pada [[Kesultanan Banten|Banten]], yang berkuasa di [[Kesultanan Banten|Banten]] dalam rentang waktu antara tahun [[1683]] -sampai [[1687]]. Sultan Haji dikenal sebagai sultan yang pro terhadap aktivitas kolonial [[Imperium kolonial Belanda|Belanda]].
 
== Biografi ==
Sultan Haji merupakan salah seorang putra dari [[Ageng Tirtayasa dari Banten|Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah]] atau Sultan Ageng Tirtayasa. Ia naik takhta menggantikan ayahnya setelah terjadi pertikaiankonflik di antara mereka berdua dan mengakibatkan perang saudara di Banten, dimana pihak Sultan Haji mendapat bantuan tentara dan persenjataan dari [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] atau Kompeni.
 
Sultan Haji juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya, untuk menemui [[Daftar penguasa Inggris|Raja Inggris]] saat itu yaitu [[Charles II dari Inggris|Charles II]] di [[London]] tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan.<ref>Titik Pudjiastuti, (2007), ''Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8</ref>
 
== Perjanjian Sultan Haji dengan Belanda ==
KataSejarawan Untoro (2007) menyebutkan, sejak ditandatanganinya perjanjian antara Kesultanan Banten dengan Belanda pada tanggal 17 April 1684, praktis kekuasaan Kesultanan Banten dapat dianggap runtuh. Perjanjian yang ditandatangani di Keraton Surasowan ini, dibuat dalam bahasaversi [[Bahasa Belanda]], [[Bahasa Jawa|Jawa]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]. Penandatanganan dari pihak Kompeni dilakukan oleh komandan dan presiden komisikomisaris FranscoisKapten [[François Tack]], Kapten Herman Dirkse Wendepoel, Evenhart van der Schuere serta seorang Kaptenkapten bangsa Melayu, Wan Abdul Kahar, sedangkan dari pihak Banten dilakukan oleh Sultan Abdul KaharHaji, Pangeran Dipaningrat, Kyai Suko Tadjudin, Pangeran Natanegara, dan Pangeran Natawijaya. Ke depan, semenjakSemenjak perjanjian tersebut berlaku, Kompeni secara langsung aktif menentukan berjalannya monopoli perdagangan di Banten.<ref>Tjandrasasmita, (1967), Sultan Ageng Tirtajasa: Musuh Besar Kompeni Belanda, hal.54</ref>
 
== Rujukan ==
Baris 17:
|title = [[Kesultanan Banten#Daftar penguasa Banten|Sultan Banten]]
|years = 1683-1687
|after = [[Sultan AbulAbu al-Fadhl Muhammad Yahya]]
}}
{{S-end}}
 
[[Kategori:Kesultanan Banten]]
[[Kategori:Bangsawan Sunda]]
 
 
[[Kategori:Kesultanan Banten]]
 
{{Indo-bio-stub}}