Mahmud Yunus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menabahkan 3 pranala |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(60 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|honorific_prefix =
|name = Mahmud Yunus
|image =
|image_size =
|caption =
|birth_name =
|birth_date = {{birth date|1899|2|10}}
|birth_place =
|death_date = {{death date|1982|1|16}}
|death_place =
|death_cause =
|body_discovered =
Baris 18:
|other_names =
|ethnicity = [[Orang Minang|Minangkabau]]
|citizenship =
|education =
|alma_mater = [[Universitas Al-Azhar]]<br/>[[Universitas Kairo]]
|occupation =
|years_active =
|employer =
|known_for =
|notable_works = ''[[Tafsir Qur'an Karim]]''{{br}}''Kamus Arab–Indonesia''
|religion = [[Islam]]
|spouse = Hj. Darisah (cerai) {{br}}Hj. Djawahir{{br}}Karminah{{br}}Hj. Nurjani{{br}}Hj. Darisah
|children = Prof. Dr. H. Kamal Mahmud
|parents = Yunus (ayah) {{br}} Hafsyah (ibu)
|relatives =
}}
[[Profesor|Prof.]] [[Dr.(H.C.)|
Yunus
Sejak [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]], Yunus bekerja dalam pemerintahan membidangi masalah
== Kehidupan awal ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee TMnr 10016675.jpg|jmpl|kiri|243px|Potret ''[[surau]]'' di Minangkabau.
Mahmud Yunus adalah anak sulung dari tujuh bersaudara
Pada 1908, ia masuk ke sebuah Sekolah Desa di Sungayang. Karena jemu dengan pelajaran yang sering diulang di kelas, pada tahun keempat ia pindah ke Madras School pimpinan [[Muhammad Thaib Umar]] di Surau Tanjung Pauh.{{sfn|Hashim|2010|pp=170}} Ia belajar setiap hari dari pagi sampai siang. Setelah berumur 12 tahun, ia menarik diri dari mengajar di surau, dan pada umur 14 tahun ia dipercaya menjadi ''mudir'' (guru bantu) di Madras School.
Pada tahun 1917, ketika Muhammad Thaib Umar jatuh sakit, Yunus ditunjuk memimpin Madras School. Ketika berlangsung rapat besar [[ulama Minangkabau]] pada tahun 1919 di [[Surau Jembatan Besi]], [[Padang Panjang]], ia hadir mewakili Muhammad Thaib Umar.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=19}} Rapat ini meresmikan berdirinya [[Persatuan Guru Agama Islam]] (PGAI), perkumpulan ulama yang bergerak di bidang pendidikan.{{efn|PGAI didirikan pada tahun 1918 dan mendapat pengesahan dari otoritas Hindia Belanda pada 7 Juli 1920.{{sfn|Yunus|1960|pp=82}}}} Yunus menjadi salah seorang anggota terawal PGAI sejak didirikan.{{sfn|Daya|1990|pp=84}} Pada akhir tahun 1919, Yunus bersama-sama guru Madras School mendirikan cabang perkumpulan pelajar Islam [[Sumatra Thawalib]] di Sungayang.{{sfn|Nata|1990|pp=58}} Ia menggerakkan kegiatan di bidang pendidikan melalui majalah Islam ''Al-Basyir''.{{sfn|Daya|1990|pp=137}} Majalah ini terbit perdana pada Februari 1920 di bawah asuhan Yunus.{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}}{{sfn|Saydam|2009|pp=161}}▼
▲Pada
==
[[Berkas:Seruan Al-Azhar cover.jpg|jmpl|190px|ka|Majalah ''Seruan Azhar'', tertulis nama Mahmud Yunus sebagai editor]]Sejak berusia 20 tahun, Yunus sudah berencana melanjutkan studi ke Mesir. Keinginan itu dipengaruhi oleh intensitasnya membaca pemikiran [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha]] di majalah ''[[Al-Manar (majalah)|Al-Manar]]''.{{sfn|Daya|1990|pp=28}} Namun, Yunus gagal memperoleh visa dari Inggris. Karena kegagalan tersebut, ia mengintensifkan diri menulis buku-buku, sambil tetap mengajar. Ia mencari cara dengan jalan menunaikan ibadah haji ke Mekkah lewat [[Pulau Pinang|Penang]], [[Malaysia]], tepatnya pada Maret 1923.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=21}} Setelah itu, ia menyeberang ke Mesir untuk mewujudkan asanya kuliah. Biaya yang diperlukan untuk perjalanan ditanggung oleh sang mamak, Ibrahim Datuk Sinaro Sati.{{sfn|Ibrahim|2008|pp=8}}
Sebelum ke [[Mesir]], ia terlebih dahulu menunaikan [[Haji|ibadah haji]] di [[Mekkah]]. Usai melaksanakan haji, Yunus menuju [[Kairo]] dan mendaftar sebagai mahasiswa di [[Universitas Al-Azhar]]. Ia menghabiskan satu tahun untuk memperoleh ijazah Syahadah Alimiyah (setara dengan magister).{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}} Ia tercatat sebagai orang Indonesia kedua yang lulus di Al-Azhar setelah [[Djanan Tajib|Janan Thaib]]. Mengikuti saran gurunya di Al-Azhar, ia melanjutkan kuliah ke [[:en:Dar al-Ulum|Darul Ulum]] (kini berada dalam [[Universitas Kairo]]). Ia diterima sebagai sebagai mahasiswa di kelas bagian malam; seluruh mahasiswanya berkebangsaan Mesir kecuali ia sendiri. Selama di Darul Ulum, ia mendapatkan pengecualian membayar uang kuliah atas amaran Menteri Pendidikan Mesir. Ia lulus setelah empat tahun di Darul Ulum dan memperoleh diploma guru di bidang ilmu kependidikan pada Mei 1930.{{sfn|Nata|1995|pp=58}} Yunus adalah mahasiswa asing pertama yang tamat dari Darul Ulum.{{sfn|Abdullah|2009|pp=173}} Pada bulan Oktober 1930, ia bersiap kembali ke Indonesia.▼
Yunus memulai kuliahnya di [[Universitas Al-Azhar]] pada awal 1924. Di Mesir, Yunus bergabung dengan Al-Jami'ah Al-Khairiah pimpinan [[Djanan Tajib]] dan ikut mengelola majalah organisasi ''[[Seruan Azhar]]''. Edisi pertama majalah itu memuat editorial Mahmud Yunus berisi seruan agar penduduk Indonesia dan Tanah Melayu dan Indonesia sebagai satu bangsa serumpun bersatu-padu untuk berjuang mencapai kemajuan dan kemakmuran bersama.<ref>{{Cite book|last=Muhammad|first=Alias|date=1982|url=https://books.google.com/books?id=3_pxAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22dengan+satu+jiwa+untuk+kemajuan+dan+kemakmuran+*%22&q=%22dengan+satu+jiwa+untuk+kemajuan+dan+kemakmuran+*%22&hl=en|title=Wasiat nasionalisme Melayu|publisher=Utusan Publications & Distributors|language=ms}}</ref> Indonesia dan Tanah Melayu adalah satu umat, satu bangsa, satu adat, satu adab sopan, "apalagi hampir kesemuanya adalah satu agama".<ref>https://www.researchgate.net/publication/259871473_Seruan_Azhar_1925-1928_dan_Idea_Perpaduan_Serumpun_antara_Penduduk_Tanah_Melayu_dan_Indonesia/link/0f31753866aff0dbff000000/download</ref>
Tiba di kampung halamannya pada awal tahun 1931, Yunus mulai memusatkan perhatian pada peningkatan mutu sekolah-sekolah agama.{{sfn|Kahin|2005|pp=122}} Tahun-tahun pertama, ia memperbarui Madras School di Sungayang dengan menerapkan sistem klasikal sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah pemerintah. Lewat Madras School, ia mengenalkan pembagian jenjang madrasah yang dikenal di Indonesia saat ini: Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.{{sfn|Hashim|2010|pp=181}}{{sfn|Abdullah|2009|pp=171}} Namun, sekolah ini terpaksa ditutup pada tahun 1933, setahun setelah pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan pembatasan sekolah Islam atau dikenal dengan Ordonansi Sekolah Liar.▼
▲
Pada tahun 1932, Yunus meninggalkan Sungayang dan disibukkan dengan aktivitas mengajar. Ia memimpin sekolah [[Normal Islam School]] (NIS) atau ''Kulliyyatul Muallimin Al-Islamiyyaah'' di Padang yang didirikan PGAI pada 1 April 1931.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=46}} Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat atas yang dimaksudkan untuk mendidik calon guru; murid yang diterima di sekolah ini adalah lulusan madrasah minimal tujuh tahun. Yunus mengajarkan [[bahasa Arab]], masukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum, dan menambahkan beberapa cabang pengetahuan umum seperti ilmu alam, tata buku, dan kesehatan. Sebagian buku yang dipakai untuk keperluan pengajaran adalah tulisannya sendiri yang ia susun sewaktu belajar di Mesir.{{sfn|Abdullah|2009|pp=172}} NIS memiliki laboratorium fisika dan kimia satu-satunya di Sumatra Barat.{{sfn|Saydam|2009|pp=162}} Ia memimpin NIS sampai tahun 1938 dan kelak kembali memimpin pada tahun 1942 sampai 1946.{{sfn|Rina|tt|pp=176}} Keberhasilannya menerapkan metode-metode baru dalam pendidikan madrasah mendorongnya untuk membuka [[Sekolah Tinggi Islam Padang|Sekolah Tinggi Islam]] (STI) di Padang.▼
== Memimpin sekolah-sekolah Islam ==
Pada 1 November 1940, ia dipercaya memimpin STI di Padang. Didirikan oleh PGAI, STI tercatat sebagai perguruan tinggi Islam paling awal di Indonesia.{{sfn|Hashim|2010|pp=283}}{{sfn|Latif|2005|pp=243}} Pada 9 Desember 1940, STI membuka dua fakultas: Fakultas Syariat dan Fakultas Pendidikan & Bahasa Arab. Namun, STI hanya berjalan kurang dua tahun. Setelah [[Sumatra Barat pada masa pendudukan Jepang|Padang diduduki tentara pendudukan Jepang]] pada 1 Maret 1942, perguruan tinggi ini dilarang dan ditutup oleh pemerintah pendudukan.▼
[[Berkas:Masjid Baiturrahman Sungayang Kemenag.jpg|jmpl|250x250px|Sekembali dari Mesir, Yunus kerap mengadakan kegiatan keagamaan di [[Masjid Baiturrahman Sungayang]].(foto masjid setelah renovasi pada 2011).|kiri]]
▲Tiba di kampung halamannya pada awal tahun 1931, Yunus mulai memusatkan perhatian pada peningkatan mutu sekolah-sekolah agama.{{sfn|Kahin|2005|pp=122}} Tahun-tahun pertama, ia memperbarui Madras School di Sungayang dengan menerapkan sistem klasikal sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah pemerintah. Lewat Madras School, ia mengenalkan pembagian jenjang madrasah yang dikenal di Indonesia saat ini: [[Madrasah ibtidaiah|madrasah Ibtidaiyah]],
▲
== Pendudukan Jepang dan Sekutu ==▼
▲
Pada masa pendudukan Jepang, Yunus terlibat dalam pendirian [[Majelis Islam Tinggi]] (MIT) Minangkabau. Ketika Jepang mendirikan [[Pembela Tanah Air|PETA]] di Jawa untuk membantu tentara Jepang menghadapi serangan balasan tentara Sekutu, Residen [[Yano Kenzo]] yang berkedudukan di Padang mengambil inisiatif membentuk satuan tentara [[Gyugun]].{{sfn|Kahin|2005|pp=143}} Pembentukan Gyugun segera mendapat dukungan dari para [[ulama Minangkabau]]. Mereka mendorong para pemuda untuk mendapat pelahitan militer dari Jepang. Bersama-sama [[Chatib Sulaiman]] dan [[Ahmad Datuk Simarajo]], Yunus ditunjuk untuk merekrut keanggotaan Gyugun.{{sfn|Kahin|2005|pp=146}} Para pemuda Gyugun kelak terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan menjadi laskar-laskar rakyat bentukan partai dan organisasi di Minangkabau.{{sfn|Kahin|2005|pp=154}}▼
▲== Pendudukan Jepang dan Sekutu ==
Pada tahun 1943, Yunus ditunjuk mewakili MIT Minangkabau sebagai penasihat residen (''shuchokan'') di Padang.{{sfn|Hashim|2010|pp=175}} Melalui kedekatannya dengan Jepang, ia berupaya agar pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah negeri. Ia mengusulkan kepada Kepala Jawatan Pengajaran Jepang untuk memasukkan pendidikan agama Islam ke sekolah-sekolah pemerintah di Minangkabau.{{sfn|Asy|2004|pp=179}} Usulan ini diterima oleh pemerintah dan diterapkan sampai berakhirnya [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|pendudukan Jepang atas Indonesia]] dan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.▼
▲Pada masa pendudukan Jepang, Yunus terlibat dalam pendirian [[Majelis Islam Tinggi]] (MIT) Minangkabau. Ketika Jepang mendirikan [[Pembela Tanah Air|PETA]] di Jawa untuk membantu tentara Jepang menghadapi serangan balasan tentara Sekutu, Residen [[Yano Kenzo]] yang berkedudukan di Padang mengambil inisiatif membentuk satuan tentara [[
▲Pada
Seiring dengan kedatangan Sekutu melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada penghujung tahun 1945, sebagian besar guru dan murid Normal Islam School mengungsi ke luar daerah hingga membuat sekolah terpaksa ditutup. Pada September 1946, Yunus menginisiasi berdirinya Sekolah Menengah Islam (SMI) di [[Bukittinggi]]. Semua alat-alat pembelajaran yang digunakan seperti kursi, meja, peta, dan alat-alat praktikum diangkut dari Padang. SMI kelak dijadikan sekolah negeri di bawah Jawatan Agama Sumatra Barat dan berubah menjadi [[Sekolah Guru dan Hakim Agama]] (SGHA) pada 1951.{{efn|Ketika SGHA secara berangsur dihapuskan, SGHA Bukittinggi berubah menjadi PGAN pada 1957. Saat pergolakan PRRI, PGAN tidak bisa diteruskan. Pada 1965, bekas PGAN ditingkatkan menjadi PGAN Putri 6 tahun sampai tahun 1961. PGAN Putri 6 tahun waktu itu menempati sebuah gedung sewa di Jirek, Bukittinggi mengalami peledakan murid, sehingga dicarilah tanah dan didapatkan sebidang tanah di Jalan Panorama Baru hingga sekarang. Pada tahun 1992, keluar Surat Keputusan oleh Departmen Agama yang mendandai berubahnya PGAN menjadi [[MA Negeri 2 Bukittinggi]].}}▼
▲Seiring dengan kedatangan Sekutu melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada penghujung tahun 1945, sebagian besar guru dan murid Normal Islam School mengungsi ke luar daerah
== Memperkenalkan mata pelajaran agama ==
[[Berkas:Rumah_Perundingan_PDRI_Padang_Japang_20211219.jpg|kiri|jmpl|250x250px|Rumah Djawahir Mahmud, istri Mahmud Yunus di Padang Japang, [[Kabupaten Lima Puluh Kota]]]]
Setelah kemerdekaan, Yunus kembali memperjuangkan usulan memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum sekolah-sekolah pemerintah. Usul ini diterima oleh Jawatan Pengajaran
Pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI), Yunus membuka sekolah-sekolah darurat. Ia sempat mengemukakan rencana mendirikan
Pada
== Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama ==
[[Berkas:Junus Mahmud,
Pada 8 Juli 1945, Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di [[Jakarta]]. Pada 1946, STI dipindahkan ke [[Yogyakarta]] mengikuti kepindahan ibu kota negara. STI berganti nama menjadi [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) pada 22 Maret 1948. Setelah keluarnya Peraturan Pemerintah
Pada 1 Juni 1957, Departemen Agama mendirikan [[Akademi Dinas Ilmu Agama]] (ADIA) di Jakarta. Yunus diangkat sebagai rektor pertama ADIA didampingi [[Bustami Abdul Gani]] sebagai wakil rektor.{{sfn|Jabali|2002|pp=13}} Sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama, ia mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA
▲Pada 8 Juli 1945, Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di [[Jakarta]]. Pada 1946, STI dipindahkan ke [[Yogyakarta]] mengikuti kepindahan ibu kota negara. STI berganti nama menjadi [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) pada 22 Maret 1948. Setelah Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950 dikeluarkan, Fakultas Agama UII ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).{{sfn|Yunus|1960|pp=341}} Saat PTAIN berdiri, pemerintah mengusulkan Yunus sebagai pengelola dan pengajarnya, tetapi Yunus menolak. Yunus justru mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mendirikan PTAIN yang sama di Jakarta.{{sfn|Saydam|2009|pp=163}}
IAIN pertama dibuka dengan empat fakultas, dua fakultas di antaranya terletak di Jakarta, yakni Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Yunus menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah. Berikutnya, berdasarkan
▲Pada 1 Juni 1957, Departemen Agama mendirikan [[Akademi Dinas Ilmu Agama]] (ADIA) di Jakarta. Yunus diangkat sebagai rektor pertama ADIA didampingi [[Bustami Abdul Gani]] sebagai wakil rektor.{{sfn|Jabali|2002|pp=13}} Sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama, ia mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA di Jakarta terintegrasi dengan PTAIN di Yogyakarta. Setelah mendapatkan persetujuan Mentri Agama [[Wahib Wahab]], presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian [[Institut Agama Islam Negeri]] (IAIN), yang mengintegrasikan ADIA dan PTAIN menjadi satu perguruan tinggi agama di bawah Departemen Agama. IAIN secara ilmiah memberikan pendidikan serta pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan Islam.{{sfn|Saydam|2009|pp=163}}
== Rektor IAIN Imam Bonjol ==
▲IAIN pertama dibuka dengan empat fakultas, dua fakultas di antaranya terletak di Jakarta. Berikutnya, berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor 49 Tahun 1963 tertanggal 25 Februari 1963, dimekarkan IAIN kedua yang berkedudukan di Jakarta. Kelak, IAIN di Yogyakarta bersalin nama menjadi [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta]] sedangkan IAIN di Jakarta menjadi [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta]].<!--https://makmureffendi.wordpress.com/category/alim-ulama/-->
Sejak 1963, Yunus menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Cabang Padang yang baru didirikan. Tiga tahun berselang, fakultas ini bersama tiga fakultas lain diresmikan menjadi [[Universitas Islam Negeri Imam Bonjol|IAIN Imam Bonjol]]. Yunus dilantik sebagai rektor pertama IAIN tersebut pada 29 November 1966 sampai jelang pensiun pada 1 Januari Tahun 1971.
▲Selama menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah di [[IAIN Metro|IAIN]] pada tahun 1960, Yunus kerap diundang mengikuti kunjungan kerja ke luar negeri. Lawatan pertamaya adalah tugas dari Departemen Agama ke sembilan negara Islam: Mesir, Saudi Arabia, Syria, Libanon, Yordania, Turki, Irak, Tunisia, dan Maroko pada tahun 1961. Kunjungan ini ditujukan untuk mempelajari pendidikan agama di negara-negara tersebut. Pada tahun 1962, Yunus menghadiri sidang Majelis A'la Istisyari Al-Jami'ah Al-Islamiyah di Madinah pada April 1962 atas undangan [[Saud dari Arab Saudi|Raja Saud dari Arab Saudi]] melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta. Pada Muktamar Buhutsul Islamiyah di [[Universitas Al-Azhar]] yang berlangsung di Mesir, ia berturut-turut hadir pada tahun 1964, 1965, 1966, dan 1967. Dalam muktamar ini, Mahmud Yunus mengemukakan makalah berjudul "Al-Israiliyyat fit Tafsir wal Hadits" yang mendapat tanggapan serius dari peserta. Pada tahun 1969, Mahmud Yunus kembali diundang untuk menghadiri Majelis A’la Istisyari Al-Jami’ah Al-Islamiyah di Madinah.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=45}}
== Karya ==
[[Berkas:Tafsir_Qur'an_Karim_Mahmud_Yunus.jpg|jmpl|190px|ka|''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' terbitan Al- Ma'arif pada 1951]]
Sepanjang hidupnya, Yunus menulis lebih dari 75 judul buku. 49 judul buku ditulis dalam bahasa Indonesia dan 26 judul buku ditulis dalam bahasa Arab. Sebagian besar buku-bukunya saat ini masih dipergunakan untuk keperluan pengajaran madrasah dan perguruan tinggi. Kamus Arab-Indonesia yang disusunnya masih mudah didapatkan saat ini. Beberapa judul bukunya yang dijadikan buku pegangan pendidikan agama di antaranya tiga jilid ''al-Fiqh al-Wadhih'' dan tiga jilid ''at-Tarbiyah wa at-Ta'lim''. Karyanya yang berpengaruh adalah ''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' yang diterbitkan pada tahun 1938. Tafsir ini tercatat sebagai pionir karya tafsir berbahasa Indonesia sejak dijadikan bahasa persatuan. Dua cetakan pertama terjual dalam beberapa bulan saja. Tafsir ini telah dicetak sebanyak 200.000 eksemplar hingga tahun 1983 dan telah mengalami cetak ulang sebanya 23 kali. Dalam otobiografinya yang terbit setelah ia meninggal, Yunus mengatakan bahwa ia mulai menulis tafsir ini sejak tahun 1921.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=22}}▼
Sepanjang hidupnya, Yunus menulis sedikitnya 75 buku. 49 judul buku ditulis dalam bahasa Indonesia dan 26 judul buku ditulis dalam bahasa Arab. Sebagian besar buku-bukunya saat ini masih dipergunakan untuk keperluan pengajaran madrasah dan perguruan tinggi. ''Kamus Arab–Indonesia'' yang disusunnya masih mudah didapatkan saat ini. Beberapa judul bukunya yang dijadikan buku pegangan pendidikan agama di antaranya tiga jilid ''al-Fiqh al-Wadhih'' dan tiga jilid ''at-Tarbiyah wa at-Ta'lim''.
▲
Berikut adalah beberapa karya Mahmud Yunus:<ref name=":0" />
* ''Kesimpulan isi Quran''
* ''Sejarah pendidikan Islam''
* ''Sejarah pendidikan di Islam''
* ''Soal jawab hukum Islam''
* ''Hukum warisan (harta pusaka) dalam Islam''
* ''Sedikit uraian tentang dasar negara, ekonomi, sosial, dan kebudajaan Islam''
* ''Hukum perkawinan dalam Islam disusun setjara Buku Undang-Undang Barat''
* ''Keringkasan ilmu djiwa anak2 untuk guru2 dan ibu bapak''
* ''Pedoman Goeroe pengetahoean tentang ilmoe mengadjar''
* ''Studi perbandingan antar madzhab tentang beberapa hukum Islam''
* ''Pengetahuan umum tentang ilmu mendidik'' (bersama Sutan Muhammad Said)
* ''Al-Muhadatsatul Arabiyah'' (bersama [[Muchtar Jahja]])
* ''Metodik khusus bahasa Arab''
* ''Metodik khusus pendidikan agama''
* ''Pokok-pokok pendidikan dan pengajaran''
* ''Riwajat rasul jang 25'' (bersama Rasyidin Zuber Usman)
* ''Beberapa kisah''
* ''Kitab Zakat''
* ''Puasa dan zakat''
* ''Ibadah haji dan zakat''
* ''Manasik hadji''
* ''Marilah sembahjang!''
* ''Marilah ke Al-Quran''
* ''Pelajaran bahasa Arab''
* ''Akhlak''
* ''Ilmu musthalah hadis'' (bersama Mahmud Aziz)
== Kehidupan pribadi ==
[[Berkas:Mahmud Yunus.jpg|250px|jmpl|kiri|Foto Mahmud Yunus di rumah istrinya di Padang Japang]]Semasa hidup, Mahmud Yunus tercatat pernah menikah lima kali.. Istri pertama bernama Hj. Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh yang memberinya seorang anak, Prof. Dr. H. Kamal Mahmud. Istri kedua, yakni Hj. Djawahir, asal Padang Japang, mempunyai lima anak yaitu: Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs. H. Hamdi, dan Elly. Berikutnya, istri ketiga adalah Karminah dengan seorang anak bernama Amlas. Ketiga istri ini dinikahinya sebelum kuliah di Mesir. Jelang keberangkatannya ke Mesir, Mahmud Yunus menceraikan istri pertama
Istri keempat bernama Hj. Nurjani binti Jalil dari Padang dengan anak-anaknya bernama Fachri Mahmud, Hj. Suraiya. Dr. Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Fachran. Mahmud Yunus menikahi Hj. Nurjani setelah kembali dari Mesir. Adapun istri kelima, Hj. Darisah binti Ibrahim, memberinya enam anak yaitu Sufni (meninggal ketika masih bayi), Drs. H. Yunus Mahmud, Dr. H. Hamdi, Hj. Elina, Mahdiarti, dan Chairi. Hj. Darisah binti Ibrahim adalah anak dari mamak Mahmud Yunus sendiri, yaitu Ibrahim Datuk Sinaro Sati.
== Rujukan ==
Baris 167 ⟶ 211:
}}
* {{cite book
|title = Dari Pemberontakan ke Integrasi:
|last = Kahin
|first = Audrey R.
Baris 257 ⟶ 301:
{{refend}}
{{S-start}}
{{s-aca}}
Baris 267 ⟶ 308:
|-
{{S-new|office}}
{{S-ttl|title=[[Rektor IAIN Imam Bonjol Padang]]|years=
{{s-aft|after=[[Mansur Datuk Nagari Basa]]}}
{{s-end}}
Baris 281 ⟶ 322:
[[Kategori:Ulama Nusantara|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Tokoh dari Tanah Datar|Mahmoed Joenoes]]
|