Masjid Raya Ganting: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
k Cagar |
||
(35 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious building
|image = Masjid Raya Ganting
|native_name = Masjid Raya Gantiang<br>{{rtl-lang|ar|مسجد راي ڬنتيڠ}}
|caption = Masjid Raya Ganting
|image_size = 270px
|building_name = Masjid Raya Ganting
|location = Jalan Ganting Nomor 10, [[Ganting Parak Gadang, Padang Timur, Padang|Kampung Ganting]], [[Padang Timur, Padang|Kecamatan Padang Timur]], [[Kota Padang]], [[
|religious_affiliation = [[Islam]]
|ownership = [[Wakaf]]
|leadership = ''Pengurus'':<br/>Munandar Maska
Baris 27:
|minaret_height =
}}
'''Masjid Raya Ganting''' (atau ditulis dan dilafalkan '''Gantiang''' dalam [[bahasa Minangkabau|bahasa Minang]]) adalah masjid peninggalan abad ke-19 yang terletak di [[Ganting Parak Gadang, Padang Timur, Padang|Kampung Ganting]], [[Padang Timur, Padang|Kecamatan Padang Timur]], [[Kota Padang]], [[
Berada di kawasan yang dulunya merupakan pusat kota, Masjid Raya Ganting sempat menjadi masjid terbesar di Minangkabau pada awal abad ke-20.{{sfn|Djaja|1956|pp=[https://books.google.co.id/books?id=U0FMAQAAIAAJ&q=%22PADANG+MESDJID%22&dq=%22PADANG+MESDJID%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUvvrqzZLpAhUN7HMBHYUqCW4Q6AEINDAB 435–436]}} Masjid ini telah berkontribusi dalam pengembangan [[Dakwah|dakwah Islam]], menjadi tempat perdebatan wacana [[Islam di
Bangunan Masjid Raya Ganting terpelihara dengan baik walaupun sempat mengalami kerusakan akibat [[Gempa bumi Sumatra 2005|gempa bumi tahun 2005]] dan [[Gempa bumi
== Pembangunan ==
Baris 39:
{{Multiple image|direction=vertical|align=right|image1=Masjid Ganting sekitar seabad yang silam.jpg|image2=COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee TMnr 10016541.jpg|width1=272|width2=272|footer=Masjid Raya Ganting sebelum memiliki [[fasad]] (atas) dan setelah memiliki fasad (bawah).}}
Cikal bakal Masjid Raya Ganting berawal dari sebuah [[surau]]. Dalam [[Sejarah Kota Padang|sejarah Padang]], surau paling awal terletak di Kapalo Koto (kini masuk wilayah [[Seberang Padang, Padang Selatan, Padang|Seberang Padang]]) dan dibangun pada abad ke-18. Pada tahun yang tidak diketahui, surau dipindahkan ke [[Ganting Parak Gadang, Padang Timur, Padang|Kampung Ganting]] di tepi [[Batang Arau]] dan dinamakan sebagai Surau Kampung Ganting. Surau didirikan di atas tanah Haji Umar, kepala kampung setempat dari [[Suku Caniago]].{{sfn|Zein|1999|pp=70}} Lokasinya berada di dekat
Semula, bangunan surau terbuat dari kayu dengan atap berbahan [[rumbia]]. Konstruksi surau kemungkinan ditingkatkan seiring waktu.{{sfn|Kementerian Agama|pp=1}} Meskipun tahun pendirian surau tidak diketahui, keberadaan rumah ibadah di tepi Batang Arau sudah diidentifikasi pada 1781 dalam laporan yang
Masjid Raya Ganting yang berdiri di lokasi sekarang didirikan sebagai pengganti Surau Kampung Ganting dan surau terdahulu di Kapalo Koto. Pendirian masjid sejalan dengan pembentukan ''[[nagari]]'' oleh delapan [[Daftar suku Minangkabau|''suku'']] di Padang yang bernama Nagari Nan Salapan Suku.{{sfn|Safwan|1987|pp=15}} Menurut [[adat Minangkabau]], sebuah nagari dapat berdiri apabila salah satunya memiliki masjid. Namun, kapan persisnya masjid dibangun tidak diketahui pasti. Meski demikian, Masjid Raya Ganting jamak disebut sebagai masjid tertua di Padang.{{sfn|Colombijn|1994|pp=39}}{{sfn|Safwan|1987|pp=15}}{{sfn|Evers|1993|p=85}}
=== Pembangunan masjid ===
Wartawan Fachrul Rasyid dari majalah ''[[Gatra]]'' menulis Masjid Raya Ganting didirikan pada 1805 dan rampung pada 1810.{{sfn|Rasyid|2005|pp=82}} Salah seorang pemrakarsa pembangunan adalah Haji Umar. Tanah untuk lokasi masjid diperoleh dari hasil wakaf masyarakat Kampung Ganting. Dana pembangunan dihimpun dari penduduk Muslim setempat, terutama dari kalangan saudara.{{sfn|Zein|1999|pp=70}}{{sfn|Kementerian Agama|pp=1}} Masjid awal memiiki bentuk sederhana. Menurut versi ini, Masjid Raya Ganting termasuk bangunan yang tetap utuh saat terjadi [[gempa bumi Sumatra 1833|gempa bumi disertai tsunami]] yang melanda pantai barat Sumatra pada 1833.
Sementara itu, sejarawan [[Rusli Amran]] dalam ''Padang Riwayatmu Dulu'' menyebut pendirian Masjid Raya Ganting dimulai pada 1866. Namun, pembangunannya berjalan lamban sehingga, sesudah 20 tahun dibangun, masjid "belum selesai betul" karena dana yang "selalu saja kurang".{{sfn|Amran|1988|pp=[https://books.google.co.id/books?id=3mseAAAAMAAJ&q=%22tetapi+selalu+saja+kurang%22&dq=%22tetapi+selalu+saja+kurang%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj99o-jqobpAhVGXSsKHSopBtMQ6AEIKDAA 18]}}{{sfn|Koestoro|2007|pp=[https://books.google.co.id/books?id=HddRAQAAMAAJ&q=%22Haji+Uma+%22&dq=%22Haji+Uma+%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiYp8Whp4bpAhXTT30KHfnJBnAQ6AEIdDAI 58]}} Surat kabar ''[[Sumatra Courant]]'' pada 1868 melaporkan beberapa imam pribumi di Padang melakukan penggalangan dana dari masyarakat Muslim untuk pembangunan masjid.{{sfn|Sumatra Courant|12 September 1868}} Tokoh dalam penggalangan dana yang teridentifikasi yakni Syekh Kapalo Koto, seorang imam di Seberang Padang dan Syekh Gapuak (bernama asli Abdul Halim), seorang saudagar sarung bugis di [[Pasa Gadang, Padang Selatan, Padang|Pasar Gadang]].{{sfn|
=== Pengembangan ===
Baris 55:
Bangunan awal Masjid Raya Ganting memiliki ruang utama berukuran 30 × 30 m, ditambah serambi selebar 4 m mengelilingi bangunan utama. Pada awal abad ke-20, lantai bangunan mulai dicor dengan semen buatan Jerman{{sfn|Kementerian Agama|pp=1}} dan dipasang tegel dari Belanda yang dipesan melalui [[Naamloze Vennootschap|NV]] Jacobson van den Berg. Pemasangan tegel ditangani oleh tukang yang ditunjuk langsung oleh pabrik dan selesai pada 1910.{{sfn|VIVAnews|25 Agustus 2009}} Selama tahun-tahun berikutnya, dilakukan sejumlah pekerjaan pembangunan yang mengubah tampilan bangunan, terutama pada bentuk atap, cungkup, tiang, dan fasad yang ada sekarang.{{sfn|Koestoro|2007|pp=[https://books.google.co.id/books?id=HddRAQAAMAAJ&q=%22pembangunan+lanjutan+dengan+arsitektur+campuran+antara+lokal+dan+Eropa+dimulai+pada+tahun+1885.%22&dq=%22pembangunan+lanjutan+dengan+arsitektur+campuran+antara+lokal+dan+Eropa+dimulai+pada+tahun+1885.%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjD25Xc2ozpAhUC73MBHaiUD9gQ6AEIKDAA 57]}}{{sfn|Liputan6|4 November 2005}} Biaya pembangunan diperoleh dari sumbangan wakaf beberapa jemaah yang namanya dipampang pada prasasti di dinding serambi bagian dalam.
Menurut sementara sumber, seorang perwira dari [[Zeni|Korps Tentara Zeni]] Hindia Belanda wilayah [[Pesisir Barat Sumatra]] (yang meliputi
Pada [[mihrab]] tempat imam memimpin salat dan menyampaikan khotbah, dibuat ukiran kayu mirip ukiran Tiongkok. Di bagian tengah ruangan salat, dibangun sebuah muzawir berukuran 4 × 4 m berbentuk panggung dari kayu dan diberi ukiran Tiongkok. Muzawir berfungsi sebagai tempat penyambung suara [[imam]] sehingga [[makmum]] dapat mendengar aba-aba imam. Saat salat Jumat, suara imam nyaris tak terdengar jamaah paling belakang. Setelah ada [[pengeras suara]], muzawir tidak digunakan lagi sehingga pengurus masjid membongkar bangunan tersebut pada 1978.{{sfn|Kementerian Agama|pp=2}}
Baris 69:
=== Hindia Belanda ===
Sebagai masjid terbesar di Minangkabau pada awal abad ke-20, Masjid Raya Ganting pernah menjadi arena perdebatan dan perebutan pengaruh antara [[ulama Minangkabau]] yang terbagi menjadi Kaum Tua dan Kaum Muda.<!--
istilah “Kaum Muda” dan “Kaum Tua” muncul setelah pertemuan di rumah Haji Jamil di Kampung Pondok Padang antara dua kelompok, yakni kelompok ulama tua di kota Padang, yaitu Syaikh Khatib Muhammad ‘Ali al-Fadani, Syaikh Muhammad Dalial (Tuanku Syaikh Bayang), Tuanku Syaikh Khatib Saidina, Syaikh Muhammad Thaib Seberang Padang dan Tuanku Imam Masjid Gantiang Padang dengan kelompok ulamamuda yang terdiri dari Haji Abaz Daud Balingka (Inyik Balingka), Haji Abdullah Ahmad Padang Panjang dan Haji Abdul Karim Amrullah Maninjau yang menudian dimasyhurkan orang dengan Inyik Rasul. Pertemuan ini mendebatkan persoalan tarekat dan rabithah.--> Perbedaan pandangan dalam masalah [[ikhtilaf]] hingga metode menentukan awal bulan
Pada 1909, Abdullah Ahmad
=== Perjuangan kemerdekaan ===
Ketika Jepang mulai menduduki Indonesia pada 1942, [[Soekarno]] yang ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan oleh Belanda ke Kutacane. Namun, sesampai di [[Painan]], tentara Jepang sudah lebih dahulu menduduki Bukittinggi sehingga Belanda mengubah rencana semula dengan mengungsi ke [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]] dan meninggalkan Soekarno di Painan. Selanjutnya, [[Hizbul Wathan]], yang saat itu bermarkas di Masjid Raya Ganting, menjemput Soekarno untuk dibawa ke Padang dengan menggunakan [[pedati]]. Beberapa hari kemudian, Soekarno yang telah tiba di Padang menginap sementara waktu di salah satu rumah pengurus Masjid Raya Ganting dan sempat memberikan pidato di masjid.{{sfn|Soekarno|1990|pp=[https://books.google.co.id/books?id=tmgdcjgtE58C&dq=Bung+Karno+dan+Islam%3A+Kumpulan+Pidato+Tentang+Islam&focus=searchwithinvolume&q=mesjid+padang 128–129]}}
Selama [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan tentara Jepang di Indonesia]], masjid ini dijadikan sebagai markas
Setelah tentara Sekutu mendarat di Sumatra, banyak tentara [[Inggris]] dari kesatuan tentara Muslim India membelot dan bergabung dengan tentara rakyat setempat. Mereka mengatur strategi penyerangan dari masjid ini, termasuk penyerangan ke salah satu tangsi militer Inggris dari kesatuan [[Gurkha]].{{sfn|Zein|1999|pp=72}} Ketika seorang prajurit Muslim itu tewas dalam perkelahian di markas militer yang hanya berjarak 200 meter dari masjid, jenazahnya disemayamkan di
=== Pasca-kemerdekaan ===
Baris 89:
Pada 10 April 2005, terjadi gempa bumi di pantai barat Sumatra dengan kekuatan 6,7 [[skala Richter|SR]] setelah terjadinya [[Gempa bumi Sumatra 2005|gempa bumi lebih besar]] di sekitar [[Pulau Nias]] dua minggu sebelumnya. Akibat bencana ini, sejumlah tiang penyangga kuda-kuda atap retak dan patah.{{sfn|Detik.com|17 September 2008}}{{sfn|PT Taspen|2008}}{{sfn|Liputan6|4 November 2005}}
Selanjutnya, masjid ini menjadi salah satu dari 608 unit [[tempat ibadah]] di [[
== Arsitektur ==
[[Berkas:Masjid Raya Ganting 2020 02.jpg|al=|kanan|jmpl|272x272px|
Arsitektur Masjid Raya Ganting kerap disebut sebagai hasil akulturasi etnis-etnis yang ada di Kota Padang. Pada abad ke-19 ketika masjid ini dibangun, Padang telah dihuni oleh berbagai bangsa dan kelompok etnis, termasuk [[Tionghoa Padang|Tionghoa]], Eropa, dan India. Mereka membentuk perkampungan di sekitar masjid; kecuali bangsa Eropa, kampung-kampung mereka masih dapat dijumpai sampai sekarang.{{sfn|Zakaria|1995|pp=86}}
Masjid ini memiliki bentuk atap berundak, ciri khas arsitektur [[Daftar masjid di Indonesia|masjid di Nusantara]]. Puncak atap diberi kubah nenas dengan hiasan mustaka. Undakan atap terdiri atas lima tingkat; tiga tingkat berdenah persegi dan dua tingkat berdenah segi delapan. Menurut Fachrul Rasyid, bagian atap berdenah segi delapan dulunya dikerjakan oleh tukang-tukang Tionghoa di bawah pimpinan Kapten Cina Lau Ch’uan Ko (atau Louw Tjoean Ko). Namun, kronologisnya tidak jelas.{{sfn|Rasyid|2005|pp=82}}
Pengaruh Eropa dan India terdapat pada fasad Masjid Raya Ganting. Fasad menutup seluruh dinding di bagian depan serta sebagian dinding di bagian samping (kiri dan kanan). Elemen fasad meliputi [[pelengkung]], [[
Terdapat tambahan elemen berupa pilaster, mimbar, dan sepasang menara di fasad bagian depan. Pilaster berjejer empat berbentuk pilar ganda bergalur. Mimbar terletak di tengah-tengah berukuran 220 × 120 × 275 cm. Adapun menara terdapat di ujung kiri dan kanan.{{sfn|Zakaria|1995|pp=90}}
Baris 118:
== Halaman dan bangunan pendukung ==
[[Berkas:
Masjid Raya Ganting berdiri di lahan seluas 9.751 m² yang dikelilingi oleh permukiman penduduk. Denah halamannya berbentuk trapesium dengan sisi miring di sebelah
▲Masjid Raya Ganting berdiri di lahan seluas 9.751 m² yang dikelilingi oleh permukiman penduduk. Denah halamannya berbentuk trapesium dengan sisi miring di sebelah barat, yang berbatasan dengan jalan raya dan diberi pagar setinggi 1 m. Di sebelah selatan, terdapat pemakaman masyarakat.{{sfn|Zakaria|1995|pp=85}} [[Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi]] atau dikenal sebagai Syekh Bayang, seorang ulama Kaum Tua yang hidup sezan dengan Khatib Muhammad Ali, dimakamkan di pemakaman tersebut.{{sfn|Padangkita.com|5 Oktober 2021}}
Di dalam kompleks Masjid Raya Ganting, terdapat bangunan pendukung berupa tempat wudu dan perpustakaan. Secara keseluruhan, luas area yang diperuntukan untuk bangunan sekitar seperlima dari luas lahan. Halaman yang tersisa digunakan untuk pelaksanaan [[salat Ied]] pada hari [[Idul Fitri]] dan [[Idul Adha]].{{sfn|Zakaria|1995|pp=85}}{{sfn|Kementerian Agama|pp=2}}
== Lihat pula ==
Baris 142 ⟶ 141:
{{refbegin|2}}
* {{Cite book|title=Masjid Kuno Indonesia|url=http://epnri.indonesiaheritage.org/uploads/ebook/075/#/78/zoomed|location=Jakarta|date=1999|publisher=Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=979-8250-16-8|oclc=47893710|access-date=18 September 2019|archive-date=5 Agustus 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200805163304/http://epnri.indonesiaheritage.org/uploads/ebook/075/#/78/zoomed|dead-url=yes}}
* {{cite book|title=Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia|last=Zein|first=Abdul Baqir|year=1999|publisher=Gema Insani|place=Jakarta|id=ISBN 979-561-567-X|ref={{sfnRef|Zein|1999}}|url=http://books.google.co.id/books?id=-NnF9Ryal0IC}}
*{{cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Patches_of_Padang.html?id=8bfZAAAAMAAJ&redir_esc=y|title=Patches of Padang: The History of an Indonesian Town in the Twentieth Century and the Use of Urban Space|last=Colombijn|first=Freek|work=|publisher=Research School CNWS|year=1994|location=Belanda|ref={{sfnRef|Colombijn|1994}}|authorlink=Freek Colombijn|accessdate=1 April 2020}}▼
▲*{{cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Patches_of_Padang.html?id=8bfZAAAAMAAJ&redir_esc=y|title=Patches of Padang: The History of an Indonesian Town in the Twentieth Century and the Use of Urban Space|last=Colombijn|first=Freek|work=|publisher=Research School CNWS|year=1994|location=Belanda|ref={{sfnRef|Colombijn|1994}}|authorlink=Freek Colombijn|accessdate=1 April 2020
* {{cite book
|title = Sejarah Kota Padang
|url = http://repositori.kemdikbud.go.id/7522/1/SEJARAH%20KOTA%20PADANG.pdf
|last = Safwan
|first = Mardanas
Baris 156 ⟶ 153:
|work = Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional
|location =
|id =
|ref = {{sfnRef|Safwan|1987}}
}}
*{{Cite book|author=Hamka|authorlink=Hamka|title=Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatra|location=Jakarta|publisher=Ummind|year=1982|ref={{sfnRef|Hamka|1982}}
}}
* {{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/610593110|title=Muhammadiyah di Minangkabau|last=Hamka|first=|date=1974|publisher=Yayasan Nurul Islam|isbn=|location=|oclc=610593110|ref={{sfnRef|Hamka|1974}}}}
*{{Cite book|title=Padang Riwayatmu Dulu|last=Amran|first=Rusli|authorlink=Rusli Amran|publisher=Yasaguna|year=1988|isbn=|location=Jakarta|pages=|ref={{sfnRef|Amran|1988}}
}}
Baris 187 ⟶ 183:
|publisher = BPSNT Padang Press
|location =
|id =
|ref = {{sfnRef|Seno|2010}}
}}
Baris 215 ⟶ 211:
}}
*{{Cite book|first=Fachrul|last=Rasyid|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=Zj9SAQAAMAAJ&q=%22terdapat+beranda+yang+dipagar+menggunakan+kayu+yang+disusun+bersilang+*%22&dq=%22terdapat+beranda+yang+dipagar+menggunakan+kayu+yang+disusun+bersilang+*%22&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiqjdOd9OT1AhUoT2wGHRhpBz0Q6AF6BAgCEAI|title=Dari Pagaruyung Sampai Semenanjung: refleksi sejarah Minangkabau|publisher=UPTD Museum Aditiyawarman|location=Padang|language=id|ref={{sfnRef|Rasyid|2008|pp=85}}}}
*{{cite web|url=|title=Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau|first=Yuliandre|last=Darwis|authorlink=Yuliandre Darwis|date=2013|publisher=Gramedia Pustaka Utama|accessdate=23 Juni 2020|via=|ref={{sfnRef|Darwis|2013}}}}
* {{cite thesis|author=Abdul Cholik|year=2008|title=Masjid Raya Gantiang Padang (Sebuah Kajian Perbandingan dan Akulturasi)|publisher=Universitas Indonesia|ref={{sfnRef|Cholik|2008}}}}▼
* {{cite thesis|author=
▲* {{cite thesis|author=
* {{cite thesis|author=Rizaldi Aulia Fernando|year=2017|url=|title=Peranan Ulama Dalam Pembentukan Budaya Minangkabau Modern (1885-1943)|publisher=UIN Sunan Ampel Surabaya|ref={{sfnRef|Fernando|2017}}}}
;Surat kabar dan majalah
Baris 222 ⟶ 219:
|title = Dr. Hadji Abdullah Ahmad: Ulama dan Pengarang Islam
|work = Buku Kita
|authorlink = Tamar Djaja
|first = Tamar
|last = Djaja
Baris 233 ⟶ 231:
|ref = {{sfnRef|Djaja|1956}}
}}
* {{cite magazine|url=https://books.google.co.id/books?id=_rwTAQAAMAAJ&q=Belanda+memasang+ubin.+Pengusaha+Cina+membuat+kubah.&dq=Belanda+memasang+ubin.+Pengusaha+Cina+membuat+kubah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiFqJKH0Y_pAhUj8XMBHZdYCEwQ6AEIKDAA|title=Tonggak Islamisasi: Masih Anggun di Usia 200 Tahun|first=Fachrul|last=Rasyid|date=25 Desember 2010|work=[[Gatra]]|volume=11|year=2005|ref={{sfnRef|Rasyid|2005}}}}
* {{cite news|author=<!--Staff writer(s); no by-line.--> |url=|title=Tanpa judul|work=[[Sumatra Courant]]|date=12 September 1868|ref={{sfnRef|Oetoesan Melajoe Perobahan|12 September 1868}}
}}
Baris 244 ⟶ 241:
}}
;Jurnal
* {{citation|chapter=Images of a Sumatran Town: Padang and the Rise of Urban Symbolism in Indonesia|title=Urban Symbolism|url=http://books.google.co.id/books?id=R7-xvYmg3HcC
;Dokumen dan laporan
* {{cite report
* {{citation
* {{cite web|title=Mesjid Raya Ganting|author=[[Kementerian Agama Indonesia|Kementerian Agama
▲* {{citation |url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/wp-content/uploads/sites/28/2019/03/2010-Permenbudpar_PM.54.PW_.007.MKP_.2010.pdf|title=Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.54/PW.007/MKP/2010 Tahun 2010|date=2010|ref={{sfnRef|Permenbudpar PM.54/PW.007/MKP/2010}}.
▲* {{cite web|title=Mesjid Raya Ganting|author=[[Kementerian Agama Indonesia|Kementerian Agama ]]|url=http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/Ganting.pdf|archive-date=14 October 2011|archive-url=https://web.archive.org/web/20111014172034/http://kemenag.go.id/file/dokumen/Ganting.pdf|accessdate=2012-05-30|ref={{sfnRef|Kementerian Agama}}
* {{citation
|title = Guidelines for Managing Post-disaster Conservation of Heritage Buildings
|year = 2011
|url = https://www.wmf.org/sites/default/files/article/pdfs/Guidelines%20for%20Managing%20Post-Disaster%20Conservation%20of%20Heritage%20Buildings.pdf
|publisher = Badan Pelestarian Pusaka Indonesia
|isbn = 978-602-8756-19-8
|location =
|language = Inggris
|id =
|ref = {{sfnRef|BPPI|2011}}
}}.
Baris 268 ⟶ 261:
|year = 2010
|language = Inggris
|url = https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000187405
|publisher = UNESCO Office Jakarta and Regional Bureau for Science in Asia and the Pacific▼
|isbn = 978-979-19957-7-1
▲|publisher =UNESCO Office Jakarta and Regional Bureau for Science in Asia and the Pacific
|location = Jakarta
|id =
|ref = {{sfnRef|UNESCO|2010}}
}}.
;Situs web
* {{Cite
* {{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/111917/syiar-islam-dari-masjid-raya-ganting|title=Syiar Islam dari Masjid Raya Ganting|work=[[Liputan6.com]]|accessdate=31 Mei 2012|date=4 November 2005|ref={{sfnRef|Liputan6|4 November 2005}}|language=id}}
* {{
* {{cite web|url=https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/03/14/m0vmxp-masjid-raya-ganting-simbol-agung-di-kota-modern|title=Masjid Raya Ganting, Simbol Agung di Kota Modern|work=[[Republika (surat kabar)|Republika]]|date=15 Maret 2012|accessdate=30 Mei 2012|ref={{sfnRef|Republika|15 Maret 2012}}}}
* {{
* {{Cite news|url=http://news.detik.com/read/2008/09/17/074757/1007502/627/aneka-budaya-di-wajah-masjid-raya-ganting|title=Aneka Budaya di Wajah Masjid Raya Ganting|work=[[Detik.com|detikcom]]|date=17 September 2008|accessdate=30 Mei 2012|ref={{sfnRef|Detik.com|17 September 2008}}}}
* {{cite web|url=
* {{cite web|url=http://www.antarasumbar.com/berita/padang/d/2/81722/rp13-milar-untuk-renovasi-masjid-raya-ganting.html|title=Rp1,3 Miliar untuk Renovasi Masjid Raya Ganting|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|
* {{cite web|url=https://
* {{
*
* {{cite web|url=https://www.thejakartapost.com/news/2010/02/22/mandiri-donates-rp-85-billion-rehabilitate-padang.html|title=Mandiri Donates Rp 8.5 Billion to Rehabilitate Padang|date=22 Februari 2010|work=[[The Jakarta Post]]|accessdate=8 April 2012|language=Inggris|ref={{sfnRef|Mandiri Donates}}}}▼
* {{cite web|url=http://www.
* {{cite web|url=http://www.theartnewspaper.com/articles/Six-months-on-rebuilding-West-Sumatras-capital/20643|title=Six Months on: Rebuilding West Sumatra’s Capital|date=14 April 2010|work=The Art Newspaper|accessdate=8 April 2012|language=Inggris|archive-url=https://web.archive.org/web/20131103195043/http://www.theartnewspaper.com/articles/Six-months-on-rebuilding-West-Sumatras-capital/20643|archive-date=3 November 2013|ref={{sfnRef|The Art Newspaper|14 April 2010}}}}▼
▲* {{cite web|url=http://www.antarasumbar.com/berita/padang/d/2/81722/rp13-milar-untuk-renovasi-masjid-raya-ganting.html|title=Rp1,3 Miliar untuk Renovasi Masjid Raya Ganting|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|Antara]]|archive-date=3 November 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20131103202850/http://www.antarasumbar.com/berita/padang/d/2/81722/rp13-milar-untuk-renovasi-masjid-raya-ganting.html|date=7 Februari 2010|accessdate=7 Juni 2012|ref={{sfnRef|Antara|7 Februari 2010}}
▲* {{cite web|url=https://padang.tribunnews.com/2019/07/29/mampir-ke-perpustakaan-masjid-raya-gantiang-padang-punya-954-koleksi-buku-fiqih-hingga-sejarah-islam?page=all|title=Mampir ke Perpustakaan Masjid Raya Gantiang Padang Punya 954 Koleksi Buku Fiqih hingga Sejarah Islam|work=Tribunnews.com|date=29 Juli 2019|accessdate=9 Mei 2020|ref={{sfnRef|Tribunnews.com|29 Juli 2019}}
▲* {{cite web|url=https://www.thejakartapost.com/news/2010/02/22/mandiri-donates-rp-85-billion-rehabilitate-padang.html|title=Mandiri Donates Rp 8.5 Billion to Rehabilitate Padang|date=22 Februari 2010|work=[[The Jakarta Post]]|accessdate=8 April 2012|language=Inggris|ref={{sfnRef|Mandiri Donates}}
▲* {{cite web|url=http://www.theartnewspaper.com/articles/Six-months-on-rebuilding-West-Sumatras-capital/20643|title=Six Months on: Rebuilding West Sumatra’s Capital|date=14 April 2010|work=The Art Newspaper|accessdate=8 April 2012|language=Inggris|archive-url=https://web.archive.org/web/20131103195043/http://www.theartnewspaper.com/articles/Six-months-on-rebuilding-West-Sumatras-capital/20643|archive-date=3 November 2013|ref={{sfnRef|The Art Newspaper|14 April 2010}}
* {{cite web|url=http://bumn.go.id/taspen/berita/380|title=Taspen Padang Serahkan Hibah ke Masjid Raya Ganting|publisher=PT Taspen|date=2008|accessdate=2012-06-11|ref={{sfnRef|PT Taspen|2008}}}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{
* {{cite web|url=http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2014103000040/masjid-raya-ganting|title=Masjid Raya Ganting|work=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|accessdate=7 Juni 2012|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|ref={{sfnRef|Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya}}|archive-date=2022-02-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20220204031846/http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2014103000040/masjid-raya-ganting|dead-url=yes}}
* {{Cite web|date=5 Oktober 2021|title=Ini Daftar Makam Ulama yang Bisa Diziarahi di Kota Padang|url=https://padangkita.com/ini-daftar-makam-ulama-yang-bisa-diziaraihi-di-kota-padang/|website=Padangkita.com|language=id-ID|access-date=4 Februari 2022|ref={{sfnRef|Padangkita.com|5 Oktober 2021}}}}
* {{Cite web|date=5 Oktober 2021|title=Masjid Raya Ganting, “Benteng” Sejarah Kota Padang|url=https://suluah.cekricek.id/masjid-raya-ganting-dalam-kenangan-para-saudagar-ulama-penghulu-dan-pejuang-kemerdekaan/|website=Suluah.com|author=Rahmat Irfan Denas|language=id-ID|access-date=4 Februari 2022|ref={{sfnRef|
pencurian 1917 https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%28ganting+moskee%29&coll=ddd&page=2&identifier=MMKB19:002102066:mpeg21:a00021&resultsidentifier=MMKB19:002102066:mpeg21:a00021
pencurian di masjid 1923 https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%28ganting+moskee%29&coll=ddd&identifier=MMKB19:002111101:mpeg21:a00020&resultsidentifier=MMKB19:002111101:mpeg21:a00020
Baris 361 ⟶ 336:
{{featured article}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Masjid di
[[Kategori:
|