Ancol, Pademangan, Jakarta Utara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Demografi: menghapus pranala tidak perlu
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel, removed stub tag
 
(16 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
|kode pos =14430
|luas =377 km<sup>2</sup>
|penduduk =29.978 ([[2020]])
|kepadatan =7.952 km<sup>2</sup>
}}
'''Ancol''' adalah salah satu [[kelurahan]] yang berada di [[kecamatan]] [[Pademangan, Jakarta Utara|Pademangan]], kota [[Jakarta Utara]], provinsi [[DKI Jakarta]], [[Indonesia]], dengan luas wilayah 377 &nbsp;km<sup>2</sup>. Kelurahan ini berbatasan dengan [[Laut Jawa]] di sebelah Utarautara, pantai [[Laut Jawa]] di sebelah Timurtimur, [[Pelabuhan Sunda Kelapa]] di sebelah Baratbarat, dan [[Sungai Tiram]] di sebelah Selatanselatan.
 
==Sejarah==
===Zaman prakolonial===
Nama Ancol merujuk pada sebuah kali yang terletak sekitar 3 &nbsp;km di timur Pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah yang mengelilinginya. Mulut Kali Ancol terletak pada daerah yang kini menjadi [[Taman Impian Jaya Ancol|Putri Duyung Cottage]]. Daerah yang mengelilingi kali Ancol dulunya adalah dataran rendah pantai yang berisi air payau, [[hutan mangrove]] dan [[rawa-rawa]].
 
Ada juga yang menyebutkan bahwasanya nama Ancol merupakan bunyi dari suatu benda kecil jatuh ke air yang menimbulkan suara dan gemercik kecil bersuara Anclom dan lambat laun menjadi Ancol.
Sebutan Ancol pertama kali muncul dalam ''Koropak 406'', sebuah lembaran lontara yang ditulis pada abad ke-16. Lembaran ini bercerita tentang upaya [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], dan [[Kesultanan Demak]] menyerang [[Sunda Kelapa]]. Daerah Ancol disebut sebagai salah satu daerah strategis untuk menyerang Sunda Kelapa:{{sfn|Aca|1968}}
 
Sebutan Ancol pertama kali muncul dalam naskah ''[[Carita Parahyangan]]'' (''Koropak 406''), sebuah lembaran lontaralontar ber[[bahasa Sunda Kuno]] yang ditulis pada abad ke-16. Lembaran ini bercerita tentang upaya [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], dan [[Kesultanan Demak]] menyerang [[Sunda Kelapa]]. Daerah Ancol disebut sebagai salah satu daerah strategis untuk menyerang Sunda Kelapa:{{sfn|Aca|1968}}
{{quote|''…Disilihan inya ku prebu Surawisesa, iny nu surup ka padaren, kasuran, kadiran, kuwamen. Prangrang lima welas kali hanteu eleh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung Aaria burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka '''Ancol''' kiyi….''}}
 
{{quote|''…Disilihan inya ku [[Surawisesa|prebu SurawisesaSurawisésa]], inyinya nu surup ka padarenpadarén, kasuran, kadiran, kuwamenkuwanén. Prangrang lima welas kali hanteu elehéléh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung AariaAria burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka '''Ancol''' kiyi….''}}
 
===Kedatangan orang Eropa===
[[File:AMH-4741-NA Map of Batavia and environs.jpg|thumb|right|Daerah pantai Batavia, terlihat Kali Ancol di timur (bagian kiri gambar ini). Beberapa vila ditemukan di Kanal Ancol, yang dibangun untuk menghubungkan kanal Batavia dengan Kali Ancol.]]
 
Ketika [[Imperium Portugis]] tiba pada akhir abad ke-16, [[Kerajaan Sunda]] [[Pakuan Pajajaran]] yang beragama Hindu menerima kedatangan mereka dan berharap bahwa orang Portugis akan melindungi mereka dari serangan [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Demak|Demak]], dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], yang beragama Islam. Persekutuan dengan orang Portugis tersebut terjadi, tetapi ketiga kesultanan tersebut yang berada di bawah kepemimpinan [[Fatahillah]] berhasil mengalahkan kerajaan Pakuan Pajajaran dan Imperium Portugis dengan cara menyerang pelabuhan ini dari daerah timur pantai Ancol. Sunda KelapaKalapa kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta.
 
[[Image:Johannes Rach jakarta bay.jpg|right|thumbnail|''Slingerland'', di pesisir timur Kali Ancol, merupakan resor pantai yang populer di abad ke-18.]]
 
Kemudian di akhir abad ke-17, pemimpin Jayakarta dikalahkan oleh Belanda. Kota ini kemudian sama sekali dihilangkan dan sebuah kota berbenteng baru, [[Batavia]], didirikan di pesisir timur [[Kali Ciliwung]]. Untuk mengendalikan perairan Batavia, sejumlah kanal didirikan yang menghubungkan kanal Batavia dengan kali-kali di dekatnya, yaitu [[Muara Angke]] dan [[Kali Ancol]]. Kanal yang menghubungkan Batavia dengan Ancol dinamakan ''Antjolschevaart'' ({{lang-id|Kanal Ancol}}) dan sudah ada pada tahun 1650.<ref>{{cite book|author=Aa, A. J. Vander|title=Nederlands Oost-Indie, of beschrijving der Nederlandsche bezittingen in Oost-Indie : voorafgegaan van een beknopt overzigt van de vestiging en uitbreiding der magt van Nederland aldaar|url=https://archive.org/details/nederlandsoosti01aagoog|year=1849|publisher=Amsterdam [etc.]: Schliejer [etc.]}}</ref> Beberapa benteng dan pertahanan lainnya kemudian didirikan untuk melindungi kanal-kanal tersebut, misalnya ''sconce'' (semacam tanggul tinggi) yang disebut Zouteland ({{lang-id|"air payau"}}) oleh orang Belanda. ''Sconce'' ini melindungi titik pertemuan Kanal Ancol dengan Kali Ancol.<ref name="map-anon">{{cite map |author =Anonymous |title =Plattegrond van Batavia en omstreken |trans-title = Map of Batavia and environs|map = |map-url=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:AMH-4595-NA_Map_of_Batavia_and_environs.jpg |year =1656|url =https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/eb/AMH-4741-NA_Map_of_Batavia_and_environs.jpg |scale =300 Rynlantsche Roeder |series = |publisher = |cartography = |location = |language =Dutch |access-date =12 October 2016 }}</ref> Pada abad ke-18, ''sconce'' ini dikembangkan menjadi sebuah benteng yang dinamai Fort Ancol. Pada akhir abad ke-18, terdapat dua benteng yang melindungi muara Kali Ancol: Slingerland di bagian timur dan Zeelucht di bagian barat.<ref name="map-breda">{{cite map |author =Heymerd van Breda |title =Kaart van Batavia en omgeving. |trans-title = Map of Batavia and surrounding|map = |map-url = |date = |year =1788 |url =https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/eb/AMH-4741-NA_Map_of_Batavia_and_environs.jpg |scale = |series = |publisher = |cartography = |page = |pages = |section = |sections = |inset = |edition = |location = |language =Dutch |format = |isbn = |id = |access-date = }}</ref>
 
Pada abad yang sama, di daerah ini pula, Gubernur-Jendral [[Jeremias van Riemsdijk]] (menjabat 1775) sempat membangun resor pantai liburan berbentuk vila pantai. Ia juga mereklamasi daerah sekitar vila pantainya dari rawa-rawa menjadi tanah produktif dan membangun areal pertanian. Gubernur-Jendral [[Adriaan Valckenier]] kemudian mengikuti juga membangun resor di sini.<ref>{{cite web|url=http://kota-jakarta.info/2009/09/02/sekilas-tentang-ancol/#more-170 |title=Archived copy |access-date=2010-03-21 |url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20100124033843/http://kota-jakarta.info/2009/09/02/sekilas-tentang-ancol/ |archive-date=2010-01-24 }}</ref> Resor-resor tersebut, yang terletak di pinggir timur Kali Ancol, dinamakan Slingerland atau Sanggerlang (kini menjadi daerah pemukiman di Ancol). Slingerland pernah menjadi daerah yang populer untuk liburan kaum elit Belanda. Sebuah kuil Tionghoa, [[Vihara Bahtera Bakti]], yang dibangun pada tahun 1650, adalah salah satu bangunan yang pertama kali dibangun di Ancol.
 
Pada masa pemerintahan Gubernur-Jendral [[Herman Willem Daendels]] (1808–1811), daerah Batavia Lama ({{lang-nl|Oud Batavia}}) kemudian ditinggalkan secara bertahap dan dipindahkan ke [[Weltevreden]] (kini [[Lapangan Banteng]]). Semua bangunan di Batavia Lama, termasuk [[KastilKastel Batavia]] dan resor-resor Gubernur-Jendral sebelumnya, dihancurkan dan ditinggalkan. Setelah itu, daerah Ancol menjadi terpuruk dan ditinggalkan.<ref>{{cite book|author=Adolf Heuken SJ|publisher=Cipta Loka Caraka Foundation, Jakarta|title=Historical Sites of Jakarta|year=2007}}</ref>
 
Pembangunan pelabuhan baru di [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]] pada akhir abad ke-19 menyebabkan Kanal Ancol yang pada waktu itu berumur 200 tahun diperpanjang hingga menjangkau Tanjung Priok. Jalur kereta api juga didirikan sepanjang Kanal Ancol yang menghubungkan Stasiun N.I.S Batavia dengan Stasiun Tanjung Priok.<ref name="map-1897">{{cite map |ref={{sfnRef|Top. Bureau, Kaart van Batavia en Omstreken 1897}} |publisher= |title=Kaart van Batavia en Omstreken |url=http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/11?q_searchfield=batavia+kaart |trans-title=Map of Batavia and Surrounding |language=Dutch |edition=Batavia |year=1897 |cartography=Topografische Bureau |scale=1:20000 |series= |page= |section= |inset= |accessdate=February 14, 2016 |isbn= |id= |archiveurl=https://web.archive.org/web/20160818073134/http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/11?q_searchfield=batavia+kaart |archivedate=August 18, 2016 |url-status=dead|df=mdy-all }}</ref> Meskipun ada infrastruktur baru seperti itu, daerah Ancol tetap kosong dan tidak dihuni.
 
===Periode modern===
Baris 44 ⟶ 46:
Selain pekuburan, daerah Ancol tetap tidak dihuni selama pascaperang hingga tahun 1960an. Daerah ini sempat menjadi hutan monyet dengan genus ''Macacus''. Orang-orang menyebutnya "monyet Ancol" dan mereka menghuni daerah yang kini berada di rel kereta ujung [[Jalan Gunung Sahari]], seberang gerbang Taman Impian Jaya Ancol. Monyet Ancol ini menjadi awal mula celaan orang Jakarta kepada orang-orang yang tidak mereka sukai atau berperilaku aneh: "Dasar lu monyet Ancol!"
 
Selain monyet, fauna yang bisa ditemukan di daerah ini adalah buaya. Daerah Ancol, ketika tidak berpenghuni, juga penuh dengan pohon palem, mangrove, dan kelapa, dan merupakan tempat memancing yang lumayan populer.<ref>{{Cite web|last=Tifada|first=Detha Arya|date=2020-10-12|title=Ancol History: A Dream Park That Was Abandoned To Become A Monkey's Nest|url=https://voi.id/en/memori/16509/ancol-history-a-dream-park-that-was-abandoned-to-become-a-monkeys-nest|website=VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan|language=en|archive-url=https://archive.phtoday/bMuCr20220211151148/https://voi.id/en/memori/16509/ancol-history-a-dream-park-that-was-abandoned-to-become-a-monkeys-nest|archive-date=2022-02-11|access-date=2022-02-11|dead-url=no}}</ref>
 
====Orde Baru====
{{main|Taman Impian Jaya Ancol}}
[[File:Ancol Map.jpg|thumb|Peta Taman Impian Jaya Ancol]]
Pada tahun 1960, Ancol masih tidak berkembang, masih berbentuk rawa dan empang yang penuh dengan nyamuk. Presiden [[Sukarno]], yang terkenal banyak melakukan proyek mercusuar di seluruh Jakarta, mencetuskan ide mereklamasi rawa Ancol dan menjadikannya pusat rekreasi dan hiburan terbesar Jakarta. Ide ini kemudian dimulai pada 1965 melawan konsep lain yang mengembangkan Ancol menjadi daerah industri.{{sfn|Merrillees|2015|p=17}}
 
Baris 54 ⟶ 56:
 
== Demografi ==
Pada tahun 2020, penduduk kelurahan ini berjumlah 29.978 jiwa; terpecah menjadi laki-laki sebanyak 15.517 jiwa dan perempuan sebanyak 14.461 jiwa, dengan kepadatan penduduk 7.952 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="JAKARTAUTARA">{{cite web|url=https://jakutkota.bps.go.id/publication/2020/04/27/6d129017ecd189cc4e38e9fe/kota-jakarta-utara-dalam-angka-2020.html|title= Kota Jakarta Utara Dalam Angka 2020|publisher=Badan Pusat Statistik Indonesia|year=2020 |language=id |access-date=5 Oktober 2020|format=pdf}}</ref>
 
Berdasarkan data Sensus penduduk 2010, warga Jakarta Utara didominasi oleh warga dari suku [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Betawi|Betawi]], [[Suku Batak|Batak]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] dan [[Suku Sunda|Sunda]], serta sebagian merupakan suku [[Orang Minangkabau|Minangkabau]], [[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan suku lainnya.<ref name="SUKU">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/publication/2012/05/23/55eca38b7fe0830834605b35/kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.html|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia|website=www.bps.go.id|accessdate=5 Oktober 2020|format=pdf}}</ref> Dalam hal agama masyarakat tersebut, [[Islam]] sebanyak 81,24%, kemudian [[Kekristenan|Kristen]] 11,90% ([[Protestan]] 7,55% dan [[Katolik]] 4,35%), [[Buddha]] 6,68% dan [[Hindu]] 0,18%.<ref name="JAKARTAUTARA" />
Baris 63 ⟶ 65:
* [[Transjakarta]] bus kota: Lin 12K History of Jakarta Explorer
* MikroTrans [[Jak Lingko]]: JAK 88 ke [[Terminal Tanjung Priok]] (via Ancol Barat III - Ancol Barat I - Lodan Raya)
* Mikrolet: M15 [[Terminal Tanjung Priok]]-[[Stasiun Jakarta Kota]] (via Lodan Raya)
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{coord|6|7|44.84|S|106|50|0.06|E|display=title}}
 
== Pranala luar ==
Baris 74 ⟶ 77:
{{Batavia}}
{{Authority control}}
 
{{Kelurahan-stub}}