Prasasti Rumatak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(19 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Steen met inscriptie uit Linggawangi bij Tasikmalaja, KITLV 162747.tiff|jmpl|Prasasti Rumatak|300x300px]]
Prasasti Rumatak merupakan salah satu dari prasasti peninggalan Galuh.
'''Prasasti Rumatak''' atau '''Prasasti Geger Hanjuang''' atau '''Prasasti Linggawangi''' adalah salah satu dari prasasti peninggalan [[Kerajaan Galuh]]. Selain itu, prasasti Rumatak juga merupakan sumber otentik adanya [[Kerajaan Galunggung]]. Lokasi penemuannya terletak di bukit Geger Hanjuang, Desa [[Linggawangi, Leuwisari, Tasikmalaya|Linggawangi]], Kecamatan Leuwisari, Kabupaten [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]] yang termasuk area [[Gunung Galunggung]], pada tahun 1877. Prasasti ini kini disimpan di [[Museum Nasional Indonesia]] dengan nomor inventaris D.26.
 
== LokasiCiri fisik ==
Prasasti Rumatakini terdiridipahatkan daripada batu pipih berukuran 85 x 62&nbsp;cm<sup>2</sup>. Isinya pendek, dengan 3tiga baris tulisan dalam [[aksara Kawi]] dan [[bahasa Sunda Kuno]]. Dilihat dari bentuk hurufnya, para ahli sejarah menganggap huruf pada prasasti ini lebih tua dari huruf yang terdapat pada Prasasti Kawali. Telaahan terhadap prasasti Rumatak dilakukan oleh K.F. Holle (l877), [[Saleh Danasasmita]] (l975; l984), Atja (l990), Hasan Djafar (l991), dan Richadiana Kartakusuma (l991).
Prasasti Rumatak ditemukan di Gunung Gegerhanjuang, Desa Rawagirang, Singaparna pada tahun 1877. Prasasti ini kini disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.26.
 
== JenisIsi bahanteks ==
Prasasti ini berisi tiga baris tulisan dalam aksara Pasca-Pallawa. Transkripsi dari tulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Prasasti Rumatak dipahatkan pada batu pipih berukuran 85 x 62 cm<sup>2</sup>.
 
== Isi ==
Prasasti Rumatak terdiri dari 3 baris tulisan dalam aksara dan bahasa Sunda Kuno. Telaahan terhadap prasasti Rumatak dilakukan oleh K.F.Holle (l877), Saleh Danasasmita (l975; l984), Atja (l990), Hasan Djafar (l991), dan Richadiana Kartakusuma (l991).
 
Transkripsi dari tulisan tersebut adalah sebagai berikut:
 
<i>
tra ba I gune apuy na<br /BR>
sta gomati sakakala rumata<br /BR>
k disusuk ku batari hyang pun<br /BR>
</i>
 
Artinya: (pada tahun) 1033 (Saka) (ibukota) Ruma(n)tak diperkuat (pertahanannya) oleh Batari Hyang.
Arti dari tulisan tersebut adalah mengenai pendirian pusat kerajaan (nu nyusuk) di Rumatak oleh Batara Hiyang. Pertanggalannya dituliskan dalam kalimat candrasangkala yang berbunyi “gune apuy nasta gomati” yang oleh Saleh Danasamita juga oleh Atja disebutkan berbilai 1033 Saka = 1111 Masehi. Sedangkan Hasan Djafar (l991) membaca sebagai “ba – guna- apuy- diwwa” yang diartikan sebagai 1333 Saka atau 1411 Masehi.
 
ArtiMaksud dari tulisan tersebut adalah mengenai pendirian pusat kerajaan (''nu nyusuk'') di Rumatak oleh Batara Hiyang. Pertanggalannya dituliskan dalam kalimat [[candrasangkala]] yang berbunyi “gune''gune apuy nasta gomati”gomati'' yang oleh Saleh Danasamita, juga oleh Atja, disebutkan berbilaibernilai 1033 [[Saka]] = 1111 Masehi. SedangkanSebaliknya, Hasan Djafar (l991) membacamembacanya sebagai “ba''ba – guna- apuy- diwwa”diwwa'' yang diartikan sebagai 1333 Saka atau 1411 Masehi.
 
Batari Hyang memperkuat benteng pertahanan di ibukota Kerajaan Galunggung, yaitu Rumantak, yang dilakukan pada tahun 1033 Saka atau 1111 Masehi. Memperkuat pertahanan tersebut dengan cara membuat [[parit]] (nyusuk atau marigi). Peristiwa ''nyusuk'' ini juga diberitakan dalam naskah [[Amanat Galunggung]] yang berbunyi: ''Rahyang nyusuk na Pakwan''. Kemudian dalam [[Prasasti Astana Gede|prasasti Kawali]] disebutkan ''Prabu Raja Wastu marigi sakuriling dayeuh Kawali''. Dalam [[prasasti Batutulis]], disebutkan ''Sri Baduga Maharaja nyusuk na pakwan''. Kalimat tersebut dalam naskah Nagara Kertabumi diartikan ''amagehing'' (memperkokoh) ''Pakwan''.
 
Artinya, peristiwa ''nyusuk'' atau membuat perigi ini dilakukan oleh para penguasa [[Kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda|kerajaan di tatar Sunda]], untuk memperkuat pertahanan, sebagai tindakan preventif yang wajar dilakukan pada masa itu, terlepas dari ada atau tidaknya ancaman pada kerajaan. Membuat parit atau perigi dilakukan juga sebagai tanda adanya pemerintahan yang baru, setelah penobatan raja dilakukan. Bukan tidak mungkin, setiap raja melakukan hal yang sama, dan raja berikutnya yang baru dinobatkan membuat atau memperbaiki perigi yang sudah ada, karena perigi lama dianggap sudah tak memadai atau dangkal. Seperti halnya dilakukan oleh Sri Baduga pada tahun 1482. Pakuan yang sudah disusuk oleh Rakeyan Banga pada tahun 739, disusuk kembali oleh Sri Baduga, karena keadaan kota Pakuan sudah jauh lebih luas dari batas parit semula.
 
Melihat isi dari prasasti Geger Hanjuang, ada dua hal utama yang menjadi isi teks prasasti tersebut. Yakni, ''Rumantak'' sebagai ibukota kerajaan, serta ''Batari Hyang'' sebagai penguasanya. Sebelum Galunggung menjadi kerajaan pada masa Batari Hyang, bisa dipastikan bahwa Rumantak adalah juga pusat dari kabuyutan Galunggung. Di sanalah para batara atau rajaresi memimpin kabuyutannya, serta menerima tetamu agung dari kerajaan seperti Galuh. Bahkan bukan tidak mungkin, di Rumantak pulalah para rajaresi yang wafat diupacarakan.
 
== Lihat pula ==
* [[Prasasti Astana Gede]]
*[[Kerajaan Galunggung]]
*[[Kerajaan Sunda Galuh]]
 
== Rujukan ==
# Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi). Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
 
[[Kategori:Kerajaan Sunda Galuh]]
[[Kategori:Prasasti di IndonesiaJawa Barat|HuludayeuhRumatak]]