Adipati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k interwiki |
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh Henrys Wirakusumah (bicara) ke revisi terakhir oleh Alamnirvana Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(70 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{noref}}
'''Adipati''' ([[bahasa Sanskerta]] अधिपति, ''adhipati'': "tuan, kepala, atasan; pangeran, tuan tertinggi, raja") adalah sebuah gelar kebangsawanan untuk orang yang menjabat sebagai kepala wilayah yang tunduk/bawahan dalam struktur pemerintahan kerajaan di [[Nusantara]], seperti di [[Jawa]] dan [[Kalimantan]]. Wilayah yang dikepalai oleh seorang Adipati dinamakan '''[[Kadipaten]]'''.
'''Adipati Agung''' atau '''[[Haryapatih]]''' merupakan gelar yang lebih tinggi dari Adipati, sedangkan wilayah yang dikepalainya dinamakan ''Kadipaten Agung'' atau ''Keharyapatihan''.
Adipati setara dengan jabatan Residen (pemimpin karesidenan di negara republik) ,sedangkan Haryapatih setara dengan Jabatan Gubernur Jendral (pemimpin negara republik persemakmuran)
== Adipati di Jawa ==
Jabatan adipati mulai diketahui dipakai semenjak periode Islam dalam sejarah raja-raja di Jawa. Jabatan ini tampaknya dipakai untuk menggantikan sebutan "bhre" yang lebih dahulu dipakai dalam periode Buddha-Hindu. Adipati berbeda dengan [[bupati]] terutama dilihat dari kepentingan wilayah, luas wilayah, dan alasan strategi politik. Adipati dianggap memiliki kekuasaan lebih tinggi daripada bupati. Suatu ''kadipaten'' dapat memiliki beberapa ''kabupaten''.
Setelah terpecahnya wangsa Mataram, wilayah [[Kasunanan Surakarta]] harus menyerahkan hampir separuh wilayahnya kepada [[Praja Mangkunagaran|Keadipatian (Kadipaten) Mangkunegaran]] (1757). Mangkunegaran merupakan keadipatian otonom, dalam arti dapat mengurus wilayah kekuasaannya tanpa harus berkonsultasi dengan Kasunanan. Hal ini merupakan suatu hal yang baru dalam sejarah kekuasaan di Jawa. Sekitar enam puluh tahun kemudian (1813), giliran [[Kesultanan Yogyakarta]] harus menyerahkan sebagian kekuasaannya untuk menjadi [[Kadipaten Pakualaman|Keadipatian Pakualaman]], yang juga bersifat otonom.
Ada juga kadipaten kecil yang merdeka dengan fungsi [[buffer state]] misal [[Kadipaten Dayeuhluhur]] di perbatasan wilayah [[Sunda]] dan [[Jawa]].
== Adipati di Kesultanan Banjar ==
Di dalam [[Hikayat Banjar]] terdapat istilah '''Dipati''' dan '''Pangeran Dipati''', misalnya '''Dipati Sukadana''' sebutan untuk penguasa [[kerajaan Sukadana]], '''Dipati Sambas''' sebutan untuk penguasa [[kerajaan Sambas]], '''[[Rakyatullah dari Banjar|Dipati Martapura]]''' sebutan untuk penguasa [[kerajaan Martapura]], '''Dipati Ngganding''' seorang adipati [[kerajaan Kotawaringin|Kotawaringin]], '''[[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]]''', '''[[Pangeran Dipati Tuha]]''', '''[[Pangeran Dipati Anom]]''' dan lain-lain.
Pada masa [[Adam dari Banjar|Sultan Adam]], dilantik seorang keponakan permaisurinya yaitu [[Kiai]] [[Adipatie Danoe Radja]], untuk memimpin [[Banua Lima]], yang merupakan suatu wilayah [[keadipatian]] dari [[Kesultanan Banjar]] yang merupakan gabungan dari lima [[lalawangan]]/distrik/katamanggungan. Pada masa kolonial Hindia Belanda, Kiai Adipati Danu Raja tetap memimpin wilayah yang sama dan dilantik sebagai [[wali penguasa]] dengan gelar Raden Adipati Danu Raja.
Lalawangan yaitu suatu wilayah yang dipimpin [[Kiai]] [[Tumenggung]] (setara dengan jabatan [[bupati]] di Jawa).
== Adipati Agong di Kesultanan Brunei ==
'''Sulaiman''' (?–[[1511]]) adalah [[Daftar Sultan Brunei|sultan ketiga]] [[Brunei Darussalam]]. Pada tahun [[1432]], naik takhta. Sultan yang menyambung usaha membangun [[Kota Batu, Brunei|Kota Batu]]. Berusaha meluaskan penyebaran [[Islam]], terkenal dengan nama '''Adipati Agong''' atau '''Sang Aji [[Brunei]]'''. Ia turun takhta pada tahun [[1485]].
== Adipati di Eropa ==
Gelar Adipati dan Haryapatih dipadankan dengan gelar dalam bahasa Inggris ''[[Duke]]'' dan ''Grand Duke'' untuk bangsawan di Eropa.
Seorang Adipati ('''Duke''') atau Adipati wanita ('''Duchess''') bisa merupakan seorang yang menguasai sebuah Kadipaten ('''Duchy''') atau seorang anggota sebuah keluarga [[Bangsawan]] yang secara historis berada satu peringkat di bawah raja/ratu yang berkuasa. Istilah ini berasal dari bahasa latin yaitu ''dux'' yang berarti ''pemimpin'' yang digunakan pada masa [[Republik Romawi]] kepada seorang pemimpin militer tanpa suatu pangkat resmi (khususnya untuk yang memiliki keturunan [[Suku bangsa Jermanik|Jermanik]] dan [[Kelt]]), lalu istilah ini kemudian digunakan kepada seorang panglima militer yang memimpin suatu provinsi Romawi.
* [[Adipati Anom]]▼
Selama [[Abad Pertengahan]] gelar ini mulai menonjol pertama kali di antara kerajaan-kerajaan Jermanik. Para Adipati merupakan penguasa dari Provinsi dan atasan daripada '''Count''' di perkotaan lalu kemudian, dalam Monarki [[Feodalisme]] merupakan gelar bangsawan tertinggi setelah raja. Seorang Adipati secara ''ipso facto'' bisa saja atau bukan anggota dari kaum bangsawanan suatu negara: di [[Britania Raya]] dan [[Spanyol]] semua Adipati merupakan bangsawan kerajaan tersebut, sementara di [[Prancis]] ada yang merupakan bangsawan dan ada juga yang tidak.
Selama abad ke-19 masehi banyak negara-negara kecil di [[Konfederasi Jerman|Jerman]] dan [[Unifikasi Italia|Italia]] diperintah oleh seorang Adipati juga Haryapatih ('''Grand duke'''). Namun saat ini, dengan pengecualian Keharyapatihan [[Luksemburg]], tidak ada Adipati Eropa yang berkuasa. Saat ini gelar Adipati tetap merupakan gelar bangsawan tertinggi turun-temurun di [[Kerajaan Portugal|Portugal]], [[Skandinavia]], Spanyol dan Britania Raya. Seorang Paus Vatikan, sebagai penguasa duniawi juga telah, meskipun jarang, memberikan gelar Adipati kepada seseorang untuk pengabdiannya terhadap [[Tahta Suci]]. Di beberapa kerajaan Eropa hubungan status antara gelar Pangeran dan Adipati sebagai gelar dari kebangsawanan bukan gelar untuk anggota wangsa yang berkuasa, bervariasi contohnya di [[Belanda]] dan [[Kerajaan Italia (1861–1946)|Italia]].
Gelar Haryapatih ('''Grand duke''') digunakan di [[Eropa Barat]] terutama negara-negara [[Rumpun bahasa Jermanik|Jermanik]] untuk penguasa dari suatu provinsi. Tingkat dari seorang Haryapatih berada di bawah Raja namun lebih tinggi dari seorang Adipati yang berkuasa. Wilayah yang diperintah oleh seorang Haryapatih dinamakan Keharyapatihan ('''Grand duchy''').
[[Kategori:Gelar bangsawan Jawa]]▼
Gelar Adipati Agung ('''Archduke''' atau ''Erzherzog'') atau Adipati Agung Wanita ('''Archduchess''' atau ''Erzherzogin'') dibawa oleh para penguasa wangsa Habsburg dari [[Kadipaten Utama Austria|Kadipaten Agung Austria]] yang kemudian menjadi gelar untuk setiap anggota dari wangsa tersebut. Di [[Kekaisaran Romawi Suci]] tingkatan ini berada di bawah Raja dan di atas Adipati (''herzog''). Gelar ini berbeda dari Haryapatih (''großherzog'').
== Galeri ==
<center><gallery>
Berkas:Mangkunegara X.jpg|[[Mangkunegara X]] dari [[Praja Mangkunegaran]]
Berkas:Paku Alam X, Wakil Gubernur DIY (2022-2027).png|[[Paku Alam X]] dari [[Kadipaten Paku Alaman]]
Berkas:Henri of Luxembourg (2009).jpg|[[Henri, Adipati Agung Luksemburg]]
</gallery></center>
▲[[Kategori:Gelar bangsawan Jawa]]
[[Kategori:Gelar kerajaan]]
|