Ki Hadjar Dewantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(95 revisi perantara oleh 53 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix =
| name = Ki Hadjar Dewantara
| image = Ki Hadjar Dewantara Mimbar Umum 18 October 1949 p2.jpg
| imagesize =
| caption = Ki Hadjar Dewantara
| office1 = Menteri Pendidikan Nasional Republik= Indonesia{{!}}Menteri Pengajaran Indonesia
| order1 = ke-1
| term_start1 = 2 September 1945
| term_end1 = 14 November 1945
| president1 = [[Soekarno]]
| predecessor1 = ''Tidak ada, jabatan baru''
| successor1 = [[Todung Sutan Gunung Mulia]]
| birth_date = {{birth date|1889|5|2|df=y}}
| birth_place = {{flagicon|Belanda}} = [[Pakualaman]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1959|4|26|1889|5|2|df=y}}
| death_place = {{flagicon|Indonesia}} = [[Yogyakarta]], [[Indonesia]]
| party = [[Insulinde]], [[Boedi Oetomo]]
| children = [[Bambang Sokawati Dewantara]], [[Asti Wandansari]], [[Ratih Tarbiyah]], [[Syailendra Wijaya]], [[Sudiro Ali Murtolo]] & [[Subroto Aria Mataram]]
|spouse =[[Nyi Hadjar Dewantara]]
|children spouse = [[Nyi Hajar Dewantara]]
| nationality = [[Orang Indonesia|Indonesia]]
|residence =
| residence = [[Pakualaman]], [[Yogyakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]
|alma_mater =
| alma_mater = [[Europeesche Lagere School]], [[STOVIA]] (tidak sampai lulus karena sakit)
|occupation =
| occupation = aktivis, politisi, kolumnis, wartawan
|religion = [[Islam]]
| known_for = Bapak Pendidikan Nasional, Pahlawan Revolusi Kemerdekaan, Menteri Pengajaran Indonesia, Aktivis Pergerakan Kemerdekaan Indonesia, Pendiri Taman Siswa, Pelopor Pendidikan bagi Kaum Bumiputra.
| signature = Ki Hajar Dewantara signature.svg
| native_name = (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat)
}}
[[Raden Mas]] '''Soewardi Soerjaningrat''' ([[Ejaan Bahasayang IndonesiaDisempurnakan|EBIEYD]]: '''Suwardi Suryaningrat''', sejak 19221923 menjadi '''Ki Hadjar Dewantara''', EBIEYD: '''Ki Hajar Dewantara''', beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; {{lahirmati|[[Kadipaten Pakualaman|Pakualaman]]|2|5|1889|Yogyakarta|26|4|1959}};<ref>Ini adalah versi Perguruan Tamansiswa dan Kepustakaan Presiden [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]], tokohindonesia.com menyebutkan 28 April 1959 sebagai tanggal wafat.</ref> selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah bangsawan Jawa, aktivis pergerakan [[kemerdekaan Indonesia]], guru bangsa, agent, kolumnis, [[politisi]], dan pelopor [[pendidikan]] bagi kaum [[pribumi]] [[Indonesia]] dari [[Indonesia: Era Belanda|zaman penjajahan Belanda]]. IaDia adalah pendiri Perguruan [[Sekolah Taman Siswa|Perguruan Taman Siswa]], yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para [[priyayi|priayi]] maupun orang-orang [[Belanda]].
[[Berkas:Ki hajar dewantara.jpg|jmpl|250px|Ki Hadjar Dewantara]]
[[Raden Mas]] '''Soewardi Soerjaningrat''' ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]]: '''Suwardi Suryaningrat''', sejak 1922 menjadi '''Ki Hadjar Dewantara''', EBI: '''Ki Hajar Dewantara''', beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; {{lahirmati|[[Kadipaten Pakualaman|Pakualaman]]|2|5|1889|Yogyakarta|26|4|1959}};<ref>Ini adalah versi Perguruan Tamansiswa dan Kepustakaan Presiden [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]], tokohindonesia.com menyebutkan 28 April 1959 sebagai tanggal wafat.</ref> selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan [[kemerdekaan Indonesia]], kolumnis, [[politisi]], dan pelopor [[pendidikan]] bagi kaum [[pribumi]] [[Indonesia]] dari [[Indonesia: Era Belanda|zaman penjajahan Belanda]]. Ia adalah pendiri Perguruan [[Taman Siswa]], suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para [[priyayi]] maupun orang-orang [[Belanda]].
 
TanggalPada 1959, atas jasa-jasanya dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia, dia dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional oleh Presiden Soekarno. sedangkan tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Bagian dari [[semboyan]] ciptaannya, ''tut wuri handayani'', menjadi [[slogan]] [[Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia]]. Namanya diabadikan sebagai salah sebuahsatu nama sebuah [[kapal perang]] Indonesia, [[KRI Ki Hajar Dewantara]]. Potret dirinya juga diabadikan pada [[uang kertas]] pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.<ref name="uang">[http://www.bi.go.id/biweb/utama/pendidikan/uang/asset/html/td_kr20000.html Uang Kertas Bank Indonesia Pecahan: Rp. 20.000,-] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200920044850/https://www.bi.go.id/biweb/utama/pendidikan/uang/asset/html/td_kr20000.html |date=2020-09-20 }}, Bank Indonesia, diakses tanggal 26 April 2011.</ref>
 
IaDia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, [[Sukarno]], pada [[28 November]] [[1959]] (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).<ref>{{Cite web |url=http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 |title="DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA" |access-date=2011-02-27 |archive-date=2012-05-09 |archive-url=https://www.webcitation.org/67WW7R2g9?url=http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 yisitur4ifg7rit7t43f5eerr7fy8rrrrfg|dead-url=yes }}</ref> Dia juga merupakan peletak dan perintis pendidikan nasional berbasis kebudayaan.<ref>{{Cite journal|last=Riyanti,dkk|first=Dwi|date=2022|title=Pendidikan Berbasis Budaya Nasional Warisan Ki Hajar Dewantara|url=https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1833|journal=EDUKATIF|volume=4|issue=1|pages=1|doi=10.31004/edukatif.v4i1.1833 |issn = 2656-8063}}</ref>
 
== Masa muda dan awalAwal karier ==
[[Berkas:Young Ki Hadjara Dewantara 2 February 1947 KR.jpg|jmpl|250px220px|Soewardi saat muda.]]
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga [[bangsawan]] [[Kadipaten Pakualaman]]. Dia merupakan putra dari G.P.H. Soerjaningrat dan cucu dari [[Paku Alam III]]. Dia menamatkan [[Sekolah Dasar|pendidikan dasar]] di [[Europeesche Lagere School]]. Sekolah ini merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak yang berasal dari Eropa. Dia sempat melanjukan pendidikan kedokteran di [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]], tetapi tidak diselesaikan dikarenakan kondisi kesehatannya yang buruk.<ref>{{Cite journal|last=Astuti, K., dan Arif, M.|date=2021|title=Kontekstualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Era Covid 19|url=https://e-journal.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf/article/download/345/344/|journal=Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata|volume=2|issue=2|pages=203|issn=2721-8996}}</ref>
 
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga [[Kadipaten Paku Alaman|Kadipaten Pakualaman]]Selanjutnya, putradia daribekerja GPHsebagai Soerjaningrat,penulis dan cucu dari [[Paku Alam III|Pakualam IIIwartawan]]. Iadi menamatkanbeberapa [[Sekolahsurat Dasar|pendidikan dasarkabar]] di [[ELS]] (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). KemudianDia sempat melanjut ke [[STOVIA]] (Sekolah Dokter Bumiputera), tetapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian iapernah bekerja sebagaiuntuk penulis dan [[wartawan]] di beberapa [[surat kabar]], antara lain, ''[[Sediotomo]]'', ''[[Midden Java]]'', ''[[De Expres]]'', ''[[Oetoesan Hindia]]'', ''[[Kaoem Moeda]]'', ''[[Tjahaja Timoer (surat kabar)|Tjahaja Timoer]]'', dan ''[[Poesara]]''. PadaDia masanya,tergolong iasalah tergolongseorang penulis handalyang andal pada masanya. Tulisan-Gaya tulisannya bersifat komunikatif dengan gagasan-gagasan yang antikolonial.<ref>{{Cite journal|last=Musolin, M., dan tajamNisa, denganK.|date=2021|title=Pendidikan Masa Pandemik Covid 19: Implementasi Konsep semangatTri antikolonialPusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara|url=https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/download/1316/pdf|journal=Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan|volume=3|issue=6|pages=4137|issn=2656-8071}}</ref>
 
Dia juga berperan aktif dalam berbagai organisasi baik nasional maupun internasional yang bergerak di ranah pendidikan, seperti [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNESCO]]. Selain itu, beliau pernah menduduki posisi sebagai [[Daftar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia|Menteri Pendidikan dan Kebudayaan]] pada tahun 1950 <ref>{{Cite web|last=Comunitynews|title=Ki Hajar Dewantara: Pelopor Pendidikan Anak Pribumi di Indonesia|url=https://www.comunitynews.my.id/2023/01/kihajar-dewantara-pelopor-pendidikan-anak-pribumi-indonesia.html|website=Comunitynews|language=en|access-date=2024-07-06}}</ref>
 
== Aktivitas pergerakan ==
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, iadia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya [[Boedi Oetomo]] (BO) tahun 1908, iadia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di [[Yogyakarta]] juga diorganisasi olehnya.
 
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi ''[[Insulinde (partai politik)|Insulinde]]'', suatu organisasi multietnik yang didominasi [[Eropa-Indonesia|kaum Indo]] yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh [[Ernest Douwes Dekker]] (DD). Ketika kemudian DD mendirikan ''[[Indische Partij]]'', Soewardi diajaknyajuga ikut puladiajak.
 
== ''Als ik een Nederlander was'' ==
[[Berkas:Soewardi1919Lebeau.jpg|jmpl|280x280px|Ki Hadjar Dewantara <br />(Chris Lebeau, 1919).]]
SewaktuKetika pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari [[Prancis]] pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. IaDia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam [[surat kabar]] ''[[De Expres]]'' pimpinan DD, [[13 Juli]] [[1913]]. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
 
:''"Sekiranya aku seorang [[Belanda]], aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si ''[[Inlanders|inlander]]'' memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa ''inlander'' diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".''
 
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar iadia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.
 
Akibat tulisan ini iadia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal [[Idenburg]] dan akan diasingkan ke [[Pulau Bangka]] (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan [[Tjipto Mangoenkoesoemo]], memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun. <ref>{{citeCite webnews|url=https://www.medcom.id/telusur/medcom-files/0KvVdD9K-kebangkitan-nusantara-di-tangan-ki-hajar-dewantara|title=Kebangkitan Nusantara di Tangan Ki Hajar Dewantara|last=Sobih AW Adnan|first=MedcomSobih AW|date=2016-08-116|websitework=[[Medcom.id]]|accessdate=2020-07-13|editor-first=Mohammad|editor-last=Adam}}</ref>
 
== Dalam pengasingan ==
[[Berkas:Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, and Suryadi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p11.jpg|jmpl|kiri|200px|Soewardi, [[Ernest Douwes Dekker]] dan [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] ([[Tiga Serangkai]]) tahun 1914 saat diasingkan di Negeri Belanda.]]
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, ''[[Indische Vereeniging]]'' (Perhimpunan Hindia). Tahun 1913 dia mendirikan ''Indonesisch Pers-bureau'', "kantor berita Indonesia". Ini adalah penggunaan formal pertama dari istilah "Indonesia", yang diciptakan tahun 1850 oleh ahli bahasa asal Inggeris [[George Windsor Earl]] dan pakar hukum asal Skotlandia [[James Richardson Logan]].
 
Di sinilah iadia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh ''Europeesche Akta'', suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti [[Friedrich W. A. Froebel|Froebel]] dan [[Maria Montessori|Montessori]], serta pergerakan pendidikan [[India]], [[Santiniketan]], oleh keluarga [[Tagore]]. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
 
== Taman Siswa ==
[[Berkas:Ki Hadjar Dewantara, with students (page 65).jpg|jmpl|Ki Hadjar Dewantara bersama murid-murid Taman Siswa ({{circa|1922}}).]]
 
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian iadia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang iaberencana dirikanuntuk padadidirikannya.{{Butuh tanggalrujukan}}Pada [[3 Juli]] [[1922]]:, ''Nationaaldia Onderwijsakhirnya Instituut Tamansiswa'' ataumendirikan [[Sekolah Taman Siswa|Perguruan Nasional TamansiswaTaman Siswa]] di Yogyakarta.<ref>{{Cite book|last=Nazarudin|date=2019|url=http://repository.radenfatah.ac.id/7080/1/Buku%20pendidikan%20keluarga.pdf|title=Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam|location=Palembang|publisher=NoerFikri Palembang|isbn=978-602-447-494-2|pages=126|url-status=live}}</ref> Saat iadia genap berusia 40 tahun menurut hitungan [[penanggalan Jawa]], iadia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. IaDia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya iadia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
 
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam [[bahasa Jawa]] berbunyi ''ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.'' ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
 
== Pengabdian pada masa Indonesia merdeka ==
[[Berkas:TDKGM 01.194 Surat Ketetapan Presiden Indonesia tentang pengangkatan Ki Hadjar Dewantara sebagai Mahaguru Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertojoedan, Magelang.pdf|jmpl|Surat Ketetapan Presiden Indonesia tentang pengangkatan Ki Hadjar Dewantara sebagai Mahaguru Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertojoedan, Magelang.]]
 
[[Berkas:Patung ki hadjar dewantara.jpg|jmpl|Patung Ki Hajar Dewantara]]
Tanggal 17 Agustus 1946 ditetapkan sebagai Maha Guru pada Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertoyudan Magelang, oleh P.J.M. Presiden Republik Indonesia.
 
Pada masa pemerintahan [[Presiden Indonesia]] yaitu [[Soekarno]], tepatnya di tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai [[Daftar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia|Menteri Pendidikan Indonesia]] yang pertama.<ref>{{Cite book|last=Sukirman|date=2020|url=http://repository.iainpalopo.ac.id/id/eprint/3182/1/Teori%2C%20model%2C%20dan%20sistem%20pembelajaran.pdf|title=Teori, Model dan Sistem Pendidikan|location=Palopo|publisher=Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo|isbn=978-602-8497-80-0|editor-first=Arifuddin|pages=19-20|url-status=live}}</ref> Lalu, pada tanggal 19 Desember 1956, dia juga mendapatkan gelar Doktor [[Honoris Causa]] dari [[Universitas Gadjah Mada]].<ref>{{Cite book|date=2017|url=http://rumahbelajar.id/Media/Dokumen/5cff5f5fb646044330d686d0/cfb15f5d5fb43adebec0aefe68374f40.pdf|title=Indeks Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-602-1289-70-9|editor-last=Lohanda|editor-first=Mona|pages=165|translator-last=Sunjayadi, A., dan Harjosaputra, Karsono|url-status=live}}</ref>
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi [[Daftar Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia|Menteri Pengajaran Indonesia]] (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan ([[honoris causa|doctor honoris causa]], Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, [[Universitas Gadjah Mada]]. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
 
Ki Hadjar Dewantara juga diditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional atas jasa-jasanya dalam mengembangkan [[pendidikan di Indonesia]]. Selain itu, tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahirannya, ditetapkan sebagai [[Hari Pendidikan Nasional]].<ref>{{Cite journal|last=Sugiarta, I. M., dkk.|date=2019|title=Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur)|url=https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/download/22187/13814|journal=Jurnal Filsafat Indonesia|volume=2|issue=3|pages=130|issn=2620-7982}}</ref> Ketetapan hari tersebut disahkan dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 1959 bersamaan dengan penetapannya sebagai [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]].<ref>{{Cite book|last=Sujiono|first=Yuliani Nurani|date=2013|url=http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/2A_BUKU_KONSEP_DASAR_PAUD.pdf|title=Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini|location=Jakarta Barat|publisher=PT Indeks|isbn=978-979-062-079-7|pages=136|url-status=live}}</ref> Surat keputusan tersebut diterbitkan tanggal 28 November 1959.<!--
Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di [[Taman Wijaya Brata]].<!--
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
 
Baris 92 ⟶ 97:
 
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. -->
 
== Wafat ==
Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di [[Kota Yogyakarta]] pada 26 April 1959. Lokasi wafatnya di Padepokan Ki Hadjar Dewantara. Jenazahnya kemudian disimpan di Pendapa Agung Taman Siswa untuk kemudian dimakamkan di [[Taman Wijaya Brata]] pada tanggal 29 April 1959. [[Upacara pemakaman]]<nowiki/>nya dipimpin oleh [[Soeharto]] yang bertindak sebagai inspektur upacara.<ref>{{Cite book|last=Wiryopranoto, S., dkk.|date=2017|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/4881/1/Buku%20Ki%20Hajar%20Dewantara.pdf|title=Perjuangan Ki Hajar Dewantara: Dari Politik ke Pendidikan|publisher=Museum Semarang Kebangkitan Nasional|isbn=978-602-61552-0-7|editor-frist=Marihandono|editor-first=Djoko|pages=163|url-status=live}}</ref>
 
== Galeri ==
{{Commons category|Ki Hajar Dewantara}}
{{Commons category|Letters from Tamansiswa Dewantara Kirti Griya Museum library|Surat-surat Ki Hajar Dewantara}}
<gallery>
Berkas:Ki Hadjar Dewantara Mimbar Umum 18 October 1949 p2.jpg|Potret di ''Mimbar Umum'' 18 Oktober 1949.
Berkas:Ki Hadjar Dewantara, funeral procession (page 114).jpg|Pemakaman Ki Hajar Dewantara.
Berkas:Ki Hadjar Dewantara, with Sukarno (page 100).jpg|Ki Hajar Dewantara dengan Sukarno.
Berkas:Ki Hadjar Dewantara, writing (page 87).jpg|Ki Hajar Dewantara sedang menulis.
[[Berkas:KiPatung hajarki hadjar dewantara.jpg|jmpl|250px|Patung Ki HadjarHajar Dewantara]].
</gallery>
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{Wikiquote|lang=id}}
{{Commons category|Ki Hajar Dewantara}}
{{Commons category|Letters from Tamansiswa Dewantara Kirti Griya Museum library|Surat-surat Ki Hajar Dewantara}}
* [http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/k/ki-hajar-dewantara/index.shtml Profil di TokohIndonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100528133529/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/k/ki-hajar-dewantara/index.shtml |date=2010-05-28 }}
* [http://www.tamansiswa.org/ Taman Siswa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121226192310/http://www.tamansiswa.org/ |date=2012-12-26 }}
Baris 122 ⟶ 130:
 
{{lifetime|1889|1959|Dewantara, Ki Hajar}}
 
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Filsuf Indonesia]]