Kerajaan Kaimana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(108 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kerajaan Kaimana''' ([[Jawi]]: '''كراجأن كيمان''') juga dikenal dengan '''Kerajaan Sran''' atau '''Kerajaan Komisi''' dengan nama lokal '''Sran Emaan Muun''' adalah salah satu dari sembilan kerajaan seperti daerah wilayah semenanjung [[Bomberai]] [[Papua]].
 
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = ''Kerajaan Kaimana''
| common_name =
|native_name = كراجأن كيمان
| image_flag = File:Kerajaan Kaimana Papua.gif
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Kerajaan Kaimana.svg|upright=1.25|frameless]]|Wilayah Kerajaan Namatota dan Kaimana|[[Berkas:Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg|upright=1.25|frameless]]|Wilayah Uli Siwa dan Uli Lima abad ke-16|default=1}}
 
|image_map_caption =
| image_map = Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg
|image_map_caption = Wilayah Kerajaan Kaimana di bawah Kesultanan Tidore pada abad ke-16 (''Uli Siwa'')
| image_map_alt =
| religion = [[Islam]] (setelah 1626)
| p1 = Kesultanan Tidore
| p2 =
Baris 17 ⟶ 14:
| flag_s1 =
| year_start = 1309
| year_end =sekarang
| event_start =Kemerdekaan dari [[Kesultanan Tidore]] = Kerajaan
didirikan
|event_end =Menjadi daerah [[Kabupaten Kaimana]]
|event_end =
|event1 = Perpindahan ke Borombouw, Adi
|date_event1 = 1348–1440
|event2 = Menjadi bawahan Kesultanan Tidore
|date_event2 = 1498
|event3 = Perpindahan ke E'man (Kaimana)
|date_event3 = 1808–1828
|event4 = Menjadi daerah [[Kabupaten Kaimana]]
|date_event4 = 2002
| capital = [[Kaimana]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]], [[Bahasa Kowiai|Koiwai]]
| government_type = Kerajaan, Petuanan
| title_leader = [[Ratu (gelar)|Rat]]
| leader1 = Rat Sran Nati Patimunin I Imaga
| year_leader1 = 1309–? M
Baris 36 ⟶ 42:
|leader6 = Rat Sran Rat E'man Umisi VI Achmad Aituarauw
|year_leader6 = 1923–1966 M
|leader7 = Rat Sran Rat Kaimana Umisi VII MuhMuhammad Achmad Rais Aituarauw
|year_leader7 = 1966–1980 M
|leader8 = Rat Sran Rat Kaimana Umisi VIII [[Abdul Hakim Achmad Aituarauw]]
|year_leader8 = 1980–sekarang1980–?
|leader9 = Rat Sran Rat Kaimana Umisi IX Mohammad Natsir Aituarauw
|year_leader9 = ?–sekarang
| footnotes =
| image_coat =
Baris 51 ⟶ 59:
| today = {{Flagcountry|Indonesia}}
}}
'''Kerajaan Kaimana''' ([[aksara Jawi|Jawi]]: كراجأن كيمان; dikenal juga dengan nama '''Kerajaan Sran''' atau '''Kerajaan Komisi'''; dengan nama lokal '''Sran Emaan Muun''') adalah salah satu dari [[Kesultanan|kerajaan Islam]] yang terletak di wilayah [[semenanjung Bomberai]], [[Papua Barat]]. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang penguasa yang bergelar ''Rat''.
 
==Sejarah==
===Asal muasal===
Kerajaan Kaimana dikisahkan berasal dari kawasan pegunungan Mbaham, Tri Abuan Wanas. Leluhur mereka awalnya tinggal di Gunung Baik yang terletak di Semenanjung Kumawa atau kawasan Patimunin. Menurut penuturan [[Abdul Hakim Achmad Aituarauw]] (Raja Sran Kaimana VIII), terbentuknya pemerintahan adat kerajaan Sran Kaimana adalah usaha raja pertama bernama Imaga. Saat itu penduduk yang mendiami kerajaan itu belum banyak. Imaga lalu menyatukan mereka dalam satu pemerintahan adat, ia berjalan dari kampung ke kampung untuk menyebarkan pengaruhnya. Cara lain adalah dengan cara perkawinan, sehingga hampir di semua wilayah ada keluarganya. Alhasil penduduk kampung-kampung tersebut bersatu dan mengangkatnya sebagai raja pada 1309. Bisa dikatakan kerajaan ini adalah kerajaan keluarga, karena Imaga sebenarnya menjadi pemimpin bagi keluarga besar. Raja Imaga, bergelar [[Ratu (gelar)|Rat]] Sran Nati Patimunin I. Pusat kerajaan dibangunnya di Weri, terletak di [[Teluk Tunasgain]] di wilayah Fakfak.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
===Zaman Majapahit===
Semasa pemerintahan raja Imaga, kondisi kehidupan masyarakat cukup baik. Mereka menjalin hubungan perdagangan dengan orang-orang Seram Laut ([[Kabupaten Seram Bagian Timur|Seram Timur]]), yang mencari burung kuning, masoi, dan emas di wilayah tersebut. Para pedagang Seram Laut pun melakukan perkawinan dengan penduduk daratan Papua. Setelah raja Imaga wafat (tahun tidak diketahui), Raja Sran selanjutnya adalah Basir Onin anak dari Imaga. Ia memindahkan pusat kerajaannya ke [[Pulau Adi]] didasarkan atas pertimbangan bahwa Pulau Adi terletak pada posisi strategis dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan menuju dataran Koiwai. Ia menyatakan sepuh kemudian mengangkat anaknya Woran sebagai Raja. Ibukota kerajaannya terletak di Borombouw.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Pada masa pemerintahan Woran, kerajaan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ia memperluas pengaruh dan kekuasaannya dengan cara mengunjungi desa-desa serta melakukan pernikahan di berbagai tempat. Sehingga hampir sebagian besar hidup raja-raja dahulu adalah untuk mengunjungi kampung-kampung guna menghimpun mereka dalam kepemimpinannya dan melakukan perkawinan. Hasil usaha raja Woran membuat wilayahnya berkembang meliputi dataran semenanjung Onin, dataran Bomberai dan dataran Kaimana yang berbatasan dengan dataran rendah Kamoro. Woran mengangkat anaknya Wau'a sebagai Putra Mahkota, sayangnya Wau'a meninggal dalam usia muda sebelum sempat menjadi Raja. Dalam masa kepemimpinan raja Woran, kerajaannya pernah dikunjungi oleh Patih Gajah Mada. Kunjungan ini tercatat dalam tulisan Empu Prapanca yang menyebutkan suatu daerah yang bernama Sran yang pernah dikunjungi oleh Patih Gajah Mada dalam upaya menggenapi Sumpah Palapa yang diucapkannya kepada raja Majapahit. Dalam kunjungannya ke istana raja Sran Rat Adi III yang diberi nama istana San Nabe di Borombouw, Pulau Adi, beliau disambut dengan upacara kebesaran. Istana San Nabe memiliki bumbungan berupa ukiran buaya berwarna putih merah. Dalam kunjungan itu, Patih Gajah Mada memberikan seorang putri dan bendera merah putih kepada raja Woran; sedangkan raja Woran memberikan burung Cenderawasih (''syangga'') dan seorang putri raja untuk diantar kepada raja Majapahit. Woran memerintah selama 92 tahun yaitu dari tahun 1348–1440.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref><ref name="Badan silaturahmi 2009">{{cite book | title=Renaisance Nusantara Edisi Raja Sran Kaimana VIII | year=2009 | publisher=Badan silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara}}</ref> Kontak dengan ekspedisi Jawa abad ke-15 ini juga disebutkan pula dalam kisah penduduk lokal di antara Teluk Patipi dan Rumbati dalam memori Galis.<ref name="Usmany Fatagar 2014 hlm.39-73">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=39–73|url-status=live}}</ref>
==Asal Muasal==
Kerajaan Sran berasal dari kawasan pegunungan Mbaham, Tri Abuan Wanas. Leluhur mereka awalnya tinggal di Gunung Baik yang terletak di Semenanjung Kumawa atau kawasan Patimunin. Menurut penuturan Abdul Hakim Ahmad Aituarauw (Raja Sran Kaimana VIII), terbentuknya pemerintahan adat kerajaan Sran Kaimana adalah usaha raja pertama bernama Imaga. Saat itu penduduk yang mendiami kerajaan itu belum banyak. Imaga lalu menyatukan mereka dalam satu pemerintahan adat, ia berjalan dari kampung ke kampung untuk menyebarkan pengaruhnya. Cara lain adalah dengan cara perkawinan, sehingga hampir di semua wilayah ada keluarganya. Alhasil penduduk kampung-kampung tersebut bersatu dan mengangkatnya sebagai raja pada 1309. Bisa dikatakan kerajaan ini adalah kerajaan keluarga, karena Imaga sebenarnya menjadi pemimpin bagi keluarga besar. Raja Imaga, bergelar Rat Sran Nati Patimunin I. Pusat kerajaan dibangunnya di Weri, terletak di Teluk Tunas Gain di wilayah Fakfak.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
===Zaman Tidore===
==Administrasi Pemerintahan==
RajaNamun memilikiduapasca pendampingmeninggalnya yaituraja duduvuraWoran, adatada dantiga orang raja mudalagi yang kedudukannyamemerintah, dalamnamun bagantidak lembagaada adatdata sejajaryang denganjelas raja-raja selanjutnya ini. Menurut La Aga Samay (sesepuh Kerajaan Sran/Kaimana), namunpada secaratahun kekuasaan1498, berada[[pelayaran dihongi|pasukan bawahhongi kekuasaanTidore]], rajamenyerang daerah Sran sehingga terjadi perang antara kerajaan Sran melawan pasukan hongi Tidore. DalamSejak menjalankanitu pemerintahannya,Sran rajaharus dibantumembawa oleh:budak pemukadan agama,burung dukun/kuning ahliuntuk nujum,diantar mayorakepada Tidore. Oleh raja Tidore, sangajimereka ini diberi hadiah-hadiah serta gelar-gelar. Pada abad ke-XV (1460–1541) penguasa pertama di pulau Adi, hukomAde Aria Way, joujautelah menerima [[Islam]] yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar ''Syekh Jubah Biru'', kapitang/kapitanyang lautmenyebarkan Islam di utara dan orangkawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi kayaSamai.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 ppp. 86-8788">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pagespage=86-8788 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref><ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref>
 
WilayahSultan kerajaanTidore, Sranpernah padamengangkat masaseorang awalraja berdirinyadi kerajaanPulau hanyaAdi, meliputihal bagianini tertuang dalam ''Memorie-bagian(Vervolg) kecilvan sajaOvergave darivan wilayahde suku(Onder) MairasiAfdeeling diWest sebelahNieuw utaraGuinea'', Pulau1932, Adidikatakan (Eraambahwa MoonSultan berasalTidore darimengangkat bahasaseorang Adijayaraja yangdi artinyaPulau "TanahAdi Haram")<refdan name="Wanggaidaerah 2008">{{citeKarufa, thesisseorang |last=Wanggai''Mayor'' |first=TonyWanggita, V.M.penguasa |date=2008yang |title=Rekonstruksiberpengaruh Sejarahdi IslamTeluk diArguni, Tanahnamun Papuapenerus |publisher=UINketurunan Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|accessraja-date=2022-01-30|language=id}}</ref><refraja name="SEJARAHAdi RATdan SRANAiduma RAJAtidak KOMISIdapat KAIMANAmempertahankan (Historyeksistensinya ofsebagai Ratraja Sran(A.L. KingVink, of Kaimana''Memorie-(Vervolg) 2017van p.Overgave 88">{{citevan journalde |(Onder)Afdeeling last=UsmanyWest |Nieuw first=DesyGuinea'', Polla1932). |Selanjutnya title=SEJARAHdalam RATlaporan SRANEtna RAJAyang KOMISIdikutip KAIMANAoleh (HistoryPendeta ofF.C. RatKamma Sran(Kepulauan KingTidore ofdan KaimanaPapua) |bahwa journal=Jurnaltahun Penelitian1859 Arkeologijuga Papuaada Danseorang Papuaraja Baratdi |Adi, volume=6yang |kerajaannya issue=1terbentang |dari date=2017-06-03Teluk |Kamrau issn=2580-9237sampai |Tanjung doi=10.24832/papua.v6i1.45Baik |serta page=88mencakup |Pulau url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0Kara |dan language=idAdi. |Tidak access-date=2021-04-24|bisa doi-access=freediselidiki }}</ref>apakah yang didimaksudkan sebelahdengan selatanKara, PulauKaras, Samaiatau diKarawatu sebelah(''Memorie baratvan danOvergave KipiaL.L.A. MimikaMaurenbrecher'', di sebelah timur1953). NamunKeterangan berkattersebut perkawinansesuai danbahwa, hubunganpusat kekeluargaankerajaan danSran kekerabatanberada yangdi berhasilPulau dilakukan oleh raja pertamaAdi, makanamun lambatpernah launterjadi banyakkonflik wargadiantara suku tersebut yang mulai menggabungkan diri dengankeluarga kerajaan Sran, sehingga menurutuntuk legendanya,beberapa wilayahwaktu kekuasaanlamanya Rajatidak Sranada padaraja abaddi ke-14 berkembang menjadi semakinkerajaan luasSran.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 8688-8789">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=8688-8789 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
===Zaman kolonial Belanda===
Sebelum masuknya [[Belanda]], kekuasaan raja adalah mutlak. Namun ketika [[Tidore]] mulai melebarkan kekuasaannya dan melakukan hongi hingga ke daerah ini, kekuasaan raja semakin menurun karena berada dalam bayang-bayang Tidore. Terlebih setelah terjadi perang saudara diantara keluarga raja. Selama beberapa lama kerajaan ini vakum karena tidak ada raja. Raja yang diangkat oleh [[Sultan Tidore]] pun tidak bertahan dan akhirnya vakum juga.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Pada tahun 1808, Nduvin diangkat sebagai raja Sran ke IV. Pada waktu itu, pusat Kerajaan Sran masih berkedudukan di Pulau Adi. Raja Nduvin memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya dari Borombow di Pulau Adi ke E'man atau Kaimana. Nduvin menikah dengan putri Wai dari Bonggofut. Putri tersebut bermarga Ai dan berasal dari Gunung Natau di [[Sara, Kaimana, Kaimana|Kampung Faranyau]] yang bernama Mimbe Werifun. Nduvin memiiki seorang anak bernama Nawaratu, atau Naro'e. Disamping Naro'e, Raja Nduvin masih memiliki keturunan dari Umburauw kampung Bahumia dan Ubia Sermuku.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
==Sejarah Sran Zaman Majapahit==
 
[[Berkas:Fort du Bus in 1828.jpg|jmpl|300px|Fort Du Bus pada tahun 1828]]
Semasa pemerintahan raja Imaga, kondisi kehidupan masyarakat cukup baik. Mereka menjalin hubungan perdagangan dengan orang-orang Seram laut (Seram timur), yang mencari burung kuning, masoi dan emas di wilayah tersebut. Para pedagang Seram laut (Serandha/Seram timur) pun melakukan perkawinan dengan penduduk tanah daratan Papua Setelah raja Imaga wafat (tahun
tidak diketahui), Raja Sran selanjutnya adalah “Basir Onin” anak dari Imaga. Ia memindahkan kerajaannya ke Pulau Adi didasarkan atas pertimbangan bahwa Pulau Adi terletak pada posisi strategis dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan menuju dataran Kowiai. Ia menyatakan sepuh kemudian mengangkat anaknya Woran sebagai Raja. Ibukota kerajaannya terletak di Borombouw.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Pada masa pemerintahan Woran, kerajaan ini mengalami perkembanganPerjanjian yang cukupditanda pesat.tangani Iaoleh memperluas pengaruhBelanda dan kekuasaannyakerajaan denganMaluku carapada mengunjungitahun desa-desa1824 sertaitu melakukanberisi pernikahanbahwa diIrian berbagaiBarat tempat.secara Sehinggaresmi hampirdiakui sebagiansebagai besardaerah hidupkekuasaan raja-rajaSultan dahuluTidore adalah(Kamma, untuk1981). mengunjungiSebagai kampung-kampungtindak gunalanjut menghimpunperjanjian merekatersebut, dalampada kepemimpinannyatahun dan1828, melakukanBelanda perkawinan.membangun Hasilbenteng usahadi rajateluk WoranTriton membuatdi wilayahnyakaki berkembanggunung meliputiLemansiri datarandi semenanjungLobo Onin(Namatota), dataran Bomberay dan dataran Kaimana yang berbatasan dengan tanah rendah Kamoro. WoranBenteng mengangkatini anaknyadiresmikan Wau’apada sebagaitanggal Putra24 Mahkota,Agustus sayangnya1828 Wau’adengan meninggalnama dalam“Fort usiaDu muda sebelum sempat menjadi RajaBus”. DalamUpacara masaperesmian kepemimpinandihadiri Rajaoleh Woran,orang kerajaannyaBelanda pernahdan dikunjungijuga olehwarga Patih Gajah Madalokal. KunjunganSeusai ini tercatatupacara dalamdilakukan tulisanpenandatanganan Empusurat Prapancaperjanjian yang menyebutkanditandatangani suatuoleh daerahSendawan yang(raja bernamaNamatota), SranKassa yang(raja pernahLakahia) dikunjungidan olehLutu Patih(orang Gajahkaya MadaLobo dalamdan upayaMawara). menggenapi Sumpah Palapa yang diucapkannya kepadaKetiga raja Majapahit.ini Dalamoleh kunjungannyaBelanda kemasing-masing istanadiberi rajasurat Sransebagai Ratkepala Adidaerah, IIIberikut yangtongkat diberikekuasaan namaberkepala istanaperak. SanSelain Nabeketiga dikepala Borombow,daerah Pulau Adiini, beliaudiangkat disambutpula dengan28 upacarakepala kebesaran.daerah Dalambawahan kunjungan itu(Koentjaraningrat, Patih1992). GajahDengan Madademikian memberikanraja seorangSran putriKaimana danmenjadi benderakepala merahdaerah putihbawahan kepadadari rajaKerajaan Woran;Namatota.<ref>{{cite sedangkanweb|url=https://books.google.co.id/books?id=kUYQEAAAQBAJ&pg=PA107&lpg=PA107&dq=kerajaan+kaimana&source=bl&ots=JIzZVB6DWw&sig=ACfU3U2zPEtJJxoJjJDvudBcteYVDwxTrQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilvo6d4YfuAhVHWysKHaTtCVg4FBDoATAIegQICRAB#v=onepage&q=kerajaan%20kaimana&f=false|title=Sejarah rajaKerajaan WoranKaimana|website=books.google.co.id|language=id}}</ref> memberikanSelama burungbeberapa Cenderawasihtahun (syangga)berikutnya, danNduvin seoranglebih putrimemfokuskan rajaperhatiannya untuk diantarmelawan kepada[[pelayaran rajahongi|ekspedisi Majapahit. Woran memerintahhongi]], selamasampai 92pada tahun yaitu1898, dariRaja tahunNduvin 1348-1440wafat.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 ppp. 8889-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pagepages=8889-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Ia digantikan anaknya Naro'e yang dinobatkan sebagai raja dengan gelar Rat Sran Kaimana V. Namun pada tahun 1898 setelah [[Papua|Nieuw Guinea]] dinyatakan sebagai milik [[Belanda]], terjadi berbagai perubahan politik yang menyebabkan banyak terjadi perubahan dalam tatanan wilayah kekuasaan raja Kaimana yang berdampak semakin turunnya kekuasaan raja. Raja berkuasa atas rakyatnya, namun raja maupun rakyatnya berada di bawah kekuasaan Belanda dan harus tunduk pada aturan Belanda.<ref>{{cite web|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/raja-of-kaimana/|title=Sejarah Kaimana|website=sultansinindonesieblog.wordpress.com}}</ref> Dalam tahun 1898, parlemen Belanda mensahkan pengeluaran anggaran sebanyak [[Gulden|ƒ]]115.000 untuk mendirikan pemerintahan di Nieuw Guinea. Pemerintah Belanda membagi dua bagian daerah Nieuw Guinea, bagian utara dinamakan Afdeeling Noord Nieuw Guinea dengan kontrolir ditempatkan di Manokwari, lalu bagian Barat dan Selatan dinamakan Afdeeling West en Zuid Nieuw Guinea dengan kontrolir ditempatkan di Fakfak (Koentjaranigrat, 1992). Kondisi geografis dan minimnya alat transportasi, menyebabkan banyak daerah di Afdeeling West en Zuid Nieuw Guinea yang penduduknya belum mengetahui kalau pemerintah Belanda sudah menguasai daerah tersebut.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
==Sejarah Sran Zaman Tidore==
 
NamunRaja pascaNaro'e meninggalnyasebagai raja Woran,Kaimana adapada tigasaat orangitu rajapun lagibelum yangmengetahui memerintahhal itu, namunsehingga tidakia adatetap datamelakukan yangekspansi jelaswilayah raja-rajakerajaannya selanjutnyake ini.arah Menurutbarat Ladan Agatimur Samaymelalui (Sesepuhperkawinan kerajaandi Sran),kawasan pada[[Teluk tahunBerau]]. 1498,Keluarganya pasukanantara hongilain Tidore,Fimbay menyerangdan daerahRefideso Srandi sehinggaMiwara. terjadiDi perangUduma antaradengan kerajaankeluarga SranKamakula, melawandi pasukanTeluk hongiBicari Tidore.dengan Sejakkeluarga ituNanggewa, SranNambobo harusserta membawakeluarga budakAi dan burungdi kuningkawasan untukMbaham diantarIha kepadadengan TidoreBoki Sekar. OlehDisamping rajaitu Tidore,ia merekajuga inimelakukan diberiperang hadiah-hadiahdengan sertamelakukan gelar-gelar.ekspedisi Padahongi abaduntuk kemembebaskan XVdaerah (1460-1541)kekuasaannya penguasayang pertamadiekspansi dioleh pulaupihak Adi,lain Adedengan Ariapasukannya Way,yang telah menerimabernama [[IslamTeluk Sebakor|Sabakor]]. yangIa dibawamenikahkan olehanak Syarifperempuannya MuazKoviai yangBata mendapatdengan gelarLakatei Syekhyang Jubahkemudian Biru,menjadi yangraja menyebarkanWertuar. IslamIa dijuga utaramembangun danhubungan kawasankekeluargaan itudengan raja Namatota. NamunAnak sambutanperempuan positiflainnya lebihyang banyakbernama diterimaSekar diBata pulaudinikahkan Adidengan dalamLamora, halraja iniNamatota, didisini daerahNaro'e kekuasaanmenganggap AdeSran Ariabukan Waylagi bawahan Namatota. SetelahDisamping masukitu Islamcucu Adeperempuannya Ariadinikahkan Waydengan bergantiseorang namaPangeran menjadiKerajaan Fer di Langgiar Samai(Nuhu Yuut).<ref name="WanggaiGambaran 2008">{{citemengenai thesispernikahan |last=Wanggaiini |first=Tonysangat V.M.jelas |date=2008memperlihatkan |title=Rekonstruksiusaha Sejarahraja IslamNaro'e diuntuk Tanahmemperluas Papuapengaruh |publisher=UINkerajaannya, Syarifmelalui Hidayatullah|url=https://repositoryhubungan kekerabatan.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref><ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 ppp. 8889-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pagepages=8889-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
[[Berkas:Kampong Kaimana met rechts de woning van de Radja-Commissie, KITLV 40349.tiff|jmpl|ka|220px|Kampung Kaimana, dengan rumah Rat Umisi (Raja Komisi) di sebelah kanan, 1907–1915]]
Sultan Tidore, pernah mengangkat seorang raja di Pulau Adi, hal ini tertuang dalam Memorie-(Vervolg) van Overgave van de (Onder) Afdeeling West Nieuw Guinea, 1932, dikatakan bahwa Sultan Tidore mengangkat seorang raja di Pulau Adi dan daerah Karufa, seorang ''Mayor'' Wanggita, penguasa yang berpengaruh di Teluk Arguni, namun penerus keturunan raja-raja Adi dan Aiduma tidak dapat mempertahankan eksistensinya sebagai raja (A.L. Vink, “Memorie-(Vervolg) van Overgave van de (Onder)Afdeeling West Nieuw Guinea, 1932). Selanjutnya dalam laporan Etna yang dikutip oleh Pendeta F.C. Kamma (Kepulauan Tidore dan Papua) bahwa tahun 1859 juga ada seorang raja di Adi, yang kerajaannya terbentang dari teluk Kamrao sampai Tanjung Baik serta mencakup Pulau Kara dan Adi. Tidak bisa diselidiki apakah yang dimaksudkan dengan Kara, Karas atau Karawatu (Memorie van Overgave L.L.A. Maurenbrecher, 1953). Keterangan tersebut sesuai bahwa, pusat kerajaan Sran berada di Pulau Adi, namun pernah terjadi konflik diantara keluarga kerajaan sehingga untuk beberapa waktu lamanya tidak ada raja di kerajaan Sran.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 88-89">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=88-89 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Pada tahun 1912, raja Naro'e berangkat ke Teluk Bintuni, bertemu dengan Kapten Keyts yang memberitahunya bahwa Pemerintah Hindia Belanda sudah secara resmi mendirikan pemerintahan di Papua. Raja Naro'e menyatakan protes dan nampaknya sangat kecewa dengan tindakan sewenang-wenang Belanda yang mengklaim Papua sebagai miliknya tanpa sepengetahuan dan persetujuan pemiliknya. Akibat kekecewaan ini, ia tidak mau kembali lagi ke kota kerajaannya. Raja Naro'e memilih tinggal di daerah Kokas dan Babo selama 10 tahun (Renaissance Nusantara, 2009). Untuk sementara pemerintahan kerajaan Sran Kaimana dijalankan oleh putranya Achmad Aituarauw. Tahun 1922, Raja Naro'e kembali ke Kaimana, dan memerintahkan putranya Ahmad Aituarauw untuk menata ibu kota kerajaan, dengan membuka jalan-jalan, menerima pedagang-pedagang, dan membuka perkebunan kelapa di Kaimana, Sararota, Nusa Venda, Nanesa, Bitsyari, dan Lobo. Rakyat pun diperintahkan untuk membuka kebun-kebun kelapa, pala, dan lain sebagainya. Pada tahun 1923 Raja Naro'e meninggal dunia dan dikuburkan di samping masjid kerajaannya (masjid Raya) di Kota Kaimana.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
==Sejarah Sran Zaman Belanda==
 
SampaiNaro'e kemudiandigantikan padaoleh tahunputranya Ahmad 1808Aituarauw, Nduvinpemerintah diangkatHindia sebagaiBelanda melalui raja SranNamatota, kememberi IV.tanggung Padajawab waktukepada itu,raja pusatKaimana KerajaanAhmad SranAituarauw untuk masihmenjaga berkedudukankeamanan di Pulauwilayah AdiKaimana. RajaUntuk Nduvinmelegalitas memindahkantugas pusatraja pemerintahanKaimana kerajaannyatersebut, pemerintah Belanda mengangkatnya dengan gelar “Raja Komisi Kaimana”. Ia memerintah dari Borombowtahun di1923 Pulauhingga Aditahun ke1966 E’man(wawancara atauLa KaimanaAga Samay). NduvinRaja menikahAhmad dengancukup putriahli Waidalam daribidang Bonggofutpertanian dan perdagangan, serta menjalankan pemerintahannya dengan baik. PutriRaja tersebutAchmad bermargaAituarauw Aimenyatakan kooperatif terhadap Belanda, dengan syarat bahwa Raja tetap mengurus rakyatnya dan berasalbudaya dariserta Gunungadat Natauistiadat, dipengangkatan Franyaukepala yangkampung bernamaoleh Mimberaja, Werifunpajak belasting harus sepengetahuan raja dan tidak akan saling menyerang serta urusan pertahanan terhadap serangan dari luar menjadi tanggung jawab Belanda. NduvinBelanda memiikimenyetujui seorangsyarat anaktersebut bernamasehingga Nawaratuterjalin kerjasama, lebihraja dikenalAchmad sebagaAituarauw Naro’Elalu menerima “peningen recognitie” sebesar ƒ40 per-bulan (ANRI: Memorie van Overgave L.L.A. DisampingMaurenbrecher, 1953). Pada tahun Naro’E1930, Rajaraja NduvinAchmad masihAituarauw memilikijuga keturunanmemperoleh penghargaan dari UmburauwKerajaan kampungBelanda Bahumiaberupa danbintang UbiaOranje Sermukuvan Nassau (Renaissance Nusantara 2009).<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-9091">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-9091 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
===Zaman kemerdekaan Indonesia===
Namun pada tahun 1898 setelah [[Papua|Nieuw Guinea]] dinyatakan sebagai milik [[Belanda]], terjadi berbagai perubahan politik yang menyebabkan banyak terjadi perubahan dalam tatanan wilayah kekuasaan raja [[Kaimana]] yang berdampak semakin mundurnya kekuasaan raja. Raja berkuasa atas rakyatnya namun bukan raja sendiri yang berkuasa atas rakyat tersebut karena raja maupun rakyatnya berada di bawah kekuasaan [[Belanda]] dan harus tunduk pada aturan Belanda.<ref>{{cite web|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/raja-of-kaimana/|title=Sejarah Kaimana|website=sultansinindonesieblog.wordpress.com}}</ref>
 
Menurut pengakuan M. Achmad Aituarauw proklamasi Indonesia baru diketahui dari [[Frans Kaisiepo]] di Biak pada Desember 1946. Informasi Kaisiepo ada di Biak diketahuinya dari rakyat di teluk Arguni yang meninggalkan kampungnya untuk berkumpul ke Tiwara sebelum ke Biak. Dari informasi yang diterima di Tiwara, jenderal Amerika bersama pasukan sekutu membagikan senjata untuk rakyat Irian untuk melawan Belanda namun mereka sudah pergi ke Pulau Yamkani (Wandamen). M. Achmad Aituarauw beserta pengikutnya berjumlah sebesar 200 orang berangkat dari Tiwara menuju Wandamen. Walau saat sampai di Kampung Ambumi (Wandamen), pasukan Amerika sudah pergi ke Biak. Sehingga M. Achmad Aituaraw pergi ke Bosnik, Biak beserta 18 orang pengikutnya.<ref name="Meteray 2022">{{cite journal |last1=Meteray |first1=Bernada |date=25-07-2022 |title=Klaim Kerajaan Majapahit dan Penyemaian Nasionalisme Indonesia di Kaimana |url= https://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalIlmiahHubunganInternasiona/article/download/5969/3783|journal=Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (Unpar)|volume= |issue=Edisi Khusus Papua|pages=1-15 |doi=10.26593/jihi.v0i00.5969.1-15 |access-date=17-11-2022}}</ref>
Perjanjian yang ditanda tangani oleh Belanda dan kerajaan Maluku pada tahun 1824 itu antara lain berisi bahwa Irian Barat secara resmi diakui sebagai daerah kekuasaan Sultan Tidore (Kamma, 1981). Sebagai tindak lanjut perjanjian tersebut, pada tahun 1828, Belanda membangun sebuah benteng di teluk Triton di kaki gunung Lemansiri di Lobo (Namatota) Kaimana. Benteng ini diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1828 dengan nama “Fort Du Bus”. Upacara peresmian dihadiri oleh orang Belanda dan juga warga pribumi
Papua. Setelah upacara selesai dilakukan penandatanganan suratsurat perjanjian yang ditandatangani oleh Sendawan (raja Namatota), Kassa (raja Lakahia) dan Lutu (orang kaya Lobo dan Mawara). Ketiga raja ini oleh Belanda masing-masing diberi surat sebagai kepala daerah, berikut tongkat kekuasaan berkepala perak. Selain ketiga kepala daerah ini, diangkat pula 28 kepala daerah bawahan (Koentjaraningrat,1992). Dengan demikian raja Sran Kaimana menjadi kepala daerah bawahan dari Kerajaan Namatota.<ref>{{cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=kUYQEAAAQBAJ&pg=PA107&lpg=PA107&dq=kerajaan+kaimana&source=bl&ots=JIzZVB6DWw&sig=ACfU3U2zPEtJJxoJjJDvudBcteYVDwxTrQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilvo6d4YfuAhVHWysKHaTtCVg4FBDoATAIegQICRAB#v=onepage&q=kerajaan%20kaimana&f=false|title=Sejarah Kerajaan Kaimana|website=books.google.co.id|language=id}}</ref> Selama beberapa tahun berikutnya, Nduvin lebih banyak mencurahkan perhatiannya untuk melawan para hongi, sampai pada tahun 1898, Raja Nduvin wafat.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Dari pertemuannya dengan [[Frans Kaisiepo]] di Biak diketahui Belanda akan membahas menyerahkan kemerdekaan kepada [[Negara Indonesia Timur|Indonesia (NIT)]] di [[Konferensi Denpasar|Denpasar]] tetapi tanpa wilayah Irian dan juga tidak adanya wakil Irian di Denpasar. Merespon hal tersebut, M. Achmad Aituarauw beserta beberapa tokoh Papua lain melakukan konferensi pada tanggal 24 Desember 1946 di gedung Kantor Distrik Bosnik yang juga dihadiri oleh Dr. De Bruyn (onderfd Lingchef Geelvink baai) dan Dani Said (District Hoofd Bosnik). Konferensi tersebut menghasilkan resolusi rakyat Papua tidak ingin dijajah, merdeka seperti wilayah lain di satu Negara Indonesia, dan ingin sebuah pertemuan dengan wakil dari wilayah Indonesia lain.<ref name="Meteray 2022"/>
Ia digantikan anaknya Naro’E yang dinobatkan sebagai raja dengan gelar Rat Sran Kaimana V. Dalam tahun 1898, parlemen Belanda mensyahkan pengeluaran anggaran sebanyak f.115.000 untuk mendirikan pemerintahan di Nieuw Guinea. Pemerintah Belanda membagi dua bagian daerah Nieuw Guinea, bagian utara dinamakan Afdeeling Noord Nieuw Guinea dengan kontrolir ditempatkan di Manokwari, lalu bagian Barat dan Selatan dinamakan Afdeeing West en Zuid Nieuw Guinea dengan kontrolir ditempatkan di Fak-fak (Koentjaranigrat, 1992). Kondisi geografis dan minimnya alat transportasi, menyebabkan banyak daerah di Afdeeling West en Zuid Nieuw Guinea yang penduduknya belum mengetahui kalau pemerintah Belanda sudah menguasai daerah tersebut.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Sekembalinya di Kaimana dengan kapal perang milik Belanda, pada tahun 1946, M. Achmad Aituarauw juga mendirikan organisasi pro-integrasi dengan Indonesia bernama Merdeka Bersama Kaimana Irian Barat (MBKIB).<ref name="Irian Jaya (Indonesia) 1987 p. 9">{{cite book | author=Irian Jaya (Indonesia) | title=Irian Jaya, the Land of Challenges and Promises | publisher=Alpha Zenith | year=1987 | url=https://books.google.com/books?id=judyAAAAMAAJ | access-date=2021-11-01 | page=9}}</ref> Melalui MBKIB, warga memboikot peringatan ulang tahun Ratu Belanda setiap 31 Agustus. Hubungan usaha mendukung kemerdekaan Indonesia seperti pengiriman hasil teks linggarjati oleh masyarakat di Kaimana, dibawah pimpinan Raja Komisi Kaimana (Achmad Aituarauw) dan Raja Namatota (Muhammad Kasim Ombaier) bersama [[Silas Papare]] juga terjalin melalui perantara Abubakar Tjan Kok Tjiang, seorang Tionghoa Muslim yang lebih leluasa pergeraknya.<ref name="Meteray 2022"/> Merespon ini, pemerintah Belanda mengirim pasukan satu kompi dibawah inspektur Le Klasse Rolands ke Kaimana<ref name="Meteray 2022"/> dan menjadikan organisasi tersebut terlarang dan 'membuang' M. Achmad Aituarauw yang dijadikan kepala distrik di [[Ayamaru, Maybrat|Ayamaru]] selama 10 tahun sejak 1948.<ref name="Lumintang 2018 pp. 47–60">{{cite journal | last=Lumintang | first=Onie M. | title=THE RESISTANCE OF PEOPLE IN PAPUA (1945-1962) | journal=Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah | volume=10 | issue=2 | date=2018-07-27 | issn=2615-7993 | doi=10.17509/historia.v10i2.12221 | pages=47–60 | doi-broken-date=4 November 2021 | url=https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/12221 | access-date=2021-11-01}}</ref>
Raja Naro’E sebagai raja Kaimana pada saat itu pun belum mengetahui hal itu, sehingga ia tetap melakukan ekspansi wilayah kerajaannya ke arah barat dan timur melalui perkawinan di kawasan Teluk Berauw. Keluarganya antara lain Fimbay dan Rafideso di Miwara. Di Uduma dengan keluarga Kamakula, di Teluk Bicari dengan keluarga Nanggewa, Nambobo serta keluarga Ai dan di kawasan Mbaham Iha dengan Boki Sekar. Disamping itu ia juga melakukan perang dan pelayaran hongi untuk membebaskan daerah kekuasaannya yang mulai diekspansi oleh pihak lain. Pasukannya diberi nama Sabakor. Suku ini adalah penguasa-penguasa di lembah utara dataran pegunungan Kumawa. Keluarga ini berdiam di Yarona, Garosa, Hiya, Gaka dan Guriasa. Raja Naro’E juga membangun hubungan kekeluargaan dengan raja Namatota. Ia menikahkan anak perempuannya Koviai Bata dengan Lakatei yang kemudian menjadi Raja Wertuar. Anak perempuan lainnya yang bernama Sekar Bata dinikahkan dengan Lamora, raja Namatota. Disamping itu cucu perempuannya dinikahkan dengan seorang Pangeran dari Kerajaan Fer di Langgiar (Nuhu Yuut). Gambaran mengenai pernikahan ini sangat jelas memperlihatkan usaha yang dilakukan secara halus oleh raja Naro’E untuk menanamkan pengaruh kerajaannya, melalui hubungan kekerabatan.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Pada tahun 19121953, rajadalam Naro’Emasa berangkatkepemimpinan keraja Telukkomisi Bintuni,Achmad bertemuAituarauw dengan(ketika Kaptenitu Keytsia yangtelah memberitahunyaberusia bahwa60 Pemerintahtahun), Hindiadesa-desa Belandaberikut sudahini secaramenjadi resmikekuasaan mendirikanRat pemerintahannya di Papua.Sran Raja Naro’Ekomisi menyatakanyaitu: protesKilimata, danKembala, nampaknyaNusawulang, sangatJarona, kecewaGarosa, denganGuriasa, tindakanGaka, sewenang-wenangTairi, BelandaMurubia, yangKuna, mengklaimdan PapuaEsania sebagai(ANRI: miliknyaMemorie tanpavan sepengetahuanOvergave dan persetujuan pemiliknyaL.L.A. Akibat kekecewaan iniMaurenbrecher, ia1953: tidak mau kembali lagi ke kota kerajaannya319). RajaPengaturan Naro’Epembagian memilihwilayah tinggaladministrasi dipemerintah daerahBelanda Kokasatas danNieuw BaboGuinea kurangmembuat lebihkekuasaan selama 10 tahun (Renaissance Nusantara, 2009). Untuk sementara pemerintahan kerajaanRaja Sran/Komisi Kaimana dijalankansemakin oleh putranya Achmad Aituarauwlemah. TahunSecara 1922,adat Rajamereka Naro’Emasih kembalitetap kemenjadi Kaimana,kepala dan memerintahkan putranya Ahmad Aituarauw untuk menata ibu kotapemerintahan kerajaanadat, dengannamun membukasecara jalan-jalan,administratif menerimakedudukan pedagang-pedagang, membuka perkebunan kelapamereka di Kaimana,wilayah Sararota,pemerintahannya Nusatidak Venda,lagi Nanesa,memiliki Bitsyarikekuatan dansepenuhnya Lobo.karena Rakyatmereka pun diperintahkan untuk membuka kebun-kebun kelapa, pala dan lain sebagainya. Pada tahun 1923 Raja Naro’E meninggal dunia dansudah dikuburkanberada di sampingbawah masjidperintah kerajaannyapemerintah (masjid Raya) di Kota KaimanaBelanda.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 ppp. 89-9091">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pagespage=89-9091 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
==Pemerintahan==
Naro'E digantikan oleh putranya Ahmad Aituarauw, pemerintah Hindia Belanda melalui raja Namatota, memberi tanggung jawab kepada raja Kaimana Ahmad Aituarauw untuk menjaga keamanan diwilayah Kaimana. Untuk melegalitas tugas raja Kaimana tersebut, pemerintah Belanda mengangkatnya dengan gelar “Raja Komisi Kaimana”. Ia memerintah dari tahun 1923 hingga tahun 1966 (wawancara La Aga Samay). Raja Ahmad cukup ahli dalam bidang pertanian dan perdagangan, serta menjalankan pemerintahannya dengan baik. Raja Achmad Aituarauw menyatakan kooperatif terhadap Belanda, dengan syarat bahwa Raja tetap mengurus rakyatnya dan budaya serta adat istiadat, pengangkatan kepala kampung oleh raja, pajak belasting harus sepengetahuan raja dan tidak akan saling menyerang serta urusan pertahanan terhadap serangan dari luar menjadi tanggungjawab Belanda. Belanda menyetujui syarat tersebut sehingga terjalin kerjasama, raja Achmad Aituarauw lalu menerima “peningen recognitie” sebesar f.40 per bulan (ANRI: Memorie van Overgave L.L.A. Maurenbrecher, 1953). Pada tahun 1930 raja Achmad Aituarauw juga memperoleh penghargaan dari Kerajaan Belanda berupa bintang Oranye Van Nasau (RenaissanceNusantara 2009).<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Kerajaan Kaimana dipimpin oleh seorang raja yang didampingi oleh duduvura adat dan raja muda yang kedudukannya adatnya sejajar dengan raja, namun masih berada di bawah kekuasaan raja. Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh: pemuka agama, dukun/ahli nujum, mayora, sangaji, hukom, joujau, kapitang/kapitan laut, dan orang kaya.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
Wilayah kerajaan Kaimana pada masa awal berdirinya kerajaan hanya meliputi bagian kecil dari wilayah [[suku Mairasi]] di sebelah utara, Pulau Adi (Eraam Moon berasal dari bahasa Adijaya yang artinya "Tanah Haram")<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref><ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref> di sebelah selatan, Pulau Samai di sebelah barat, dan Kipia Mimika di sebelah timur. Namun berkat hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang dilakukan oleh raja pertama, maka lambat laun para warga suku tersebut menggabungkan diri dengan kerajaan Sran, sehingga menurut legenda, wilayah kekuasaan raja Sran pada abad ke-14 berkembang menjadi semakin luas.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Pada tahun 1946, Muhammad Achmad Aituarauw mendirikan organisasi pro-integrasi dengan Indonesia bernama Merdeka Bersama Kaimana, Irian Barat (MBKIB).<ref name="Irian Jaya (Indonesia) 1987 p. 9">{{cite book | author=Irian Jaya (Indonesia) | title=Irian Jaya, the Land of Challenges and Promises | publisher=Alpha Zenith | year=1987 | url=https://books.google.com/books?id=judyAAAAMAAJ | access-date=2021-11-01 | page=9}}</ref> Melalui MBKIB, warga memboykot peringatan ulang tahun Ratu Belanda setiap 31 Agustus. Merespon ini, pemerintah Belanda menjadikan organisasi tersebut terlarang dan menahan Aituarauw dan diasingkan ke Ayamaru selama 10 years sejak 1948.<ref name="Lumintang 2018 pp. 47–60">{{cite journal | last=Lumintang | first=Onie M. | title=THE RESISTANCE OF PEOPLE IN PAPUA (1945-1962) | journal=Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah | volume=10 | issue=2 | date=2018-07-27 | issn=2615-7993 | doi=10.17509/historia.v10i2.12221 | pages=47–60 | doi-broken-date=4 November 2021 | url=https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/12221 | access-date=2021-11-01}}</ref>
 
PadaSebelum tahunmasuknya 1953[[Belanda]], dalam masa kepemimpinankekuasaan raja komisiadalah Achmadmutlak. MohamadNamun (ketika itu[[Kesultanan iaTidore|Tidore]] telahmulai berusiamelebarkan 60kekuasaannya tahun),dan desa-desamelakukan berikutekspedisi inihongi menjadidi kekuasaandaerah Rat Sran Raja komisi yaitu: Kilimataini, Kembala,kekuasaan Nusawulang,raja Jarona,semakin Garosa,menurun Guriasa,karena Gaka,berada Tairi,dibawah Murubia, Kuna,bayang-bayang EsaniaTidore.(ANRI: MemorieTerlebih vansetelah Overgaveterjadi L.L.A.perang Maurenbrecher,saudara 1953:diantara 319)keluarga Pengaturanraja. pembagianSelama wilayahbeberapa administrasilama pemerintahkerajaan Belandaini atastidak Nieuwmemiliki Guinea membuat kekuasaanraja. Raja Sranyang Rajadiangkat Komisioleh Kaimana semakin lemah. Secara adat mereka masih tetap menjadi kepala pemerintahan adat, namun secara administratif kedudukan mereka di[[Sultan wilayahTidore]] pemerintahannyapun tidak lagibertahan memilikisehingga kekuatanvakum sepenuhnya karena mereka sudah berada di bawah perintah pemerintah Belandajuga.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
 
==Daftar Rajapenguasa Kaimana==
DaftarBerikut Raja-Rajaini daftar penguasa Kerajaan Kaimana, sebagai berikut:<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 85–92">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=85–92 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
File:Abdul Hakim Achmad Aituarauw.jpg
#Umis I Imaga (1309-? M)
#Umis II Basir Onin (?-? M)
#Umis III Woran (1348-1440 M)
#Umis IV Nduvin (?-1898 M)
#Umis V Naro’E (1898–1923 M)
#Umis VI Achmad Aituarauw (1923–1966 M)
#Umis VII Muh Achmad Rais Aituarauw (1966–1980 M)
#Umis VIII Abdul Hakim Achmad Aituarauw (1980–sekarang)
 
{| class="wikitable"
==Kerajaan Islam lain di Papua==
|-
Pemetaan kerajaan Islam di Papua secara umum dibagi menjadi tiga daerah yaitu, kerajaan Islam [[Kepulauan Raja Ampat]], [[Fakfak]] dan [[Kaimana]].
! Nama|| Gelar || Waktu memerintah || Keterangan
|-
| Imaga || Rat Sran Nati Patimunin I || 1309–? ||
|-
| Basir Onin || Rat Sran Adi II || ?–1348 ||
|-
| Woran || Rat Sran Rat Adi III || 1348–1440 ||
|-
| ''Interregnum/tidak diketahui'' || || 1440–1808 || diperkirakan ada beberapa pemimpin di Pulau Adi
|-
| Nduvin || Rat Sran E'man IV || 1808–1898 ||
|-
| Narawatu atau Naro'e || Rat Sran E'man V || 1898–1923 || Bersama anaknya<ref group=Ctt. name=Catatan01/> Muhammad Kasim Iwawusa/Iwafusa.<ref name="Regeeringsalmanak 1904">{{cite book
| pages=296
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/zFU9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Ganjoem+Waigeoe&pg=PA296&printsec=frontcover
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1904
| contribution= Landsdrukkerij
| location= Batavia
| publisher= Ter Lands-Drukkerij
| year= 1904
| issue= 2
| lg= nl
}}</ref><ref name="Mahmud 2017 pp. 153–167">{{cite journal | last=Mahmud | first=M. Irfan| title=HUNIAN AWAL SEJARAH DI PESISIR KAIMANA, PAPUA BARAT (Early History of Settlement in Kaimana Coast, West Papua) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat | volume=6 | issue=2 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i2.29 | pages=153–167 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/29 | access-date=2022-02-20}}</ref>
|-
| Ahmad Aituarauw || Rat Sran Rat Eman Umisi VI || 1923–1966 || menggantikan kakaknya, Iwafusa
|-
| Muhammad Achmad Rais Aituarauw || Rat Sran Rat Kaimana Umisi VII || 1966–1980 ||
|-
| [[Abdul Hakim Achmad Aituarauw]] || Rat Sran Rat Kaimana Umisi VIII || 1980–2022 ||
|-
| Mohammad Natsir Aituarauw || Rat Sran Rat Kaimana Umisi IX || 2022–sekarang || <ref name="Wakil Presiden Republik Indonesia 2022">{{cite web | title=Sampaikan Aspirasi, Para Raja dan Tokoh Adat Papua Barat Temui Wapres | website=Wakil Presiden Republik Indonesia | date=2022-12-01 | url=https://www.wapresri.go.id/sampaikan-aspirasi-para-raja-dan-tokoh-adat-papua-barat-temui-wapres/ | language=id | access-date=2023-02-16}}</ref>
|}
 
==Kerajaan Islam lain di Papua Barat==
Kerajaan Islam di [[Papua]] sering disebut dengan Petuanan. Kerajaan Islam di [[Papua]] mayoritas berada dibawah kekuasaan Kesultanan di [[Maluku]], mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan masing-masing.
Pemetaan kerajaan Islam di Papua Barat secara umum dibagi menjadi tiga daerah yaitu, kerajaan Islam [[Kepulauan Raja Ampat]], [[Fakfak]] dan [[Kaimana]]. Kerajaan Islam di [[Papua Barat]] ini sering disebut dengan ''Petuanan''. Kerajaan Islam di Papua Barat mayoritas berada dibawah kekuasaan kesultanan di [[Kepulauan Maluku]], kemudian mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan masing-masing.
 
Kerajaan-kerajaan Islam kecil di [[Raja Ampat]], [[Fakfak]], dan [[Kaimana]] merupakan hasil proses akulturasi kebudayaan [[Papua Barat]] dan kebudayaan [[Kepulauan Maluku]] yang berlangsung selama berabad-abad.<ref>{{cite web|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5019582/kisah-perkampungan-islam-pertama-di-raja-ampat|title=Kisah Perkampungan Islam Pertama di Raja Ampat|website=travel.detik.com}}</ref> Sistem kesukuan masih sangat terlihat dalam kerajaan-kerajaan Islam di [[Papua Barat]]. Sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, tetapi dalam menjalankan pemerintahan digunakanlah sistem Dewan Adat.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/162648369/kerajaan-islam-di-papua|title=kerajaan-islam-di-papua|website=www.kompas.com}}</ref>
 
===Kerajaan Islam di kepulauan Raja Ampat===
Sistem kesukuan masih sangat terlihat dalam kerajaan-kerajaan Islam di [[Papua]]. Sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, tetapi dalam menjalankan pemerintahan digunakanlah sistem Dewan Adat.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/162648369/kerajaan-islam-di-papua|title=kerajaan-islam-di-papua|website=www.kompas.com}}</ref>
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah kepulauan Raja Ampat:<ref name="Mansoben 1995 hlm 242-246">{{cite book |last=Mansoben |first=Johszua Robert |author-link= |date=1995 |title=Sistem Politik Tradisional Di Irian Jaya |url= |location=Jakarta |publisher=LIPI - RUL 1995 |pages=242-246|isbn=979-8258-06-1}}</ref>
*Kerajaan Waigeo dengan pusat pemerintahannya di Weweyai, Pulau Waigeo
*[[Kerajaan Salawati]] dengan pusat pemerintahannya di Samate, Pulau Salawati bagian utara.
*Kerajaan Misool dengan pusat pemerintahannya di Lilinta kemudian berpindah ke Sel Peleket.
**Kerajaan Waigama dengan pusat pemerintahan di Waigama, Pulau Misool.
*Kerajaan Sailolof dengan pusat pemerintahannya di Sailolof, Pulau Salawati bagian selatan.
 
===kerajaan Islam di kepulauan Raja Ampat===
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah kepulauan Raja Ampat:
*Kerajaan Waigeo dengan pusat pemerintahannya di Weweyai, Pulau Waigeo
*Kerajaan Salawati dengan pusat pemerintahannya di Sailolof, pulau Salawati Selatan
*Kerajaan Misool dengan pusat pemerintahannya di Lilinta, Pulau Misool
*Kerajaan Batanta dengan pusat pemerintahannya di pulau Batanta
===Kerajaan Islam di Fakfak===
Dalam buku Islam dan Kristen di Tanah Papua (2006) karya J.F Onim, Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Fakfak terdiri dari:
Baris 130 ⟶ 166:
*Kerajaan Ati-ati
*Kerajaan Rumbati
*[[Kerajaan Patipi]]
*[[Kerajaan Sekar]]
*Kerajaan Wertuar
*Kerajaan Arguni
 
===Kerajaan Islam di Kaimana===
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Kaimana:
*Kerajaan Namatota (Koiwai)
*[[Kerajaan Komisi]] (Kaimana)<ref name="Regeeringsalmanak 1904">{{cite book
| pages=296
*Kerajaan Pattipi
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/zFU9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Ganjoem+Waigeoe&pg=PA296&printsec=frontcover
*Kerajaan Sekar
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1904
*Kerajaan Wetuar
| contribution= Landsdrukkerij
*Kerajaan Arguni
| location= Batavia
| publisher= Ter Lands-Drukkerij
| year= 1904
| issue= 2
| lg= nl
}}</ref>
 
Mendapat gelar Raja oleh Namatota:
==Peninggalan Islam di Papua==
*[[Konfederasi Tarya We]] (dipimpin Raja Kipia, Naowa)
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai berikut:<ref>{{cite web|url=http://ardilamadi.blogspot.com/2013/07/sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana.html?m=1|title=sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana|website=ardilamadi.blogspot.com}}</ref>
*Kerajaan Aiduma
 
==Peninggalan Islam di Papua Barat==
1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah [[Papua]] kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik [[Waigeo]].
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua bagian barat ini, sebagai berikut:<ref>{{cite web|url=http://ardilamadi.blogspot.com/2013/07/sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana.html?m=1|title=sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana|website=ardilamadi.blogspot.com}}</ref>
 
# Terdapat ''living monument'' yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah [[Papua Barat]] kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik [[Waigeo]].
2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran [[Islam]] di [[Papua|Bumi Cendrawasih]].
# Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran [[Islam]] di [[Papua Barat|Bumi Kasuari]].
# Naskah-naskah dari masa [[Raja Ampat]] dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
# Di [[Fakfak]], [[Papua Barat]] dapat ditemukan delapan manuskrip kuno [[bahasa Arab|berhuruf Arab]]. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40&nbsp;cm, yang berupa mushaf [[Al Quran]] yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari [[Samudera Pasai]] yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota [[Teluk Patipi, Fakfak|Teluk Patipi]] saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, pohon khas [[Papua]] yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah [[Indonesia Timur]].
# [[Masjid Tua Patimburak]] yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik [[Kokas]], [[Fakfak]] yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
 
==Lihat juga==
3. Naskah-naskah dari masa [[Raja Ampat]] dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
*[[Kerajaan Sekar]]
*[[Kerajaan Patipi]]
*[[Kerajaan Fatagar]]
*[[Kerajaan Waigeo]]
*[[Kerajaan Salawati]]
*[[Kerajaan Misool]]
*[[Konfederasi Tarya We]]
 
==Catatan==
4. Di [[Fakfak]], [[Papua Barat]] dapat ditemukan delapan manuskrip kuno [[bahasa Arab|berhuruf Arab]]. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf [[Al Quran]] yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.
{{reflist|group=Ctt.|refs=
 
<ref name=Catatan01>Ada yang mengatakan Naroe sendiri adalah Iwafusa.</ref>
Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari [[Samudera Pasai]] yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota [[Teluk Patipi, Fakfak|Teluk Patipi]] saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas [[Papua]] yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah [[Indonesia Timur]].
}}
 
5. [[Masjid Tua Patimburak]] yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik [[Kokas]], [[Fakfak]] yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
 
==Referensi==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Kerajaan di Papua Barat]]
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Papua Barat]]
{{indo-sejarah-stub}}