Suku Palembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Serapan dari bahasa Palembang ke bahasa Indonesia: Menambahkan entri. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh Abcdef242526 (bicara) ke revisi terakhir oleh Herryz Tag: Pengembalian |
||
(254 revisi perantara oleh 69 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|
|
|
|
|population= ±
|popplace= {{flag|Indonesia}} ([[Sumatera Selatan]])<br>{{flag|Malaysia}}<br>{{flag|Singapura}}<br>{{flag|Brunei}}<br>{{flag|Belanda}}<br>{{flag|Britania Raya}}<br>{{flag|Perancis}}<br>{{flag|Suriname}}<br>{{flag|Amerika Serikat}}
|langs = {{plainlist|
* '''Bahasa Melayu dialek''':<br>[[Bahasa Palembang|Melayu Palembang]]:<br>[[Bahasa Palembang|Palembang Sari-sari]]
* '''Bahasa
}}
|rels = {{plainlist|
* [[File:Allah-green.svg|18px]] [[Islam]] (mayoritas [[Sunni]])
}}
|related= {{hlist|[[Suku Melayu|Melayu Riau]]|[[Suku Jambi|Melayu Jambi]]|[[Suku Musi|Musi]]|[[Suku Enim|Enim]]|[[Suku Rawas|Rawas]]|[[Suku
}}
'''Suku Palembang''' atau '''Melayu Palembang''' ([[Abjad Jawi|Jawi]]: '''{{Script|Nastaliq|ملايو ڤاليمبڠ}}''')<ref>{{cite web|url=https://sumsel.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/3968-sosialisasi-sp2020-partisipasi-aktif-lembaga-pemerintah-dan-swasta-dalam-menyukseskan-sensus-penduduk-2020|author=Kanwil Sumsel|date=2019|title=Sosialisasi SP2020 "Partisipasi Aktif Lembaga Pemerintah dan Swasta Dalam Menyukseskan Sensus Penduduk 2020"|lang=Indonesian|website=sumsel.kemenkumham.go.id|publisher=Kantor Wilayah Sumatera Selatan - Kementerian Hukum dan Ham Republik Indonesia|access-date=7 June 2022}}</ref><ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=7Is8DwAAQBAJ&pg=PA24&lpg=PA24&dq=wong+palembang+suku+palembang&source=bl&ots=zITOhuXUbt&sig=ACfU3U3paKuqqtqZoABrQo7Cuq1O2hOkhg&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi8lPyQlvr1AhVLSGwGHdAJCoQ4ZBDoAXoECAIQAg#v=onepage&q=wong%20palembang%20suku%20palembang&f=false |title=Kacang Tidak Lupa Kulitnya |language=id |last=Sakai |first= Minako |date=2017 |publisher= Yayasan Pustaka Obor Indonesia|quote={{lang-id|Wong Palembang Asli atau orang Palembang asli adalah suku yang berasal dari Palembang [The indigenous Wong Palembang or the Palembang people are the indigenous or ethnic group native to Palembang]}}}}</ref> merupakan suku bangsa Melayu yang mendiami [[Palembang]] dan juga beberapa wilayah [[Sumatera Selatan]] yang lain.<ref>[http://www.palembang.go.id/index.php/sosial-budaya-kota-pelembang Sosial Budaya Kota Palembang Dari Turun Temurun]{{Pranala mati|date=Mei 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>''Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. {{ISBN|9812302123}}.''</ref>
Berdasarkan statistik, penduduk suku Palembang berjumlah sekitar 3.800.000<ref name="Palembang pop"/> populasi yang hidup di [[Indonesia]].<ref>{{cite web |url= https://travel.okezone.com/read/2017/03/14/406/1642096/yuk-kenali-suku-suku-di-sumatera-selatan-part-1|title=Yuk Kenali Suku-Suku di Sumatera Selatan (Part-1)|language=id|trans-title=Let's Get To Know About Ethnic Groups in South Sumatra|author=<!--Not stated--> |website=okezone.com}}</ref><ref>{{cite web |url=https://akurat.co/yuk-mengenal-12-suku-yang-mendiami-bumi-sriwijaya|title=Mari Mengenal 12 Suku yang Mendiami Bumi Sriwijaya|language=id|trans-title=Let's Get To Know About 12 Ethnic Groups Native To Srivijaya Land (South Sumatra)|author=<!--Not stated--> |date= |website=akurat.co|publisher=Akurat Sentra Media}}</ref><ref>{{citation|last=Badan Pusat Statistik|date=21 Januari 2021|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2020)|url=https://www.bps.go.id/pressrelease/download.html?nrbvfeve=MTg1NA%3D%3D&sdfs=ldjfdifsdjkfahi&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wNy0xOSAxNzoyNzo0Ng%3D%3D|location=Jakarta|publisher=Badan Pusat Statistik|ref={{sfnref|BPS|2021b}}}}</ref> Suku Melayu Palembang pada dasarnya adalah suku [[suku melayu|Melayu]] yang telah melebur dan berasimilasi dengan budaya bangsa Arab, Tiongkok, India dan [[Suku Jawa|Jawa]] dikarenakan dahulu kala Palembang merupakan tempat pusat perdagangan antarbangsa, sehingga Palembang menghasilkan budaya dan bahasa yang unik.
[[Bahasa Palembang|Bahasa Melayu Palembang]] sendiri memiliki dua ragam bahasa yaitu [[Bahasa Palembang|Baso Palembang Alus]] dan [[Bahasa Melayu Palembang|Baso Palembang Sari-Sari]].
Meski sebagian menganggap suku Melayu Palembang adalah bagian dari subetnik Melayu atau bagian entis Melayu itu sendiri, namun [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]] tidak mengkategorikan suku Melayu Palembang sebagai bagian dari Melayu melainkan Suku Asal Sumatera Selatan, dan jauh sebelum itu, sensus [[Hindia Belanda]] tahun 1930 juga tidak mengkategorikan suku Palembang sebagai bagian dari Melayu.<ref>{{citation|url= https://www.bps.go.id/publication/2012/05/23/55eca38b7fe0830834605b35/kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.htm|title= Kewarganegaraan Suku Bangsa Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia |work=BPS}}</ref>
== Sejarah ==
{{main|Sejarah Palembang}}
Sejarah orang Melayu Palembang erat kaitannya dengan sejarah [[Palembang]] itu sendiri sebagai tempat asal dan wilayah utama bagi masyarakat Palembang. Palembang merupakan salah satu kota yang telah ada sejak zaman kuno di Sumatra yang berperan penting utamanya dalam bidang perdagangan dalam kawasan [[Asia Tenggara]]. Pada awal abad ke-6, sebuah kemaharajaan bernama [[Sriwijaya]] lahir di Palembang yang mengindikasikan bahwa masyarakat Palembang merupakan masyarakat yang memiliki mutu peradaban yang tinggi.
Secara historis, berdasarkan salah satu prasasti kuno yang ditemukan di Palembang menyebutkan bahwa [[Dapunta Hyang]] (sang pendiri dinasti kemaharajaan Sriwijaya) merupakan seorang tokoh yang berasal dari daerah [[Minanga]] di belahan barat Sumatra atau dikenal sekarang Sumatera barat:
{{cquote|"...''marlapas dari Minānga''..."
— [[Prasasti Kedukan Bukit]]}}
Namun beberapa sejarawan, menyatakan bahwa Sriwijaya lahir dari peradaban tanah Sumatera Selatan itu sendiri, sejarawan menyebutkan bahwa Minanga berada di muara Sungai Komering Purba.<ref>{{cite book|last= Ismail|first= H.M Arian|author-link= |title= Periodisasi sejarah Sriwijaya bermula di Menanga Komering Ulu Sumatera Selatan berjaya di Palembang berakhir di Jambi
|year= 2002|publisher= Unanti Press}}</ref>
Memasuki masa abad selanjutnya, kira-kira pada pertengahan abad ke-9, [[Jawa]] dan [[Sumatra]] (termasuk juga Palembang) dipersatukan di bawah kekuasaan dinasti [[Sailendra]] yang memerintah di Jawa, dengan pusatnya yang berlokasi di Palembang.<ref name=Coedes>{{cite book|last= Coedès|first= George|author-link= George Coedès|editor= Walter F. Vella|others= trans.Susan Brown Cowing|title= The Indianized States of Southeast Asia|year= 1968|publisher= University of Hawaii Press|isbn= 978-0-8248-0368-1}}</ref>{{rp|92}}
Memasuki abad ke-14, Palembang berada dalam kekuasaan Kerajaan di Jawa [[Majapahit]] yang tercantum dalam [[Sumpah Palapa]] sebagai taklukan dari [[Majapahit]]. Memasuki awal abad ke-17, Palembang menjadi pusat pemerintahan yang bernuansa Islam dengan pendirinya [[Susuhunan Abdurrahman]], bangsawan Palembang pelarian dari [[Kesultanan Demak]] akibat kemelut politik setelah mangkatnya [[Sultan Trenggana]]. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat Palembang memiliki pengaruh unsur Jawa terutama dalam hal linguistik, sistem kebangsawanan dan lain sebagainya. {{cn}}
== Arsitektur ==
{{main|Arsitektur Sumatera Selatan}}
=== Rumah Tradisional ===
[[File:KITLV A54 - Het vooraanzicht van de residentswoning versierd ter gelegenheid van Koninginnedag te Palembang, KITLV 377086.tiff|thumb|250px|ki|Dua perempuan Melayu Palembang mempersembahkan tarian adat Melayu Palembang di depan bangunan kantor Belanda pada zaman kolonialisme (masa kini telah bertransformasi menjadi [[Museum Sultan Mahmud Badaruddin II]]), bangunan ini dibangun berdasarkan bentuk salah satu rumah adat Melayu Palembang yang bernama ''Caro Godang'' {{aka}} ''Cara Gudang'']]
Secara tradisional, rumah-rumah adat Melayu Palembang memiliki karakteristik dan simbolisme sendiri yang dicerminkan dalam bentuk khazanah arsitektural. Setiap rumah tradisional memiliki makna historis dan pengaruhnya tersendiri.
==== Rumah Bari ====
[[File:
Rumah Bari adalah salah satu rumah tradisional atau rumah adat masyarakat Palembang yang telah terpelihara dengan baik sejak dahulu kala. Rumah Bari tidak dapat dipisahkan dengan sejarah etnis Melayu Palembang itu sendiri, dan rumah tradisional ini dianggap sebagai salah satu arsitektur khas Melayu Palembang yang paling menonjol.
[[File:Coat of arms of South Sumatra.svg|thumb|250px|ki|Atap rumah Bari tergambar dalam lambang provinsi Sumatera Selatan]]
Aspek arsitektur Rumah Bari digambarkan pada lambang provinsi [[Sumatera Selatan]] untuk menggambarkan Palembang sebagai ibu kota Sumatera Selatan yang juga sebagai bentuk simbolisasi keharmonisan dan keamanan kota Palembang dan provinsi Sumatera Selatan secara umum yang telah terjaga dengan baik sejak zaman dahulu. Pada tahun 2021, Rumah Bari secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] dalam aspek arsitektural oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Rumah Bari|lang=id|trans-title=Bari house|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=10744|access-date=5 Februari 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
==== Rumah ''Caro Godang'' ====
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Mensen luisteren voor het residentiehuis in Palembang naar een toespraak tijdens de viering van het regeringsjubileum van Koningin Wilhelmina TMnr 10030158.jpg|250px|thumb|ka|Rumah Cara Gudang pada zaman kolonial dijadikan sebagai kantor residen Belanda]]
Secara etimologi, kata ''godang'' mungkin mengacu pada [[gudang]] (bangsal tempat menyimpan barang) karena bentuknya yang memanjang seperti gudang, akan tapi mungkin juga berasal dari perkataan ''gadang'' dalam [[bahasa Minangkabau]] yang berarti 'besar'. Tapi bagaimanapun juga, Rumah Cara Gudang ({{aka}} Cara Gudang) tidak serupa dengan [[Rumah Gadang]] khas Minangkabau yang terkenal.
Bentuk rumah ini seperti panggung dan memanjang dengan tiang setinggi 2 [[meter]]. Bahan utama untuk membangun rumah adat ini adalah kayu. Kayu yang digunakan berasal dari jenis kayu tembesu, unglen, dan petanang. Kayu ini digunakan karena selain kuat juga kokoh. Rumah Cara Gudang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian belakang, bagian tengah, dan bagian depan. Bagian belakang memiliki ruangan yang berfungsi sebagai ruangan indoor, dapur, atau kamar tidur. Bagian tengah terdapat ruangan yang berfungsi sebagai ruangan untuk tamu terhormat ataupun tetua adat. Sedangkan bagian depan memiliki ruangan yang difungsikan sebagai tempat beristirahat, berkumpul, atau digunakan sebagai tempat mengadakan pesta.
Pada tahun 2010, Rumah ''Caro Godang'' {{aka}} Cara Gudang secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] dalam aspek arsitektural oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Rumah Gudang|lang=id|trans-title=Gudang house|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=510|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
{{main|Rumah Limas}}
{{multiple image | width = 250 | image1 = Rumah Limas of IDR 10000 banknote.jpg | caption1 = Rumah Limas tergambar pada pecahan uang 10.000 Rupiah, Rumah Limas ini berlokasi di Museum Balaputradewa | image2 = TMII South Sumatra Pavilion Limas House.jpg | caption2 = Rumah Limas di Pavilion
Rumah Limas tak dapat terbantahkan merupakan rumah adat Melayu Palembang. Bagi masyarakat etnis Melayu Palembang, Rumah Limas kerap kali diasosiasikan dengan golongab bangsawan dan golongan lain yang berstatus tinggi.{{sfn|Taal|2008|p=363}} Pada tahun 2010, Rumah Limas secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] asli Palembang maupun Sumatera Selatan dalam aspek arsitektural oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Rumah Limas |lang=id|trans-title=Limas house|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=783|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
==== Rumah Rakit ====
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een winkel op een vlot (rakit) tegenover Palembang Zuid-Sumatra TMnr 10002664.jpg|thumb|250px|ki|Rumah Rakit di Palembang, {{circa}} 1850an]]
[[Sungai Musi]] merupakan urat nadi kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dalam catatan Belanda, pada awal abad ke 19, kota ini disebut "Venesia Dari [[Hindia Belanda|Timur]]" atau kota air, karena lebih dari 100 sungai dan anak sungai mengalir di dalam kota ini. Bagi masyarakat Palembang, keberadaan sungai-sungai berfungsi sebagai sumber makanan, mata pencaharian, dan terutama sumber air. Dalam arsitektur yang mempunyai konsep ''built environment'', bangunan selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Dengan kata lain, kondisi alam secara langsung akan mempengaruhi perilaku manusia termasuk dalam merancang bentuk arsitektur rumahnya.
Rumah Rakit adalah bentuk rumah yang tertua di kota Palembang dan mungkin telah ada jauh sebelum masa kemaharajaan Sriwijaya. Rumah Rakit juga menjadi ciri khas masyarakat yang hidup di sungai sebagai tempat tinggal menetap terapung yang pertama dikenal oleh masyarakat etnis Komering dan juga etnis Musi, hanya saja pada Rumah Rakit khas etnis Melayu Palembang biasanya memiliki hiasan ukiran timbul (berupa stilisasi daun dan kembang) dengan warna merah hati dan emas yang mencolok. Pada tahun 2010, Rumah Rakit secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] dalam aspek arsitektural oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Rumah Rakit|lang=id|trans-title=Rakit house|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=518|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
==Bahasa==
{{main|Bahasa Melayu Palembang}}
[[File:Pedoman Ejaan Bahasa Palembang 2007.jpg|jmpl|250px|Pedoman Ejaan Bahasa Palembang oleh Balai Bahasa Palembang terbitan 2007<ref>{{Cite book|last=Trisman|first=Bambang|url=|title=Pedoman Ejaan Bahasa Palembang|last2=Amalia|first2=Dora|last3=Susilawati|first3=Dyah|date=2007|publisher=Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional|editor-last1=Twilovita|editor-first1=Nursis|location=Palembang|trans-title=Palembang Spelling System Guidelines|oclc=697282757|url-status=live|lang=id}}</ref>]]
Bahasa Melayu Palembang ialah [https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku?c=Bahasa+Palembang bahasa Palembang] (dikenal sebagai ''Baso Palembang''),<ref>{{citation|title=Bahasa Palembang|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku?c=Bahasa+Palembang|work=Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref> yang merupakan sebuah bentuk amalgamasi linguistik antara bahasa [[bahasa Melayu|Melayu Pesisir]] dan [[bahasa Jawa|Jawa]] yang lahir disebabkan oleh faktor kontak perdagangan antar etnis di tanah Palembang yang telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Pernyataan tersebut didukung oleh McDonnell (2016), yang menyebutkan bahwa bahasa Palembang adalah sebuah ''[[:en:Koiné language|koiné language]]'' ({{trans}} 'bahasa campuran') yang lahir di Palembang dan wilayah sekitarnya.{{sfn|McDonnell|2016|p=35}}
[[File:Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang 1981.jpg|jmpl|250px|Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981<ref>{{cite book|last=Arif|first=R. M.|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku/a97da629b098b75c294dffdc3e463904|title=Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang|language=id|year=1981|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|volume=74|ref=harv}}</ref>]]
Penggunaan bahasa Melayu Palembang diakui secara resmi oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu [[bahasa Melayu]] asli di Sumatera Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Palembang, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang didukung oleh [[Kementerian Agama Republik Indonesia]] mengadakan peluncuran [[Al-Qur'an]] (kitab suci [[Muslim|umat Islam]]) dengan terjemahan bahasa Palembang Alus yang dirilis oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan<ref>{{cite web |url=https://www.idxchannel.com/foto-1/foto/alquran-dengan-terjemahan-bahasa-palembang |title=Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang |author=<!--Not stated--> |date=2022 |website=IDXchannel.com}}</ref> pada tahun [[2019]].<ref>{{cite web |url=https://m.antaranews.com/video/1207780/al-quran-terjemahan-bahasa-palembang-dan-sunda|title=Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda|author=<!--Not stated--> |date=2019}}</ref><ref>{{cite web |url=https://m.liputan6.com/regional/read/4152870/alquran-terjemahan-bahasa-palembang-hanya-dicetak-100-eksemplar?|title=Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar|language=id|author=<!--Not stated--> |date=2020|website=liputan6.com}}</ref><ref>{{cite web |url= https://sumeks.co/uin-raden-fatah-serahkan-alquran-terjemahan-bahasa-palembang-ke-sumeks-co/|title= UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co|author=<!--Not stated--> |date= 2022|website=sumeks.co|publisher=Sumatera Ekspres}}</ref>
Bahasa Palembang [[Bahasa Palembang#Klasifikasi|tingkatan ''Palembang Jegho'']] ({{aka}} ''Palembang Alus'') juga masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang sejak [[2021]].<ref>{{cite web |url= https://psikologi.radenfatah.ac.id/berita/detail/alhamdulillah-bahasa-palembang-jegho-alus-masuk-muatan-lokal-pada-sekolah-dasar-di-kota-palembang|title=Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang |author=<!--Not stated--> |date= 2021|publisher= Pustipd UIN Raden Fatah}}</ref>
== Gelar ==
[[File:Gilded copper crown Indonesia Palembang region Sumatra 1880-1930 CE (2482527031).jpg|thumb|250px|ka|Mahkota tembaga bermotif khas Palembang dipamerkan di Museum Seni Asia (San Francisco) di [[California]], salah satu pusaka ini berkemungkinan dicuri atau diambil dari etnis pribumi Palembang pada masa {{circa}} 1880-1930 M]]
{{Further|Gelar kehormatan dalam Kesultanan Palembang}}
Menurut peranannya yang menonjol, masyarakat Palembang digolongkan kedalam dua kelompok utama, yakni ''Wong Jero'' {{aka}} ''Wong Jeroo'' ({{lit}} 'golongan bangsawan') dan ''Wong Jabo'' ({{lit}} 'golongan masyarakat umum'). Gelar-gelar kebangsawanan masyarakat Palembang sangat dipengaruhi oleh sistem kebangsawanan atau ningrat etnis Jawa karena hubungan erat antar kedua entitas kebangsawanan yang dipengaruhi faktor hubungan Palembang dan Jawa di masa lampau terkhusus pada masa [[Kesultanan Palembang]].
=== Pria ===
* '''''Ki''''', '''''Kie''''', '''''Ke''''', atau '''''Kyai'''''
** '''''Kimas/Ki Mas''''', '''''Kiemas/Kie Mas''''', '''''Kemas''''', atau '''''Kyai Mas''''', gelar kebangsawanan lelaki yang bersusur galur utama dari Kemas Anom Dipati.
** '''''Ki Gede''''' atau '''''Kyai Gede''''', termasuk salah satu gelar kebangsawanan paling awal yang digunakan oleh
** '''''Kiagus''''' atau '''''Kyai Agus'''''.
* '''''Mas'''''
Baris 210 ⟶ 104:
* '''''Raden'''''
* '''''Raja'''''
** '''''Raja Madang'''''
=== Wanita ===
* '''''Mas'''''
** '''''Masayu'''''
* '''
* '''''Nyi''''' atau '''''Nyai'''''
** '''''Nyi Gede''''' atau '''''Nyai Gede'''''
** '''''Nyimas''''' atau '''''Nyai Mas'''''
* '''''Raden'''''
** '''''Raden Ayu''''', gelar wanita bangsawan yang telah bersuami.
* '''''Ratu'''''
** '''''Ratu Agung'''''
Baris 228 ⟶ 122:
** '''''Ratu Sepuh'''''
*** '''''Ratu Sepuh Asma'''''
** '''''Ratu Ulu'''''
== Hidangan ==
{{main|Hidangan Palembang}}
==
===
[[File:
''Aesan'' adalah pakaian adat etnis Melayu Palembang. ''Aesan'' memiliki beberapa macam jenis, yang paling populer adalah ''Aesan Gede'' dan ''Aesan Paksangko'' {{aka}} ''Aesan Pasangkong''. Pada zaman dahulu, ''Aesan'' hanya dikenakan oleh para bangsawan atau anggota keluarga kerajaan Palembang (''Wong Jero/Wong Jeroo''), namun pada masa kini masyarakat umum Palembang (''Wong Jabo'') juga dapat mengenakannya sebagai simbol budaya Melayu Palembang. ''Aesan'' juga kerap dikenakan pada acara-acara adat Budaya Melayu Palembang, termasuk juga upacara pernikahan adat Melayu Palembang. Pada tahun 2021, ''Aesan'' secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] dalam aspek pakaian adat etnis pribumi oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Aesan|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?cari=Aesan&provinsi=&domain=|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
=== Pertunjukan Tradisional ===
==== Gadis Palembang ====
[[File:KITLV A218 - Dansuitvoering door vrouwen uit Palembang, KITLV 37098.tiff|thumb|250px|ki|Pertunjukan Tari Gadis Palembang di Sumatera Selatan, {{circa}} 1860an]]
Gadis Palembang adalah merupakan tarian tradisional masyarakat Palembang yang biasanya dibawakan oleh para remaja putri dengan mengenakan pakaian adat Melayu Palembang dan diiringi oleh lantunan musik tradisional khas Melayu Palembang.
==== Gending Sriwijaya ====
{{main|Gending Sriwijaya}}
[[Gending Sriwijaya]] umumnya mengacu pada pertunjukan tradisional Palembang yang berkiblat pada budaya Sriwijaya atau Pra-Islam baik itu berupa lagu, gaya musik, maupun pertunjukan tari. Secara historis, [[Palembang]] adalah pusat kemaharajaan [[Sriwijaya]] ([[bahasa Palembang|Melayu Palembang]]: ''Kadatuan Sriwijaya''), pertunjukan tari Gending Sriwijaya yang diciptakan oleh masyarakat Palembang ini secara khusus mempunyai makna filosofis untuk menggambarkan kemegahan, kemurnian budaya, kejayaan, dan kemegahan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya dalam menguasai sebagian besar wilayah Asia Tenggara. Pada tahun 2010, Gending Sriwijaya secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Gending Sriwijaya|lang=id|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=614|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
====
[[File:PAGAR PENGANTIN.jpg|thumb|250px|ki|Tari Pagar Pengantin biasanya dibawakan dalam acara-acara yang mengusung nuadat Palembang, salah satunya yakni dalam upacara pernikahan]]
Pagar Pengantin adalah tarian tradisional masyarakat Palembang yang biasanya dibawakan oleh para penari wanita dalam acara-acara sakral adat Melayu Palembang, salah satu contohnya yakni dalam upacara pernikahan adat budaya Melayu Palembang. Tarian ini dipercaya oleh masyarakat Palembang dapat membawa keberuntungan atau rejeki yang baik bagi pasangan yang baru menikah. Ini adalah salah satu tarian tradisional Palembang yang paling umum dilakukan dalam pernikahan Adat Melayu Palembang.
== Lihat
{{Commons category|Palembangese|
{{Portal bar|Indonesia}}
* [[Bahasa Melayu Palembang]]
* [[Suku Melayu]]
* [[Hidangan Palembang]]
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}
[[Kategori:
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatera Selatan]]
|