Industri olahraga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Urd123 (bicara | kontrib)
 
(31 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Industri olahraga''' adalah suatu [[pasar]] dengan dimensi [[ekonomi]] yang menawarkan [[produk]], layanan, tempat, dan [[gagasan]] yang terkait dengan [[olahraga]], aktivitas untuk [[kebugaran]] tubuh, dan juga waktu luang yang ditawarkan kepada [[konsumen]].<ref>{{Cite web|last=Global|first=IGI|title=What is Sports Industry|url=https://www.igi-global.com/dictionary/concurrence-of-sports-and-entertainment-industries/43855|access-date=1 Maret 2022}}</ref>
'''Industri olahraga''' adalah [[industri]] yang dapat berkembang karena adanya kolaborasi atau kerjasama dari berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan olahraga seperti perusahaan swasta yang memberikan fasilitas berupa sokongan/''sponsorship'' untuk kegiatan olahraga; adanya kolaborasi antara kegiatan olahraga dengan media massa; dukungan pemerintah terhadap berbagai kegiatan olahraga; dan juga banyaknya organisasi olahraga yang bermunculan secara signifikan. Kegiatan olahraga dewasa ini bukan sekadar aktivitas fisik yang bernilai positif, bahkan juga menjadi suatu lahan bisnis yang menjanjikan. <ref>{{Cite book|last=Chatzigianni|first=Efthalia|date=1984|url=https://www.google.co.id/books/edition/Law_Ethics_and_Integrity_in_the_Sports_I/K4hoDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA88&printsec=frontcover|title=International Sport Business and Global Sport Governance, dalam E. Margaritis (ed) Law, Ethics, and, Integrity in the Sports|publisher=IGI Global|isbn=9781522553885|pages=87|url-status=live}}</ref>
== Pemangku kepentingan ==
 
=== Pemerintah ===
{{Sedang ditulis}}
Dunia industri—tidak terkecuali dengan industri olahraga—membutuhkan dukungan dari [[pemerintah]] dalam bentuk sarana dan prasarana, serta dalam bentuk [[kebijakan fiskal]]. Kebijakan [[infrastruktur]] diperlukan untuk mendukung perkembangan industri, sementara kebijakan fiskal diperlukan sebagai insentif yang dapat dianggap sebagai bantuan modal atau investasi bagi industri.<ref>{{Cite book|last=Nugroho|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri_Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=27|url-status=live}}</ref>
 
Secara umum, pemerintah mesti terlibat dalam bidang olahraga yang dapat menghasilkan manfaat secara sosial, ekonomi, serta [[politik]]. Sebagai contoh, kegiatan olahraga selain menyehatkan badan, juga dapat mempererat [[interaksi sosial]]. Hal tersebut pun dapat memacu aktivitas ekonomi. Bagi pemerintah, kegiatan olahraga mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kesetiakawanan antar sesama [[warga negara]]. Dengan adanya ikatan sosial semacam itu diharapkan masyarakat dapat membantu pemerintah dalam menyukseskan program-program pembangunan negara. Kebijakan pemerintah dalam olahraga sangat dibutuhkan. Pemerintah dapat berperan aktif mendukung olahraga dengan berbagai cara. Pertama, pemerintah memberikan dukungan dari segi dana serta sarana dan prasarana olahraga. Perbaikan dan pembangunan sarana olahraga bukan hanya sebagai perbaikan fasilitas saja, tetapi sebagai persiapan menyambut kejuaraan olahraga. Kedua, pemerintah dapat terlibat dalam kegiatan pengembangan olahraga seperti pembangunan pusat pelatihan serta fasilitas kesehatan bagi atlet. Ketiga, pemerintah dapat menciptakan program-program yang mengarah kepada ajakan untuk menerapkan pola hidup sehat. Keempat, pemerintah melalui regulasinya dapat mengatur masalah penggunaan doping beserta sanksinya.<ref name=":3">{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|location=Routledge|publisher=New York|isbn=978-1-315-77676-7|pages=20|url-status=live}}</ref>
== Pengembangan industri olahraga ==
Pendapatan dari industri olahraga dapat berasal dari penjualan barang-barang olahraga maupun penjualan jasa olahraga. Penjualan barang-barang olahraga bukan hanya baju olahraga, sepatu olahraga, maupun [[peralatan olahraga]]; namun dapat juga berasal dari penjualan buku olahraga, majalah ataupun koran olahraga. Sementara itu, penjualan jasa olahraga dapat berasal dari sektor para atlet seperti persediaan makanan dan minuman untuk atlet serta akomodasinya pada acara olahraga; dan juga dari sektor penonton olahraga di mana para penyedia tontonan acara olahraga mendapatkan keuntungan yang besar pada saat acara olahraga dilaksanakan. <ref>{{Cite book|last=Gratton|first=Chris|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Managing_the_Business_of_Sport/qauLAgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA3&printsec=frontcover|title=Sport in the global marketplace, dalam L. Trenberth (ed) Managing Sport Business|location=London and New York|publisher=Routledge taylor and Francis Group|isbn=978-0-203-85841-7|pages=23|url-status=live}}</ref>
 
Campur tangan pemerintah menyangkut kepentingan olahraga sangat dipengaruhi oleh ideologi negara, nilai, serta falsafah negara dan lembaga negara. Ideologi pertama adalah [[konservatisme]]. Ideologi konservatis menekankan kepada tradisi serta hal-hal yang sudah lumrah dan diterima secara umum. Pemerintahan yang konservatis cenderung membuat aturan bagaimana masyarakat seharusnya hidup, dan menyensor jika ada karya seni yang dinilai menyimpang dari aturan. Sisi positif dari pemerintahan yang konservatif dalam bidang olahraga adalah pemerintah tidak segan untuk memberikan sanksi dan hukuman kepada atlet yang melanggar aturan, semisal memakai doping. Selain itu, pemerintahan yang konservatif percaya bahwa sektor swasta merupakan salah satu kunci kemajuan sehingga mereka mendukung serta melindungi industri melalui regulasinya. Namun demikian, dalam pandangan pemerintah yang konservatif, olahraga merupakan perwujudan dari nilai-nilai sosial, tidak semata-mata hanya untuk mencari keuntungan. Ideologi yang kedua adalah [[reformisme]], atau biasa disebut dengan sosial demokrasi. Kaum reformis berpedoman pada kesejahteraan sosial dan kesetaraan. Pemerintahan yang reformis berusaha keras untuk menjadi sentral dalam segala urusan, dan kekuatan dari sentralisasi tersebut digunakan untuk mencapai rekayasa sosial secara positif. Kaum reformis menganggap bahwa olahraga dapat menjadi alat untuk pengembangan sosial dan karena berpedoman pada kesetaraan, maka mereka ingin agar olahraga menjadi bidang yang inklusif sehingga olahraga dapat diikuti oleh penyandang disabilitas, kaum migran yang berbicara dengan banyak bahasa, dan juga kaum perempuan. Kebijakan kaum reformis lebih mengarah kepada pengembangan olahraga di tingkat akar rumput masyarakat, bukan dikendalikan oleh kaum elit. Ideologi ketiga adalah neoliberalisme. Pemerintahan yang neoliberal memberikan kebebasan pada warganya untuk mengorganisir kehidupan sosial mereka serta berusaha mencari keuntungan tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintahan neoliberal tidak mengutamakan perusahaan milik negara karena mereka menganggap bahwa privatisasi akan mencapai efisiensi dan keuntungan yang besar, terlebih lagi mereka pun menerapkan deregulasi industri. Pemerintahan yang berpaham neoliberal menganggap bahwa olahraga merupakan salah satu kendaraan untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah membuat suatu kebijakan olahraga terkait dengan kepentingan kaum elit untuk mengembangkan industri olahraga yang keuntungannya disalurkan untuk pengembangan komunitas olahraga. Ideologi yang keempat adalah [[sosialisme]]. Kaum sosialis beranggapan bahwa privatisasi serta pasar yang regulasinya tidak diatur oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi serta keterasingan kaum pekerja terhadap pekerjaannya. Mereka menganggap bahwa olahraga merupakan [[lembaga sosial]] yang sangat penting, dan peraturan mengenai olahraga sebaiknya ditetapkan oleh pemerintah untuk menciptakan keadilan. Selain itu, bantuan pemerintah pun sangat dibutuhkan dalam hal pengembangan serta perbaikan fasilitas olahraga.<ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=21-23|url-status=live}}</ref>
Adanya pandemi COVID-19 yang terjadi di awal tahun 2000, menyebabkan kegiatan olahraga dibatasi dengan alasan untuk mencegah penyebaran virus corona, baik itu [[olahraga profesional]] yang dilakukan oleh para atlet maupun olahraga yang dilakukan oleh bukan atlet untuk menjaga kesehatan. Adanya peraturan mengenai pembatasan sosial menyebabkan [[pusat kebugaran]], stadion olahraga, studio senam, serta kolam renang umum menjadi sepi pengunjung; namun di balik itu semua, angka penjualan alat-alat olahraga yang dipakai di rumah meningkat pesat. <ref>{{Cite book|last=Vukasovic|first=Tina|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Impacts_and_Implications_for_the_Sports/mGAuEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA65&printsec=frontcover|title=Analysis of Consumer Buying Behaviour When Buying Sports and Leisure Products During the COVID-19 Pandemic, dalam A. Faganel (ed) Impacts and Implications for the Sports Industry in the Post-COVID-19 Era|publisher=IGI Global|isbn=9781799867821|pages=74|url-status=live}}</ref>
 
Agar industri olahraga dapat berkembang, maka dibutuhkan kolaborasi atau kerja sama dari berbagai pihak seperti pemerintah—baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah—dalam mendukung kegiatan olahraga dan menyokong infrastruktur olahraga; perusahaan swasta; organisasi induk olahraga; klub pendukung atau penggemar [[atlet]]; serta [[media massa]] sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.<ref>{{Cite book|last=Nugroho|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=16-17|url-status=live}}</ref>
== Para pemangku kepentingan industri olahraga ==
 
=== Pemerintah ===
Dunia industri—tidak terkecuali dengan industri olahraga—membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk sarana dan prasarana, serta dalam bentuk [[kebijakan fiskal]]. Kebijakan infrastruktur diperlukan untuk mendukung perkembangan industri, sementara kebijakan fiskal diperlukan sebagai insentif yang dapat dianggap sebagai bantuan mdal atau investasi bagi industri. <ref>{{Cite book|last=Nugroho|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri_Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=27|url-status=live}}</ref>
 
=== Organisasi nirlaba ===
Keberadaan [[organisasi nirlaba]] atau swadaya masyarakat dapat mengisi celah antara swasta yang berorientasi kepada keuntungan dan pemerintah. Organisasi nirlaba harus pandai mencari dana secara mandiri karena tidak disokong oleh pemerintah, dan dalam menjalankan kegiatannya, organisasi tersebut memberdayakan para relawan.<ref name=":3" />
 
Biar bagaimanapun juga, organisasi nirlaba membutuhkan dana agar program-program organisasi dapat berjalan. Pengertian nirlaba dalam konteks ini bukan berarti tidak mencari keuntungan, namun prioritas utama organisasi bukanlah mencari keuntungan pribadi.<ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=34|url-status=live}}</ref>
=== Perusahaan swasta ===
Agar industri olahraga dapat berkembang, maka dibutuhkan kolaborasi atau kerjasama dari berbagai pihak seperti pemerintah—baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah—dalam mendukung kegiatan olahraga dan menyokong infrastruktur olahraga; perusahaan swasta; organisasi induk olahraga; klub pendukung atau penggemar atlet; serta media massa sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. <ref>{{Cite book|last=Nugroho|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=16-17|url-status=live}}</ref>
 
=== Induk Organisasi ===
Analisis SWOT (''strengths, weaknesses, opportunties, and threats)'' sangat berguna untuk memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, serta hambatan yang ada secara matang sebelum memulai menjalankan bisnis di bidang olahraga.<ref>{{Cite book|last=Horrow|first=Rick|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Sport_Business_Handbook/wdCMDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA6&printsec=frontcover|title=The Sport Business Handbook|publisher=Human Kinetics|isbn=9781492543114|pages=14|url-status=live}}</ref>
Induk organisasi berperan sebagai fasiltator dalam hal pembinaan para atlet serta pengelolaan kompetisi olahraga; sebagai pelindung serta pendukung para atlet maupun pihak yang terlibat dalam industri olahraga agar klub-klub olahraga bermunculan dan dapat dikembangkan oleh masyarakat. Kehadiran klub-klub olahraga swasta yang dikelola dengan baik dapat berkontribusi terhadap perkembangan industri olahraga dengan menciptakan ekosistem kompettitif di lingkungan pendidikan dan pelatihan keolahragaan.<ref>{{Cite book|last=Nugroh|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri_Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=18|url-status=live}}</ref>
 
=== Perusahaan swasta ===
Kekuatan mesti ditonjolkan; kelemahan harus dapat diatasi; peluang harus dicari sebaik mungkin; serta hambatan sebisa mungkin dihindari. Analisis SWOT ini dipakai untuk menentukan target yang akan dicapai dalam usaha pemasaran olahraga. Target pemasaran olahraga mencakup tiga hal. Pertama, besarnya keuntungan yang ingin didapat menentukan harga jual produk. Kedua, potensi pemasukan di masa mendatang harus dipikirkan secara matang agar dapat diketahui seperti apa produk dan jasa yang akan ditawarkan nantinya. Ketiga, untuk menentukan besarnya pangsa pasar yang akan disasar, maka harus dilakukan analisis pesaing usaha/kompetitor secara matang dan mendalam. <ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=52-53|url-status=live}}</ref>
Pihak swasta yang akan membantu mendukung kegiatan olahraga merupakan salah satu faktor penting agar industri olahraga dapat berkembang dengan baik. Dukungan dari pihak swasta tidak sebatas dalam bentuk pembiayaan kegiatan olahraga, tetapi juga dalam hal pembinaan serta pendidikan atlet.<ref>{{Cite book|last=Nugroho|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=17-18|url-status=live}}</ref>
 
Perusahaan sponsor yang baik bukan hanya memberikan kontribusi berupa dana, tetapi juga membantu menciptakan nilai-nilai positif yang membentuk merek. Upaya seperti ini lebih bersifat jangka panjang, sementara dukungan yang berupa dana hanya bersifat jangka pendek. Dukungan dari sponsor merupakan komitmen kedua belah pihak serta investasi yang berarti.<ref>{{Cite journal|last=New Zealand|first=Sport|title=Sport Sponsorship|url=https://sportnz.org.nz/media/2109/sport-sponsorship-securing-and-retaining-commercial-partners.pdf|journal=|pages=3}}</ref>
Entitas olahraga dapat bertindak sebagai [[klub olahraga]], organisasi olahraga, dan federasi olahraga. Klub olahraga pun ada yang amatir, dan ada yang profesional yang dapat berfungsi dalam hubungan kemitraan antara swasta dan pemerintah. Sementara itu, federasi olahraga berfungsi sebagai asosiasi yang mengatur serta mengawasi kegiatan klub olahraga. Di dalam menjalankan perannya, federasi olahraga membutuhkan dukungan dari pihak sponsor serta klub penggemar.<ref>{{Cite book|last=Seric|first=Neven|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Market_Research_Methods_in_the_Sports_In/6CJZDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA73&printsec=frontcover|title=Market Research Methods in the Sports Industry|publisher=Emerald Publishing|isbn=978-1-78754-191-7|pages=1-2|url-status=live}}</ref>
 
Dukungan dari perusahaan sponsor sebaiknya tidak berhenti sampai acara olahraga selesai karena itu bentuk kerjasama jangka pendek. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan berbasis sponsor mesti mampu mengembangkan kerjasama jangka panjang. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk membangun kemitraan jangka panjang. Pertama, membangun merek yang tepat untuk memastikan bahwa pemasran lebih tertarget dengan menyasar kelompok tertentu dengan cara yang benar. Kedua, menghitung nilai [[pengembalian investasi]]. Analisis ini harus dilakukan dengan cermat untuk mencapai efisiensi pemasaran sehingga kemitraan dapat terus berjalan.<ref>{{Cite book|last=Shank|first=Matthew D|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sports_Marketing/G2evBAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA111&printsec=frontcover|title=Sports Marketing|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-79408-2|pages=101|url-status=live}}</ref>
== Pendapatan dari bisnis olahraga ==
Penjualan tiket pada kejuaraan olahraga ataupun penjualan cendera mata merupakan sumber pendapatan di bidang olahraga. Namun demikian, perlu dipertimbangkan pemasukan yang lain sehingga riset pasar dibutuhkan agar dapat diketahui apa yang diinginkan oleh para penggemar olahraga. Entitas olahraga pada umumnya merupakan organisasi nirlaba yang mendapat sokongan dana dari banyak pihak, dan dana tersebut akan berguna demi keberlangsungan olahraga di masa mendatang.<ref>{{Cite book|last=Seric|first=Neven|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Market_Research_Methods_in_the_Sports_In/6CJZDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA73&printsec=frontcover|title=Market Research Methods in the Sports Industry|publisher=Emerald Publishing|isbn=978-1-78754-191-7|pages=8-9|url-status=live}}</ref>
 
AdaAdanya beberapapandemi halCOVID-19 yang mendasariterjadi konsepdi pemasaranawal daritahun entitas2000, olahraga.menyebabkan Pertama,kegiatan berfokusolahraga padadibatasi pangsadengan pasar/segmenalasan tertentu.untuk Yangmencegah perlupenyebaran diperhatikanvirus adalahcorona, tentangbaik itu [[bauranolahraga pemasaranprofesional]] yang disesuaikandilakukan denganoleh segmentasipara pasaratlet tersebut.maupun Kedua, pendapatanolahraga yang terusdilakukan mengalir.oleh Yangbukan harusatlet diperhatikanuntuk adalahmenjaga pemasukankesehatan. dalamAdanya jangkaperaturan panjang,mengenai dipembatasan sampingsosial pemasukanmenyebabkan jangka[[pusat pendekkebugaran]], yangstadion terhitungolahraga, lumayanstudio besarsenam, sepertiserta penjualankolam tiketrenang sertaumum danamenjadi darisepi [[sponsor]].pengunjung; Ketiga,namun pemasarandi yangbalik terintegrasiitu dengansemua, mempertimbangkanangka kebutuhanpenjualan paraalat-alat pemangkuolahraga kepentinganyang daridipakai entitasdi olahragarumah meningkat pesat.<ref>{{Cite book|last=SericVukasovic|first=NevenTina|date=20182021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Market_Research_Methods_in_the_Sports_InImpacts_and_Implications_for_the_Sports/6CJZDwAAQBAJmGAuEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA73PA65&printsec=frontcover|title=MarketAnalysis Researchof MethodsConsumer inBuying Behaviour When Buying Sports and Leisure Products During the COVID-19 Pandemic, dalam A. Faganel (ed) Impacts and Implications for the Sports Industry in the Post-COVID-19 Era|publisher=EmeraldIGI PublishingGlobal|isbn=978-1-78754-191-79781799867821|pages=15-1674|url-status=live}}</ref>
 
Ada empatbeberapa macamkarakteristik segmentasiunik yangdari bisaproduk diterapkandan pada bidang pemasaranjasa olahraga. Pertama, segmentasiOlahraga demografismerupakan sesuatu yang bersifat dinamis. YangOlahraga termasukmerefleksikan faktornilai-faktornilai demografiskemanusiaan adalahyang usia,bergerak jenisdinamis kelamin,sehingga besarnyatidak penghasilan,bisa sertadiandaikan gayaseperti hidupminuman penyegar yang dikemas dengan botol. Masing-masing penggemar olahraga memaknai pertandingan olahraga secara berbeda-beda sekalipun acaranya sama-sama ditonton. Kedua, segmentasiAdanya geografisketerikatan baik diemosional tingkatantara daerah,tim provinsi,olahraga nasional,dengan maupunpara internasionalpenggemarnya. SegmentasiProduk geografisolahraga iniyang ditentukandimiliki bukanoleh dipara manapenggemar orangmerefleksikan tinggal,seberapa tetapibesar dikecintaan manamereka orangkepada bekerjaatlet kebanggaannya. Ketiga, segmentasiKomoditas psikografisyang meliputimudah aktivitasrusak. yangSetiap biasaada dilakukan,acara kegemaranolahraga, sertamaka polacendera pikir.mata Generasiolahraga Ybernilai yangjual lahirtinggi. antaraKetika tahunacara 1982-2003olahraga lebihsudah menyukaiberlalu, olahragamaka secaranilai fisikjualnya menjadi turun, sementaraterutama generasijika setelahnyatim olahraga lebihkebanggan menyukaipenggemar permainanmengalami elektronikkekalahan. Keempat, segmentasiTidak perilakudapat untukdiprediksi. menganalisisTim seberapaolahraga seringkebanggaan konsumenpara memakaipenggemar produksuatu atausaat jasaakan mengalami olahragakekalahan, sertatidak berapaakan banyakterus yangberjaya dibelanjakan untuk membeli produk dan jasasepanjang tersebutwaktu.<ref>{{Cite book|last=BlakeyMullin|first=PaulBernard J|date=20112014|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQCoPN6DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA13&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=LearningHuman MattersKinetics|isbn=9780857250902978-1-4504-2498-1|pages=4520-4921|url-status=live}}</ref>
 
Penonton acara olahraga balap di televisi tentu berbeda dengan orang awam yang gemar bermain golf. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya menentukan segmentasi pasar sehigga dapat diketahui produk dan jasa seperti apa yang cocok dengan konsumen.  Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam membidik konsumen khusus olahraga. Pertama, apa saja yang dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan. Kedua, seberapa sering produk olahraga digunakan. Ketiga, faktor demografis seperti usia; pendidikan; besarnya pendapatan; jenis kelamin; dan lain sebagainya. Keempat, faktor psikografik seperti gaya hidup; kegemaran; serta pola pikir.<ref>{{Cite book|last=Milne|first=George R|date=1999|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/eDFRHrZV53YC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA4&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|location=Toronto|publisher=Jones and Bartlett Publishers Canada|isbn=0-7637-0873-9|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
 
identifikasi penggemar
 
identifikasi penggemar olahraga dapat didefinisikan sebagai bentuk komitmen seseorang atau keterikatan secara emosional kepada organisasi olahraga.<ref>{{Cite book|last=Milne|first=George R|date=1999|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/eDFRHrZV53YC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA4&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|location=Toronto|publisher=Jones and Bartlett Publishers Canada|isbn=0-7637-0873-9|pages=13|url-status=live}}</ref>
 
Kesetiaan penggemar olahraga tergantung pada faktor manajerial organisasi atau tim olahraga yaitu karakteristik organisasi atau tim olahraga, karakteristik afiliasi, serta karakteristik kegiatan olahraga. Masing-masing faktor tersebut berdampak terhadap seberapa besar tingkat kesetiaan penggemar yang terdiri dari beberapa tingkat yaitu tingkat rendah di mana seorang penggemar tidak terlalu mengagumi tim olahraga; tingkat sedang di mana seorang penggemar dapat dikatakan cukup menyukai tim olahraga; level tinggi di mana pada tahap ini, seorang penggemar dapat dikatakan sebagai penggemar berat. Ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan mengidentifikasi penggemar yaitu ketika tim olahraga mengalami kekalahan, maka para penggemar masih tetap mempercayai tim olahraga kebanggaannya; ketika cendera mata olahraga dijual dengan harga yang lebih mahal dari biasanya, maka para penggemar berat tidak akan mempermasalahkannya dan akan berusaha keras untuk mendapatkan barang kesukaannya.  <ref>{{Cite book|last=Milne|first=George R|date=1999|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/eDFRHrZV53YC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA4&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|location=Toronto|publisher=Jones and Bartlett Publishings Canada|isbn=0-7637-0873-9|pages=15|url-status=live}}</ref>
 
== Pemasaran Olahraga ==
 
 
Proses pemasaran olahraga terdiri dari empat fase : analisis, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian. Informasi merupakan landasan awal dalam menganalisis pemasaran bisnis olahraga di mana pada fase ini data yang relevan dikumpulkan dan ditarik kesimpulan sebagai pedoman di tahap perencanaan. Tahap perencanaan merupakan fase di mana tujuan dari pemasaran olahraga ditentukan berdasarkan target. Tujuan dari pemasaran dibagi ke dalam dua jenis, ada tujuan jangka pendek (dalam waktu 1 tahun) dan tujuan jangka panjang (antara 2-3 tahun), dan ini sudah masuk ke dalam fase pelaksanaan di mana teori mengenai bauran pemasaran/''marketing mix'' dijalankan. Fase pengendalian dibutuhkan agar target dicapai sesuai dengan rencana semula. Jika ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan, maka perlu dilakukan penyesuaian; namun hal-hal yang sudah sesuai dengan rencana awal, hanya perlu dilanjutkan saja.<ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=9-10|url-status=live}}</ref>
 
 
Ada tujuh macam bauran pemasaran/''marketing mix'' yang dapat diterapkan dalam industri olahraga. Pertama, ''Product.'' Karakteristik dari produk harus sesuai dengan kebutuhan dari konsumen yang disasar. Kedua, ''Price.'' Harga produk harus sesuai dengan ekspektasi dari konsumen. Jika segmen pasarnya adalah konsumen kalangan menengah ke atas sementara harga produk terlalu murah, maka konsumen akan menganggap barang yang ditawarkan kurang berkualitas. Ketiga, ''Place.'' Produk harus disalurkan ke tempat yang cocok dan pada waktu yang sesuai sehingga terjadi transaksi penjualan. Keempat, ''Physical evidence.'' Ini terkait dengan kemasan untuk menaikkan nilai jual produk maupun jaminan terhadap produk itu sendiri. Kelima, ''Process.'' Proses harus selalu diperhatikan agar kualitas produk terjamin dan dikirim tepat waktu serta adanya garansi produk. Keenam, ''People.'' Adanya tanggungjawab untuk memastikan kualitas dari produk atau jasa olahraga. Ketujuh, ''Promotion.'' Mempromosikan produk dan jasa baik secara daring maupun luring. <ref>{{Cite book|last=Shilbury|first=David|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Strategic_Sport_Marketing/8G3wDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA46&printsec=frontcover|title=Strategic Sport Marketing|location=New York|publisher=Routledge|isbn=9781743314777|pages=7|url-status=live}}</ref>
 
== Pendapatan dari bisnis olahraga ==
 
=== Program komunitas ===
Baris 57 ⟶ 39:
 
=== Inventaris elektronik ===
Sumber pemasukan dari inventaris elektronik saat ini tidak sebatas hanya dari [[iklan]] di televisi maupun di radio, namun juga berasal dari pemanfaatan ''platform'' pemasaran digital seperti blog ataupun media online; semua kanal media sosial; periklanan digital, baik yang gratis dan dikembangkan secara organik (''search engine optimization)'' maupun yang  berbayar (''pay per click/search engine marketing)''; pemasaran melalui video atau konten; pembuatan aplikasi olahraga''.''<ref name=":0" />
 
Pemasaran produk dan jasa olahraga melalui laman di internet dapat menjangkau konsumen dari berbagai penjuru, serta agar proses penyampaian produk dan [[jasa]] ke tangan konsumen menjadi lebih efektif, dan dengan catatan bahwa laman olahraga tersebut dilengkapi dengan ''platform'' pembayaran yang tidak rumit dan mempersulit konsumen.<ref>{{Cite book|last=Seric|first=Neven|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Market_Research_Methods_in_the_Sports_In/6CJZDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA73&printsec=frontcover|title=Market Research Methods in the Sports Industry|publisher=Emerald Publishing|isbn=978-1-78754-191-7|pages=61|url-status=live}}</ref>
 
=== Sokongan dana ===
Sumber dana dapat berasal dari donatur, perusahaan, [[yayasan]], maupun dukungan dari masyarakat. Sementara itu, metode pendanaan dapat berupa pengajuan proposal, hadiah tahunan, maupun penyelenggaraan kegiatan yang membutuhkan dukungan dari sponsor. <ref name=":1">{{Cite book|last=Shonk|first=david J|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sales_and_Revenue_Generation_in_Sport_Bu/TatJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA5&printsec=frontcover|title=Sales and Revenue Generation in Sport Business|publisher=Human Kinetics|isbn=9781492594239|pages=17|url-status=live}}</ref>
 
=== Hak paten ===
Beberapa organisasi olahraga menjual hak patennya atas penamaan [[stadion]] atau arena olahraga, fasilitas latihan, baju sepakbola, kolam renang, taman komunitas, serta ruang publik.<ref name=":1" />
 
=== Inventaris ===
Meskipun sesuatu yang tercetak di era seperti sekarang ini bisa didapatkan dalam bentuk digital, tetapi beberapa organisasi olahraga masih mendapatkan pemasukan dari sesuatu yang tercetak seperti [[buletin]] atau majalah olahraga, tiket, brosur mengenai profil organisasi, dan sebagainya.  <ref name=":2">{{Cite book|last=Shonk|first=David J|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sales_and_Revenue_Generation_in_Sport_Bu/TatJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA5&printsec=frontcover|title=Sales and Revenue Generation in Sport Business|publisher=Human Kinetics|isbn=9781492594239|pages=18|url-status=live}}</ref>
 
=== Logo olahraga ===
Sering dijumpai [[logo]] olahraga berdampingan dengan logo dari perusahaan sponsor dalam bentuk spanduk, poster, papan iklan, dan sebagainya yang terdapat di stadion olahraga maupun di tempat-tempat umum.<ref name=":2" />
 
=== Tiket dan penginapan atlet ===
Pemasukan dari industri olahraga yang terbilang cukup besar meskipun bersifat musiman karena [[tiket]] dan penginapan atlet dipersiapkan terutama jika ada kejuaraan atau pertandingan, baik tingkat daerah, kota, provinsi, nasional, maupun internasional.<ref>{{Cite book|last=Shonk|first=David J|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sales_and_Revenue_Generation_in_Sport_Bu/TatJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA5&printsec=frontcover|title=Sales and Revenue Generation in Sport Business|publisher=Human Kinetics|isbn=9781492594239|pages=20|url-status=live}}</ref>
 
=== Waralaba olahraga ===
[[Waralaba]] olahraga menjadi salah satu sumber pemasukan yang menjanjikan dalam idustriindustri olahraga karena potensi untuk balik modal cukup besar meskipun secara tidak langsung. Beberapa mitra waralaba menginvestasikan modal awal, lalu ada sistem bagi hasil dengan pemilik waralaba sehingga keuntungan yang didapat bersifat tidak langsung.  <ref>{{Cite book|last=Zimbalist|first=Andrew|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Business_of_Sports/-owSi55tLZAC?hl=id&gbpv=1&dq=business+of+sport&pg=PA16&printsec=frontcover|title=Sport As Business, dalam S.R. Rosner (ed) The Business of Sports|publisher=Jones and Bartlett|isbn=978-0-7637-8078-4|url-status=live}}</ref>
== Pemasaran Olahraga ==
 
 
 
Ada beberapa karakteristik unik dari produk dan jasa olahraga. Pertama, Olahraga merupakan sesuatu yang bersifat dinamis. Olahraga merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan yang bergerak dinamis sehingga tidak bisa diandaikan seperti minuman penyegar yang dikemas dengan botol. Masing-masing penggemar olahraga memaknai pertandingan olahraga secara berbeda-beda sekalipun acaranya sama-sama ditonton. Kedua, Adanya keterikatan emosional antara tim olahraga dengan para penggemarnya. Produk olahraga yang dimiliki oleh para penggemar merefleksikan seberapa besar kecintaan mereka kepada atlet kebanggaannya. Ketiga, Komoditas yang mudah rusak. Setiap ada acara olahraga, maka cendera mata olahraga bernilai jual tinggi. Ketika acara olahraga sudah berlalu, maka nilai jualnya menjadi turun, terutama jika tim olahraga kebanggan penggemar mengalami kekalahan. Keempat, Tidak dapat diprediksi. Tim olahraga kebanggaan para penggemar suatu saat akan mengalami kekalahan, tidak akan terus berjaya sepanjang waktu. Kekalahan yang terjadi bukan semata-mata karena kurang hebat dalam bermain, namun karena cedera selama pertandingan, para pendukung tim lawan yang jumlahnya lebih banyak sehingga mempengaruhi psikologis pemain yang kurang mendapat dukungan, dan sebagainya.<ref>{{Cite book|last=Mullin|first=Bernard J|date=2014|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/oPN6DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA13&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Human Kinetics|isbn=978-1-4504-2498-1|pages=20-21|url-status=live}}</ref>
 
 
Pemberian merek pada suatu produk sangat penting untuk membedakannya dari produk lain yang sejenis di pasaran. Suatu merek haruslah diingat oleh konsumen sehingga ekuitas merek didapatkan dari kemempuan sebuah merek untuk menciptakan kesan yang baik di benak konsumen.<ref>{{Cite journal|last=Brumello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=2}}</ref>
 
[[Ekuitas merek]]—dalam konteks olahraga—mengacu kepada nilai-nilai di mana para penggemar merasa terikat dengan nama dan simbol tim kebanggaannya. Jika mereka sudah merasa puas atau senang, harapannya adalah mereka menjadi pelanggan setia, dengan demikian diharapkan mereka akan melakukan order ulang. Ekuitas merek mencakup tiga hal yaitu kualitas, kesadaran dari penggemar atau memori tentang merek, asosiasi terhadap merek, dan kesetiaan terhadap merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
 
Salah satu hal yang paling krusial dan mendasar dalam membangun ekuitas merek adalah tim olahraga terlebih dahulu harus meningkatkan prestasinya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Selain itu, nama baik dari manajer tim olahraga pun mempengaruhi ekuitas merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
 
 
Seorang pemasar yang cerdas tentu akan bertanya beberapa hal berdasarkan aturan 5W1H. WHO. Siapa yang menjadi pelanggan, baik di masa lalu, sekarang, atau di masa mendatang berdasarkan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, besarnya pendapatan; faktor geografis, serta faktor psikografis. WHERE, WHEN, HOW. Di mana, kapan, dan bagaimana pelanggan memakai produk dan jasa olahraga. WHAT. Apa media sosial yang sering dipakai oleh pelanggan. HOW, WHY. Bagaimaa dan mengapa pelanggan merasa terikat dengan produk atau jasa yang ditawarkan. WHY. Jika ada pelanggan yang loyal, mengapa ada pula yang tidak loyal/berpindah ke merek lain?<ref>{{Cite book|last=Dees|first=Windy|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/bxcjEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Human Kinetics|isbn=978-1-4925-9462-8|pages=44|url-status=live}}</ref>
 
 
Pemasaran olahraga merupakan suatu fenomena yang baru muncul dewasa ini. Pada tahun 1940-1950 an, olahraga bukan untuk tujuan komersial. Sikap serta prinsip yang dipegang oleh para atlet banyak berasal dari nilai-nilai keluarga berdasarkan tradisi, misalnya olahraga tenis merupakan aktivitas yang berasal dari kelas menengah. Di sisi lain, olahraga tenis menjadi olahraga andalan para perempuan yang ingin tubuhnya atletis dan kuat, namun tidak terkesan maskulin.<ref>{{Cite book|last=Smith|first=AAaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-77676-7|pages=3-4|url-status=live}}</ref>
 
Filosofi pemasaran olahraga
 
=== Filosofi pemasaran olahraga ===
Filosofi pemasaran olahraga adalah tentang strategi menang-menang dengan menaruh kebutuhan dan keinginan konsumen di titik sentral pengambilan keputusan yang beririsan dengan target dari perusahaan atau industri olahraga.<ref>{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-77676-7|pages=8|url-status=live}}</ref>
 
Ada sembilan prinsip dari pemasaran olahraga. Pertama, pemasaran lebih dari promosi;, iklan; atau taktik  penjualan. Kedua, tujuan pemasaran adalah mengubah strategi saat konsumen sudah bosan dengan produk atau jasa. Ketiga, pemasaran olahraga merupakan perencanaan posisi merek dalam pasar, dan menciptakan keterikatan dengan konsuen melalui merek. Keempat, pemasaran olahraga dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu pemasaran produk dan jasa olahraga;, serta pemasaran melalui kegiatan olahraga. Kelima, filosofi pemasaran olahraga adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Keenam, pemasaran olahraga merupakan perpaduan antara menemukan peluang, merancang strategi, merencanakan taktik, serta melakukan dan mengevaluasi perencanaan pemasaran olahraga.· Ketujuh, pemasaran olahraga dapat dilihat secara filosofis di mana fungsi marketing dijalankankarena olehberlandaskan nilai-nilai, dapat dilihat sebagai sebuah proses yang berupa serangkaian kegiatanprinsip, seperangkatataupun prinsippedoman yangdi terdiridalam darimenjalankan peraturanfungsi dan panduanpemasaran. Kedelapan, prinsip pemasaran olahraga untuk diimplementasikan ke dalam kerangka kerja pemasaran olahraga. Kesembilan, kerangka kerja pemasaran olahraga meliputi beberapa tahap yaitu mengidentifikasi peluang dari pemasaran olahraga; mengembangkan strategi pemasaran; merencanakan bauran pemasaran; melaksanakan rencana serta mengontolnya agar sesuai dengan rencana awal.<ref>{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|location=Human Kinetics|publisher=978-1-315-77676-7|url-status=live}}</ref>
 
Seorang pemasar olahraga yang cerdas tentu akan mempertimbangkan beberapa hal terkait pemasaran berdasarkan rumus 5W dan 1H (''who''/siapa, ''what''/apa, ''when''/di mana, ''where''/kapan, ''why''/mengapa, dan ''how''/bagaimana)
 
* ''WHO''.
 
Siapa yang menjadi pelanggan, baik di masa lalu, sekarang, atau di masa mendatang berdasarkan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, besarnya pendapatan; faktor geografis, serta faktor psikografis.<ref name=":4" />
Perusahaan sponsor yang baik bukan hanya memberikan kontribusi berupa dana, tetapi juga membantu menciptakan nilai-nilai positif yang membentuk merek. Upaya seperti ini lebih bersifat jangka panjang, sementara dukungan yang berupa dana hanya bersifat jangka pendek. Dukungan dari sponsor merupakan komitmen kedua belah pihak serta investasi yang berarti.<ref>{{Cite journal|last=New Zealand|first=Sport|title=Sport Sponsorship|url=https://sportnz.org.nz/media/2109/sport-sponsorship-securing-and-retaining-commercial-partners.pdf|journal=|pages=3}}</ref>
 
* ''WHERE, WHEN, HOW''.
 
Di mana, kapan, dan bagaimana pelanggan memakai produk dan jasa olahraga.<ref name=":4" />
 
* ''WHAT''.
Dukungan dari perusahaan sponsor sebaiknya tidak berhenti sampai acara olahraga selesai, kedua belah pihak semestinya menemukan jalan kembali agar bisa bekerjasama dalam waktu yang cukup lama, dan tidak ada salahnya untuk menggunakan teknologi terkini dalam mengembangkan kemitraan sehingga kerjasama menjadi lebih relevan dengan perkembangan jaman serta jauh lebih mengikat. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk membangun kemitraan jangka panjang. Pertama, membangun merek yang tepat untuk memastikan bahwa pemasran lebih tertarget dengan menyasar kelompok tertentu dengan cara yang benar. Kedua, menghitung nilai ROI (''Return On Investment)''/tingkat pengembalian. Analisis ini harus dilakukan dengan cermat untuk mencapai efisiensi pemasaran sehingga kemitraan dapat terus berjalan.<ref>{{Cite book|last=Shank|first=Matthew D|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sports_Marketing/G2evBAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA111&printsec=frontcover|title=Sports Marketing|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-79408-2|pages=101|url-status=live}}</ref>
 
Apa media sosial yang sering dipakai oleh pelanggan. HOW, WHY. Bagaimana dan mengapa pelanggan merasa terikat dengan produk atau jasa yang ditawarkan.<ref name=":4" />
Campur tangan pemerintah menyangkut kepentingan olahraga sangat dipengaruhi oleh ideologi negara, nilai, serta falsafah negara dan lembaga negara. Ideologi pertama adalah [[konservatisme]]. Ideologi konservatis menekankan kepada tradisi serta hal-hal yang sudah lumrah dan diterima secara umum. Pemerintahan yang konservatis cenderung membuat aturan bagaimana masyarakat seharusnya hidup, dan mensensor jika ada karya seni yang dinilai menyimpang dari aturan. Sisi positif dari pemerintahan yang konservatif dalam bidang olahraga adalah, jika ada pelanggaran seperti pelegalan minuman keras atau penggunaan doping, maka mereka tidak akan segan untuk menghukumnya. Selain itu, pemerintahan yang konservatif percaya bahwa sektor swasta merupakan salah satu kunci kemajuan sehingga mereka mendukung serta melindungi industri melalui regulasinya. Namun demikian, dalam pandangan pemerintah yang konservatif, olahraga merupakan perwujudan dari nilai-nilai sosial, tidak semata-mata hanya untuk mencari keuntungan. Ideologi yang kedua adalah [[reformisme]], atau biasa disebut dengan sosial demokrasi. Kaum reformis berpedoman pada kesejahteraan sosial dan kesetaraan. Pemerintahan yang reformis berusaha keras untuk menjadi sentral dalam segala urusan, dan kekuatan dari sentralisasi tersebut digunakan untuk mencapai rekayasa sosial secara positif. Kaum reformis menganggap bahwa olahraga dapat menjadi alat untuk pengembangan sosial dan karena berpedoman pada kesetaraan, maka mereka ingin agar olahraga menjadi bidang yang inklusif sehingga olahraga dapat diikuti oleh penyandang disabilitas, kaum migran yang berbicara dengan banyak bahasa, dan juga kaum perempuan. Kebijakan kaum reformis lebih mengarah kepada pengembangan olahraga di tingkat akar rumput masyarakat, bukan dikendalikan oleh kaum elit. Ideologi ketiga adalah neo liberalisme. Pemerintahan yang neo liberal memberikan kebebasan pada warganya untuk mengorganisir kehidupan sosial mereka serta berusaha mencari keuntungan tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintahan neo liberal tidak mengutamakan perusahaan milik negara karena mereka menganggap bahwa privatisasi akan mencapai efisiensi dan keuntungan yang besar, terlebih lagi mereka pun menerapkan deregulasi industri. Pemerintahan yang berpaham neo liberal menganggap bahwa olahraga merupakan salah satu kendaraan untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah membuat suatu kebijakan olahraga terkait dengan kepentingan kaum elit untuk mengembangkan industri olahraga yang keuntungannya disalurkan untuk pengembangan komunitas olahraga. Ideologi yang keempat adalah [[sosialisme]]. Kaum sosialis beranggapan bahwa privatisasi serta pasar yang regulasinya tidak diatur oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi serta keterasingan kaum pekerja terhadap pekerjaannya. Mereka menganggap bahwa olahraga merupakan lembaga sosial yang sangat penting, dan peraturan mengenai olahraga sebaiknya ditetapkan oleh pemerintah untuk menciptakan keadilan. Selain itu, bantuan pemerintah pun sangat dibutuhkan dalam hal pengembangan serta perbaikan fasilitas olahraga. <ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=21-23|url-status=live}}</ref>
 
* ''WHY''.
 
Jika ada pelanggan yang loyal, mengapa ada pula yang tidak loyal/berpindah ke merek lain?<ref name=":4">{{Cite book|last=Dees|first=Windy|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/bxcjEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Human Kinetics|isbn=978-1-4925-9462-8|pages=44|url-status=live}}</ref>
 
Analisis SWOT (''strengths, weaknesses, opportunties, and threats)'' sangat berguna untuk memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, serta hambatan yang ada secara matang sebelum memulai menjalankan bisnis di bidang olahraga.<ref>{{Cite book|last=Horrow|first=Rick|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Sport_Business_Handbook/wdCMDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA6&printsec=frontcover|title=The Sport Business Handbook|publisher=Human Kinetics|isbn=9781492543114|pages=14|url-status=live}}</ref>
 
Kekuatan mesti ditonjolkan; kelemahan harus dapat diatasi; peluang harus dicari sebaik mungkin; serta hambatan sebisa mungkin dihindari. Analisis SWOT ini dipakai untuk menentukan target yang akan dicapai dalam usaha pemasaran olahraga. Target pemasaran olahraga mencakup tiga hal. Pertama, besarnya keuntungan yang ingin didapat menentukan harga jual produk. Kedua, potensi pemasukan di masa mendatang harus dipikirkan secara matang agar dapat diketahui seperti apa produk dan jasa yang akan ditawarkan nantinya. Ketiga, untuk menentukan besarnya pangsa pasar yang akan disasar, maka harus dilakukan analisis pesaing usaha/kompetitor secara matang dan mendalam.<ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=52-53|url-status=live}}</ref>
Ada dua macam sumber pendanaan dalam industri olahraga yaitu dana yang berbentuk investasi untuk pengembangan modal, serta dana yang diperoleh dari kegiatan operasional. Investasi keuangan dapat berasal dari beberapa sumber. Pertama, hibah dari pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Kedua, pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Pinjaman ini tidak selalu berupa uang modal, bisa juga berupa fasilitas. Ketiga, keuangan ekuitas atau saham. Keempat, pendapatan yang ditahan berupa uang yang ditanamkan kembali ke dalam organisasi olahraga. Untuk organisasi olahraga nirlaba, pembayaran secara berkala tanpa dikenakan bunga merupakan hal wajib. Sementara itu, dana yang diperoleh dari kegiatan operasional dapat berasal dari berbagai sumber. Pertama, biaya keanggotaan yang berasal dari konsumen. Suatu organisasi olahraga mungkin memiliki beberapa tempat sebagai pusat kebugaran, pusat latihan, dan sebagainya. Kedua, dana yang diperoleh dari menjual produk dan jasa olahraga kepada penonton acara olahraga semisal cendera mata olahraga dan tiket. Ketiga, dana yang berasal dari pajak pemain. Keempat, penggalangan dana yang dapat berasal dari kegiatan tertentu semisal dansa, pelelangan perlengkapan olahraga. Selain itu, yang harus diperhatikan dari kegiatan operasional adalah ada beberapa hal yang dapat menjadi pengeluaran. Pertama, upah dan gaji staf administrasi serta pemain, baik yang bersifat kontrak maupun sementara. Kedua, jaminan sosial untuk staf; atau bisa juga biaya pelatihan staf. Ketiga, biaya pemasaran, baik secara langsung maupun secara daring. Keempat, biaya perawatan kantor. Kelima, biaya pemeliharaan arena olahraga. Keenam, perlengkapan para atlet seperti peralatan olahraga, kostum, perawatan kesehatan, biaya akomodasi. Baca di halaman selanjutnya, seperlunya saja yang dimasukkan. <ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=219-222|url-status=live}}</ref>
 
=== Proses pemasaran olahraga ===
Proses [[pemasaran]] olahraga terdiri dari empat fase : analisis, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian. Informasi merupakan landasan awal dalam menganalisis pemasaran bisnis olahraga di mana pada fase ini data yang relevan dikumpulkan dan ditarik kesimpulan sebagai pedoman di tahap perencanaan. Tahap perencanaan merupakan fase di mana tujuan dari pemasaran olahraga ditentukan berdasarkan target. Tujuan dari pemasaran dibagi ke dalam dua jenis, ada tujuan jangka pendek (dalam waktu 1 tahun) dan tujuan jangka panjang (antara 2-3 tahun), dan ini sudah masuk ke dalam fase pelaksanaan di mana teori mengenai bauran pemasaran/''marketing mix'' dijalankan. Fase pengendalian dibutuhkan agar target dicapai sesuai dengan rencana semula. Jika ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan, maka perlu dilakukan penyesuaian; namun hal-hal yang sudah sesuai dengan rencana awal, hanya perlu dilanjutkan saja.<ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=9-10|url-status=live}}</ref>
 
==== Bauran pemasaran/''marketing mix'' ====
Ada tujuh macam [[bauran pemasaran]]/''marketing mix'' yang dapat diterapkan dalam industri olahraga. Pertama, ''Product.'' Karakteristik dari produk harus sesuai dengan kebutuhan dari konsumen yang disasar. Kedua, ''Price.'' Harga produk harus sesuai dengan ekspektasi dari konsumen. Jika segmen pasarnya adalah konsumen kalangan menengah ke atas sementara harga produk terlalu murah, maka konsumen akan menganggap barang yang ditawarkan kurang berkualitas. Ketiga, ''Place.'' Produk harus disalurkan ke tempat yang cocok dan pada waktu yang sesuai sehingga terjadi transaksi penjualan. Keempat, ''Physical evidence.'' Ini terkait dengan kemasan untuk menaikkan nilai jual produk maupun jaminan terhadap produk itu sendiri. Kelima, ''Process.'' Proses harus selalu diperhatikan agar kualitas produk terjamin dan dikirim tepat waktu serta adanya garansi produk. Keenam, ''People.'' Adanya tanggungjawab untuk memastikan kualitas dari produk atau jasa olahraga. Ketujuh, ''Promotion.'' Mempromosikan produk dan jasa baik secara daring maupun luring.<ref>{{Cite book|last=Shilbury|first=David|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Strategic_Sport_Marketing/8G3wDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA46&printsec=frontcover|title=Strategic Sport Marketing|location=New York|publisher=Routledge|isbn=9781743314777|pages=7|url-status=live}}</ref>
 
==== Segmentasi pasar ====
Penonton acara olahraga balap di televisi tentu berbeda dengan orang awam yang gemar bermain golf. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya menentukan [[segmentasi pasar]] sehigga dapat diketahui produk dan jasa seperti apa yang cocok dengan konsumen. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam membidik konsumen khusus olahraga. Pertama, apa saja yang dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan. Kedua, seberapa sering produk olahraga digunakan. Ketiga, faktor demografis seperti usia; pendidikan; besarnya pendapatan; jenis kelamin; dan lain sebagainya. Keempat, faktor psikografik seperti gaya hidup; kegemaran; serta pola pikir.<ref>{{Cite book|last=Milne|first=George R|date=1999|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/eDFRHrZV53YC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA4&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|location=Toronto|publisher=Jones and Bartlett Publishers Canada|isbn=0-7637-0873-9|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
Ada empat macam segmentasi yang bisa diterapkan pada bidang pemasaran olahraga. Pertama, segmentasi demografis. Yang termasuk faktor-faktor demografis adalah usia, jenis kelamin, besarnya penghasilan, serta gaya hidup. Kedua, segmentasi geografis baik di tingkat daerah, provinsi, nasional, maupun internasional. Segmentasi geografis ini ditentukan bukan di mana orang tinggal, tetapi di mana orang bekerja. Ketiga, segmentasi psikografis meliputi aktivitas yang biasa dilakukan, kegemaran, serta pola pikir. Generasi Y yang lahir antara tahun 1982-2003 lebih menyukai olahraga secara fisik, sementara generasi setelahnya lebih menyukai permainan elektronik. Keempat, segmentasi perilaku untuk menganalisis seberapa sering konsumen memakai produk atau jasa olahraga, serta berapa banyak yang dibelanjakan untuk membeli produk dan jasa tersebut.<ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=45-49|url-status=live}}</ref>
Sektor pemerintah
 
==== Ekuitas Merek ====
Secara umum, pemerintah mesti terlibat dalam bidang olahraga yang dapat menghasilkan manfaat secara sosial; ekonomi; serta politik. Sebagai contoh, kegiatan olahraga selain menyehatkan badan, juga dapat mempererat ikatan sosial. Hal tersebut pun dapat memacu aktivitas ekonomi. Bagi pemerintah, kegiatan olahraga mampu menumbuhkan rasa cinta tanahair dan kesetiakawanan antar sesama warganegara. Dengan adanya ikatan sosial semacam itu diharapkan masyarakat yang kompak dapat membantu pemerintah dalam mensukseskan program-program pembangunan negara. biar bagaimanapun juga, kebijakan pemerintah dalam olahraga sangat dibutuhkan. Pemerintah dapat berperan aktif mendukung olahraga dengan berbagai cara. Pertama, pemerintah memberikan dukungan dari segi dana serta sarana dan prasarana olahraga. Perbaikan dan pembangunan sarana olahraga bukan hanya sebagai fasilitas saja, tetapi sebagai persiapan menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga. Kedua, pemerintah dapat terlibat dalam kegiatan pengembangan olahraga seperti pembangunan pusat pelatihan serta fasilitas kesehatan bagi atlet. Ketiga, pemerintah dapat menciptakan program-program yang mengarah kepada ajakan untuk menerapkan pola hidup sehat. Keempat, pemerintah melalui regulasinya dapat mengatur masalah penggunaan doping beserta sanksinya.<ref name=":3">{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|location=Routledge|publisher=New York|isbn=978-1-315-77676-7|pages=20|url-status=live}}</ref>
Pemberian merek pada suatu produk sangat penting untuk membedakannya dari produk lain yang sejenis di pasaran. Suatu merek haruslah diingat oleh konsumen sehingga ekuitas merek didapatkan dari kemempuan sebuah merek untuk menciptakan kesan yang baik di benak konsumen.<ref>{{Cite journal|last=Brumello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=2}}</ref>
 
[[Ekuitas merek]]—dalam konteks olahraga—mengacu kepada nilai-nilai di mana para penggemar merasa terikat dengan nama dan simbol tim kebanggaannya. Jika mereka sudah merasa puas atau senang, harapannya adalah mereka menjadi pelanggan setia, dengan demikian diharapkan mereka akan melakukan order ulang. Ekuitas merek mencakup tiga hal yaitu kualitas, kesadaran dari penggemar atau memori tentang merek, asosiasi terhadap merek, dan kesetiaan terhadap merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
 
Salah satu hal yang paling krusial dan mendasar dalam membangun ekuitas merek adalah tim olahraga terlebih dahulu harus meningkatkan prestasinya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Selain itu, nama baik dari manajer tim olahraga pun mempengaruhi ekuitas merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
 
 
Organisasi nirlaba
 
Keberadaan organisasi nirlaba atau swadaya masyarakat dapat mengisi celah antara swasta yang berorientasi kepada keuntungan dan pemerintah. Organisasi nirlaba harus pandai mencari dana secara mandiri karena tidak disokong oleh pemerintah, dan dalam menjalankan kegiatannya, organisasi tersebut memberdayakan para relawan.<ref name=":3" />
 
Biar bagaimanapun juga, organisasi nirlaba membutuhkan dana agar program-program organisasi dapat berjalan. Pengertian nirlaba dalam konteks ini bukan berarti tidak mencari keuntungan, namun prioritas utama organisasi bukanlah mencari keuntungan pribadi.<ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=34|url-status=live}}</ref>
 
== Referensi ==