Sampoerna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(11 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Logosampoerna.gif|jmpl|Logo {{PAGENAME}}.]]
'''Sampoerna''' (merujuk kepada kata "[[wikt:sempurna|sempurna]]") adalah nama sebuah keluarga di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] yang merupakan perintis [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]], salah satu perusahaan rokok terbesar di [[Indonesia]]. Generasi pertama dari keluarga ini adalah [[Liem Seeng Tee]], yang merantau ke Indonesia dari kampung halamannya di [[Fujian]], [[
|url = http://houseofsampoerna.museum/e_sampoernaco_founder.htm
|title = Sampoerna's Founder Story
Baris 12:
|archive-url = https://web.archive.org/web/20140516232137/http://houseofsampoerna.museum/e_sampoernaco_founder.htm
|dead-url = yes
}}</ref> Dialah yang mendirikan perusahaan rokoknya pada tahun [[1913]]. Generasi keduanya adalah [[Aga Sampoerna]], putra Liem Seeng Tee, sedangkan generasi ketiganya adalah [[Putera Sampoerna]]. Generasi berikutnya dipimpin [[Michael Sampoerna]], putra Putera.
== Sejarah ==
=== Merantau ke Surabaya (1893 - 1912) ===
Sejarah keluarga Sampoerna bermula saat [[Liem Seeng Tee]] lahir di Tiongkok pada tahun 1893. Ia merupakan anak dari Liem Tioe dan Tan Sie Nio.{{sfn|Gessler|2007|p=5}} Keluarga kecil ini tinggal dan menetap di sebuah desa kecil di wilayah [[Anxi]], [[Fujian]], [[Tiongkok]].{{sfn|Gessler|2007|p=2}} Pada musim dingin yang parah pada tahun 1897, Tan Sie Nio tiba-tiba wafat, meninggalkan Liem Seeng Tee yang kala itu masih berumur 5 tahun dan kakak perempuannya yang berusia 6 tahun.{{sfn|Gessler|2007|p=2}}<ref name="HOS" /> Sepeninggal istrinya, Liem Tioe memutuskan untuk meninggalkan Anxi pada 1898.{{sfn|Gessler|2007|p=4}} Ia membawa serta kedua anak serta seluruh harta keluarga di keranjang dan bergerak ke arah [[Xiamen|Amoy]].{{sfn|Gessler|2007|p=4}} Dari sana, ia kemudian berlayar ke [[Penang]].{{sfn|Gessler|2007|p=5}}.
Sesampainya di Penang, ia menemukan bahwa ternyata kota ini kurang aman.{{sfn|Gessler|2007|p=9}} Penang saat itu diselemuti kekacauan akibat pertentangan antara imigran dan pemerintah, serta perselisihan antar sesama komunitas Tionghoa.{{sfn|Gessler|2007|p=9}} Liem
Dengan uang yang ia dapat, ia dan anaknya bisa berlayar 621 mil melewati [[Selat Malaka]] ke Jawa Timur, yang kala itu dikuasai oleh [[Hindia Belanda|Belanda]].<ref name="HOS" /> Namun enam bulan setelah sampai di sana, Liem Tioe meninggal akibat [[kolera]].{{sfn|Gessler|2007|p=10}} Menjelang wafatnya, ia menitipkan anak laki-lakinya, Liem Seeng Tee, ke sebuah keluarga Hokkien di Bojonegoro.{{sfn|Gessler|2007|p=10}} Karena keterbatasan, Liem Seeng Tee tidak bersekolah.{{sfn|Gessler|2007|p=12}} Namun semasa tinggal di keluarga ini, Liem Seeng Tee mempelajari baik [[bahasa Hokkien]] maupun [[bahasa Mandarin]].<ref name="HOS" /> Di sini ia juga membantu usaha [[kecap]] keluarga
Di usia sebelas tahun, Liem Seeng Tee memutuskan untuk tinggal di tempat lain.{{sfn|Gessler|2007|p=12}} Ia bekerja di sebuah restoran kecil dan tinggal di sana dalam kondisi serba keterbatasan.{{sfn|Gessler|2007|p=12}} Ia dibayar dengan gaji sangat murah dan malamnya ia tidur di meja yang ada di sana.{{sfn|Gessler|2007|p=12}} Setelah beberapa lama, ia memutuskan untuk berganti pekerjaan untuk mendapatkan pemasukan yang lebih baik.{{sfn|Gessler|2007|p=12}} Pemilik restoran menyetujui dan bahkan memberikan sedikit uang kepadanya.{{sfn|Gessler|2007|p=12}} Ia menggunakan uang itu untuk membeli sepeda bekas dan mulai berjualan batu bara di Surabaya.{{sfn|Gessler|2007|p=12}}
Baris 27:
=== Memulai bisnis keluarga (1912 - 1933) ===
Sebelum memulai pekerjaannya di kereta,
Setelah beberapa saat bekerja di kereta, Liem Seeng Tee mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan rokok di [[Lamongan]] yang berjarak sekitar 46 km dari kota Surabaya.{{sfn|Gessler|2007|p=18}}. Meskipun jauh, ia memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini karena upahnya yang menarik.{{sfn|Gessler|2007|p=18}}. Setelah enam bulan bekerja dan dengan uang tabungannya ia menyewa kios kecil di Jalan Cantian Pojok, Surabaya.<ref name="HOS" /> Di sini ia menjual berbagai keperluan pokok, termasuk rokok.{{sfn|Gessler|2007|p=23}} Selain itu, untuk menambah pemasukan, ia juga berkeliling berjualan rokok ke pengecer dan grosir dengan menggunakan sepeda.{{sfn|Gessler|2007|p=23}} Pada tahun 1913, ia mendirikan badan usaha dengan nama ''Handel Maatschappij Liem Seeng Tee''.{{sfn|Gessler|2007|p=23}}
Pada tahun 1914, dilakukan pembangunan jembatan baru dan karenanya arus lalu lintas diarahkan melalui jalan di depan toko
Tak lama setelah rumahnya terbakar,
Pada tahun 1921, anak perempuannya,
Pada masa ini ia bereksperimen dengan campuran tembakau dan akhirnya ia berhasil menciptakan Dji Sam Soe, sebuah merek yang menjadi sumber kesuksesan keluarganya hingga empat generasi ke depan. Liem Seeng Tee bertekad menjadikan perusahaannya sebagai "Raja Tembakau" dengan menempatkan huruf Tionghoa "Ong" (王), yang berarti "raja", di depan produk unggulannya, [[Dji Sam Soe]]. Kemudian ia menggabungkan simbol "Ong" dengan huruf Tionghoa yang berarti "rakyat" sehingga menghasilkan kombinasi huruf Tionghoa yang bermakna "Sampoerna".
Liem Seeng Tee sendiri sangat percaya dengan mitos Tiongkok bahwa angka 9 mempunyai makna akan kesempurnaan dan keberuntungan, dengan dijumlahkannya angka 234 menjadi 9, Liem Seeng Tee percaya bahwa kelak perusahaannya akan selalu beruntung. Oleh
=== Taman Sampoerna (1933 - 1942) ===
Meskipun telah menjadi badan usaha pada tahun 1913, butuh waktu hingga 19 tahun sebelum akhirnya Liem Seeng Tee mampu membeli dan membuka pabrik besar untuk usahanya. Pada tahun 1932,
Auditorium di gedung tersebut pun diubah menjadi teater dan bioskop yang dilengkapi proyektor modern, menampilkan film-film Barat yang populer kala itu. Teater ini buka setiap hari, kecuali pada hari tahun baru Tionghoa. Beberapa tokoh populer yang pernah mendatangi teater ini antara lain [[Charlie Chaplin]] (pada 1932) serta [[Soekarno]] (pada 1938).
Baris 51:
=== Perang dan kemerdekaan (1942 - 1949) ===
Ketika mendengar tentara Jepang sudah memasuki wilayah Wonokromo, Liem Seeng Tee membuka pintu koperasi dan ruang persediaan sehingga karyawannya bisa mengambil semua yang ada di sana - ia memilih memberikannya kepada tetangga dan karyawan alih-alih dirampas tentara Jepang. Sekitar enam jam setelah Belanda menyerah di Wonokromo, pasukan Jepang datang ke Taman Sampoerna.
Di penjara Koblen, Surabaya, Liem Seeng Tee dituduh membantu
Meski berpindah-pindah, sebagian besar masa penahanan
Pada tanggal 27 Agustus 1945, sepuluh hari setelah Soekarno menyatakan kemerdekaan Indonesia, Liem Seeng Tee dilepaskan dari penjara dan bertemu keluarganya di Jakarta. Dari sana, mereka bersama-sama berjuang kembali ke Taman Sampoerna. Namun sesampainya di sana, mereka menemukan bahwa baik rumah maupun pabrik mereka sudah hancur dijarah. Rumah mereka di Ngaglik pun di tempati penghuni liar sehingga mereka terpaksa mengungsi mencari tempat tinggal sementara. Mereka tinggal di sana selama beberapa minggu hingga akhirnya bisa kembali ke rumah mereka. Sejak peristiwa ini terjadi, tanggal 27 Agustus, tanggal pelepasan Liem Seeng Tee, dirayakan dengan acara
Pada tahun 1946, para pejuang kemerdekaan saat itu menangkapi mereka yang dicurigai bekerja sama dengan penjajah, sebagian besar merupakan orang Belanda atau orang Tiongkok. Karena alasan ini, Swie Ling mengungsi bersama anaknya Thian Tao (2 tahun kala itu), dan istrinya, Nan, yang sedang mengandung. Awalnya mereka mengungsi ke Hong Kong, tetapi untuk keselamatan, Nan diungsikan ke Belanda sementara Swie Ling kembali ke Surabaya yang saat itu masih dalam keadaan kacau. Nan akhirnya melahirkan anak kedua mereka,
Pada tahun 1949, meski Surabaya masih dilanda kekacauan, Liem Seeng Tee berhasil membangun kembali Taman Sampoerna beserta teaternya. Tidak hanya itu, karena beberapa bagian hancur total, ia merombak
=== Pembangunan kembali (1949 - 1954) ===
Pada tahun 1950-an, fisik Liem Seeng Tee menjadi lemah, yang terutama diakibatkan kondisi yang dialaminya saat berada dalam tahanan tentara Jepang. Namun ia tetap meneruskan kebiasaan menginspeksi pabrik dan bertemu dengan staf serta manajernya. Pada masa ini, terdapat pertentangan antara Liem Seeng Tee dengan anaknya, Swie Ling. Untuk menghindari pertikaian lebih dalam, istri Liem Seeng Tee kemudian mengusulkan pada anaknya untuk pindah dari Surabaya ke Bali. Enam bulan kemudian, Swie
=== Kebangkitan komunis di Indonesia (1954 - 1960) ===
Kebangkitan komunis di Indonesia mengakibatkan timbul perpecahan antara manajemen dan pekerja di berbagai perusahaan, tak terkecuali perusahaan
Pada tahun 1955, istri Liem Seeng Tee, Tjiang
=== Generasi kedua ===
Dalam tradisi keluarga Tionghoa, ketika seorang kepala keluarga meninggal, yang mewariskan bisnis keluarga adalah anak tertua di keluarga tersebut. Namun saat itu, anak tertua Liem, Swie
Setelah kematian Liem Seeng Tee, bisnis rokok Sampoerna jatuh memburuk. Hal ini diperparah dengan adanya konflik manajemen dan buruh, serta persaingan bisnis yang semakin ketat terutama dari perusahaan-perusahaan asing yang menjual rokok [[sigaret kretek mesin]]. Pada tahun 1959, pabrik-pabrik rokok Sampoerna dapat dikatakan hampir tidak beroperasi. Sebagian besar mesin pengaduk dan pembuat sigaret sudah dijual dan perusahaan dalam kondisi terpecah-pecah, terancam kebangkrutan.
Swie Hwa, anak pertama Liem, merasa perlu melakukan sesuatu. Namun masalahnya ia sudah memiliki bisnis perdagangan tembakau sendiri. Ia pun mengirimkan surat kepada adiknya, Swie Ling, di Bali dan menceritakan kondisi Taman Sampoerna kini,
== Perusahaan keluarga Sampoerna ==
* [[Sampoerna Strategic Group]] (saat ini)
* [[Gulf Air|Gulf Air Indonesia]] (saat ini)
* [[AT&T|AT&T Indonesia]] (saat ini)
* [[HM Sampoerna]] (1913-2005)
Baris 85 ⟶ 87:
==== Generasi pertama ====
* [[Liem Seeng Tee]] (1893-1956)
==== Generasi kedua ====
* [[
* [[Aga Sampoerna]] (1915-1994)
* [[
==== Generasi ketiga ====
* [[Boedi Sampoerna]] (29 Desember 1934-8 Agustus 2011)
* [[Putera Sampoerna]]
==== Generasi keempat ====
* [[Michael Sampoerna]]
* [[Michelle Sampoerna]]
=== Kerabat ===
* [[Tan Swan Nio]], ibu mertua Liem Seeng Tee (pendiri [[Jamu Iboe]])
* [[Siem Tjiong Nio]], saudara ipar Liem Seeng Tee (pendiri [[Jamu Iboe]])
* [[Wisman Ali]], menantu Liem Seeng Tee dan suami [[Sinta Dewi Sampoerna]] (pendiri [[Wismilak Group]])
== Referensi atau pranala luar ==
Baris 115 ⟶ 127:
[[Kategori:Perusahaan konglomerat Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Keluarga Indonesia]]
[[Kategori:Sampoerna| ]]
[[Kategori:Keluarga Sampoerna| ]]
|