Abuya Muda Waly: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Patria lupa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(44 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix =raḥimahu -llāhu
|name = Teungku Syaikh Haji Muhammad WalyWali asy-Syafi'i al-Asy'ari Alal-KhalidyKhalidi
|image =Abuya_Muda_Waly.jpg
|caption =
|title = Abuya
|birth_name = Muhammad WalyWali
|birth_date = 1917
|birth_place = [[Blang Poroh, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan]]
|death_date = 2028 Maret 1961
|death_place = [[Labuhan Haji, Aceh Selatan]]
|death_cause =
|resting_place = [[Dayah Darussalam Labuhan Haji]]
|other_names = Angku Aceh
|nationality = [[Indonesia]]
|ethnicity = Aceh-Minangkabau
|era =
|region = [[Sumatra]]
|occupation =
|denomination = [[Sunni]]
|jurisprudence = [[Syafi'i]]
|creed = [[Asy'ari]]
|movement = [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
|main_interests =
|notable_ideas =
Baris 33:
|website =
|signature =
|notability=Abuya Syekh Muda Waly al-Khalidy al-Asyi wal Minangkabawi|nasab=Syekh Muhammad Waly bin Syekh Muhammad Salim bin Tuanku Ahmad Sutan Malin Palito|alias=Syaikh Muda Waly|other names=Syeikh Muda Waly|othername=Angku Mudo Waly|spouse=Ummi Rasimah Tanjuang Padang<br>Ummi [[Rabi'ah Jamil]] (cerai) Padang<br>Ummi Supayang (cerai) Padang<br>Ummi Raudhatin Nur Pawoh<br>Ummi Rasimah Piak Putiah Manggeng<br>Ummi Aisyah Teunom}}
}}
 
'''Abuya Muda Waly''' memiliki nama lengkap '''Teungku Syekh H. TeungkuHaji Muhammad Waly Al-Khalidy''' adalah seorang [[ulama]] dari [[Kabupaten Aceh Selatan|Aceh Selatan]]. Salah seorang istrinya, [[Rabi'ah Jamil|Ummi Hajjah Rabi'ah Jamil Jaho]] pernah menuliskan namanya dengan '''Syekh Haji Muhammad WalyWali''', '''Asyafi'i Mazhaban, wal Asy'ari Aqidatan, wan Naqsyabandi Thariqatan'''.<ref name=":1">{{Cite book|title=Ayah Kami, Syeikhul Islam Abuya Muhammad Waly Al-Khalidy, Bapak Pendidikan Aceh|last=Waly|first=Prof. Dr. H. Muhibuddin|publisher=Al-Waaliyah Publishing|year=1996|isbn=|location=Banda Aceh|pages=}}</ref> Dia lahir pada tahun 1917 di [[Blang Poroh, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan|Blang Poroh]], [[Labuhan Haji, Aceh Selatan|Labuhan Haji]], [[Kabupaten Aceh Selatan|Aceh Selatan]]. Ayahnya bernama Syekh Haji Muhammad Salim bin SidiTuanku MalimAhmad Sutan Malin Palito, seorang dai asal [[Batusangkar (kota)|Batusangkar]], [[SumatraSumatera Barat]] dan ibunya bernama Siti Janadat. Namanya ketika kecil adalah '''Muhammad WalyWali''', sedangkan gelar "Muda Waly" didapatkannya ketika dalam masa belajar di SumatraSumatera Barat.
 
== Pendidikan ==
Pendidikan keagamaan pertama sekali didapatkan dari ayahnya, selain itu dia juga belajar di ''Volks-School'' (sekarang setingkat dengan sekolah dasar). Setelah lulus dia melanjutkan ke dayah ''Jami'ah Al-Khairiyyah'' yang dipimpin oleh Tengku Muhammad Ali atau Tengku Lampisang Aceh Besar, sambil dia menyambung ke sekolah umum ''Vervolg-School'' (sekolah sambungan).
 
Setelah dirasakan cukup, dia diantarkan oleh orang tuanya ke dayah[[Dayah Bustanul Huda Blangpidie|Dayah Bustanul Huda]] di Ibu kota Kecamatan [[Blangpidie, Aceh Barat Daya|Blangpidie]] dibawah pimpinan Syekh Teuku Mahmud atau [[Abu Syekh Mud]]. Pada masa ini dia berkenalan dengan kitab-kitab klasik seperti ''I'anah Al-Thalibin'', ''Tahrir'' dan ''Mahally'' dalam ilmu fikih serta ''Alfiyah'' dan ''Ibnu ‘Aqil'' dalam bahasa Arab.
 
Dayah Krueng Kalee yang dipimpin oleh [[Teungku Hasan Krueng Kale|Teungku Haji Hasan Krueng Kale]] adalah tujuan belajar dia selanjutnya. [[Dayah]] ini berlokasi di Banda Aceh. Tetapi waktu belajar dia di sini hanya satu hari saja karena mempertimbangkan pengajian yang diberikan oleh [[Teungku Hasan Krueng Kale]] pada masa itu telah dia kuasai ilmunya. Walaupun demikian, dia tetap menganggap Teungku Haji Hasan Krueng Kale sebagai gurunya.
Baris 46:
Pada masa itu selain dari Dayah Krueng Kalee juga ada satu dayah lainnya yang dipimpin oleh Syekh Hasballah Indrapuri di [[Indrapuri, Aceh Besar|Indrapuri]], [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]]. Ilmu yang menonjol dari dayah ini adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran seperti qiraat dan tajwid. Karena suatu kejadian maka dia langsung diangkat menjadi pengajar di [[dayah]] tersebut hingga setahun lamanya.
 
Suatu ketika datang tawaran dari Teungku Hasan Geulumpang Payong, seorang pemuka masyarakat yang menghendaki adanya pembaharuan di kalangan para ulama Aceh, pengembangan ilmu keagamaan di Aceh dan umat Islam Aceh, untuk meningkatkan jenjang pendidikannya bahkan bila perlu hingga ke [[Universitas Al-Azhar|Al-Azhar]], [[Kairo]]. Sebagai langkah persiapan, Teungku Hasan Geulumpang Payong mengirimkan Abuya Muda Waly ke ''Normal Islam School'' di SumatraSumatera Barat di bawah pimpinan Prof. [[Mahmoed Joenoes|Mahmud Yunus]]. Dia belajar di sini selama tiga bulan hingga akhirnya mengundurkan diri dengan hormat. Alasan dia keluar dari ''Normal Islam School'', diantaranya karena perbandingan ilmu yang diajarkan tidak seimbang antara ilmu agama yang terlalu sedikit, sebaliknya pelajaran umum lebih banyak. Selain itu dia juga diperintahkan untuk menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah, diantaranya harus memakai dasi, celana panjang, dan berolah raga.
 
Atas saran dari Ismail Yaqub, orang Aceh yang telah lama tinggal di [[SumatraSumatera Barat]] maka dia untuk tidak langsung pulang ke [[Aceh]] tetapi “jalan-jalan” dulu keliling SumatraSumatera Barat. Pada suatu sore dia mampir di sebuah surau di Kampung Jao untuk sembahyang maghrib. Seperti biasanya, setelah sembahyang magrib berjamaah diadakan pengajian yang dipimpin oleh seorang ustaz. Tetapi ada beberapa bagian yang disyarahkan oleh ustaz tersebut kurang tepat sehingga dibetulkan oleh dia dan ustaz tersebut mengakui kesilapannya. Atas permintaan jamaah dan ustaz tersebut akhirnya dia setuju untuk datang ke surau itu setiap sore mengimami shalat dan mengajarkan ilmu agama. Setelah itu ia banyak berinteraksi dengan ulama-ulama [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (PERTI).
 
== Kehidupan keluarga ==
Dari hari ke hari, namanya semakin terkenal hingga pada suatu ketika salah seorang ulama besar, [[Khatib Muhammad Ali bin Abdul Muthalib|Syekh Haji Khatib Ali]], tertarik dan menjodohkannya dengan salah seorang keluarganya, Rasimah. Dari pernikahan ini lahir dua11 orang anak: [[Muhibuddin Waly]], Halimah Waly, [[Jamaluddin Waly]], Muhammad Waly (meninggal waktu kecil), Nahyatuddin Waly (meninggal waktu kecil), Marhaban Waly, Nurhayati Waly (meninggal waktu kecil), Ahmad Khatib Waly (meninggal waktu kecil), Muhammad Rum Waly (meninggal waktu kecil), Burhan Waly (meninggal waktu remaja akibat terbakar mobil penumpang pulang ke Padang bersama neneknya yaitu ibu dari ummi rasimah) dan Halimah.Ruslan Waly
 
Pernikahan ini membuat dia semakin meluaskan pergaulannya hingga dia berkenalan dengan [[Sulaiman Ar-Rasuli|Syekh Sulaiman Ar-Rasuli]], Syekh Muhammad Jamil Jaho, dan lain-lainnya. Pada awalnya Syekh [[Muhammad Jamil Jaho]] adalah guru dari Abuya Muda Waly namun karena tertarik dengan kualitas keilmuan Abuya Muda Waly maka dia menikahkan Abuya Muda Waly dengan salah seorang putrinya, yaitu [[Rabi’ah Jamil]] sehingga lahirlah Ahmad Waly dan [[Mawardi Waly]].
 
Bersama istrinya yang kedua Abuya Muda Waly berangkat ke [[Mekkah]] untuk menunaikan ibadah haji selama tiga bulan. Selama di tanah suci dia berkesempatan untuk menimba ilmu dari ulama-ulama yang mengajar di [[Masjidil Haram]] dan berinteraksi dengan ulama-ulama Mesir yang sedang menunaikan ibadah haji. Salah seorang gurunya di Mekkah adalah Syekh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki al-Makki (guru Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki al-Makki dan [[Syekh Yasin Al-Fadani|Syekh Yasin al-Fadani]]).
 
Istri ketiga dia bernama RaudhatunRaudhatin Nur, salah satu keponakan dari Teuku Usman Paoh yang berasal dari Labuhan Haji, Aceh Selatan. Dari istri yang ketiga ini lahirlah Zubaidah Waly dan [[Amran Waly]] yang pada kemudian hari menjadi pemimpinpendiri dayahDayah Darul Ihsan di Desa Paoh, Labuhan Haji, Aceh Selatan.
 
Istri keempat dia bernama Pik Puteh yang kemudian diganti namanya menjadi Rasimah dari [[Manggeng, Aceh Barat Daya]] yang melahirkan putraHarun bernamaWaly, Muhammad Nasir Waly dan Abidah Waly. Perkawinan yang keempat ini atas permintaan dari keluarga ibu kandung Abuya Muda Waly agar ada pertalian dengan ahli famili.
 
Setelah Abuya Muda Waly bercerai dengan istri keduanya (Rabi'ah Jamil), kemudian dia menikah dengan Ummi Aisyah dari [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], [[Kabupaten Aceh Jaya|Aceh Jaya]].<ref name=":1" />
 
{{Chart top|width=100%|collapsed=yes|Silsilah Keluarga Waly di Labuhan Haji}}
{{Tree chart/start|align=center}}
{{Tree chart|l17 | | | | | |l01 | | | | | | | | | | | | | |l02 | | |l17=<small>Syekh</small><br>'''[[Muhammad Arsyad al-Banjari|Muhammad<br>Arsyad]]'''<br><small>Mufti [[Kesultanan Banjar|Banjar]]:<br>1770-1812</small>|l01=<small>Syekh</small><br>'''[[Khatib Ali|Khatib Muhammad<br>Ali]]'''<br><small>[[Masjid Istighfar|Parak Gadang]]:<br>1905-1936</small>|l02=<small>Syekh</small><br>'''[[Muhammad Jamil Jaho|Muhammad<br>Jamil]]'''<br><small>[[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho|Jaho]]:<br>1918-1945</small>}}
{{Tree chart| |Q| | | | | | | |Q|F|y|~|~|~|~|7| |F|~|~|~|~|y|7|!| | | }}
{{Tree chart| |Q| | | | | | |l03 |!|l04 |y|l05 |y|l06 |!|l07 | | |l03=♀ Rasimah|l04=♀ Raudhatun Nur|l05=<small>Syekh</small><br>'''Muhammad<br>Wali'''<br><sup>(1)</sup><br><small>[[Dayah Darussalam Labuhan Haji|Labuhan Haji]]:<br>1940-1961</small>|l06=♀ Pik Putih|l07=<small>♀ Umi Hajah</small><br>'''[[Rabi'ah Jamil|Rabiah<br>Jamil]]'''<br><small>Jaho:<br>1958-1971</small>|boxstyle_l05=background-color:#EAF1DD}}
{{Tree chart| |Q| |,|-|-|-|v|-|-|-|(| | | |!| | | |!| | | |)|-|-|-|.| }}
{{Tree chart| |Q|l08 | |l09 | |l10 | |l11 | |l12 | |l13 | |l14 |l08=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Muhibuddin Waly|Muhibuddin<br>Wali]]'''<br><sup>(2)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1961-1965<br>1995-1999<br>2008-2012</small>|l09=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Jamaluddin Waly|Jamaluddin<br>Wali]]'''<br><sup>(4)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1967-1974<br>2012-2016</small>|l10=<small>Teungku Haji</small><br>'''Ruslan<br>Wali'''<br><sup>(8)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1999-2008</small>|l11=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Amran Waly|Amran<br>Wali]]'''<br><sup>(5)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1974-1982<br>Pawoh:<br>1982-kini</small>|l12=<small>Teungku Haji</small><br>'''Muhammad Nasir<br>Wali'''<br><sup>(6)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1982-1988</small>|l13=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Mawardi Waly|Mawardi<br>Wali]]'''<br><sup>(7)</sup><br><small>Jaho:<br>1979-1982<br>2002-2012<br>Labuhan Haji:<br>1988-1995<br>2016-kini</small>|l14=<small>Buya Haji</small><br>'''Ahmad<br>Wali'''<br><small>Jaho:<br>1982-2002</small>|boxstyle_l08=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l09=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l10=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l11=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l12=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l13=background-color:#EAF1DD}}
{{Tree chart| |Q| | | | | |!| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | }}
{{Tree chart|l15 |~|~|~|l16 | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |l15=<small>Kiai Haji</small><br>'''[[Muhammad Arifin Ilham|Muhammad Arifin<br>Ilham]]'''<br><small>Pendiri<br>Majelis az-Zikra</small>|l16=♀ Wahyuniati Syahla<br>Wali}}
{{Tree chart/end}}
{{Chart bottom}}
 
== Hubungan dengan Tariqat Naqsyabandiyah Al-Khalidiah ==
Sepulang dari menunaikan ibadah haji bersama Rabiah Jamil. Abuya Muda Waly berangkat menuju [[Batu Bersurat, XIII Koto Kampar, Kampar|Batu Bersurat, XIII Koto Kampar, Kampar,]] [[Riau]] untuk menemui [[Abdul Gani Kampar|Syekh Haji Abdul Ghani al-Kamfari]]. Walaupun secara keilmuan Abuya Muda Waly telah diakui oleh masyarakat dan para ulama besar [[Minangkabau]] tetapi itu belum dapat menenangkan hati dia, sehingga akhirnya dia mengambil langkah untuk memasuki jalan [[Sufisme|tasawwuf]] melalui Tariqat [[Tarekat Naqsyabandiyah|Naqsyabandiyah]]<ref>{{Cite news|url=http://www.kmamesir.org/2017/08/profil-singkat-syekh-muda-waly-al.html|title=Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir: Profil Singkat Syekh Muda Waly Al-Khalidy, Ulama Pembaharu Pesantren di Aceh (1)|newspaper=Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir|access-date=2018-09-10}}</ref> pada [[Syekh Abdul Gani|Syekh Haji Abdul Ghani Al-Kamfari]] di Batu Basurek, [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Sumatra Barat]]<ref name=":0">{{Cite news|url=http://portalsatu.com/read/oase/-19091|title=Tarekat Naqsyabandiah (IV): Abuya Muda Waly Sosok Pelopor Naqsybandiah Aceh - PORTALSATU.com|language=id|access-date=2018-09-11|archive-date=2018-09-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20180911225502/http://portalsatu.com/read/oase/-19091|dead-url=yes}}</ref> hingga diangkat menjadi [[Mursyid]] Tariqat ini. Setelah mendapatkan ijazah tariqat, dia kembali ke [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatra Barat]] dan mendirikan sebuah pesantren bernama Bustanul Muhaqqiqin di [[Lubuk Begalung, Padang|Lubuk Bagalung]], [[Kota Padang|Padang]].
 
PadaSetelah tahunmendapatkan 1939ijazah tariqat, dia mengakhirikembali perjalanannyake [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatera Barat]] dan mendirikan sebuah pesantren bernama Bustanul Muhaqqiqin di [[Lubuk Begalung, Padang|Lubuk Bagalung]], [[Kota Padang|Padang]]. Pada tahun 1939, dia memutuskan kembali ke [[Aceh Selatan]]. Setelah kepulangan ke kampung halaman, dia mulai merintis sebuah [[dayah]] yang diberi nama [[Dayah Darussalam Labuhan Haji|Dayah Darussalam]]. Dayah ini menjadi tempat dia menjalin hubungan dengan masyarakat terutama untuk mengajar di bidang pendidikan keagamaan. Di dayah ini pula pada setiap [[Ramadan]] mulai sepuluh hari sebelum sebelum Ramadan hingga hari raya [[Idulfitri|Idul Fitri]] selalu diadakan [[Suluk|khalwat]] untuk murid-murid yang telah bergabung ke dalam Tariqat Naqsyabandiyah.
 
Pada 15 Mei 1942, Abuya Muda Waly membentuk ormas [[Perti|PERTI]] di Labuhan Haji. PERTI Labuhan Haji menjadi cabang PERTI pertama di Provinsi Aceh yang kedudukannya saat itu langsung dibawah kantor pusat di [[Kota Bukittinggi|Bukitinggi]] karena belum terbentuk pengurus daerah di tingkat provinsi Aceh. Setelah, ormas PERTI bertransformasi menjadi [[partai politik]] pada 22 November 1945, guru Abuya Muda Waly yaitu [[Teungku Hasan Krueng Kale|Syekh Muhammad Hasan Krueng Kale]] menyambut baik pengembangan PERTI di Aceh dan kemudian diangkat menjadi Ketua PERTI Daerah Aceh pada tahun 1952. Pada Maret 1954, Abuya Muda Waly dan Syekh Hasan Krueng Kalee mewakili PERTI Aceh ikut dalam Konferensi Alim Ulama di [[Cipanas|Cipanas Bogor]] yang menghasilkan penetapan gelar ''Waliyul Amri Adh-Dharuri Bisy-Syaukah'' kepada [[Presiden Soekarno]].<ref>{{Cite web|date=2021-05-05|title=Milad Perti ke 93, OPI Aceh: Negara Berhutang Besar ke Perti|url=https://atjehwatch.com/2021/05/06/milad-perti-ke-93-opi-aceh-negara-berhutang-besar-ke-perti/|website=Atjeh Watch|language=id-ID|access-date=2023-09-16}}</ref>
Pada tahun 1939, dia mengakhiri perjalanannya dan kembali ke [[Aceh Selatan]]. Setelah kepulangan ke kampung halaman, dia mulai merintis sebuah [[dayah]] yang diberi nama Dayah Darussalam. Dayah ini menjadi tempat dia menjalin hubungan dengan masyarakat terutama untuk mengajar di bidang pendidikan keagamaan. Di dayah ini pula pada setiap [[Ramadan]] mulai sepuluh hari sebelum sebelum Ramadan hingga hari raya [[Idulfitri|Idul Fitri]] selalu diadakan [[Suluk|khalwat]] untuk murid-murid yang telah bergabung ke dalam Tariqat Naqsyabandiyah.
 
== Reformasi pendidikan dayah ==
[[Dayah Darussalam Labuhan Haji|Dayah Darussalam]] adalah salah satu laboratorium Abuya Muda Waly untuk memformulasikan ulang sistem pendidikan pesantren di Aceh pada masa itu. Di dayah inilah pertama sekali diperkenalkan dua sistem yaitu sistem dayah tradisional dimana siswa yang mengikuti jalur ini diharuskan untuk belajar suatu kitab tertentu hingga tamat. Sistem kedua yang diterapkan di dayah ini adalah sistem madrasah, dimana para siswanya belajar dengan mengikuti pola tertentu dan menggunakan gedung yang telah ditentukan. Sistem ini juga tidak mengharuskan siswa untuk menamatkan suatu kitab tetapi harus aktif dalam diskusi-diskusi yang diselenggarakan di dalam kelas.<ref name=":0" />
 
== Perjuangan ==
Baris 77 ⟶ 91:
 
== Wafat ==
Abuya Muda Waly wafat dalam usia 44 tahun pada 2028 Maret 1961 atau bertepatan dengan 11 Syawal 1381H1380 H pukul 15:00. Jenazahnya disalatkan dan dimakamkan di Dayah Darussalam.<ref name=":1" />
 
== Usulan Gelar Pahlawan Nasional ==
[[Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah|Pengurus Besar Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah]], [[Organisasi Pelajar Islam|Pimpinan Daerah Organisasi Pelajar Islam]] [[Aceh|Provinsi Aceh]] dan beberapa ormas Islam lainnya mengusulkan Abuya Muda Waly diangkat menjadi [[Pahlawan nasional|Pahlawan Nasional]]. <ref>{{Cite web|last=Rozal Nawafil|first=Wakil Ketua PD OPI Aceh - www.acehportal.com|date=|title=PD OPI Aceh usul Abuya Muda Waly dan Tgk. Hasan Krueng Kalee jadi Pahlawan Nasional|url=https://www.acehportal.com/2020/07/17/pd-opi-aceh-usul-abuya-muda-waly-dan-tgk-hasan-krueng-kalee-jadi-pahlawan-nasional/|website=Aceh Portal – Bijak Mengabarkan|language=id-ID|access-date=2020-11-27}}</ref> Usulan ini didasarkan pada peran dan pengaruh Abuya Muda Waly terhadap eksistensi kemerdekan Republik Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Nawafil|first=Rozal|date=2020-07-17|title=PD OPI Aceh Usul Abuya Muda Waly dan Teungku Hasan Krueng Kalee Jadi Pahlawan Nasional|url=https://atjehwatch.com/2020/07/17/pd-opi-aceh-usul-abuya-muda-waly-dan-teungku-hasan-krueng-kalee-jadi-pahlawan-nasional/|website=Atjeh Watch|language=id-ID|access-date=2020-11-27}}</ref> Usulan ini terus diperjuangkan oleh pimpinan Dayah-Dayahpimpinan dayah dan jama'ah [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (PERTI) Aceh.<ref>{{Cite web|last=Nasional.news|date=2023-08-27|title=PB KMTI Dukung Dua Ulama Besar Aceh Jadi Pahlawan Nasional|url=https://www.nasional.news/pb-kmti-dukung-dua-ulama-besar-aceh-jadi-pahlawan-nasional/|website=Situs Portal Berita Nasional Harian Indonesia {{!}} Nasional.news|language=id|access-date=2023-09-01}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 86 ⟶ 100:
 
[[Kategori:Sufi Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Aceh Selatan]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
Baris 98 ⟶ 111:
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh MinangkabauWaly]]