Muhammad bin Jarir ath-Thabari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Melengkapi nama. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(19 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 34:
}}
{{Islam Sunni}}
'''
Ath-Thabari adalah cendekiawan yang suka berkelana. Banyak kota-kota yang beliau singgahi salah satunya yaitu [[Bagdad|Baghdad]]. Di [[
Di antara karyanya yang terkenal adalah ''Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk'' ([[Sejarah Para Nabi dan Raja]]), atau lebih dikenal sebagai ''Tarikh ath-Thabari''.<ref name="tarikh">{{cite web|title=Kitab Tarikh ath-Thabari|url=https://al-maktaba.org/book/9783|language=ar|first=Abu Ja'far|last=ath-Thabari|website=al-maktaba.org|access-date=2022-03-05|archive-date=2021-02-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20210203192418/https://al-maktaba.org/book/9783|dead-url=no}}</ref>
Karya lainnya yang juga terkenal berupa [[Tafsir]] [[Quran]] bernama ''[[Tafsir al-Tabari|Tafsir ath-Thabari]]'', yang sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir muslim lainnya, seperti [[Al-Baghawi]], [[as-Suyuthi]] dan juga [[Ibnu Katsir]].
== Biografi ==
Ath-Thabari wafat di Baghdad pada 17 Februari 923{{sfn|Rosenthal|1989|p=78}} atau menurut penanggalan [[Kalender Hijriyah|Hijriyah]], ia wafat pada tahun 310 H.<ref name="tarikh" />▼
Ath-Thabari lahir di Amol, Thabaristan (sekitar 20 km selatan [[Laut Kaspia]]) pada musim dingin tahun 838–39.{{sfn|Rosenthal|1989|pp=10–11}} Ia digambarkan sebagai keturunan Persia atau Arab.<ref>{{cite book|last1=Magdalino|first1=Paul|url=https://books.google.com/books?id=gSEQ7WjngmkC&q=Persian+polymath&pg=PA279|title=The Old Testament in Byzantium|last2=Nelson|first2=Robert S.|date=2010|publisher=Harvard University Press|isbn=978-0-88402-348-7|page=279|language=en|quote=the Persian-born, Baghdādī polymath Abū Jaʿfar b. Jarīr al-Ṭabarī (d. 923/310) was putting the finishing ...}}</ref><ref>{{cite web|last1=Daniel|first1=Elton L.|date=2000–2013|title=ṬABARI, ABU JAʿFAR MOḤAMMAD B. JARIR|url=http://www.iranicaonline.org/articles/al-Tabari-abu-jafar|publisher=ENCYCLOPÆDIA IRANICA|access-date=4 December 2016|quote=...one of the most eminent Iranian scholars of the early Abbasid era... There is thus no way of knowing for certain whether Ṭabari’s family was native to the Āol region or perhaps arrived with the wave of Muslim colonists after the Abbasid revolution, either as converts or Arab settlers.}}</ref><ref>[[Gaston Wiet]], etc, "The Great Medieval Civilizations: cultural and scientific development. Volume 3. The great medieval civilizations. Part 1", Published by Allen and Unwin, 1975. pg 722:In the meantime another author, al-Tabari, Persian by origin, had been unobtrusively at work on two monumental pieces of writing, a commentary on the Koran ..</ref><ref>{{cite web|last1=Bosworth|first1=C.E.|title=al-Ṭabarī|date=24 April 2012|url=https://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-2/al-al-Tabari-COM_1133|publisher= Encyclopaedia of Islam, Second Edition|quote=...whether the family was of indigenous stock or descended from Arab colonists in al-Tabaristan is unknown...}}</ref><ref>{{Citation |last=Cheung |first=Johnny |title=On the (Middle) Iranian borrowings in Qur'ānic (and pre-Islamic) Arabic |date=2016-06-06 |url=https://shs.hal.science/halshs-01445860 |language=en |access-date=2023-02-09}} "Even so, the evidence of the early philologists was so strong, that for the proponents of a “foreign free” Qur’ānic reading, the similarities between some of the Arabic forms and their foreign counterparts were just coincidental, or at least, Arabic happened to use those forms first in the Qur’ān, which is the position of the celebrated Persian historian and theologian al-Ṭabarī (839 - 923 CE) in his famous Tafsīr of the Qur’ān."</ref> Dia menghafal [[al-Qur'an]] pada usia tujuh tahun, menjadi imam shalat yang berkualitas pada usia delapan tahun, dan mulai mempelajari [[hadis]] kenabian pada usia sembilan tahun. Dia meninggalkan rumah untuk belajar pada tahun 236 H (850/1 M),{{sfn|Rosenthal|1989|pp=15–16}} ketika dia berusia dua belas tahun. Dia mempertahankan hubungan dekat dengan kampung halamannya. Dia kembali setidaknya dua kali, kedua kalinya pada tahun 290 H (903 M), ketika sikapnya yang blak-blakan menyebabkan kegelisahan dan menyebabkan kepergiannya dengan cepat.{{sfn|Rosenthal|1989|p=11}}
Dia pertama kali pergi ke [[Ray]] (Rhages), di mana dia tinggal selama lima tahun.{{sfn|Rosenthal|1989|p=11}} Seorang guru utama di Rayy adalah Abu Abdillah [[Muhammad bin Humayd al-Razi]], yang sebelumnya mengajar di Bagdad, tetapi sekarang berusia tujuh puluhan Selama di Ray,{{sfn|Rosenthal|1989|p=16}} ia juga mempelajari ilmu hukum Islam menurut [[mazhab Hanafi]].<ref name=devin325>[[Devin J. Stewart]], "Muhammad b. Jarir al-al-Tabari's ''al-Bayan 'an Usul al-Ahkam'' and the Genre of Usul al-Fiqh in Ninth Century Baghdad," p. 325. Taken from ''Abbasid Studies: Occasional Papers of the School of Abbasid Studies, Cambridge, 6–10 January 2002''. Edited by James Montgomery. [[Leuven]]: Peeters Publishers and the Department of Oriental Studies, 2004.</ref> Di antara materi lainnya, Ibnu Humaid mengajari Jarir ath-Thabari karya-karya sejarah [[Ibnu Ishaq]], khususnya [[Sejarah Islam|al-Sirah]], kehidupannya tentang [[Muhammad]].{{sfn|Rosenthal|1989|p=18}} ath-Thabari dengan demikian diperkenalkan di masa muda ke sejarah pra-Islam dan awal Islam. Ath-Thabari sering mengutip Ibnu Humaid, tetapi sedikit yang diketahui tentang guru ath-Thabari lainnya di Ray.{{sfn|Rosenthal|1989|p=17}}
ath-Thabari kemudian pergi untuk belajar di Bagdad di bawah [[Ahmad bin Hambal]], yang, bagaimanapun, baru saja meninggal (pada akhir 855 atau awal 856).{{sfn|Rosenthal|1989|p=19}} ath-Thabari kemungkinan berziarah sebelum kedatangannya yang pertama di Bagdad.{{sfn|Rosenthal|1989|p=19}} Dia meninggalkan Bagdad mungkin pada tahun 242 H (856/7 M){{sfn|Rosenthal|1989|p=20}} untuk melakukan perjalanan melalui kota-kota selatan [[Basra]], [[Kufah]] dan [[Wasit]].{{sfn|Rosenthal|1989|p=19}} Di sana, ia bertemu dengan sejumlah sarjana terkemuka dan terhormat.{{sfn|Rosenthal|1989|p=19}} Selain mempelajari hukum Hanafi sebelumnya, ath-Thabari juga mempelajari ritus [[Syafi'i]], [[Maliki]] dan [[Zahiri]].<ref name="Law p. 185">[[Christopher Melchert]], The Formation of the Sunni Schools of Law: 9th–10th Centuries C.E., p. 185. Leiden: Brill Publishers, 1997.</ref> Studi ath-Thabari tentang sekolah yang terakhir adalah dengan pendirinya, [[Dawud al-Zahiri]],<ref name="Law p. 185"/> dan ath-Thabari menyalin dan menyebarkan banyak karya gurunya.<ref>[[Yaqut al-Hamawi]], ''Irshad'', vol. 18, p. 78.</ref> Ath-Thabari kemudian berpengalaman dalam empat dari lima sekolah hukum Sunni yang tersisa, sebelum mendirikan sekolahnya sendiri yang independen, namun akhirnya punah. Perdebatannya dengan mantan guru dan teman sekelasnya diketahui, dan berfungsi sebagai demonstrasi kemerdekaan tersebut.<ref>Stewart, ''ath-Thabari'', p. 326.</ref> Khususnya hilang dari daftar ini adalah Hanbalisekolah, sekolah hukum terbesar keempat dalam Islam Sunni di era sekarang. Pandangan ath-Thabari tentang Ibnu Hanbal, pendiri sekolah, menjadi sangat negatif di kemudian hari. Ath-Thabari sama sekali tidak menganggap perbedaan pendapat Ahmad bin Hambal ketika mempertimbangkan berbagai pandangan ahli hukum, yang menyatakan bahwa Ahmad bin Hambal sama sekali bukan seorang ahli hukum tetapi hanya seorang pencatat [[Hadis]].<ref>al-Hamawi, vol. 18, pp. 57–58.</ref>
Sekembalinya ke [[Baghdad]], ia mengambil posisi mengajar dari wazir, [[Ubaidullah bin Yahya bin Khaqan]].{{sfn|Rosenthal|1989|p=21}} Ini terjadi sebelum 244 H (858), karena wazir tidak menjabat dan diasingkan dari tahun 244 sampai 248 (858–9 sampai 862).{{sfn|Rosenthal|1989|p=21}} Ada sebuah anekdot yang mengatakan bahwa ath-Thabari telah setuju untuk menjadi tutor untuk sepuluh dinar sebulan, tetapi pengajarannya sangat efektif dan tulisan anak laki-laki itu sangat mengesankan sehingga guru tersebut ditawari nampan berisi dinar dan dirham. Ath-Thabari yang selalu etis menolak tawaran tersebut, dengan mengatakan bahwa dia telah melakukan pekerjaannya dengan jumlah yang ditentukan, dan tidak dapat menerima lebih banyak dengan hormat.{{sfn|Rosenthal|1989|p=22}} Itu adalah salah satu dari sejumlah riwayat tentang dia yang menolak hadiah atau memberikan hadiah dengan jumlah yang sama atau lebih besar sebagai balasannya.{{sfn|Rosenthal|1989|p=22}}
Di usia akhir dua puluhan, dia melakukan perjalanan ke [[Suriah]], [[Palestina]], [[India]], dan [[Mesir]].{{sfn|Rosenthal|1989|p=23}} Di [[Beirut]], dia membuat hubungan yang sangat signifikan dengan al-Abbas bin al-Walid bin Mazyad al-'Udzri al-Bayruti (c. 169–270/785–86 hingga 883–84). Al-Abbas menginstruksikan ath-Thabari dalam varian bacaan al-Qur'an sekolah Suriah dan menyampaikan melalui ayahnya al-Walid pandangan hukum [[al-Awza'i]], ahli hukum terkemuka Beirut dari abad sebelumnya.
Ath-Thabari tiba di Mesir pada tahun 253 H (867 M),{{sfn|Rosenthal|1989|p=27}} dan beberapa waktu setelah 256/870, dia kembali ke Baghdad,{{sfn|Rosenthal|1989|p=31}} mungkin berziarah dalam perjalanan. Jika demikian, dia tidak tinggal lama di [[Hijaz]]. Ath-Thabari memiliki penghasilan pribadi dari ayahnya saat dia masih hidup, dan kemudian warisan.{{sfn|Rosenthal|1989|p=14}} Dia mengambil uang untuk mengajar. Di antara murid ath-Thabari adalah [[Ibnul Mughallis]], yang juga murid dari guru ath-Thabari sendiri Muhammad bin Dawud al-Zahiri; Ibnul Mughallis memuji ath-Thabari dengan pujian yang hampir berlebihan.{{sfn|Rosenthal|1989|p=52}}<ref>Boaz Shoshan, ''Poetics of Islamic Historiography: Deconstructing Ṭabarī's History'', introductio, p. xxvi. Leiden: Brill Publishers, 2004. {{ISBN|9004137939}}</ref> Ia tidak pernah mengambil posisi pemerintahan atau yudisial.{{sfn|Rosenthal|1989|p=36}}
Ath-Thabari berusia sekitar lima puluh tahun ketika al-Mu'tadid menjadi khalifah. Dia berusia lebih dari tujuh puluh tahun pada tahun Sejarahnya diterbitkan. Selama tahun-tahun berikutnya, dia adalah orang yang terkenal (walaupun agak kontroversial). Di antara tokoh-tokoh seusianya, ia memiliki akses ke sumber informasi yang setara dengan siapa pun, kecuali, mungkin, mereka yang terkait langsung dengan pengambilan keputusan di pemerintahan. Sebagian besar, jika tidak semua, bahan untuk sejarah al-Mu'tadid, [[al-Muktafi]], dan tahun-tahun awal [[al-Muqtadir]], dikumpulkan olehnya sekitar waktu terjadinya peristiwa yang dilaporkan. Catatannya seotentik yang diharapkan dari periode itu.<ref>
Saliba, George. ''The History of Al-Ṭabarī = Taʻrīkh al-rusul wa ʻl-mulūk''. Vol. XXXVIII. New York: State University of New York, 1985. Print.</ref>{{sfn|Rosenthal|1989|p=78}}
== Kematian ==
[[image:قبر الامام الطبري 4.jpg|thumb|upright=1|Kuburan ath-Thabari di Baghdad, [[Iraq]]]]
Tahun-tahun terakhir ath-Thabari ditandai dengan konflik dengan pengikut Hambali dari al-Hasan bin 'Ali al-Barbahari, murid-murid Ahmad bin Hambal. Tabari dikenal karena pandangannya bahwa Hambalisme bukanlah aliran pemikiran yang sah, karena Ahmad bin Hambal adalah penyusun hadis dan bukan ahli hukum yang tepat.<ref>[[Yaqut al-Hamawi]], Irshad, vol. 18, pp. 57–58.</ref> Kaum Hambali di Baghdad sering melempari batu ke rumah ath-Thabari, meningkatkan penganiayaan ke titik di mana otoritas [[Abbasiyah]] harus menaklukkan mereka dengan paksa.{{sfn|Rosenthal|1989|p=73}} Kepala polisi Baghdad mencoba mengatur debat antara ath-Thabari dan Hambali untuk menyelesaikan perbedaan mereka. Sementara ath-Thabari menerimanya, orang Hambali tidak muncul, melainkan datang kemudian untuk melempari rumahnya dengan batu lagi. Ancaman kekerasan terus-menerus dari para Hambali membayangi kepala ath-Thabari selama sisa hidupnya.{{sfn|Rosenthal|1989|p=78}}
▲Ath-Thabari
== Referensi ==
Baris 50 ⟶ 68:
=== Sumber ===
* {{EI2 | first = C. E. | last = Bosworth | authorlink = C. E. Bosworth | title = al-Ṭabarī | doi=10.1163/1573-3912_islam_COM_1133 | volume = 10 | pages = 11–15}}
* Ulrika Mårtensson, "al-Tabari", in ''Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God'', Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO, 2014, (2 vols.).
* {{The History of al-Tabari|volume=1}}
* C. E. Bosworth, "al-Tabari, Abu Djafar Muhammad b. Djarir b. Yazid" in [[P. J. Bearman]], Th. Bianquis, [[C. E. Bosworth]], E. van Donzel and [[W. P. Heinrichs]] et al., ''[[Encyclopædia of Islam]]'', 2nd Edition. (Leiden: E. J. Brill) 12 Vols. published between 1960 and 2005.
* Franz Rosenthal, (translator), ''The History of al-Ţabarī'', Albany: State University of New York Press, 1989, Volume 1.
* Ehsan Yar-Shater, ed., ''The History of al-Ţabarī'', Albany: [[State University of New York]] Press, 40 Vols. published between 1989 and 2007 {{ISBN|0-88706-563-5}}
<!-- Bantulah wikipedia menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim -->
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort =
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
Baris 81 ⟶ 102:
[[Kategori:Perawi hadis]]
[[Kategori:Sejarawan Islam Rujukan|Tabari]]
[[Kategori:
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Sunni]]
|