Amir Sjarifoeddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
CendekiaPedia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(42 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Batak Angkola|Angkola]]/[[Suku Batak Mandailing|Mandailing]]|[[Harahap]]}}
{{Infobox PM
|honorific-prefix = [[Meester in de Rechten|Mr.]]
Baris 9:
|term_end = 29 Januari 1948
|president = [[Soekarno]]
|viceprimeminister={{unbulleted list|[[AdenanAdnan Kapau Gani]]<br/> |[[Setyadjit Soegondo]]<br>|[[R. Syamsudin|Raden Sjamsoedin]]<br/>|[[Wondoamiseno]]}}
|predecessor = [[Sutan Syahrir]]
|successor = [[Mohammad Hatta]]
Baris 16:
|term_start2 = 14 November 1945
|term_end2 = 29 Januari 1948
|primeminister2={{unbulleted list|[[Sutan Sjahrir]]<br>|Amir Sjarifoeddin}}
|president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2= {{unbulleted list|[[Soeprijadi]]<br>|I. M. Suliyoadikusumo {{small|(ad-interim)}}}}
|successor2 = {{unbulleted list|[[Mohammad Hatta]] {{small|(ad-interim)}}<br/>|[[Hamengkubuwono IX]]}}
|office3 = Daftar Menteri Penerangan Indonesia{{!}}Menteri Penerangan
|order3 = ke-1
Baris 26:
|primeminister3=[[Sutan Sjahrir]]
|president3 = [[Soekarno]]
|predecessor3= ''Tidak ada'',''Jabatan baru''
|successor3 = [[Mohammad Natsir]]
|birth_name = Amir Sjarifoeddin Harahap
|birth_date = {{birth date|1907|4|27}}
|birth_place = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Kota Medan|Medan]], [[KesultananKeresidenan Sumatera Timur|Sumatera DeliTimur]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1948|12|19|1907|4|27}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Lalung, Karanganyar,Kabupaten Karanganyar|Ngaliyan, Lalung, Karanganyar]], [[KaresidenanKeresidenan Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|death_cause = [[Hukuman mati]]
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|party = [[Partai Sosialis Indonesia|PSI]]
|otherparty = {{ubl|[[Partai Komunis Indonesia|PKI]] (1935–1948)|[[Gerakan Rakyat Indonesia|Gerindo]] (1937–1942)|[[Partai Sosialis (Indonesia)|PS]] (1945–1948)}}
|spouse = {{marriage|Djaenah Harahap|1935}}
|children = 6
|alma_mater = [[Universitas Indonesia|Rechts Hogeschool]] ([[Meester in de Rechten|Mr.]])
|profession = [[Politikus]]
|allegiance occupation = {{flaghlist|Politikus|Indonesiawartawan}}
|relatives={{unbulleted list|[[Sutan Gunung Tua Harahap|Ephraim Harahap gelar Sutan Gunung Tua]] (kakek)|[[Todung Sutan Gunung Mulia|Todung Harahap gelar Sutan Gunung Mulia]] (abang sepupu)|[[Arifin Harahap]] (abang sepupu)}}
|serviceyears = 1940an
|parents={{unbulleted list|Djamin Harahap gelar Baginda Soripada (ayah)|Basunu br. Siregar (ibu)}}}}
|rank = [[Daftar Menteri Pertahanan Indonesia|Menteri Pertahanan Indonesia]]
|branch = [[Tentara Nasional Indonesia]]
|Unit = [[Kementerian Pertahanan Indonesia]]
|battles = [[Revolusi Nasional Indonesia]]<br />[[Peristiwa Madiun]]
}}
 
'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] '''Amir Sjarifoeddin Harahap''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]];: '''Amir Syarifuddin Harahap'''; {{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]]|27|4|1907|[[Karesidenan Surakarta|Surakarta]]|19|12|1948}}) adalah seorang politikus dan jurnalis berkebangsaan Indonesia. Ia menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri Indonesia]] ketika [[Revolusi Nasional Indonesia]] sedang berlangsung.<ref name="VICKERS_86">Vickers (2005), page 86</ref> BerasalAmir dariadalah keluargapemimpin [[SukuPolitik Angkolasayap kiri|Angkola]] [[Muslim]], Amir menjadi pemimpin [[sayap kiri]] terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948. Sebagai pemimpin pemberontakan PKI Madiun bersama Musso, iaAmir dieksekusi mati olehbersama pemerintahbeberapa karenatokoh PKI lainnya yang terlibat dalam pemberontakan[[Pemberontakan komunisPKI 1948]].<ref>{{cite book| last1 = Purba | first1 = Yema Siska | editor-last1 = Michellia | editor-first1 = Dewi Kharisma | date = September 2013 | year = 2013 | orig-date = 2012 | title = Amir Sjarifoeddin: Nasionalis yang Tersisih | url = https://polgov.fisipol.ugm.ac.id/buku/amir-sjarifoeddin-nasionalis-yang-tersisih | url-status = live | language = | trans-title = | publisher = PolGov | isbn = 978-602-7636-25-5 | access-date = 3 Desember 2021}}</ref>
 
== Kehidupan awal ==
LahirAmir dalamlahir aristokrasidari keluarga bangsawan Batak Angkola asal [[Pasar Matanggor, Batang Onang, Padang Lawas Utara|Pasar Matanggor]]. Kakeknya, Sutan Gunung Tua, adalah seorang Sumatrajaksa di kota[[Tapanuli]]. MedanAyahnya, latarBaginda belakangSoripada, juga adalah seorang jaksa di [[Kota Medan|Medan]]. Di kota itulah, Amir yanglahir kayadalam dankeluarga kemampuanberada intelektualdan yangmemiliki luartradisi biasaintelektual. Ini memungkinkan diaAmier untuk masukbelajar kedi sekolah-sekolah paling elit; ia, dididikseperti di [[Haarlem]] dan [[Leiden]]. diKemudian, [[Belanda]]ia sebelummelanjutkan memperoleh gelar sarjanapendidikan hukum di Batavia (sekarang [[JakartaBatavia]]).<ref name="VICKERS_86"/> Selama waktunyabersekolah di Belanda, iaAmir belajarmempelajari [[filsafat Timur]] dan [[Filsafat Barat|Barat]] di bawah pengawasan ''[[Theosophical Society'']].<ref name="VICKERS_86"/> Amir pindahberalih agama dari [[Islam]] ke [[Kekristenan|Kristen]] pada tahun 1931.<ref name="VICKERS_86"/> AdaIa buktipernah khotbahmemberi iakotbah berikandi dalamsebuah gereja Protestan[[Huria terbesar diKristen Batak Protestan|HKBP]] di Batavia.
 
Ayahnya, Djamin gelar Baginda Soripada (1885–1949), seorang jaksa di Medan. Ibunya, Basunu Siregar (1890–1931), dari keluarga Batak yang telah membaur dengan masyarakat [[Suku melayu|Melayu-Islam]] di [[Deli]]. Ayahnya keturunan keluarga kepala adat dari [[Pasar Matanggor]] di [[Padang Lawas]], [[Tapanuli]].
 
=== Pendidikan ===
Amir menikmati pendidikan di [[ELS]] atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, [[Todung Sutan Gunung Mulia|T.S.G. Mulia]] yang baru saja diangkat sebagai anggota ''[[Volksraad]]'' dan belajar di kota [[Leiden]] sejak 19111921, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926-19271926–1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa [[Gymnasium]] di [[Haarlem]], selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal [[GMKI]] ([[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]]). Ia tinggal di rumah guru pemeluk [[Kristen]] [[Calvinis]], Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.
 
Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Kemudian Amir masuk ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' dengan bantuan beasiswa pemerintah kolonial,<ref name=":0">{{Cite webnews|title=Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda|url=https://tirto.id/tjipto-hingga-leimena-penerima-beasiswa-yang-membangkang-belanda-fXS7|websitework=tirto[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-08-20}}</ref> dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar ''[[Indonesisch Clubgebouw]]'', Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mr. [[MuhammadMohammad Yamin]].
 
Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers pada tahun 1933. Ia nyaris dibuang ke [[Tempat Pengasingan Boven Digoel|Boven Digoel]] namun diselamatkan oleh Gunung Mulia dan salah satu gurunya.<ref name=":0" />
Baris 65 ⟶ 60:
Ia kemudian dihubungi oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang. Rencana itu tidak banyak mendapat sambutan. Rekan-rekannya sesama aktivis masih belum pulih kepercayaan terhadapnya akibat polemik pada awal tahun 1940-an, serta tidak paham akan strateginya melawan Jepang. Mereka ingin menempuh taktik lain yaitu, berkolaborasi dengan Jepang dengan harapan Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah kolonialis Belanda dikalahkan. Dalam hal ini garis Amir yang terbukti benar.
 
Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di [[Surabaya]]. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Terutama dari sisa-sisa kelompok inilah, Amir, kelak ketika menjadi Menteri Pertahanan, mengangkat para pembantunya yang terdekat. Namun identifikasi penting kejadian Surabaya itu, dari sedikit yang kita ketahui melalui sidang-sidang pengadilan mereka tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada bekas para pemimpin [[Gerindo]] dan [[Partindo]] Surabaya.
 
Sebuah dokumen NEFIS (''Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service''), instansi rahasia yang dipimpin [[Van Mook]], tertanggal [[9 Juni]] [[1947]] menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa menggantungnya dengan kaki di atas.
 
Dalam [[Persetujuan Renville]] tanggungjawabtanggung yang beratjawab ini terletak dipundak kaum Komunis, khususnya Amir sebagai negosiator utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkankemudian diridiganti denganoleh sukarelaKabinet danHatta tanpaakibat perlawananhasil samasekali,perundingan ketikaRenville disalahkanyang atasdinilai persetujuan Renvillegagal oleh golongan [[Masyumi]] dan [[Nasionalis]] karena lebih banyak menguntungkan pihak Belanda.
 
== Jabatan ==
 
* Menteri pada [[Kabinet Presidensial]], [[Kabinet Sjahrir I]], [[Kabinet Sjahrir II]], [[Kabinet Sjahrir III]]
* Perdana Menteri: [[3 Juli]] [[1947]][[29 Januari]] [[1948]], membentuk [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] dan [[Kabinet Amir Sjarifuddin II]]
 
== Peristiwa Madiun ==
Setelah [[PeristiwaPemberontakan MadiunPKI 1948]], pada masa pemerintahan [[Mohammad Hatta|Hatta]], [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] berupaya membentuk negara komunis di [[Kabupaten Madiun|Madiun]] dan menyatakan perang terhadap mereka. AmirMusso Sjarifuddintertembak dalam pertempuran kecil di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], sebagaiMusso salahditangkap seorangdan tokohditembak PKImati. Selepas, yang[[Musso]] padatewas, saatAmir peristiwaSjarifoeddin Madiunmemimpin meletuspelarian sedangyang beradadiikuti dioleh Yogyakarta3.000 dalamorang rangkagolongan kongreskiri. [[SerikatNamun, Buruhpelarian Keretaini Api]]juga (SBKA)berhasil turutdigagalkan ditangkapsetelah besertakeberadaan Amir berhasil terlacak dan beberapaia kawannyadiamankan.
 
Setelah diamankan, Amir dibawa ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]] dan kemudian dipindah ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Akhirnya Amir dipenjara di Benteng Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke [[Kota Surakarta|Surakarta]]. Desember 1948, menjadi bulan terakhir bagi Amir karena ia harus meregang nyawanya di tangan para eksekutor. Eksekusi yang dilakukan kepada Amir dilakukan bersama dengan eksekusi tokoh PKI lainnya, seperti Maruto Darusman, Suripno, dan [[Sardjono]].
[[19 Desember]] [[1948]], sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir Sjarifuddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata Indonesia. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Solo, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.
[[Berkas:Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.jpg|jmpl|Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar]]
 
[[19 Desember]] [[1948]], sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir SjarifuddinSjarifoeddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan [[Polisi militer|Polisi Militer]], sebuah satuan khusus dalam [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]]. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di SoloSurakarta, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.
<br />
[[Berkas:Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.jpg|jmpl|Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar]]
 
== Referensi ==
Baris 109 ⟶ 104:
{{kotak selesai}}
{{PM Indonesia}}
{{Menteri Penerangan Indonesia}}{{Menteri Pertahanan Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Sjarifuddin, Amir}}
[[Kategori:Tokoh dari MedanBatak]]
[[Kategori:Tokoh yangBatak dibunuhAngkola]]
[[Kategori:Marga Harahap|Amir]]
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
Baris 121:
[[Kategori:Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin II]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]
[[Kategori:Marga Harahap|Amir]]
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Menteri Pertahanan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia|HarahapAmir]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama|HarahapAmir]]
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Islam ke Protestan|HarahapAmir]]
[[Kategori:Anggota Jong Bataks Bond]]