Kabupaten Karawang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Stasiun: Penambahan 2 stasiun untuk kereta api cikuray Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(133 revisi perantara oleh 58 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tempat lain2|Karawang|Karawang (
{{Kotak info Dati II Indonesia
|settlement_type = Kabupaten
|nama
|translit_lang1_type = [[Aksara Sunda]]
|translit_lang1_info = {{sund|ᮊᮛᮝᮀ}}
|foto = {{multiple image|perrow = 2|total_width=300|border=infobox
|image1 = Kawasan Galuh Mas Karawang.jpg
|image2 = Jaipongan.jpg
|image3 = Curug Cigentis.jpg
|image4 = Cibuaya estuary - panoramio.jpg
}}
|caption = '''Dari atas ke bawah''': Kawasan Galuh Mas, [[Tari Jaipongan]] Karawang, [[Ci gentis|Curug Cigentis]], dan Pantai Cibuaya
|provinsi = [[Jawa Barat]]
|ibukota = [[Karawang Barat, Karawang|Karawang Barat]]
|lambang = LAMBANG_KABUPATEN_KARAWANG.svg
|peta = Map of West Java highlighting Karawang Regency.svg
|koordinat = {{coord|-6.3050853|107.3002579|display=title,inline}}
|pushpin_map = Indonesia Jawa Barat#Indonesia Java#Indonesia
|pushpin_label = Kabupaten Karawang
|pushpin_label_position = right
|dasar hukum = UU No.14/1950<ref name="UU">{{cite web|url=https://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|title=Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014|website=www.otda.kemendagri.go.id|accessdate=2 Februari 2022|archive-date=12 Juli 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190712121648/http://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|dead-url=yes}}</ref>
|tanggal = [[8 Agustus]] [[1950]]<ref name="UU"/>
|hari jadi = {{tanggal lahir dan umur|1633|09|14}}
|motto = Pangkal perjuangan
|semboyan = ''Interasih (Indah, Tertib, Aman, Bersih)''
|kepala daerah = [[Daftar bupati karawang|Bupati]]
|wakil kepala daerah = [[Wakil Bupati]]
|nama kepala daerah = [[Aep Syaepuloh]]
|nama wakil kepala daerah = ''lowong''
|sekretaris daerah = Acep Jamhuri
|luas = 1911,00
|penduduk = 2519882
|penduduktahun = 30 Juni [[2023]]
|pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/>
|kepadatan = auto
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
|98,03% [[Islam]]
|{{Tree list}}
* 1,71% [[Kekristenan]]
** 1,38% [[Protestan]]
** 0,33% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|0,23% [[Agama Buddha|Buddha]] |0,02% [[Hindu]] |0,01% Lainnya<ref name="DUKCAPIL"/>}}
|kecamatan = 30
|desa = 297
|kelurahan = 12
|bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Cirebon|Cirebon]], [[Bahasa Betawi|Betawi]]
|IPM = {{increase}} 72,35 ([[2023]])<br> (<span style="background:Yellow;color:#000000"> Tinggi </span>)<ref name="IPM">{{cite web|url=https://jabar.bps.go.id/indicator/26/123/1/indeks-pembangunan-manusia.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2021-2023|website=www.jabar.bps.go.id|accessdate=7 Desember 2023}}</ref>
|kodearea = 0264 dan 0267 (Khusus Wilayah Eks-Kawedanan Cikampek)
|kodepos = [[Daftar kodepos di Indonesia|413xx – 413xx]]
|nomor_polisi = T
|dau = Rp 1.338.368.057.000,00- ([[2020]])
|dauref = <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=23 Februari 2021}}</ref>
|web = {{URL|https://www.karawangkab.go.id/}}
}}
'''Kabupaten Karawang''' ([[aksara Sunda]]: ᮊᮛᮝᮀ) adalah sebuah [[kabupaten]] yang terletak di Provinsi [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Ibu kotanya adalah [[Karawang Barat, Karawang|Kecamatan Karawang Barat]]. Kabupaten ini berbatasan dengan [[Kabupaten Bekasi]] di barat, [[Kabupaten Bogor]] di barat daya dan selatan, [[Laut Jawa]] di utara, [[Kabupaten Subang]] di timur, [[Kabupaten Purwakarta]] di tenggara dan selatan. Kabupaten Karawang memiliki luas wilayah 1.911,00 km<sup>2</sup>, dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2023 sebanyak 2.519.882 jiwa, dan kepadatan penduduk 1.300 jiwa per km<sup>2</sup>.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=2 Juli 2022|archive-date=2021-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20210805043517/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|dead-url=no}}</ref>
Pada tahun 2012, kabupaten Karawang memiliki pembangunan proyek-proyek besar,
== Etimologi ==
Baris 54 ⟶ 68:
::''Pinang tiwi ngubu cai,''
Dalam [[bahasa Sunda]], ''karawang'' mempunyai arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah
[[Cornelis de Houtman]], orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di pulau Jawa, pada tahun 1596 menuliskan adanya suatu tempat yang bernama Karawang sebagai berikut:
::''Di tengah jalan antara Pamanukan dan Jayakarta, pada sebuah tanjung terletak Karawang.''<ref>Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II, Adolf Heuken SJ, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2000</ref>
R. Tjetjep Soepriadi dalam buku ''Sejarah Karawang''{{cn}} berspekulasi tentang asal-muasal kata ''karawang'', pertama kemungkinan berasal dari kata ''karawaan'' yang mengandung arti bahwa daerah ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, [[Rawa Gabus]], [[Rawa Monyet]], [[Rawa Merta]] dan lain-lain; selain itu berasal dari kata [[kera]] dan [[uang]] yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari [[bahasa Belanda]] seperti ''[[:nl:Caravan (aanhangwagen)|caravan]]'' dan lainnya.
Baris 66 ⟶ 78:
== Sejarah ==
{{detail|Sejarah Kabupaten Karawang}}
=== Pemukiman awal ===
Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan [[Situs Batujaya]] dan [[Situs Cibuaya]] yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa modern yang mungkin mendahului masa Kerajaan [[Tarumanagara]]. Penduduk Karawang semula beragama [[Hindu]] dan [[Budha]] dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]].
==== Penyebaran Islam ====
Agama [[Islam]] mulai dianut masyarakat setempat pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang [[patron]] bernama [[Syekh Quro|Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi]], konon dari [[Makkah]], yang terkenal dengan sebutan '''"[[Syekh Quro]]"''', [[Syekh Quro]] merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke [[Majapahit]] dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh [[Laksamana Cheng Ho]] ''(Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal [[Kesultanan Cirebon]] pada tahun 1415<ref>Yuanzhi Kong, Hembing Wijayakusuma. 2011. Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara.: Yayasan Obor Indonesia.</ref>.)'', ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari<ref>[http://www.westjavakingdom.info/2011/07/kerajaan-pura.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141109072913/http://www.westjavakingdom.info/2011/07/kerajaan-pura.html|date=2014-11-09}}|Kerajaan Pura</ref> dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah ''Pura Dalem (Pedalaman Pura)'' kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa ''(sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang)''
Dari pernikahannya dengan Ratna Sondari, [[Syekh Quro]] memiliki seorang anak yang diberi nama ''Ahmad'', Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad ''(Penghulu Pertama di Karawang)'', Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati atau '''[[Syekh Datuk Kahfi]]''' di Pesambangan ''(sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, [[Kabupaten Cirebon]])''.
===== Hubungan penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon =====
[[Berkas:Reynan Wayang Cirebon gaya cilamaya.jpg|jmpl|220px|ki|Wayang kulit Cirebon gaya Cilamaya karya Ki Ardi, ''disungging'' ulang oleh Ki Enang Sutria dan ''dibrom'' ulang oleh Arie Nugraha]]
Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan ''(Nur Giri Cipta Rengga)'' yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.<ref>[http://www.iaincirebon.ac.id/inv01/?menu=snj] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160202201720/http://www.iaincirebon.ac.id/inv01/?menu=snj|date=2016-02-02}}|Sumur Jalatunda - IAIN Syekh Nurjati</ref>
Syekh Ahmad ''(Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari)'' kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi ''Lebai'' di [[Kesultanan Cirebon]] dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati. Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak [[Keraton Kanoman|Keraton Kanoman, Cirebon]]. Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid [[Wali Songo|Wali Sanga]]. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, [[Lemahabang, Karawang|Kecamatan Lemahabang]].
===== Pembangunan Pos dan Pedukuhan di Pisangan - Sedari, [[Karawang]] =====
Pada tahun 1518, [[Sunan Gunung Jati|Syekh Syarif Hidayatullah]] mengutus Janapura yang merupakan muridnya yang berasal dari [[Kudus]] untuk membuat sebuah pedukuhan di dekat laut di wilayah ujung Karawang yang sekarang berada di sekitar Pisangan–Sedari, [[Karawang]], pedukuhan yang dibangun oleh Janapura kemudian menjadi pos [[kesultanan Cirebon]] di wilayah pesisir utara bagian barat<ref name=lutfianasedari>Awaludin, Luthfiana. 2017. Kisah Murid Sunan Gunung Jati & Pantai Sedari di Karawang. [[Jakarta]] : Detik News</ref>
Pedukuhan yang pertama dibuat oleh Janapura adalah pedukuhan Pisangan, setelah 10 tahun menetap di Pisangan, kedua puteri dari Janapura yaitu Dewi Sondari dan Andidari datang berkunjung. Pada tahun 1528 Janapura yang kemudian dikenal sebagai Syekh Janapura mendapatkan misi untuk mengislamkan daerah Tanjung Suwung yang sekarang dikenal dengan nama Sedari. Wilayah Tanjung Suwung pada masa itu banyak dihuni oleh masyarakat pelarian dari kerajaan Telaga, Syekh Janapura kemudian berhasil mengislamkan masyarakat di Tanjung Suwung dan selanjutnya mengembangkan pedukuhan disana,<ref name="lutfianasedari" /> menurut Zakaria Husein (sejarahwan Karawang) berita keberhasilan Syekh Janapura mengislamkan Tanjung Suwung kemudian tersebar hingga ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]], tidak lama kemudian Raden Imanillah (keluarga Sunan Kudus) meminang Dewi Sondari dan membawanya kembali ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]], untuk memperingati pernikahan puterinya yaitu Dewi Sondari dengan Raden Imanillah, Syekh Janapura kemudian memberikan nama pada pedukuhan di Tanjung Suwung tersebut dengan nama pedukuhan Sondari yang kemudian dikenal oleh masyarakat sekarang dengan nama Sedari.
Menurut data yang dihimpun oleh Zakaria Husein, Syekh Janapura tinggal di Tanjung Suwung hingga akhir hayatnya yakni pada tahun 1567, beliau kemudian dimakamkan di dekat pantai.<ref name="lutfianasedari" />
==== Masa Kesultanan Cirebon ====
Setelah [[Kerajaan Sunda]] runtuh maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara terbagi dua. Menurut ''[[Carita Sajarah Banten]]'', [[Sunan Gunung Jati]] pada abad ke 15<ref>[http://www.citarum.org] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101123112052/http://citarum.org/knowledge_center/|date=2010-11-23}}|Sungai Citarum Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama</ref> membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah [[Kesultanan Cirebon]] yang sekarang menjadi Kabupaten Karawang, [[Kabupaten Purwakarta]] dan [[Kabupaten Subang]] dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan [[Kesultanan Banten]] dengan nama ''Jayakarta''.<ref>Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten, Titik Pudjiastuti, Buku Obor, Jakarta, 2007</ref><ref>[http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1243/Jayakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141121144424/http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1243/Jayakarta|date=2014-11-21}}|jayakarta</ref>
=== Pemerintahan mandiri ===
[[File:Het grote bruggencomplex van Krawang bestaande uit drie naast elkaar gelegen b…, Bestanddeelnr 1900.jpg|jmpl|220px|Jembatan KA Bojong pada tahun 1900]]
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh [[Kesultanan Mataram]], di bawah pimpinan [[Wiraperbangsa]] dari [[Sumedang Larang]] tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan [[irigasi]] mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil [[beras]] utama di [[Pulau Jawa]] hingga akhir abad ke-20.
Baris 74 ⟶ 112:
=== Menjelang Kemerdekaan Indonesia ===
{{Artikel|Peristiwa Rengasdengklok}}
[[Berkas:Altar ruang tamu.jpg|thumb|left|220px|Rumah persembunyian [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]] di [[Rengasdengklok, Karawang]]]]
Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] merupakan tempat disembunyikannya [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]] oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal [[16 Agustus 1945]].
Kabupaten Karawang
Kecamatan [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.{{fact}} Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan [[Lumbung Padi]] Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan [[Megawati]] didirikan Tugu Kebulatan Tekad atau warga sekitar menyebutnya dengan Tugu Peureup/Tugu Bojong, untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.
=== Setelah Kemerdekaan Indonesia ===
[[Berkas:Reynan-Gedung-Juang-Karawang-20140415-362.jpg|jmpl|220px|ka|Gedung Juang Karawang]]
Pada tanggal 9 Desember 1947, terjadi peristiwa [[Pembantaian Rawagede|pembantaian penduduk Kampung Rawagede]] (sekarang terletak di Desa [[Balongsari, Rawamerta, Karawang]]), di antara Karawang dan [[Bekasi]], oleh tentara Belanda sewaktu melancarkan [[Agresi Militer Belanda I|agresi militer pertama]]. Sejumlah 431 penduduk menjadi korban pembantaian ini.
Wilayah Karawang pada masa lalu ''(hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke 15)''
Pembagiannya waktu itu adalah:
* Wilayah Barat; menjadi Kabupaten Karawang yang terdiri dari 3 kawedanan (Karawang, Cikampek dan Rengasdengklok) dan 12 kecamatan (Karawang, Telukjambe, Pangkalan, Klari, Cikampek, Jatisari, Telagasari, Cilamaya, Rengasdengklok, Rawamerta, Pedes dan Batujaya) yang beribukota di Karawang.
* Wilayah Timur; menjadi Kabupaten Purwakarta yang terdiri dari 5 kawedanan (Purwakarta, Subang, Sagalaherang, Pamanukan dan Ciasem) dan 15 kecamatan (Subang, Kalijati, Pagaden, Sagalaherang, Cisalak, Pamanukan, Pusakanagara, Binong, Ciasem, Pabuaran, Purwadadi, Purwakarta, Campaka, Plered dan Wanayasa) yang beribukota di Subang.
Pada tahun [[1968]] terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama Kabupaten Karawang Timur menjadi dua [[Kabupaten]], yaitu [[Kabupaten Subang]] dengan ibu kota di kecamatan Subang dan [[Kabupaten Purwakarta]] dengan ibu kota di kecamatan Purwakarta, karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, [[Kabupaten Purwakarta]], sehingga dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai Kabupaten Karawang<ref>Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 - Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang NO.14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat</ref>
== Geografi ==
[[Berkas:
Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar dataran pantai yang luas, terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan endapan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Sedangkan di bagian tengah kawasan perbukitan yang sebagian besar terbentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian Selatan yang merupakan wilayah limpahan dari [[Jonggol, Bogor|Kawedanan Jonggol]] merupakan daerah perbukitan yang sejuk terdapat [[Gunung Sanggabuana]] dengan ketinggian ± 1.291 [[Mdpl]]. Wilayah selatan ini secara iklim dan kondisi geografis berbeda dengan sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang yang didominasi oleh dataran rendah, datar dan beriklim panas, wilayah selatan secara geografis dan iklim, bahkan kultur lebih mirip dengan wilayah [[Jonggol, Bogor]].
Baris 102 ⟶ 144:
=== Iklim ===
Sesuai dengan bentuk [[morfologi]]nya Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai [[temperatur udara]] rata-rata 27 °C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan [[kelembaban nisbi]] 80 persen. Iklim di wilayah Kabupaten Karawang adalah [[iklim tropis basah dan kering]] (''Aw'') dengan dua musim, yaitu [[musim penghujan]] yang disebabkan oleh angin muson baratan yang bersifat basah &
{{Karawang weatherbox}}
=== Hidrografi ===
Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke arah utara: [[
Selain sungai, terdapat juga tiga
== Pemerintahan ==
Kabupaten Karawang terdiri atas 30 [[kecamatan]], yang dibagi lagi atas 297 [[desa]] dan 12 [[kelurahan]]. Pusat pemerintahan di Kecamatan [[Karawang Timur, Karawang|Karawang Timur]], tepatnya di kelurahan [[Karawang Wetan, Karawang Timur, Karawang|Karawang Wetan]].
===
{{utama|Daftar Bupati Karawang}}
{| class="wikitable"
! No
! colspan="2" |Bupati
! Mulai menjabat
! Akhir menjabat
! Wakil Bupati
|-
|(17)
|[[Berkas:Aep_Syaepuloh.png|100px]]
|H. [[Aep Syaepuloh]]
|25 September 2023
|Petahana
|''Lowong''
|}
=== Dewan Perwakilan ===
Baris 127 ⟶ 183:
[[Karawang]] merupakan ibu kota Kabupaten Karawang yang direncanakan akan dimekarkan dari Kabupaten Karawang yang terdiri dari 4 kecamatan, yakni kecamatan [[Karawang Barat, Karawang|Karawang Barat]], kecamatan [[Karawang Timur, Karawang|Karawang Timur]], kecamatan [[Telukjambe Timur, Karawang|Telukjambe Timur]] dan kecamatan [[Telukjambe Barat, Karawang|Telukjambe Barat]] dan nantinya ibu kota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke [[Cikampek]].<ref name="Pemekaran Karawang">[http://www.pikiran-rakyat.com/node/264905 Wacana Pemekaran Kabupaten Karawang Kembali Santer] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140819084752/http://www.pikiran-rakyat.com/node/264905 |date=2014-08-19 }} pikiran-rakyat.com</ref>
Namun jika Cikampek juga dimekarkan menjadi kota juga seperti Karawang, maka ibu kota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke kecamatan [[Talagasari, Karawang|Talagasari]] karena selain terletak
== Demografi ==
=== Bahasa ===
Penduduk Karawang umumnya adalah [[suku Sunda]] yang menggunakan [[bahasa Sunda]], terutama [[bahasa Sunda Karawang|dialek Karawang]] yang digunakan hampir di seluruh wilayah Karawang dan [[Bahasa Sunda Priangan|dialek Priangan]] yang digunakan di selatan dekat perbatasan dengan [[Kabupaten Purwakarta]]. Di wilayah utara, terutama di kecamatan [[Batujaya, Karawang|Batujaya]] dan [[Pakisjaya, Karawang|Pakisjaya]] sebagian penduduknya menggunakan [[bahasa Betawi]], sedangkan di kecamatan [[Pedes, Karawang|Pedes]], sebagian [[Cilebar, Karawang|Cilebar]], [[Tempuran, Karawang|Tempuran]], [[Cilamaya Wetan]], dan [[Cilamaya Kulon]] sebagian penduduknya menggunakan [[bahasa Cirebon]].<ref>Huri, Daman. 2017. Geografi Variasi Bahasa di Bagian Utara Karawang, Jawa Barat. [[Karawang]]: Universitas Singaperbangsa</ref>
=== Suku bangsa ===
Berdasarkan data [[Sensus Penduduk Indonesia 2000]], suku [[Suku Sunda|Sunda]] menjadi suku bangsa mayoritas di kabupaten Karawang. Sebanyak 1.514.774 jiwa atau 84,85 % dari total penduduk 1.785.208 jiwa yang terdata di Karawang adalah orang Sunda. Dua suku lainnya dengan jumlah yang signifikan yakni orang [[Suku Jawa|Jawa]], dan [[Suku Betawi|Betawi]]. Sebagian lagi orang [[Suku Cirebon|Cirebon]], kemudian [[Suku Banten|Banten]], [[Suku Batak|Batak]], [[Suku Minangkabau|Minangkabau]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], dan suku lainnya. Berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan suku bangsa menurut data [[Sensus Penduduk Indonesia 2000|Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000]];<ref name="SUKU">{{cite web|url=https://jabar.bps.go.id/publication/2001/11/01/c20572fc90585d6f369e5241/karakteristik-penduduk-jawa-barat-hasil-sensus-penduduk-2000-.html?msclkid=0aedc90ed04311ec8572f94536008863|title=Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000|date=1 November 2001|website=www.jabar.bps.go.id|format=pdf|pages=72-73|accessdate=17 September 2022|archive-date=2023-01-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230119175828/https://jabar.bps.go.id/publication/2001/11/01/c20572fc90585d6f369e5241/karakteristik-penduduk-jawa-barat-hasil-sensus-penduduk-2000-.html?msclkid=0aedc90ed04311ec8572f94536008863|dead-url=no}}</ref>
{| class="wikitable sortable" style="font-size:90%;"
! style="background:#E0F0FF;" |No
! style="
! style="
! style="
|-
| 1
| [[Suku Sunda|Sunda]]
|-
| 2
| [[Suku Jawa|Jawa]]
| style="text-align: right;" |
| style="text-align: right;" |
|-
| 3
| [[Suku Betawi|Betawi]]
| style="text-align: right;" |
| style="text-align: right;" |
|-
| 4
| [[Suku Cirebon|Cirebon]]
| style="text-align: right;" | 19.962
| style="text-align: right;" | 1,12%
|-
| 5
| [[Suku Banten|Banten]]
| style="text-align: right;" |
| style="text-align: right;" |
|-
| 6
| [[Suku Batak|Batak]]
| style="text-align: right;" |
| style="text-align: right;" |
|-
| 7
| [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]
| style="text-align: right;" |
| style="text-align: right;" |
|-
| 8
| [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]
| style="text-align: right;" |
| style="text-align: right;" |
|-
| 9
| ''Suku lainnya''
| style="text-align: right;" | 38.195
| style="text-align: right;" | 2,14%
|-
! colspan="2"|Kabupaten Karawang
! style="text-align: right;" | 1.785.208
! style="text-align: right;" | 100%
|-
|}
== Ekonomi ==
Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City [[Karawang International Industrial City|KIIC]], Kawasan
== Transportasi ==
* [[Kereta cepat Whoosh]]: [[Stasiun HSR Halim|Halim]]–[[Stasiun HSR Tegalluar|Tegalluar]] (di [[Stasiun HSR Karawang|Stasiun Karawang]])
* '''Lintas utara Jawa'''
** {{KA|Argo Cheribon}}: {{sta|Gambir}}–{{sta|Cirebon}} (di {{sta|Cikampek}})
** {{KA|Ciremai}}: {{sta|Bandung}}–{{sta|Semarang Tawang}} (di Cikampek)
** {{KA|Dharmawangsa}}: {{sta|Pasar Senen}}–{{sta|Surabaya Pasarturi}} (di {{sta|Karawang}})
** {{KA|Airlangga}}: Pasar Senen–Surabaya Pasarturi (di Cikampek)
** {{KA|Harina}}: Bandung–Surabaya Pasarturi (di Cikampek)
** {{KA|Jayabaya}}: Pasar Senen–Surabaya Pasarturi–{{sta|Malang}} (di Karawang)
** {{KA|Majapahit}}: Pasar Senen–Semarang Tawang–Malang (di Karawang)
* '''Lintas tengah Jawa'''
** {{KA|Kutojaya Utara}}: {{sta|Jakarta Kota}}–{{sta|Kutoarjo}} (di {{sta|Karawang}})
** {{KA|Fajar Utama Yogya}}: {{sta|Pasar Senen}}–{{sta|Yogyakarta}} (di {{Sta|Cikampek}})
** {{KA|Jayakarta}}: {{sta|Surabaya Gubeng}}–Pasar Senen (di Cikampek)
** {{KA|Singasari}}: Pasar Senen–{{sta|Blitar}} (di Karawang)
* '''Lintas selatan Jawa'''
** {{KA|Cikuray}}: {{sta|Pasar Senen}}–{{sta|Garut}} (di {{sta|Karawang}})
** {{KA|Serayu}}: Pasar Senen–{{sta|Kiaracondong}}–{{sta|Purwokerto}} (di {{sta|Karawang}})
* {{rint|jakarta|lw}} {{KA|Commuter Line Walahar dan Jatiluhur}}
* Angkutan kota wilayah Kabupaten Karawang dan beberapa rute menghubungkan wilayah [[Kabupaten Bekasi]] menuju [[Terminal Cikarang]].
==== Stasiun kereta api ====
Kabupaten Karawang memiliki dua stasiun kereta api utama dan satu stasiun kereta cepat, diantaranya [[Stasiun Karawang]] di Kecamatan [[Karawang Barat, Karawang|Karawang Barat]] dan [[Stasiun Cikampek]] di Kecamatan [[Cikampek, Karawang|Cikampek]] yang melayani kereta api antarkota maupun lokal menghubungkan Kabupaten Karawang dengan berbagai tujuan di [[Pulau Jawa]], sedangkan [[Stasiun Karawang (KCIC)|Stasiun HSR Karawang]] di Kecamatan [[Telukjambe Barat, Karawang|Telukjambe Barat]] yang melayani [[Kereta Cepat Jakarta-Bandung]].
Kabupaten Karawang memiliki sentra kerajinan gerabah yang berada di kampung Anjun Kanoman, [[Tanjungmekar, Karawang Barat, Karawang|Tanjung Mekar]], kabupaten Karawang. Kerajin gerabah di kampung Anjun Kanoman diturunkan secara turun-temurun oleh para pengerajinnya sejak abad ke 15 ketika wilayah kabupaten Karawang berada dibawah kuasa [[Sunan Gunung Jati]]<ref>Praditya, Athar Ibnu. 2014. Industri Gerabah di Kampung Anjun Kanoman, Karawang Nyaris Punah. [[Banjaran, Bandung|Banjaran]] : Bandung News Photo</ref>
== Kesenian daerah ==
[[Berkas:Tiga perempuan menarikan Tari Jaipong.jpg|250px|thumb|[[Tari Jaipongan]] salah satu tarian paling terkenal dari Karawang]]
[[Berkas:Reynan-Wayangcirebon-cilamaya-pagelaran-wayang.jpg|jmpl|250px|ka|Pagelaran [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] pada Mei 2015 yang diabadikan oleh Arie Nugraha (budayawan Cirebon) dengan lakon ''"Rit Madenda"'' di [[Mekarasih, Banyusari, Karawang|desa Mekar Asih]], [[Banyusari, Karawang|kecamatan Banyu Sari]], kabupaten Karawang yang dipimpin oleh ''Ki Dalang'' Enang Sutriya]] Kesenian daerah kabupaten Karawang dipengaruhi oleh budaya dari tiga suku di [[Jawa Barat]] yaitu [[Sunda]], [[Betawi]] dan [[Orang Cirebon|Cirebon]].
=== Wayang kulit Cirebon di Karawang ===
Wayang kulit Cirebon yang terdapat di wilayah kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pedalangan Cirebon gaya ''kulonan'' yang di antaranya berada di [[kabupaten Subang]] dan kabupaten Karawang, pada pola penyebarannya di kabupaten Karawang wilayah desa-desa di [[Cilamaya Wetan, Karawang|kecamatan Cilamaya Wetan]], kabupaten Karawang ( termasuk di antaranya wilayah [[Cilamaya, Cilamaya Wetan, Karawang|desa Cilamaya]] dan pemekarannya ), sebagian wilayah desa di [[banyusari, Karawang|kecamatan Banyu Sari]] ( termasuk di antaranya [[Banyuasih, Banyusari, Karawang|desa Banyu Asih]] ) menjadi pusat utama pelestariannya, desa-desa tersebut juga bersinergi dengan desa-desa lain yang masih satu budaya di wilayah [[kabupaten Subang]] seperti [[Rawameneng, Blanakan, Subang|desa Rawa Meneng]] dan sekitarnya yang juga memegang peranan penting dalam menghidupkan dan melestarikan wayang kulit Cirebon di Karawang
Gaya ''sunggingan'' (pewarnaan) pada wayang kulit Cirebon gaya ''kulonan'' terutama Cilamaya memiliki perbedaan yang tidak jauh dengan gaya ''sunggingan'' wayang kulit Cirebon gaya ''kidulan'' terutama Palimanan, menurut Waryo (budayawan Cirebon) hal tersebut dimungkinkan karena pada masa lalu para pedalang dan pengrajin wayang antar kedua wilayah saling bertukar dan saling melakukan pembelian wayang kulit cirebon.
==== Tradisi Mapag Sri dan Wayang kulit Cirebon ====
Pada bulan Oktober 2014, tradisi ''Mapag Sri'' diadakan kembali sebagai tanda berakhirnya kekosongan tradisi syukuran panen. Tradisi ini selama kurang lebih lima puluh tahun hampir tidak pernah digelar di blok Cibango, [[Cilamaya, Cilamaya Wetan, Karawang|desa Cilamaya]], [[Cilamaya Wetan, Karawang|kecamatan Cilamaya Wetan]], kabupaten Karawang. Tradisi ini juga disempurnakan dengan pagelaran wayang kulit cirebon gaya ''kulonan'' (''cilamaya'').
Menurut Aef Sudrajat, yang merupakan ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Saluyu sekaligus yang menggelar syukuran tersebut, kekosongan yang terjadi selama kurang lebih lima puluh tahun disebabkan oleh modernisasi dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan tradisi syukuran.<ref>[http://www.radar-karawang.com/2014/10/petani-gelar-wayang-kulit.html Radar Karawang - Petani Gelar Wayang Kulit] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402135825/http://www.radar-karawang.com/2014/10/petani-gelar-wayang-kulit.html |date=2015-04-02 }} (edisi tahun 2014)</ref> Berkurangnya masyarakat yang melakukan tradisi syukuran ''mapag sri'' dimungkinkan terjadi dalam kondisi masyarakat yang mayoritas muslim dikarenakan dalam salah satu urutan prosesi tradisi ''mapag sri'' ada sebuah prosesi mengarak simbolisasi [[Sri|dewi sri]] untuk mengelilingi kampung yang oleh beberapa kalangan masyarakat muslim bagian ini dianggap tidak Islami walau bagian lain dalam prosesi syukuran ''mapag sri'' pada budaya Cirebon telah kental nuansa Islamnya. Beberapa masyarakat adat Cirebon telah mengganti simbolisasi [[Sri|dewi sri]] ini dengan sepasang pengantin padi seperti pada tradisi ''mapag sri'' di pesisir timur [[kabupaten Indramayu]] sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.<ref>Pambudi, J. 2013. Mapag Sri, Cara Petani Syukuri Hasil Bumi. Bandung: Pikiran Rakyat</ref>
Pada masyarakat adat Cirebon di wilayah Cilamaya dan sekitarnya, tradisi syukuran ''mapag sri'' dimaknai sebagai wujud syukur kepada Allah swt menjelang musim panen, tradisi syukuran ''mapag sri'' merupakan bagian dari rangkaian tradisi panen, pascapanen dan menjelang tanam padi, pada masyarakat adat Cirebon di wilayah Cilamaya dan sekitarnya rangkaian tradisi selanjutnya setelah syukuran ''mapag sri'' adalah tradisi hajat bumi atau dalam bahasa setempat dikenal dengan istilah ''Babaritan'' yang dilakukan setelah prosesi panen dan kemudian tradisi ''mapag cai'' ( membawa air ) yang dilakukan menjelang musim tanam.
Menurut Aef Sudrajat, prosesi ''Mapag Sri'' di wilayahnya dapat dilakukan dengan dukungan dari donatur dan sumbangan dari delapan kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan pimpinannya, prosesi ''mapag sri'' disempurnakan dengan pagelaran wayang kulit cirebon gaya ''kulonan'' yang dipimpin oleh '' Ki Dalang Udama'' dari [[Rawameneng, Blanakan, Subang|desa Rawa Meneng]], [[Blanakan, Subang|kecamatan Blanakan]], [[kabupaten Subang]]. Pagelaran wayang kulit cirebon gaya ''kulonan'' tersebut dipentaskan siang–malam di kompleks pemakaman sesepuh blok Cibango, oleh masyarakat sekitar prosesi pagelaran wayang kulit ini disebut "prosesi ngaruwat" atau selamatan guna memohon doa dari Allah swt agar dijauhkan dari bahaya, penyakit dan kesulitan. pada pagelaran wayang kulit cirebon yang menjadi pelengkap prosesi adat ''mapag sri'', lakon wayang yang biasanya dipentaskan adalah lakon ''Sulanjana'' yang bercerita tentang asal muasalnya padi.
==== Set [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''Kulonan'' ( Cilamaya ) ====
<gallery widths="120" heights="120px" style="border: 5px solid #a86; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">
Berkas:4._Bisma_Wicara.jpg | Bisma wicara pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan''–'''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja
Berkas:Reynan_Bambang_Arasoma.jpg | Bambang Arasoma pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' yang ''disungging'' oleh Arie Nugraha ( lakon ini terdapat kerusakan pada ornamen ''Garuda Mungkur'' kecilnya yang terdapat di atas kepala )
Berkas:3._Salya.jpg | Salya pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja.
Berkas:Reynan_Wayang_Cirebon_gaya_cilamaya.jpg | Pangeran Duryodana pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - karya Ki Ardi, ''disungging'' ulang oleh Ki Enang Sutria dan ''dibrom'' ulang oleh Arie Nugraha.
Berkas:Reynan-Gununga-Cirebon-Gunungan-arie1.jpg | Gunungan [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya Kulonan ( Cilamaya ) dengan ''Kayon'' Windu, ditatah oleh Ki Tasma Atmaja dan disungging oleh Arie Nugraha
Berkas:Reynan_Jabang.jpg | Jabang karya Arie Nugraha
Berkas:Reynan._Aruna_Mangu.jpg | Arjuna ( mangu ) - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja
Berkas:Reynan_Begawan_Sekutrem.jpg | Begawan Sekutrem pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' karya Arie Nugraha
Berkas:9._Reynan-Batara_Guru1.jpg| Betara Guru - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja
Berkas:Reynan._Narada_-_usup.jpg | Betara Narada pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''Kulonan'' karya Pak Usup
Berkas:Reynan_Batara_Narada.jpg | Betara Narada pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''Kulonan'' karya Arie Nugraha
Berkas:Reynan_Cungkring.jpg | Cungkring pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan''
Berkas:Reynan._Semar_Jamblang.jpg | Semar ( Jamblang ) pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'', cempurit disungging oleh Arie Nugraha
Berkas:Reynan_Bagong_Sunda.jpg | Bagong Sunda - ''disungging'' oleh Arie Nugraha
Berkas:Reynan._Togog.jpg | Togog pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan''
</gallery>
== Pariwisata ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Inlaatsluis Leuwingka Tjiasem Krawang West-Java TMnr 10007866.jpg|thumb|left|[[Bendungan Walahar]]]]
[[Berkas:Candi Batujaya.jpg|thumb|right|Candi Jiwa di Batu Jaya]]
[[File:San Diego Hills Memorial Park - panoramio (1).jpg|thumb|left|San Diego Hills Memorial Park]]
=== Objek Wisata ===
* Pantai Tanjung Pakis
* [[Bendungan Walahar]]
* Curug Bandung
* [[Ci gentis|Curug
* Pantai Tanjung Pakis
* Pantai Samudra Baru
* Pantai
* Pantai Tanjung Pulau Putri
*:Pantai Pelangi
* Pantai Tanjung Baru
* Danau Cipule<ref>{{Cite web |url=http://kutayu.com/8-tempat-wisata-di-karawang-jawa-barat/ |title=Kutayu |access-date=2015-12-02 |archive-date=2015-12-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20151208054427/http://kutayu.com/8-tempat-wisata-di-karawang-jawa-barat/ |dead-url=yes }}</ref>
Baris 294 ⟶ 341:
* Rumah Rengas Dengklok
* Petilasan Jaka Tingkir<ref>{{Cite web|title=Blog - Rolling Hills, Perumahan Baru di Karawang|url=https://www.rolling-hills.id/blog/tinggal-di-karawang-ini-dia-5-tempat-bersejarah-yang-bisa-anda-kunjungi|website=www.rolling-hills.id|access-date=2020-10-04|archive-date=2020-12-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20201205061939/https://www.rolling-hills.id/blog/tinggal-di-karawang-ini-dia-5-tempat-bersejarah-yang-bisa-anda-kunjungi|dead-url=yes}}</ref>
* San Diego Hills Memorial Park
== Olahraga ==
* Karawang adalah tuan rumah [[Pekan Olahraga Provinsi Jawa Barat 2006|PORPROV Jabar X]] tahun 2006.
* Klub olahraga yang berbasis di kabupaten Karawang di antaranya adalah [[Persika Karawang]] & [[Karawang United FC]] ([[sepak bola]]), Persika Karawang & KUFC menggunakan [[Stadion Singaperbangsa]].
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
* {{id}} {{resmi}}
* '''[https://www.free-mockups-psd.com/ Situs Lowongan Kerja Karawang]'''
{{Kabupaten Karawang}}
|