Pembela Tanah Air: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ukzilla (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Dwinug (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(35 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kegunaanlain|Peta (disambiguasi)}}
{{Infobox Militarymilitary Unitunit
|unit_name= Pembela Tanah Air
|image= [[Berkas:Flag of PETA (Pembela Tanah Air).svg|180px280px]]
|caption= Bendera yang digunakan batalion PETA
|dates= [[3 Oktober]] [[1943]] - [[–19 Agustus]] [[1945]]
|country= [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Hindia Belanda]] dan [[Pendudukan Malaya, Borneo Utara, dan Sarawak oleh Jepang|Malaya Inggris]]
|country= {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]] (Pra-kemerdekaan)
|allegiance= [[Berkas:War{{nowrap|{{angkatan flag of the Imperial Japanese Army.svgdarat|25px]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]}}}}
|branch=''[[Seinen Dojo]]''
|type=[[Infanteri]]
|role=Mempertahankan [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Hindia Belanda]] yang diduduki Jepang dan [[Pendudukan Malaya, Borneo Utara, dan Sarawak oleh Jepang|Malaya Inggris]] dari invasi [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]]
|role=Membela [[Indonesia]] dari serangan [[Blok Sekutu]]
|size=66 BatalionBatalyon di [[Jawa]]<br, />3 BatalionBatalyon di [[Bali]]<br, />Sekitar{{circa}} 20,.000 personelorang di [[Sumatra]], {{circa}} 2.000 orang di Malaya
|command_structure=
|current_commander=
|garrison=[[Bogor]], [[Jawa Barat]]
|ceremonial_chief=
|colonel_of_the_regiment=
|patron=
|nickname=PETA<br />''Kyoudo Bouei Giyuugun''
|nickname = PETA
|patron=[[Berkas:War flag of the Imperial Japanese Army.svg|25px]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]
|motto= "''Indonesia Akan Merdeka''"
|colors= [[Ungu]], [[Hijau]], [[Merah]] & [[Putih]] {{nowrap|{{color box|#6B3FA0}} [[Ungu]], {{color box|#004123}} [[Hijau]], {{color box|Red#FF0000}} [[Merah]], & {{color box|#FFFFFF}} [[Putih]]}}
|colors_label= Warna seragampanji
|identification_symbol=
|march= {{lang|id|"Mars Tentara Pembela"}} {{audio|Mars Tentara Pembela Tanah Air.ogg|Play}}
|march=
|mascot=
|battles= [[Pemberontakan PETA Blitar]]
|Commanders= Letnan Jenderal Nagano Yuichiro
|notable_commanders=
|anniversaries=[[3 Oktober]]
|decorations=
|battle_honours=
|native_name={{ublist
}}
| {{lang|ja|郷土防衛義勇軍}}
| {{transl|ja|Kyōdo Bōei Giyūgun}}
}}}}
{{Sejarah Indonesia}}
 
[[Berkas:Peta_ri.jpg|kiri|jmpl|Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944]]
'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air''' atau {{nihongo|'''PETA'''|郷土防衛義勇軍|Kyōdo Bōei Giyūgun}} adalah kesatuan militer yang dibentuk [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di [[Indonesia]] dalam [[masa pendudukan Jepang]]. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No 44'' yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, [[Letnan Jenderal]] Kumakichi Harada sebagai [[Tentara Sukarela]]. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer [[Bogor]] yang diberi nama [[Gyu Gun|Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Resentai]].
 
{{nihongo|'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air'''|郷土防衛義勇軍|Kyōdo Bōei Giyūgun|lead=yes}} atau '''Pembela Tanah Air''' ('''PETA''') adalah satuan paramiliter yang dibentuk [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di [[Indonesia]] pada [[masa pendudukan Jepang]]. PETA dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No. 44'' yang diumumkan oleh Panglima [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Angkatan Darat ke-16]], [[Letnan Jenderal]] [[Kumakichi Harada]]. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di [[Bogor]].
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] dan [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soedirman]]. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI) hingga akhirnya [[TNI]]. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari [[Tentara Nasional Indonesia]].
 
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] dan [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar TNI]] [[Soedirman]]. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], mulai dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi [[TNI|Tentara Nasional Indonesia]] (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
== Latar belakang ==
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Tentara Pembela - Verdedigingsleger.webm|kiri|jmpl|Mars PETA dalam pembukaan video propaganda Jepang yang diproduksi oleh Keimin Bunka Shidosho (Lembaga Kebudayaan Jepang di Indonesia)]]
 
=== Pembentukan ===
Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden [[Gatot Mangkoepradja]] kepada ''[[Gunseikan]]'' (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota ''[[Seinen Dojo]]'' (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada [[koran]] "[[Asia Raya]]" pada tanggal [[13 September]] [[1943]], yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. [[Mas Mansyur]], KH. Adnan, Dr. [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Abdul Karim Amrullah]] (HAMKA), Guru H. [[Mansur]], Guru H. [[Cholid]]. K.H. [[Abdul Madjid]], Guru [[H. Jacob]], K.H. [[Djunaedi]], [[U. Mochtar]] dan H. [[Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau [[Jawa]].<ref>Suryanegara, Mansur. 1996. ''Pemberontakan Tentara PETA di Cileunca Pangalengan Bandung Selatan''</ref> Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji atau bendera tentara PETA yang berupa [[matahari terbit]] (lambang [[kekaisaran Jepang]]) dan lambang [[bulan sabit]] dan [[bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).
Setelah Jepang [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|menguasai Hindia Belanda]], [[pemerintahan militer]] Jepang mulai membentuk berbagai organisasi bagi rakyat Indonesia untuk kebutuhan pendudukan dan kebutuhan perang Jepang di [[Perang Pasifik]]. Akan tetapi, Jepang tidak membuka perekrutan untuk personel militer, kecuali dengan kapasitas yang sangat terbatas seperti [[Heiho]]. Meski begitu, niat untuk membentuk satuan militer yang terdiri dari penduduk lokal sudah ada sejak awal pendudukan. Letnan Satu [[Motoshige Yanagawa]] dari ''Beppan'' (gugus tugas khusus dari Angkatan Darat ke-16) memulainya dengan mendirikan {{Nihongo||青年道場|Seinen Dōjō|'[[Dojo]] Pemuda'}} di [[Tangerang (disambiguasi)|Tangerang]] pada bulan Januari 1943, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan kemampuan semimiliter bagi para pemuda.{{Sfn|Sato|2010|p=194}} Kemudian, ''[[Seinendan]]'' (Barisan Pemuda) diresmikan pada tanggal 9 Maret 1943.
 
Pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Jepang [[Hideki Tojo]] mengumumkan dalam Sidang Parlemen Jepang ke-82, bahwa penduduk [[Jawa|Pulau Jawa]] akan mulai dilibatkan dalam urusan [[Pemerintahan sendiri|pemerintahan dalam negeri]] di Pulau Jawa.<ref>{{Cite AV media|url=https://www.openbeelden.nl/media/1302103|title=Bezoek generaal Tojo en instelling van de centrale raad van advies|date=1943-07-01|last=Nippon Eigasha|type=video|language=id|place=|publication-place=Batavia/Tokyo}}</ref> Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintahan Jepang di Pulau Jawa mulai menyusun rencana untuk mendirikan satuan militer beranggotakan penduduk lokal yang berfungsi sebagai kekuatan pertahanan. Supaya rencana ini dapat menarik minat masyarakat, ''Beppan'' memutuskan bahwa permohonan pembentukan satuan tersebut harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Motoshige Yanagawa kemudian memilih [[Gatot Mangkoepradja|Raden Gatot Mangkoepradja]] untuk membuat permohonan tersebut. Gatot Mangkoepradja dipilih karena ia telah menyampaikan aspirasi tentang pentingnya satuan militer bagi Indonesia kepada pemerintahan Jepang sejak bulan Mei 1942.{{Sfn|Sato|2010|p=197}} Motoshige Yanagawa bertemu dengan Gatot Mangkoepradja di [[Batavia|Jakarta]] pada tanggal 5 September 1943 untuk mendiskusikan hal tersebut. Diskusi dilanjutkan dengan ''Beppan'' pada keesokan harinya.{{Sfn|Sato|2010|p=193}}
== Pemberontakan batalion PETA di Blitar ==
 
Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkoepradja mengirimkan surat kepada {{Nihongo||軍政官|Gunseikan|'Kepala Pemerintahan Militer Jepang'}} Letnan Jenderan [[Shinshichiro Kokubu]], yang berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu usaha militer Jepang di medan perang secara langsung melalui sebuah "Barisan Pembela".{{Sfn|Sato|2010|p=193}}<ref name=":0" /> Di [[Tokyo]], pernyataan serupa juga disampaikan oleh [[Sutardjo Kertohadikusumo|Soetardjo Kartohadikoesoemo]] dan [[Boentaran Martoatmodjo|Dr. Boentaran Martoatmodjo]] pada kesempatan terpisah.{{Sfn|Asia Raya|1943a}}{{Sfn|Asia Raya|1943b}} Keesokan harinya, pada 8 September 1943, surat milik Gatot Mangkoepradja dipublikasikan di [[koran]] [[Asia Raja|Asia Raya]].{{Sfn|Mangkoepradja|1943}} Setelah penerbitan surat tersebut, selama beberapa hari setelahnya, berbagai surat kabar juga memuat aspirasi-aspirasi senada dari berbagai kalangan.{{Sfn|Sato|2010|p=195}}{{Sfn|Machfoeld|1943|p=}} Pada tanggal 10 September 1943, [[Latief Hendraningrat|R.A. Latief Hendraningrat]] juga mengirimkan surat kepada ''Gunseikan,'' yang berisi permohonan untuk melibatkan anggota ''Seinendan'' dalam perang.{{Sfn|Domei|1943a|p=}} Permohonan pembentukan satuan militer juga diusulkan oleh sepuluh ulama: [[Mas Mansyur|K.H. Mas Mansyur]], K.H. Adnan, [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Dr. Abdul Malik Karim Amrullah]], [[Mansur|Guru H. Mansur]], [[Cholid|Guru H. Cholid]], [[Abdul Madjid|K.H. Abdul Madjid]], [[H. Jacob|Guru H. Jacob]], [[Djunaedi|K.H. Djunaedi]], [[U. Mochtar]], dan [[Mohammad Sadri|H. Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.{{Sfn|Suryanegara|1996}} Permohonan ini dimuat pada koran Asia Raya edisi [[13 September]] [[1943]].{{Butuh rujukan}} Dukungan terhadap pembentukan satuan militer juga disampaikan oleh beberapa tokoh, seperti [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Radjiman Widjodiningrat]], [[Dwijosewoyo|R.Ng. Dwidjosewojo]], [[Frits Laoh]], [[A. Rasjid|Dr. A. Rasjid]], [[Abdul Karim Amrullah|Dr. H. A. Karim Amrullah]], dan [[Agus Salim|H. Agoes Salim]].{{Sfn|Domei|1943b|p=}}
 
Berbagai ungkapan dukungan ini selaras dengan strategi Jepang yang ingin membangkitkan semangat [[patriotisme]] rakyat Indonesia dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan pasukan militer [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pengusulan oleh golongan agama juga bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian diperlihatkan dalam [[Panji-panji|bendera]] PETA yang terdiri dari unsur [[Bendera Jepang|matahari terbit]] (lambang [[Kekaisaran Jepang]]) serta [[Bintang dan bulan sabit|bulan sabit dan bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).
 
Pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Angkatan Darat ke-16 menerbitkan {{nihongo|''Osamu Seirei No. 44''|治政令第44号|Osamu Seirei Dai-44 Gō}} yang memutuskan pembentukan tentara sukarela di Pulau Jawa. Isi dari ''Osamu Seirei No. 44'' adalah sebagai berikut:{{Sfn|Asia Raya|1943c|p=}}
 
{{Quote|
''Osamu Seirei No. 44'' Tentang pembentukan Pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa
<br />
<br />
Pasal 1
<br />
Menginat semangat yang berkobar-kobar serta juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah airnya dengan sendiri, maka Balatentera Dai Nippon membentuk Tentera Pembela Tanah Air, yakni pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-cita membela [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya|Asia Timur Raya]] bersama-sama.{{efn|
大日本軍は、大東亜共同防衛精神に則り、ジャワ5千万民衆の熱々たる郷土防衛の意気に応え、原住民を以て、ジャワ防衛義勇軍を編成す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, dilandasi semangat pertahanan bersama Asia Timur Raya, menjawab hasrat yang membara dari 50 juta masyarakat Pulau Jawa untuk membela tanah air, dengan membentuk Tentara Sukarela Pertahanan Jawa yang terdiri dari rakyat pribumi.'}}
<br />
<br />
Pasal 2
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air ini, dibentuk dengan penduduk asli yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya, dan ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nippon sebagai pendidik.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛に挺身を志願する原住民をもって編成し、一部の日本軍指導官を附す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa dibentuk dari rakyat pribumi yang bergabung secara sukarela untuk membela tanah air dan mematuhi instruktur dari Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.'}}
<br />
<br />
Pasal 3
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air termasuk di bawah pimpinan ''Saikoo Sikikan'' dan wajib menerima perintahnya.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、最高指揮官に隷す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa tunduk pada {{Nihongo||最高指揮官|Saikō Shikikan|'Komandan Tertinggi'}}.'}}
<br />
<br />
Pasal 4
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air harus insaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah airnya di dalam ''[[Karesidenan|Syuu]]'' masing-masing terhadap negeri [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|sekutu]], di bawah pimpinan Balatentera Dai Nippon.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛精神に徹し、米英蘭に対し、各州郷土の防衛に任ず。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa berkomitmen untuk membela tanah air, bertugas menghadapi Sekutu, dan bertanggung jawab atas pertahanan di masing-masing ''Shū'' asalnya.'}}
|{{Nihongo|''Saikoo Sikikan''|最高指揮官|Saikō Shikikan|}}}}
 
Perekrutan mulai dibuka pada bulan Oktober dan November 1943, bergantung pada jenjang kepangkatannya.{{Sfn|Asia Raya|1943c|p=}} Pada pembentukannya, banyak anggota ''Seinendan'' yang menjadi anggota senior dalam barisan PETA.
 
=== Pemberontakan ===
{{utama|Pemberontakan PETA Blitar}}
Pada tanggal [[14 Februari]] [[1945]], sebagian pasukan PETA diBatalion [[Blitar]] melakukan pemberontakan di bawah pimpinan [[Soeprijadi]] melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasildipicu dipadamkanoleh dengankemarahan memanfaatkanpersonel pasukanBatalion pribumiBlitar yang takmenyaksikan terlibatburuknya pemberontakan,kondisi baikmasyarakat darisekitar satuanserta PETApenderitaan sendiriyang maupundialami oleh [[Heihoromusa]]. Supriadi,Tujuan pimpinandari pasukanpemberontakan pemberontakini tersebut,adalah menurutmembunuh [[sejarahsetiap Indonesia]]prajurit dinyatakanJepang hilangyang dalamditemui peristiwadi iniwilayah Blitar. Akan tetapi, pimpinan lapangan dari pemberontakan ini, yangterendus selamalebih iniawal dilupakansehingga sejarah,{{clarifyprajurit me}}Jepang Muradi,di tetapsekitar bersamamarkas denganbatalion pasukannyatelah hinggalebih saatdulu terakhirpergi. MerekaPemberontakan semuaberlangsung padaselama beberapa akhirnyahari, setelahdan disiksaberhasil selamadipadamkan penahananterutama oleh ''[[Kempeitai]]''pasukan (PM)pribumi yang tak terlibat pemberontakan, diadilibaik dandari dihukumsatuan matiPETA dengansendiri maupun dari [[hukuman penggalHeiho]]. sesuaiSoeprijadi dengandinyatakan hukumhilang militerdalam [[Tentaraperistiwa Kekaisaranini. Jepang]]Dari sekitar 360 orang yang terlibat pemberontakan, 55 di antaranya ditangkap. Terdapat 6 orang yang dijatuhi [[Eereveldhukuman mati]]. Hukuman dilaksanakan di Eereveld (sekarang pantai [[Ancol]]) pada tanggal [[16 Mei]] [[1945]].{{Butuh rujukan}}
 
=== Pembubaran PETA ===
Pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], sehari setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], berdasarkan perjanjian [[kapitulasi Jepang]] dengan [[blokBlok Sekutu]], [[Tentara Kekaisaran Jepang]] memerintahkan para ''[[daidan]]'' batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka,. dimana sebagianSebagian besar daripasukan merekaPETA mematuhinyamematuhi perintah ini. [[Presiden Republik Indonesia]] yang baru saja dilantik, [[Sukarno]], mendukung pembubaran ini ketimbangdaripada mengubah PETA menjadi [[Angkatan bersenjata|tentara nasional,]]. karenaHal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan blokdari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator [[kolaborator]] Kekaisaran Jepang]] bilakarena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan.<ref name="RICKLEFS194">{{Sfn|Ricklefs (|1981), p194 </ref><ref name|p="SUNDHAUSSEN2_4">194}}{{Sfn|Sunhaussen (|1982), pp2|p=2-4 </ref><ref name="BACHTIAR">}}{{Sfn|Bachtiar(|1988), p12 </ref>|p=12}} Sehari kemudian, pada tanggal [[19 Agustus]] [[1945]], panglimaPanglima terakhirAngkatan TentaraDarat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal [[Nagano Yuichiro]], mengucapkan pidato perpisahan padakepada para anggota kesatuan PETA.
 
== Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Indonesische jongens tijdens hun soldatentraining door de Japanners TMnr 10001989.jpg|jmpl|kiri|Pemuda Indonesia dalam pelatihan di ''[[Seinen Dojo]]'' yang kemudian menjadi anggota ''PETA'']]
SumbangsihTentara danmantan peranan tentarapersonel PETA dalamturut masamenjadi [[Perangkomponen Kemerdekaanmiliter Indonesia]] sangatlahselama besar. Demikian juga peranan mantan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presidenmasa [[Soeharto]]Revolusi danNasional JendralIndonesia|perang Besar [[Soedirmankemerdekaan]]. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI), mulai darisejak dibentuknya [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. UntukPersonel mengenanglulusan perjuangan Tentarapendidikan PETA, padamenjadi tanggalkelompok [[18dominan Desember]]di [[1995]]era diresmikanawal [[monumenmiliter PETA]]Indonesia yangkarena letaknyapada dimasa pendudukan BogorBelanda, bekaspelatihan markasmiliter untuk penduduk pribumi tidak diberikan secara besar-besaran, PETAsehingga tidak banyak yang mewarisi pendidikan militer ala Belanda.
 
Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal [[18 Desember]] [[1995]], diresmikan [[Museum Pembela Tanah Air|monumen PETA]] yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.
==Tokoh Indonesia Lulusan PETA==
== Struktur ==
Tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:
Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut {{nihongo||大団|daidan|}}. Satu batalion terdiri dari sekitar 500 orang, setengah ukuran dari {{nihongo|batalion tentara Jepang|大隊|daitai|}}. Setiap batalion bertugas untuk melindungi setidaknya satu [[kabupaten]], sehingga terdapat dua hingga lima batalion yang ditempatkan pada satu [[keresidenan]]. Batalion PETA berada di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang {{nihongo|komandan batalion|大団長|daidanchō|}}, dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh {{nihongo|komandan kompi|中団長|chūdanchō|}}, {{nihongo|komandan peleton|小団長|shōdanchō|}}, dan {{nihongo|komandan regu|部団長|budanchō|}}. Para perwira ini dilatih di {{nihongo||ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊|Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai|'Korps Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa'}} yang terletak di kompleks militer di Bogor. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di daerah asalnya dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi {{nihongo|prajurit|義勇兵|giyūhei|'tentara sukarela'}}.<ref name=":0">{{Cite news|last=Kulsum|first=Kendar Umi|date=2021-02-17|title=Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/tentara-peta-sejarah-pembentukan-dan-pemberontakan-di-blitar-1945|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas.id]]}}</ref>
 
Pada awal didirikannya PETA, terdapat 35 batalion yang dibentuk di seluruh Pulau Jawa, menyesuaikan dengan jumlah ''daitai'' yang ada. Jumlah ini kemudian bertambah hingga pada akhir tahun 1944 terdapat 66 batalion di Pulau Jawa dan 3 batalion di [[Pulau Bali]]. Pada akhir tahun 1945, setidaknya terdapat 35.800 personel yang ditempatkan di Pulau Jawa dan 1.600 personel di Pulau Bali.<ref name=":0" />
{| class="wikitable"
|+Daftar Batalion PETA{{Sfn|Suryanegara|2010|p=68-80}}
|-
!Keresidenan
! Batalion
! Komandan Batalion
! Latar belakang
! Perwira lain
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan|Banten]]
| I [[Labuan, Pandeglang|Labuhan]] || [[Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani|Toebagus Achmad Chatib]] || [[Ulama]]|| Soehadisastra
|-
| II [[Malingping, Lebak|Kondangsari Malingping]]|| E. Ojong Temaja || Ulama || M.B. Soetman
|-
| III [[Kota Cilegon|Cilegon]]-[[Kota Serang|Serang]]|| [[Syam'un|Sjam'oen]] || Ulama || Zainoel Falah
|-
| IV [[Pandeglang, Pandeglang|Pandeglang]]|| Oeding Soejatmadja || || Moestaram
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Jakarta|Jakarta]]
| I [[Gambir, Jakarta Pusat|Harmoni]]|| [[Kasman Singodimedjo]] || Lulusan [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]], mantan Ketua [[Jong Islamieten Bond|JIB]] dan [[Majelis Islam A'la Indonesia|MIAI]]
|| [[Moeffreni Moe'min]]<br />[[Latief Hendraningrat]]
|-
| II [[Purwakarta, Purwakarta|Purwakarta]]|| Soerjodipoero || || Moersid
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Bogor|Bogor]]
| I [[Jampang Kulon, Sukabumi|Jampang Kulon]] || [[Abdullah bin Nuh|R. Abdullah bin Noeh]] || Ulama || Hoesen Aleksah
|-
| II [[Palabuhanratu, Sukabumi|Pelabuhan Ratu]]|| M. Basoeni || Ulama || Moelja
|-
| III [[Kota Sukabumi|Sukabumi]]|| Kafrawi || || Machmoed
|-
| IV [[Cibeber, Cianjur|Cibeber Cianjur]]|| R. Goenawan Resmipoetro || || [[Ishak Djuarsa|M. Ishak Djoearsa]]
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Priangan|Priangan]]
| I [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]]|| K.H. Soetalaksana || Ulama || Abdoellah Saleh
|-
| II [[Pangandaran, Pangandaran|Pangandaran]]|| K.H. Pardjaman || Ulama || K. Hamid
|-
| III [[Kota Bandung|Bandung]]|| Iljas Sasmita || || Permana<br />[[Umar Wirahadikusumah|Oemar Wirahadikoesoemah]]
|-
| IV [[Kota Cimahi|Cimahi]]|| [[Arudji Kartawinata|Aroedji Kartawinata]] || Lulusan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]], mantan petinggi [[Partai Syarikat Islam Indonesia|PSII]] || Soeparjadi<br />[[Poniman]]<br />[[Supardi (militer)|Soepardi]]
|-
| V [[Garut Kota, Garut|Garut]]|| R. Sofjan Iskandar || || Katamsi Sutisna
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Cirebon|Cirebon]]
| I [[Kota Cirebon|Cirebon]]|| Abdoelgani Soerjokoesoemo || || Roekman
|-
| II [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]]|| R. Zaenal Asikin Joedibrata || || Soearman
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Pekalongan|Pekalongan]]
| I [[Kota Pekalongan|Pekalongan]]|| Iskandar Idris || Ulama || Ajoeb
|-
| II [[Kota Tegal|Tegal]]|| K.H. Doerjatman || Ulama || Soemardjono
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Banyumas|Banyumas]]
| I [[Cilacap (kota)|Cilacap]]|| R. Soetirto || || R. Hartojo
|-
| II [[Sumpiuh, Banyumas|Sumpiuh]]|| [[Soesalit Djojoadhiningrat|R. Soesalit Djojoadhiningrat]]|| || Zaelan Asikin
|-
| III [[Kroya, Cilacap|Kroya]]|| [[Soedirman]]|| Lulusan sekolah pendidikan guru [[Muhammadiyah]], guru sekolah Muhammadiyah || Soepardjo Roestam
|-
| IV [[Banyumas, Banyumas|Banyumas]] || [[Isdiman]]<br />[[Gatot Subroto]] || || [[Sarengat]]
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Kedu|Kedu]]
| I [[Gombong, Kebumen|Gombong]]|| [[Abdul Kadir (militer, lahir 1906)|R. Abdoel Kadir]]<br />[[Bambang Sugeng]] || || R. Soetrisno
|-
| II [[Kota Magelang|Magelang]]|| Muhammad Susman || || Soegiardjo<br />Soepangkat
|-
| III Gombong || Djoko Koesoemo || || Slamet<br />[[Achmad Yani]]<br />[[Sarwo Edhie Wibowo]]
|-
| IV [[Purworejo, Purworejo|Purworejo]]|| Moekahar Ronohadikoesoemo || || Tjiptoroso
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Semarang|Semarang]]
| I [[Semarang Selatan, Semarang|Mrican]]|| R. Oesman<br />Soetrisno Soedomo || || Soejadi
|-
| II [[Weleri, Kendal|Weleri/Kendal]]|| R. Soedijono Taroeno Koesoemo || || Soeparman Soemahamidjaja
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Pati|Pati]]
| I [[Pati, Pati|Pati]]|| Koesmoro Hadidewo || ||
|-
| II [[Rembang, Rembang|Rembang]]|| [[Holan Iskandar]] || || Soekardi
|-
| III [[Jepara, Jepara|Jepara]]|| Prawiro Atmodjo || || Soekardji
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Yogyakarta|Yogyakarta]]
| I [[Wates, Kulon Progo|Wates]]|| D. Martojomeno || || Sudjiono
|-
| II [[Bantul, Bantul|Bantul]]|| Mochamad Saleh || Lulusan sekolah pendidikan guru, guru sekolah Muhammadiyah || Soepardi Pardi Pranoto<br />Soegiono
|-
| III [[Jetis, Yogyakarta|Pingit]]|| Soendjojo Poerbokoesoemo || || [[Darjatmo]]<br />[[Suharto|Soeharto]]
|-
| IV [[Wonosari, Gunungkidul|Wonosari]]|| Moeridan Noto || || Noedi
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Surakarta|Surakarta]]
| I [[Manahan, Banjarsari, Surakarta|Manahan]]|| [[Muljadi Djojomartono|R.M. Moeljadi Djojomartono]]|| Ulama || [[Suprapto Sukawati|Soeprapto Soekawati]]<br />[[Djatikoesoemo|Djatikusumo]]
|-
| II [[Wonogiri, Wonogiri|Wonogiri]]|| K.H. Idris || Ulama || Boediman
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Bojonegoro|Bojonegoro]]
| I [[Babat, Lamongan|Babat]]|| [[Masjkur|K.H. Masjkur]]<br />[[H. Soedirman|Soedirman]] || Ulama || Oetojo Oetomo
|-
| II [[Bancar, Tuban|Bancar]]|| Masri || || R. Rachmat
|-
| III [[Tuban, Tuban|Tuban]]|| Soemadi Sastroatmodjo || || Soemardjo
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Madiun|Madiun]]
| I [[Kota Madiun|Madiun]]|| Agoes Tojib || || Moemardjo
|-
| II [[Pacitan, Pacitan|Pacitan]]|| Akoeb Goelangge || || R. Soebagijo
|-
| III [[Ponorogo, Ponorogo|Ponorogo]]|| M. Soedjono || || Soedijat
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Kediri|Kediri]]
| I [[Tulungagung, Tulungagung|Tulungagung]]|| Soediro || || Toeloes
|-
| II [[Kota Blitar|Blitar]]|| [[Soerachmad]]|| || Soekandar<br />Moeradi<br />[[Supriyadi|Soeprijadi]]
|-
| III [[Sukorame, Mojoroto, Kediri|Sukorame]]|| A. Joedodiprodjo<br />Soejoto Djojopoernomo || || Mashoedi Soedjono
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Surabaya|Surabaya]]
| I [[Gunung Sari, Dukuh Pakis, Surabaya|Gunung Sari]]|| [[M. Soetopo|Soetopo]]|| [[Dokter]]|| Masdoeki Aboedardja
|-
| II [[Sidoarjo, Sidoarjo|Sidoarjo]]|| [[Muhammad Mangundiprojo|R. Moehammad Mangoendiprodjo]] || Lulusan [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]]|| Bambang Joewono
|-
| III [[Kota Mojokerto|Mojokerto]]|| Katamhadi || || Oesman
|-
| IV [[Gresik, Gresik|Gresik]]|| [[Cholik Hasjim|K.H. Cholik Hasjim]]<br />[[Mustopo|Moestopo]]|| Ulama<br />Lulusan [[Fakultas kedokteran gigi universitas airlangga|STOVIT]], [[dokter gigi]] || Jondat Modjo
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Malang|Malang]]
| I [[Gondanglegi, Malang|Gondanglegi]]|| K. Iskandar Soelaeman || Ulama || Soemarto
|-
| II [[Lumajang, Lumajang|Lumajang]]|| M. Soejo Adikoesoemo || || S. Hardjo Hoedojo
|-
| III [[Kota Pasuruan|Pasuruan]]|| Arsjid Kromodihardjo || || Slamet
|-
| IV [[Kota Malang|Malang]]|| Imam Soedja'i || || Soekardani
|-
| V [[Kota Probolinggo|Probolinggo]]|| Soedarsono || || [[Sumitro|Soemitro]]
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Besuki|Besuki]]
| I [[Kencong, Jember|Kencong Jember]]|| Soewito<br />Soediro || || Soekarto
|-
| II [[Bondowoso, Bondowoso|Bondowoso]]|| K.H. Tahiroeddin Tjokro Atmodjo || Ulama || Rosadi
|-
| III [[Benculuk, Cluring, Banyuwangi|Benculuk Banyuwangi]]|| Soekotjo || || Imam Soekarto
|-
| IV [[Rambipuji, Jember|Rambipuji Jember]]|| Surodjo<br />Astiklah || || Soebandi
|-
| V [[Klatak, Kalipuro, Banyuwangi|Sukowidi Banyuwangi]]|| R. Oesman Soemodinoto || || Soedarmin
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Madura|Madura]]
| I [[Pamekasan, Pamekasan|Pamekasan]]|| K.H. R. Amin Dja'far || Ulama || R. Moehammad Saleh
|-
| II [[Bangkalan, Bangkalan|Bangkalan]]|| Roeslan Tjakraningrat || || Hafiloedin
|-
| III [[Batang Batang, Sumenep|Batang Batang]]|| Abdoel Madjid || || Achmad Basoeni
|-
| IV [[Ambunten, Sumenep|Ambunten]]|| Abdoel Hamid Moedhari || Ulama || Soeroso
|-
| V [[Ketapang, Sampang|Ketapang]]|| Troenodjojo || || Mochamad Sabirin
|-
| rowspan="3" |[[Bali]]
| I [[Negara, Jembrana|Negara]]|| I Made Poetoe || || I Wayan Moedana
|-
| II [[Tabanan, Tabanan|Tabanan]]|| I Goesti Ngoerah Gede Poegeng || || Ida Bagoes Tongka
|-
| III [[Klungkung, Klungkung|Klungkung]]|| Anak Agoeng Made Agoeng || || I Made Geria
|}
 
==Tokoh Indonesia lulusan PETA==
Beberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:
* [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Sudirman]] ([[Panglima]] [[TNI|APRI]])
* [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] (Mantan [[Presiden RI]] ke-2)
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] ([[Anumerta]]) [[Ahmad Yani]] (Mantan Menteri/Panglima [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]])
* [[Soepriyadi]] (Mantan [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Menhankam]] KabinaetKabinet I ''[[in absentia]]'')
* [[JenderalMayor (TNI)|Jenderal TNI]] [[Basuki Rahmat]] (Mantan [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Mendagri]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Sarwo Edhie Wibowo]] (Mantan Komandan [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]])
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Umar Wirahadikusumah]] (Mantan [[Wakil Presiden Indonesia|Wapres RI]])
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Soemitro]] (Mantan PangkopkamtibPanglima [[Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban|Kopkamtib]])
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Poniman]] (Mantan Menhankam)
* [[Brigadir Jenderal|Brigadir Jenderal TNI]] [[Latief Hendraningrat]] (Mantan Komandan [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat|SSKAD]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Kemal Idris]] (Mantan KomandanPanglima Pangkowilhan[[Komando wilayah pertahanan|Kowilhan]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Supardjo Rustam]] (Duta Besar RI, [[Gubernur]] [[Jawa Tengah.]], dll)
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Djatikoesoemo|GPH Djatikoesoemo]] (Mantan [[KASAD]],Kepala sesepuhStaf Zeni,TNI pejuangAngkatan kemerdekaanDarat|Kasad]], putra ke-23 dari [[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwono X Surakarta]], dll)
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[H. Soedirman]], (Mantan Komandan SSKAD)
 
==Lihat pula==
* [[Giyugun]]
* [[Laskar Hizbullah]]
 
== Rujukan ==
* Ensiklopedia Nasional Indonesia (ed. 1989)
 
=== ReferensiCatatan ===
{{Notelist}}
 
=== Referensi ===
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|last=Bachtiar|first=Harsja W.|year=1988|url=|title=Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)|location=Jakarta|publisher=Djambatan|isbn=979428100X|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=[[Domei]]|first=|date=1943-09-14|year=1943a|title=Pengaroeh semangat keperdjoeritan mendalam dimasjarakat|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_14_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=[[Domei]]|first=|date=1943-09-14|year=1943b|title=Sekeliling Barisan Pembela|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_14_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-09-09|title=Ingin berdiri di medan perang!!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_09_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943a}}}}
* {{Cite news|last=Machfoeld|first=T.M. Moesa|date=1943-09-09|title=Marilah dengan soekarela, madjoe ke depan garis perang!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_09_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=Mangkoepradja|first=Gatot|date=1943-09-08|title=Keinginan Bangsa Indonesia Membentoek Barisan Pembela|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_08_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-09-08|title=Peratoeran Milisi di Djawa diidam-idamkan!!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_08_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943b}}}}
* {{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|year=1981|url=https://archive.org/details/historyofmoderni0000rick_c9k4|title=A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present|location=London|publisher=Macmillan|isbn=0333243803|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Sato|first=Shigeru|year=2010|title=Gatot Mangkupraja, PETA, and the origins of the Indonesian National Army|url=https://www.researchgate.net/publication/270688015_Gatot_Mangkupraja_PET_A_and_the_origins_of_the_Indonesian_National_Army|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|publisher=[[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]]|volume=166|issue=2-3|pages=189-217|doi=10.1163/22134379-90003616|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Shiraishi|first=Aiko|year=1974|title=ジャワ防衛義勇軍の設立|url=https://www.jstage.jst.go.jp/article/sea1971/1974/4/1974_4_3/_article/-char/ja/|journal=東南アジア -歴史と文化-|language=Jepang|publisher=[[:en:J-STAGE|J-STAGE]]|volume=1974|issue=4|pages=3-41|doi=10.5512/sea.1974.3|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Sunhaussen|first=Ulf|year=1982|url=|title=The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945-1967|location=Oxford|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=0195825217|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=1996|url=|title=Pemberontakan Tentara Peta di Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan|location=Jakarta|publisher=Yayasan Wira Patria Mandiri|isbn=|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=2010|url=|title=Api Sejarah 2|location=Bandung|publisher=Salamadani|isbn=9786028458269|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-10-04|title="Tentara Pembela Tanah Air" Lahir, 50.000.000 Bangsa Indonesia di Djawa bangkit serentak oentoek menghantjoerkan Sekoetoe!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_10_04_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943c}}}}
 
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]