Kroya, Cilacap: Perbedaan antara revisi

|luas=-61,68 km²

|penduduk=-117,277

[[Berkas:Lapangan Tugu Kroya.JPG|jmpl|306x306px|Alun-alun Tugu Kroya, sebagai pusat KecamataKecamatan Kroya.]]

'''Kroya''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|ꦏꦿꦺꦴꦪ}}) adalah sebuah kecamatan di wilayah kabupaten [[Cilacap]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Masyarakat Kroya mayoritas menggunakan [[bahasaBahasa Jawa Banyumasan]] dan sebagian [[Bahasa Jawa Surakarta.|Bahasa Jawa Surakarta.]]Kecamatan ini merupakan kecamatan berkembang dan menjadi pusat perdagangan di wilayah timur Cilacap. Kroya juga dikenal sebagaidengan jalurstasiunnya pertemuanyang antaramenjadi jalur KA dari arah Bandung-Tasikmalaya dengan jalur KA dari Cirebon (Kejaksan)-Purwokerto menujupertemuan antara darilintas Yogyakarta, Madiunselatan dan Surabayalintas tengah Jawa.

Hal ini mengakibatkan [[Stasiun Kroya]] memiliki tingkat lalu lintas terpadat di [[Daerah Operasi 5V Purwokerto]], dan untuk mengakomodasinya, emplasemen stasiun ini dibuat sepanjang 600900 m. [[Stasiun Kroya]] diklaim merupakan stasiun terbesar di wilayah Kab.[[Kabupaten Cilacap]]. Di sisi lain kecamatan Kroya memiliki sebuah pasar tradisonal yang cukup besar serta berada di tempat yang strategis. Kroya berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten[[Kabupaten Banyumas]] sebelah utara, dan timur laut, kemudian berbatasan dengan kecamatan[[Nusawungu, Cilacap|Kecamatan Nusawungu]] di sebelah timur,kecamatan [[Adipala, Cilacap|Kecamatan Adipala]] dan [[Maos, Cilacap|Maos]], di sebelah barat dan kecamatan[[Binangun, Cilacap|Kecamatan binangunBinangun]] di sebelah selatan.

Batas kewilayahan kecamatan Kroya terlihat dari arah barat (cilacap,adipala) tepatnya berada di wilayah desa[[Sikampuh, sikampuhKroya, Cilacap|Desa Sikampuh]], sedangkan batas kecamatan di wilayah timur (kebumen,Nusawungu) berada di desa[[Mergawati, Kroya, Cilacap|Desa mergawatiMergawati]].

Nama kecamatan ini mirip dgdengan nama kecamatan di daerah[[Indramayu, Indramayu|Indramayu]], [[Jawa Barat]] yaitu [[Kroya, Indramayu|Kroya]].

Timur : [[BinangunNusawungu,_Cilacap|Binangun]] dan [[Nusawungu,_CilacapCilacap|Nusawungu]]

Sejarah berdirinya Kecamatan Kroya tidak lepas dari sejarah terbentuknya wilayah karisidenan Banyumas.Kecamatan Kroya awal mulanya adalah daerah desa kecil pada masa kadipaten Wirasaba. Kemudian setelah perang Diponegoro usai secara politis seluruh daerah Banyumas atau Mancanegara Kulon menjadi milik pemerintah Belanda dan Kecamatan Kroya termasuktermas hiuk di dalamnya. Hal ini terbukti karena pada tanggal 20 September 1830, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda bernama Hallewijn memberikan laporan umum hasil kerjanya kepada pihak Komisaris Kerajaan yaitu Jenderal De Kock yang berada di Sokaraja. Laporan tersebut berhubungan dengan luasnya cakupan wilayah karisidenan Banyumasan yang hendak dibentuk dimana meliputi daerah Kebumen, Banjar (Banjarnegara), Panjer (Kebumen), Ayah, Prabalingga (Purbalingga), Banyumas, Kroya, Sumpiuh, Adireja, Karanganyar (Kebumen), Patikraja, Purwakerta (Purwokerto), Ajibarang, dan berbagai daerah lain. Dengan dibentuknya wilayah karisidenan,tahun 1843 akhirnya pemerintah Belanda mulai membangun akses jalan dari Banyumas ke selatan menerobos gunung Karangrau hingga ke Buntu dan disambung ke selatan lagi sampai Kroya.

Kondisi sarana dan prasarana transportasi darat di Kecamatan Kroya secara umum cukup memadai meskipun belum sepenuhnya memenuhi tuntunan kebutuhan yang di harapkan. Fasilitas perhubungan di Kecamatan Kroya meliputi 1 buah terminal dan 2 buah stasiun yaitu, [[Stasiun Kroya|Stasiun Besar Kroya]] dan stasiun sikampuh{{sta|Sikampuh}}. Jaringan transportasi darat di Kecamatan Kroya tercatat sepanjang 209,9 km. Kondisi ini tentu saja masih memerlukan peningkatan atau pengembangan demi mendukung percepatan pembangunan yang bergerak cepat.

<nowiki> </nowiki>1928, sebagai anak keempat dari 12 bersaudara, putra dari Bapak

<nowiki> </nowiki>Eyang Bona Wangsawiredja, yang juga menjabat sebagai Penatus Desa