Gentengkulon, Genteng, Banyuwangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Menambah referensi, removed stub tag
 
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 34:
|last =
|first =
|publisher = Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi
|title = Kecamatan Genteng dalam angka (Desa Gentengkulon 2017)
|date =September 2017
|year = 2017
|url =https://banyuwangikab.bps.go.id/index.php/publikasi/index?Publikasi_page=3
|accessdate =04/09/2017
|issn =2407-0467
|archive-date =2022-04-06
|archive-url =https://web.archive.org/web/20220406225134/https://banyuwangikab.bps.go.id/index.php/publikasi/index?Publikasi_page=3
|dead-url =no
}}</ref>
| area_rank = 5 ''di kecamatan Genteng''
Baris 62 ⟶ 65:
}}
 
'''Gentengkulon''' adalah sebuah nama [[desa]] di wilayah [[Genteng, Banyuwangi|Genteng]], [[Kabupaten Banyuwangi]], Provinsi [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Desa Genteng Kulon terdiri dari 5 dusun, yaitu: dusun Krajan, Sawahan, Kopen, Maron dan Jenisari. Mata pencaharian penduduknya terutama pada bidang pertanian dan perdagangan komoditas sayur-mayur yang banyak dipasok dari wilayah dataran tinggi Raung, tepatnya dari kecamatan Sempu. Selain itu juga banyak didatangkan dari Jember dan Probolinggo. Desa ini juga merupakan pusat kota kecamatan Genteng dan pusat perdagangan ketiga setelah Banyuwangi dan Rogojampi.
 
Desa Genteng Kulon terdiri dari 5 dusun, yaitu: dusun Krajan, Sawahan, Kopen, Maron dan Jenisari.
Mata pencaharian penduduknya terutama pada bidang pertanian dan perdagangan komoditas sayur-mayur yang banyak dipasok dari wilayah dataran tinggi Raung, tepatnya dari kecamatan Sempu. Selain itu juga banyak didatangkan dari Jember dan Probolinggo. Desa ini juga merupakan pusat kota kecamatan Genteng dan pusat perdagangan ketiga setelah Banyuwangi dan Rogojampi.
 
== Sejarah ==
{{noref}}
Gentengkulon merupakan pemekaran dari desa Genteng pada pertengahan tahun 1930. Gentengkulon saat itu didirikan atas dasar pengembangan dan pembagian wilayah yang semakin pesat di daerah Genteng. Lurah Genteng yang berkedudukan di Desa Genteng bagian timur melakukan penyetujuan dengan residen besuki untuk menggabungkan Dusun Kopen, Kopen Lor, Jenisari, dan Maron untuk menjadi satu desa. Termasuk membagi dusun Karangan menjadi Sawahan (dileburkan ke Gentengkulon), Krajan Gentengkulon (masuk Gentengkulon), dan Krajan Gentengwetan (masuk Gentengwetan). Pada tahun 1887, Genteng hanyalah daerah singgahan yang ditempuh dari alasmalang menuju Pesanggrahan (Lidah Pasar Gambiran) dan desa kuno Gambiran dihubungkan dengan jalan dokar antar daerah. Pada tahun 1910, pembangunan jalan-jalan dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan cara merombak total jalan dan jembatan yang tersedia di akhir tahun 1889 itu. Pada 1915, pemukiman tepi jalan masyarakat desa genteng mulai berkembang di daerah Tegalrejo (Sekarang Jl. Diponegoro), Karangrejo (Pemukiman di sebelah utara jalan Gajahmada), dan Genteng (di daerah Krajan Gentengwetan). Pada tahun 1920, masyarakat sudah mulai berdatangan dan membentuk dusun-dusun kecil di daerah Genteng bagian barat mencakup Moron (Maron), Kopen Lor, Kopen, Jenisari, dan Wonorejo. Sementara itu, di wilayah timur sudah berkembang juga beberapa dusun yaitu Karangan, Pecangakan, dan Reksomulyo. Atas dasar tersebut Lurah Genteng memutuskan untuk melakukan pemekaran di mana Karangan akan dibagi menjadi dua wilayah, yaitu sebagian bergabung dengan Gentengkulon (Semua Sawahan dan Krajan) dan sebagian lainnya bergabung dengan Gentengwetan (Krajan khusus kampung pahlawan). Dengan demikian pemekaran disetujui dan dibentuklah pemerintah desa tersendiri yaitu Gentengkulon dan Gentengwetan pada tahun 1930.{{fact}}
Pada tahun 1920, Desa Genteng Kulon menjadi bagian dari wilayah Desa Genteng. Kepala Desa Genteng yang berkedudukan di Genteng Wetan berupaya memekarkan desa menjadi dua pada akhir 1923. Kedua desa tersebut adalah Genteng Wetan dan Genteng Kulon. Berdasarkan hasil legistimasi pemecahan bahwa H. Salman memimpin Genteng Wetan dan Alimah dipercaya memimpin Genteng Kulon.
 
Berdasarkan informasi yang ada, bahwa dua desa ini dipisahkan oleh sungai yang mengalir tepat ditengah-tengahnya. Sungai tersebut dikenal dengan nama sungai Rais/Kali Genteng (Sekarang Kanal Genteng). Nama Genteng berdasarkan versi Genteng Kulon diambil dari kondisi berupa Hutan belantara yang banyak dihuni Celeng. Bermula dari kata Celeng inilah kemudian berangsur-angsur berubah menjadi Genteng. Hal ini mengingat kata-kata celeng berkonotasi kasar dan jelek menurut pemahaman Jawa. Nama Genteng Kulon diambilkan untuk memudahkan pembagian yang berada bagian barat sungai sementara wilayah desa bagian timur sungai dinamakan Desa Genteng Wetan.
 
Gentengkulon mendapatkan limpahan 4 dusun saat itu yaitu Karangan bagian barat, Kopen, Maron, dan Jenisari dari Gentengwetan. Sedangkan Gentengwetan bersisa Karangan bagian timur, Pecangakan, Krajan, dan Reksomulyo (Resomulyo). Dusun Karangan bagian barat kemudian dikembangkan menjadi dua bagian yaitu Krajan dan Sawahan. Krajan yang berarti keramaian dan menduduki wilayah karangan barat dekat sungai setail (sekarang ada di terminal lama Genteng) dan Sawahan berarti areal persawahan yang saat itu masih banyak sawah di sana berada di Karangan barat bagian timur. Kopen berasal dari kata kebun kopi dan Maron berasal dari kata Maro (paroan wilayah) dengan kopen lor. Sedangkan Jenisari berasal dari kata jeni dan sari yang masing-masing bermakna emas dan inti.
 
Kepala Desa pertama yang memimpin Desa Genteng Kulon bernama Alimah. Kondisi dan situasi pada saat itu tidak seperti sekarang, maka siapapun yang menjadi Kepala Desa disitulah pusat kegiatan pemerintahan desa dijalankan. Hal ini terus berjalan sampai pada awal kepemimpinan Kepala Desa Moch Sholeh. Pada tahun 1972 dibangunlah pusat pemerintahan permanen yang berkedudukan di Dusun Kopen. Semenjak dibangunya Kantor Balai Desa tersebut semua kegiatan pemerintahan desa pada masa-masa berikutnya ditempatkan di Balai Desa tersebut.
 
Adapun daftar nama kepala desa adalah sebagai berikut <ref>{{Cite web|title=Desa GENTENGKULON - Pemerintahan Desa DAFTAR KEPALA DESA GENTENGKULON|url=http://gentengkulon.desa.id/pemerintahan-desa/4/daftar-kepala-desa-gentengkulon|website=gentengkulon.desa.id|access-date=2022-07-18|archive-date=2023-06-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230602125912/https://gentengkulon.desa.id/pemerintahan-desa/4/daftar-kepala-desa-gentengkulon|dead-url=no}}</ref>:
{| class="wikitable"
|+
!No
!Nama Kepala Desa
!Periode
|-
|1
|Alimah
|1923-1931
|-
|2
|Ki Jarwo Semedi
|1931-1949
|-
|3
|H. Basoeni
|1949-1966
|-
|4
|H. Moch. Sholeh
|1966-1990
|-
|5
|H. Abdus Salam
|1990-2010
|-
|6
|Ahmad Duni
|2010-2011
|-
|7
|Darwinarko, S.H
|2011-2017
|-
|8
|Drs. Supandi, M.Pd
|2017-Sekarang
|}
Desa Gentengkulon seiring berjalannya waktu semakin berkembangpesat menjadi salah satu desa yang menjadi pusat perdagangan di Genteng sekaligus Banyuwangi Barat. Sebab beberapa pusat perdagangan ditemukan di sini, misalnya Pasar Induk Genteng I (berada di Sawahan, Gentengkulon) dan Pasar Genteng II (berada di Krajan, Gentengkulon). Selain itu, Ruang Terbuka Hijau Maron yang berkembang menjadi alun-alun Genteng menambah daya tarik tersendiri bagi kemajuan desa dan kunjugan wisata di sana.
 
== Pembagian wilayah ==
Desa Genteng Kulon memiliki wilayah seluas 466.670 Ha. Desa ini terdiri dari 5 dusun<ref>{{Cite web|title=Desa GENTENGKULON - Pemerintahan Desa PETA WILAYAH|url=http://gentengkulon.desa.id/pemerintahan-desa/3/peta-wilayah|website=gentengkulon.desa.id|access-date=2022-07-17|archive-date=2023-06-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230602111559/http://gentengkulon.desa.id/pemerintahan-desa/3/peta-wilayah|dead-url=no}}</ref>, yaitu:
Desa Gentengkulon terdiri dari 5 dusun, yaitu:
 
* Dusun Jenisari
* Krajan, terdiri dari 5 RW dan 47 RT
* Dusun Kopen
* Sawahan, terdiri dari 4 RW dan 35 RT
* Dusun Krajan
* Kopen, terdiri dari 5 RW dan 51 RT
* Dusun Maron
* Maron, terdiri dari 2 RW dan 14 RT
* Dusun Sawahan
* Jenesari, terdiri dari 2 RW dan 11 RT
 
Nama-nama wilayah yang saat ini bukan merupakan kawasan administratif:
 
* Karangan / Lidahkarangan (merujuk pada dusun Krajan)
 
== Sosial dan Budaya ==
Kehidupan sosial masyarakat Gentengkulon yang sangat dinamis dan heterogen menambah khazanah kebhinekaan bagi desa tersebut. Berdasarkan informasi yang tersaji bahwa sebagian suku Jawa bermukim di daerah Kopen, Maron, Sawahan dan Jenisari. Sementara Tionghoa bermukim di Kopen, Sawahan, dan Krajan. Tidak banyak juga ditemukan suku Osing yang berkedudukan di Jenisari. Unsur-unsur kebudayaan saat ini tidak banyak ditemukan di sini.
 
== Pranala luar ==
Baris 85 ⟶ 141:
 
{{Authority control}}
 
{{Kelurahan-stub}}
 
[[Kategori:Desa di Kabupaten Banyuwangi]]