Anyakrawati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Dikembalikan ke revisi 24693880 oleh Ariandi Lie (bicara) (A Járőröknek!) Tag: Pembatalan |
||
(23 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Anyakrawati<br />ꦲꦚꦏꦿꦮꦠꦶ
| title = Sunan
| titletext =
| more =
| type =
| image =
| image_size =
| alt =
| caption =
| succession = [[Susuhunan Mataram]]
| moretext = ke-2
| reign = 1601 ‒ 1613<ref name=jumeneng/>
| reign-type = Bertakhta
| predecessor = [[Panembahan Senapati|Senapati]]
| successor = [[Anyakrakusuma]]
| spouse = Dyah Banawati (Kanjeng Ratu Mas Adi)<br/>Ratu Tulungayu
| issue = [[Anyakrakusuma]]<br/>KP. Mangkubumi<br/>KP. Bumidirja<br/>[[Adipati Martapura]]<br/>KR. Mas Sekar<br/>KP. Buminata<br/>KP. Natapura<br/>KP. Pamenang<br/>KP. Selarong<br/>GKR. Wirakusuma<br/>KP. Pringgalaya
| native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
| native_lang1_name1 = ꦲꦚꦏꦿꦮꦠꦶ
| house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
| house-type = Wangsa
| father = [[Panembahan Senapati]]
| mother = Waskita Jawi (Kanjeng Ratu Mas) Putri [[Ki Panjawi]]
| birth_date = tidak diketahui
| birth_place =
Baris 27 ⟶ 28:
| death_place = Krapyak<ref name=jumeneng/>
| burial_date =
| burial_place = [[Pasarean Mataram
| regnal name = ''Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Adi Prabu Anyakrawati Senapati ing Ngalaga Sayyidin Panatagama''
| posthumous name = Panembahan Seda ing Krapyak
| signature_type =
| signature =
| religion = [[Islam]]
}}
'''Anyakrawati''' ({{lang-jv|ꦱꦸꦱꦸꦲꦸꦤꦤꦢꦶꦥꦿꦧꦸꦮꦚꦏꦿꦮꦠꦶ|Susuhunan Adi Prabu Anyakrawati}}; meninggal 1613<ref name=jumeneng>{{Cite book |author=G.P.H. Hadiwidjojo |title=Paparabipun Para Nata Surakarta wiwit Mataram|date=1956 |location=Prabuwinatan, Surakarta |quote=Jumênêng 1601 surud 1613, seda ing Krapyak}}</ref>) adalah [[susuhunan]] (pemimpin) kedua dari [[Kesultanan Mataram|Mataram]] yang memerintah pada tahun [[1601]]-[[1613]]. Ia tercatat mewarisi kepiawaian ayahnya dalam strategi perang dan berburu, maka dalam gelarnya juga disematkan gelar ''senapati ing ngalaga'' yang bermakna orang yang pandai berperang.
Baris 43 ⟶ 45:
Masa pemerintahnya relatif pendek. Dia memerintah selama dua belas tahun. Pada [[1601]]-[[1613]]. Anyakrawati wafat pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu rusa di hutan Krapyak. Dari peristiwa itu ia dikenal dengan gelar anumerta ''Panembahan Seda ing Krapyak'' (Panembahan yang Meninggal di Krapyak).
Sebelum peristiwa tragis yang mengakibatkan mangkatnya Anyakrawati, ia pernah berwasiat kepada Patih Mandaraka untuk mengusulkan Raden Mas Jatmika, dalam melanjutkan tapuk kepemimpinan negara.<ref name="graaf86">{{cite book|author= Graaf , H.J. De|year=1986|title=Puncak Kekuasaan Mataram|location=Jakarta|publisher= PT Grafiti Perss }}</ref><ref name="poespa08">{{cite book|author=Poespaningrat, Pranoedjoe|year=2008|title=Kisah Para Leluhur dan Yang Diluhurkan|location=Yogyakarta|publisher=PT BP Kedaulatan Rakyat}}</ref>
Wasiat yang pernah disampaikan Anyakrawati itu rupanya menimbulkan persoalan serius. Sebab, dia pernah berjanji mengangkat Raden Mas Wuryah sebagai calon raja. Raden Mas Wuryah anak dari permaisuri pertama. Ibunya bergelar Ratu Tulungayu, dari [[Ponorogo]].
Sedangkan Raden Mas Jatmika lahir dari Ratu Mas Adi yang bernama Dyah Banawati, putri [[Pangeran Benawa]] dari Pajang. Saat itu status ibunya belum menjadi permaisuri. Anyakrawati masih menjadi pangeran. Sebaliknya, Raden Mas Wuryah lahir ketika Anyakrawati sudah bertakhta. Usia keduanya terpaut jauh. Saat Anyakrawati wafat, Wuryah baru berumur 8 tahun dan Jatmika telah berumur 20 tahun.<ref name="graaf86"/>
== Pemerintahan ==
=== Kenaikan takhta ===
Pada tahun 1601 Panembahan Senapati mangkat, selanjutnya Raden Mas Jolang, menggantikan posisi ayahnya sebagai raja Mataram. Ia melanjutkan gelar ayahnya sebagai [[panembahan]] kemudian gelarnya saat jumeneng (naik takhta) sebagai ''Sunan Prabu Anyakrawati''.
Raden Mas Jolang adalah putra Panembahan Senapati dengan permaisuri Kanjeng Ratu Mas (Waskita Jawi) yang berasal dari [[Pati]]. Bagi Panembahan Senapati, Raden Mas Jolang adalah putra ke sepuluh, tetapi dia merupakan putra keempat dari permaisuri Kanjeng Ratu Mas, asal pesisir Pati.<ref name="purwa07"/> Raden Mas Jolang merupakan putra pertama bagi Panembahan Senapati yang tidak meninggal pada usia belia. Dia juga memiliki banyak saudara laki-laki dan perempuan.
Diantara saudaranya itu adalah Raden Mas Tembaga dan Raden Mas Kedawung, dalam perjalanan waktu saudaranya kemudian menjadi Pangeran Puger dan Pangeran Demang Tanpa Tangkil. Meski bukan putra sulung, Raden Mas Jolang ditunjuk oleh Panembahan Senapati sebagai penggantinya karena dia anak dari permaisuri.
Pengangkatan Raden Mas Jolang sebagai calon raja dilaksanakan semasa Panembahan Senapati masih hidup. Bahkan sebelum menerima takhta secara resmi, Raden Mas Jolang harus menjalani ujian yang cukup berat, yaitu menghadapi pemberontakan Adipati Pragola. Tugas kenegaraan menghadang Adipati Pragola yang membawa seluruh kekuatan pasukannya ke Mataram, ternyata nyaris membuatnya terbunuh dalam pertempuran itu.<ref name="sosro25"/>
=== Meredamkan pemberontakan ===
Baris 66 ⟶ 68:
Pada tahun 1590 Adipati Pragola ikut membantu Mataram menaklukkan Madiun. Pemimpin Madiun saat itu bernama Rangga Jumena (putra bungsu Sultan Trenggana) melarikan diri ke Surabaya. Putrinya yang bernama Retna Dumilah diambil Panembahan Senapati sebagai permaisuri kedua.
Peristiwa ini membuat Adipati Pragola sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya (Kanjeng Ratu Mas) terancam. Pemberontakan pun terjadi. Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng mulai ditaklukan oleh Adipati Pragola.<ref name="sosro25">{{cite book|author= Sosrosumanto, KM. & Dibyosudiro|year=1925|title=Serat Babad Pati|location=Yogyakarta|publisher=NV. Mardimulyo }}</ref>
Panembahan Senapati mengirim Raden Mas Jolang untuk menghadapi pemberontakan Adipati Pragola. Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan. Adipati Pragola menolak untuk melawan keponakannya sendiri, dan ia meminta Panembahan Senapati sendiri yang menghadapinya. Namun, Raden Mas Jolang menolaknya. Untuk membuat keponakannya itu mengurungkan niatnya, Adipati Pragola memukulkan gagang tombak hingga mengenai pelipis keponakannya hingga berdarah.
Baris 89 ⟶ 91:
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
{{s-start}}
|