Wangsa Isyana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Syahjahaan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(46 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Wangsa Isyana''' atau '''Dinasti Ishana'''; {{sanskerta|ईशान|Īśāna}} adalah sebuah [[dinasti]] yang pernah berkuasa dan memerintah di [[Kerajaan Medang]] '''(kaḍatwan mḍaŋMḍaŋ)''' ''periode [[Jawa Timur'']] pada abad ke-10 sampai masa akhir [[Kerajaan Kadiri]] '''(PaŋjaluPañjalu)''' awal abad ke 1213.
{{infobox royalty
|name = ''Wangsa ĪśyānaIsyana''
|image = [[Daftar]] [[Keluarga]] [[RajaKerajaan]]
[[Berkas:Sailendra King and Queen, Borobudur.jpg|jmpl|360px|Adegan keluarga kerajaan raja dan ratu dengan segenap abdi pengiringnya di dalam istana Medang]]
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
| reign = [[Medang]], [[Kahuripan]], [[Panjalu]] & [[Janggala]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
|religion = [[Hindu]] & [[Agama Buddha|Buddha]]
}}
{{Sejarah Indonesia}}
 
== Asal -usul ==
Istilah ''Isyana'' berasal dari nama '''Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa''', yaitu gelar [[Mpu Sindok]] setelah menjadi raja Medang ([[929]]–[[947]]). Dinasti ini menganut agama [[Hindu]] aliran [[Siwa]].
 
Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan [[Sanjaya]], pendiri [[Kerajaan Medang]] ''periodePeriode Jawa Tengah''. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu [[Mpu Daksa]] yang memerintah sekitar tahun [[910]]–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian ''Sanjayawarsa'' (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota [[Wangsa Sanjaya]].
 
Kerajaan Medang di [[Jawa Tengah]] hancur akibat letusan [[Gunung Merapi]] menurut [[teori van Bammelen]]. Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari '''Mataram''' menuju '''Tamwlang'''. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke '''Watugaluh'''. Kedua istana baru itu terletak di daerah sekitar wilayah [[Jombang]] sekarang.
 
[[Mpu Sindok]] tidak hanya memindahkan istana Medang dari barat ke timur, tetapi ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana.
 
Namun adaterdapat jugapula pendapat yang menolak keberadaan [[Wangsa Sanjaya]] dan Wangsa Isyana, antara lain yang diajukan oleh ''Prof. Poerbatjaraka'', ''Pusponegoro'', dan ''Notosutanto''. Menurut versi ini, di dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti sajadan keluarga yang memerintah, yaitu [[Wangsa Syailendra]], keluarga Syailendra yang semula beragama [[Hindu]]. KemudianLalu muncul Wangsa Syailendrakemudian terpecah dengan munculnya anggota Syailendra lain yang beragama [[Buddha]].
 
Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa [[Mpu Sindok]] adalah anggota [[Wangsa Syailendra]] yang beragama [[Hindu]] [[Siwa]], dan yangkemudian memindahkan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
 
== Silsilah keluarga ==
Silsilah Wangsa Isyana dijumpai di dalam [[Prasasti Pucangan]] tahun [[1041]] M, yang dikeluarkan atas nama [[Airlangga]], seorang raja yang mengaku sebagai keturunan [[Mpu Sindok]]. Prasasti inilah yang melahirkan pendapat tentang munculnya sebuah dinasti baru sebagai kelanjutan [[Wangsa Sanjaya]].
 
Cikal bakal Wangsa Isyana tentu saja ditempati oleh Mpu Sindok alias Maharaja Isyana. Ia memiliki putri bernama [[Sri Isyanatunggawijaya]] yang menikah dengan pangeran [[Bali]] bernama [[Sri Lokapala]]. Dari perkawinan itu lahir [[Makutawangsawardhana]], yang kemudian memiliki putri bernama [[Mahendradatta]], yaitu ibu dari Airlangga.
 
Ayah dari Airlangga adalah [[Udayana]] [[wangsa Warmadewa|Warmadewa]] raja Bali. Dalam beberapa prasasti, nama Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni disebut lebih dulu sebelum suaminya. Hal ini menunjukkan seolah-olah kedudukan Mahendradatta lebih tinggi daripada Udayana. Mungkin saat itu Bali merupakan negeri bawahan Jawa. PenaklukanPenaklukkan Bali diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan [[Dyah Balitung]] (sekitar tahun [[890]]–[[900]]–an).
 
Prasasti Pucangan juga menyebutkan seorang raja bernama [[Dharmawangsa Teguh]], mertua sekaligus kerabat Airlangga. Para sejarawan cenderung sepakat bahwa Dharmawangsa adalah putra Makutawangsawardhana. Pendapat ini diperkuat oleh [[prasasti Sirah Keting]] yang menyebut Dharmawangsa dengan nama Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa.
 
Dengan demikian, Dharmawangsa dapat dipastikan sebagai keturunan Mpu Sindok, meskipun prasasti Pucangan tidak menyebutnya dengan pasti.
 
Pada akhir masa pemerintahannya, [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Sebelum turun takhta, pada akhir November [[1042]] atas saran penasehat kerajaan [[Mpu Bharada]], Airlangga terpaksa membagi wilayah kerajaannya menjadi dua.
== Daftar raja-raja ==
 
Bagian barat wilayah Panjalu/[[Kadiri]] beribukota di kota baru yaitu [[Daha]] diberikan kepada [[Sri Samarawijaya]], kemudian wilayah bagian timur yaitu wilayah [[Janggala]] beribukota di kota lama yakni [[Kahuripan]] diberikan kepada [[Mapanji Garasakan]].
 
== Daftar raja-rajanama penguasa ==
Daftar raja-raja Wangsa Isyana dapat disusun sebagai berikut,
# Dyah Sindok ([[Mpu Sindok]]) aliasatau Sri Maharaja Isyana Wikramadharmottunggadewa.
# [[Sri IsyanatunggawijayaIsyana Tunggawijaya]], memerintah bersama suaminya [[Sri Lokapala]].
# [[Makutawangsawardhana|Sri Makutawangsawardhana]].
# [[Dharmawangsa Teguh]] memerintah di Jawa, [[Mahendradatta]] memerintah di Bali.
# [[Airlangga]], putra [[Mahendradatta]] danserta menantu dari [[Dharmawangsa Teguh|Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa Teguh]].
# DilanjutkanPenerus garis keturunan keluarga Isyana dilanjutkan oleh [[KadiriPanjalu]] dan [[Janggala]] dua Kerajaankerajaan hasil pembelahan [[Airlangga]].
 
== Daftar pustaka ==
Baris 51 ⟶ 57:
* [[Rakai Panangkaran]]
* [[Rakai Pikatan]]
 
[[Kategori:Wangsa]]