Dharmawangsa Teguh Anantawikrama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) k Ariandi Lie memindahkan halaman Dharmawangsa Teguh ke Dharmawangsa Teguh Anantawikrama |
||
(46 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kegunaanlain|Dharma}}
▲{{Infobox monarch
|name = Dharmawangsa Teguh
|title = Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa
|succession = Raja Medang ke-20 (Terakhir)
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
|predecessor = [[Makutawangsawardhana]]
|issue = *Putri Galuh Sekar Menikah Dengan [[Airlangga]]▼
|father = [[Makutawangsawardhana]]
*Istri [[Sri Jayabhupati]]
|reign = 991 - 1016
|birth_name = Wijayamretawardhana
|religion = [[Hindu]]
|regnal name = Śrī Mahārāja Īśāna Dharmmawaṅsa Teguh Anantawikramotunggadewa
}}
'''Dharmawangsa Teguh''' disebut juga dengan '''Dharmawangsa''' adalah raja terakhir [[Kerajaan Medang]] ''Periode Jawa Timur'' dengan bergelar nama ''abhiseka'' '''Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa'''. Pada saat masa pemerintahannya Dharmawangsa mengadakan serangan ke [[Sriwijaya]]. Ia memerintah [[Medang]] pada tahun [[991]]-[[1016]].
== Sejarah ==
[[Prasasti Pucangan]] yang dikeluarkan tahun
Pada umumnya para sejarawan sepakat menyebut Dharmawangsa Teguh sebagai putra [[Makuthawangsawardhana]]. Teori ini diperkuat oleh [[Prasasti Sirah Keting]] yang menyebut Dharmawangsa sebagai anggota [[Wangsa Isyana]].
*[[Mahendradatta]] menjadi permaisuri raja [[Udayana]] di [[Bali]] dan melahirkan **[[Airlangga]]. *Sementara itu, Dharmawangsa menggantikan [[Makuthawangsawardhana]] sebagai raja [[Kerajaan Medang]]. **Istri [[Airlangga]]. Airlangga diambil sebagai menantu Dharmawangsa untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Airlangga menjadi raja [[Kahuripan|Medang-Kahuripan]], yang berkuasa tahun 1019-1042.
**Istri [[Sri Jayabhupati]]. raja [[kerajaan sunda]] ke-20, yang berkuasa tahun 1030-1042.
[[Prasasti Sirah Keting]] juga menyebutkan nama asli Dharmawangsa yaitu ''Wijayamreta Wardhana''.
Selain [[Prasasti Pucangan]] dan [[Prasasti Sirah Keting]], nama Dharmawangsa juga ditemukan dalam naskah [[Mahabharata]] [[bahasa Jawa Kuno]], pada bagian Wirataparwa, yang ditulis pada tanggal 14 Oktober 996. Juga [[Prasasti Kawambang Kulwan]] tahun 992. Prasasti ini diterjemahkan oleh [[J.L.A. Brandes]], walaupun hanya 12 baris bagian awal pada sisi depan, yang diduga dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang. Yang isinya merupakan penetapan wilayah [[sima]] di desa Kawambang Kulwan (kulon) yang berupa ''sima swatantra'' dari ''Sri Maharaja'' yang diteruskan oleh ''Pu Dharmmasanggramawikranta'' dan diterima oleh ''[[Samgat]] Kanuruhan Pu Burung'' tentang pendirian bangunan suci untuk dewa [[Siwa]] dan adanya ajaran ''kitab Siwasasana''.
== Menyerang Sriwijaya ==
[[Berita Tiongkok]] dari [[Dinasti Song]] menyebut [[Kerajaan Sriwijaya]] di [[Sumatra]] dengan nama ''San-fo-tsi'', sedangkan [[Kerajaan Medang]] di [[Jawa]] dengan nama ''Cho-po'' atau ''She-po''.
Dikisahkan bahwa, ''San-fo-tsi'' dan ''Cho-po'' terlibat persaingan untuk menguasai jalur perdagangan [[Asia Tenggara]]. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke [[Tiongkok]]. Utusan ''San-fo-tsi'' yang berangkat tahun [[988]] tertahan di pelabuhan [[Kanton]] ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh tentara ''Cho-po'' (Jawa).
Pada musim semi tahun [[992]] duta ''San-fo-tsi'' tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di [[
Utusan ''Cho-po'' juga tiba di Tiongkok tahun [[992]]. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun [[991]]. Raja baru tersebut diduga kuat adalah Dharmawangsa Teguh. Dengan demikian, dari berita Tiongkok tersebut dapat diketahui kalau pemerintahan Dharmawangsa dimulai sejak tahun [[991]].
Kerajaan Medang berhasil menguasai [[Kota Palembang|Palembang]] tahun [[992]], tetapi pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh
==
Prasasti Pucangan mengisahkan kehancuran [[Kerajaan Medang]] yang dikenal dengan sebutan ''Mahapralaya'' atau '''
kematian dari raja Dharmawangsa serta hancurnya ibukota '''[[Simbatan, Nguntoronadi, Magetan|Wwatan]]''' di bawah tekanan pemberontak Lwaram mengakhiri kerajaan [[Medang]] dan membuatnya jatuh dalam situasi kekacauan karena tidak adanya seorang penguasa tertinggi, para panglima perang di setiap provinsi, daerah dan pemukiman di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] memberontak, dan melepaskan diri dari pemerintahan pusat Medang untuk membentuk daerah otonom atau pemerintahannya sendiri, selanjutnya perampokan merajalela, kerusuhan, kekerasan dan kejahatan lebih lanjut terjadi beberapa tahun setelah kejatuhan Medang hingga merusak situasi negara.
Tiga tahun kemudian [[Airlangga]] tampil dengan dukungan dari para pendeta dan permintaan rakyat [[Medang]] dirinya membangun sebuah istana baru di '''[[Wotanmas Jedong, Ngoro, Mojokerto|Watan Mas]]''' serta mendirikan kerajaan baru, [[Kahuripan]], sebagai penerus takhta mertuanya. Keturunan Dharmawangsa yang lain, menurut [[Prasasti Sirah Keting]], yaitu [[Sri Jayawarsa]] disebut juga [[Sri Digjaya Resi]], membangun kembali ibukota '''Wwatan''' dan menjadi penguasanya dengan gelar '''Sri Jayawarsa Digjaya Sasastraprabhu''', diperkuat juga dengan [[Prasasti Mruwak]] (1186) dan [[Prasasti Pamotoh]] II (1198). Dari [[Prasasti Pucangan]] diketahui adanya perpindahan ibu kota kerajaan. Prasasti Turyyan menyebut ibu kota Kerajaan Medang terletak di '''[[Tembelang, Jombang|Tamwlang]]''', dan kemudian pindah ke '''[[Watugaluh, Diwek, Jombang|Watugaluh]]''' menurut prasasti Anjukladang. Kedua kota tersebut terletak di Desa tembelang daerah [[Jombang]] sekarang. Sementara itu kota Wwatan diperkirakan terletak di daerah Simbatan Nguntoronadi perbatasan [[Madiun]] - [[Magetan]] ,sedangkan Watan Mas terletak di Desa Wotan Mas ,Kecamatan Ngoro dekat sekitar [[Gunung Penanggungan]].
Mengenai alasan '''Raja Wurawari''' membunuh Dharmawangsa Teguh terjadi beberapa penafsiran. Ada yang berpendapat bahwa Wurawari sakit hati karena lamarannya terhadap putri Dharmawangsa ditolak. Ada pula yang berpendapat bahwa Wurawari merupakan bawahan yang ambisius yang hendak mengambil alih kekuasaan Dharmawangsa. Prasasti Pucangan yang saat ini berada di museum [[Kolkata]], [[India]] melahirkan dua versi terhadap tahun berdirinya istana '''Watan Mas'''. Golongan pertama membaca angka tahun berupa kalimat ''Suryasengkala'' yaitu ''Locana agni vadane
== Catatan ==
Baris 54 ⟶ 64:
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Medang|tahun=
{{kotak selesai}}
Baris 62 ⟶ 72:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Wangsa Isyana]]
[[Kategori:Tokoh Hindu]]
|