Imperialisme bahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ~ref
 
(12 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{short description|Pemindahan bahasa yang paling berpengaruh kepada bangsa lain sebagai pembuktian kekuasaan}}
'''Imperialisme bahasa''' atau '''imperialisme linguistik''' didefinisikan sebagai "pemindahan bahasa yang paling berpengaruh kepada bangsa lain". Pemindahan bahasa ini dianggap sebagai [[Kekuasaan (hubungan internasional)|tandabukti]] kekuasaan, tidak hanya melalui [[Militer|kekuatan militer]], tetapi juga [[kekuatan ekonomi]]. Aspek-aspek [[budaya]] yang paling berpengaruh biasanya turut [[Imperialisme budaya|dipindahkan]] bersama dengan bahasa itu.<ref>{{cite journal |url=https://content.sciendo.com/downloadpdf/journals/jnmlp/14/2/article-p117.xml |first=Tomasz |last=Kamusella |year=2020 |title=Global Language Politics: Eurasia versus the Rest |pages=118-151 |journal=Journal of Nationalism, Memory & Language Politics |volume=14 |number=2}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Master|first=Peter|year=1998|title=Positive and Negative Aspects of the Dominance of English|jstor=3588002|journal=TESOL Quarterly|volume=32|issue=4|pages=716–727|doi=10.2307/3588002}}</ref>
 
Sejak awal 1990-an, imperialisme bahasa telah menarik perhatian dalam kalangan ahli [[linguistik terapan]]. Khususnya, buku keluaran tahun 1992 yang berjudul ''[[Linguistic Imperialism]]'' karya [[Robert Phillipson]] telah menimbulkan banyak perbahasan tentang kekurangan dan kelebihannya. Phillipson mendapati pengecaman imperialisme bahasa yang berawal dari kritik [[Jerman Nazi|Nazi]] terhadap [[British Council|Dewan Britania]] dan kupasan [[Uni Soviet|Soviet]] tentang [[bahasa Inggris]] sebagai bahasa [[kapitalisme]] dan [[Hegemoni|penguasaan dunia]].<ref>Phillipson, Robert (1992), p36.</ref> Dalam hal ini, kritik terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa dunia sering kali berakar dari [[Globalisme|antiglobalisme]].
 
Imperialisme bahasa juga sering dilihat dalam konteks [[imperialisme budaya]].
 
== Definisi ==
Imperialisme bahasa adalah satu bentuk [[Diskriminasi bahasa|linguisisme]] yang menguntungkan dan memberikan kekuatan kepada bahasa yang menguasai atau menindas dan penuturnya. Seperti yang diringkaskan oleh ahli bahasa [[Heath Rose]] dan [[John Conama]], Dr. Phillipson berpendapat bahwa ciri-ciri yang menentukan imperialisme bahasa adalah sebagai berikut:
# Sebagai satu bentuk linguisisme, yang menjelma dalam mengutamakan bahasa yang paling berpengaruh di atas yang lain menurut jalur yang sama seperti [[rasisme]] dan [[seksisme]].
# Sebagai ide yang diwujudkan secara terstruktur, yang lebih banyak memberikan sumber daya dan prasarana kepada bahasa yang paling berpengaruh
# Sebagai ideologi, dalam hal ini meyakinkan bahwa bentuk bahasa yang paling berpengaruh lebih bergengsi daripada yang lain. Gagasan-gagasan ini bersifat hegemoni dan dihayati serta [[Naturalisasi|diserap]] sebagai "kebiasaan".
# Sebagai sesuatu yang terjalin dengan struktur yang sama dengan imperialisme dalam budaya, pendidikan, media, dan politik.
# Sebagai sesuatu yang memiliki intisari yang bersifat mengeksploitasi, yang menyebabkan [[ketidakadilan]] dan ketidaksetaraan antara orang yang menggunakan bahasa yang paling berpengaruh dan orang yang tidak menggunakannya.
# Oleh sebab mempunyai pengaruh subtraktif pada bahasa-bahasa lain, dalam mempelajari bahasa yang paling berpengaruh adalah dengan mengorbankan bahasa yang lain.
# Sebagai sesuatu yang dipertikaikan dan dipertentangkan karena faktor-faktor tersebut.<ref>{{Cite journal|last1=Conama|first1=John Bosco|last2=Rose|first2=Heath|date=2018-08-01|title=Linguistic imperialism: still a valid construct in relation to language policy for Irish Sign Language|journal=Language Policy|language=en|volume=17|issue=3|pages=385–404|doi=10.1007/s10993-017-9446-2|issn=1573-1863|doi-access=free}}</ref><ref>{{Cite book|last=Phillipson|first=Robert|title=www.forskningsdatabasen.dk|editor1-first=Bernard|editor1-last=Spolsky|date=2012|chapter=Imperialism and Colonialism|url=http://www.forskningsdatabasen.dk/en/catalog/2286726295|journal=Cambridge Handbook of Language Policy|pages=203–225|doi=10.1017/CBO9780511979026.013|isbn=9780511979026}}</ref>
 
Walaupun tidak mudah untuk menentukan maksud kebijakan tertentu yang mengarah pada [[linguisisme]], beberapa ahli percaya bahwa maksud tersebut dapat dibuktikan dengan mengamati kelanjutan praktik imperialis setelah kerusakan [[sosiolinguistik]], sosiologis, psikologis, politis, dan pendidikan bahasa lain telah disadari.<ref>{{Cite web|url=https://scholar.google.com/scholar_lookup?title=Linguicism&author=T.%20Skutnabb-Kangas&pages=583-586&publication_year=2016|title=Linguicism|last=Skutnabb-Kangas|first=T.|date=2016|website=scholar.google.com|access-date=2019-01-08}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=yR5mspS2kpoC&pg=PP1|title=Linguistic Genocide in Education--or Worldwide Diversity and Human Rights?|last=Skutnabb-Kangas|first=Tove|date=2000-02-01|publisher=Routledge|isbn=9781135662363|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.afn.ca/uploads/files/education2/indigenouschildrenseducation.pdf|title=Indigenous children's education as linguistic genocide and a crime against humanity? : a global view|last1=Skutnabb-Kangas|first1=Tove|last2=Dunbar|first2=Bob|last3=Peoples|first3=Gáldu-Resource Centre for the Rights of Indigenous|date=2010|publisher=Guovdageiadnu / Kautokeino, Norway : Gáldu - Resource Centre for the Rights of Indigenous Peoples|isbn=9788281440494|language=en}}</ref>
 
== Bahasa Inggris ==
Dalam buku ''Linguistic Imperialism'', Robert Phillipson mendefinisikan imperialisme bahasa Inggris sebagai
{{Quote|Dominasi bahasa Inggris yang ditegaskan dan dipertahankan oleh pihak berwenang serta penyusunan kembali ketidaksetaraan struktur dan budaya antara bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain secara terus-menerus.}} <!-- one way influence? --> <ref>Phillipson, Robert (1992), p [https://books.google.com/books?id=4jVeGWtzQ1oC&pg=PA47 47].</ref> Bahasa Inggris sering disebut "[[basantara|bahasa perantara]]" (''lingua franca'') sedunia. Namun, Phillipson berpendapat bahwa ketika dominasinya mengarah pada [[Kematian bahasa|pembunuhan bahasa]] atau linguisida, bahasa Inggris lebih tepat disebut "bahasa [[Frankenstein (novel)|frankenstein]]" (''lingua frankensteinia'') {{Vague|date=Januari 2022}} menurut pandangannya.<ref name="Phillipson 2008 250–267">{{Cite journal|last=Phillipson|first=Robert|date=2008|title=Lingua franca or lingua frankensteinia? English in European integration and globalisation1|journal=World Englishes|language=en|volume=27|issue=2|pages=250–267|doi=10.1111/j.1467-971X.2008.00555.x|issn=1467-971X}}</ref>
 
Teori Phillipson mendukung sejarah penyebaran bahasa Inggris sebagai bahasa antarbangsa dan dominasi bahasa tersebut secara berkelanjutan, tidak hanya di lingkungan [[Pascakolonialisme|pascapenjajahan]] seperti Wales, Skotlandia, Irlandia, India, Pakistan, Uganda, Zimbabwe, dan lain-lain., tetapi juga semakin meningkat di lingkungan "[[Neokolonialisme|penjajahan baru]]" seperti [[Eropa]] daratan. Teorinya terutama didasarkan pada teori [[imperialisme]] [[Johan Galtung]], teori persekongkolan [[Antonio Gramsci]], dan khususnya pada gagasannya sendiri tentang [[hegemoni budaya]].<ref name="Phillipson 2008 250–267"/>
Baris 16 ⟶ 28:
* Guru terbaik adalah [[Bahasa ibu|penutur jati]] ("kesesatan penutur jati");{{Clarify|date=August 2015|Why is this fallacious?}}
* Semakin awal bahasa Inggris diajarkan, maka semakin baik hasilnya ("kesesatan permulaan awal");{{Clarify|date=August 2015|Why is this fallacious?}}
* Semakin banyak bahasa Inggris diajarkan, maka semakin baik hasilnya ("kesesatan pemajananpendedahan maksimum");{{Clarify|date=August 2015|Why is this fallacious?}}
* Jika bahasa lain banyak digunakan, [[Standar|baku]] bahasa Inggris akan menurun ("kesesatan subtraktif").<ref name="Phillipson 2008 250–267"/>
 
Menurut Phillipson, pihak-pihak yang menggalakkan bahasa Inggris, termasuk [[British Council|Dewan Britania]], [[Dana Moneter Internasional|IMF]], dan [[Bank Dunia]], serta orang-orang seperti operator sekolah berbahasa Inggris menggunakan tiga jenis alasan:
* Alasan ''intrinsik'' menggambarkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang "benar", "kaya", "mulia", dan "menarik". Alasan-alasan seperti ini cenderung menegaskan sifat-sifat bahasa Inggris dan bukan bahasa lain.
* Alasan ''ekstrinsik'' menunjukkan bahwa bahasa Inggris sudah mapan karena banyak penuturnya, terdapat guru terlatih, dan banyak bahan pembelajaranajar.
* Alasan ''fungsian'' menekankan kegunaan bahasa Inggris sebagai gerbang dunia.<ref name="Phillipson 2008 250–267"/>
 
Baris 51 ⟶ 63:
 
Contoh lain imperialisme bahasa pernah dilihat di negara [[India]] pascakemerdekaan. Upaya menjadikan [[bahasa Hindi]] sebagai satu-satunya bahasa resmi mendapat pertentangan keras dari berbagai provinsi, terutama dari negara bagian [[Tamil Nadu]]. Di [[Karnataka]], terdapat imperialisme bahasa yang memaksakan [[bahasa Kannada]] hampir di mana-mana.<ref>{{Cite web|url=https://www.thenewsminute.com/article/history-anti-hindi-imposition-movements-tamil-nadu-102983|title = The history of anti-Hindi imposition movements in Tamil Nadu|date = 4 June 2019}}</ref>
 
== Kritikan ==
Banyak ahli telah ikut serta dalam perbincangan yang hangat tentang pernyataan Phillipson. Misalnya, Alan Davies membayangkan hantu Phillipson menghantui Departemen Linguistik Terapan di Edinburgh:
{{Blockquote|'Kumpulkan mereka', serunya, merujuk kepada siapa pun yang selama ini berpura-pura hanya untuk mengajar linguistik terapan, tetapi sebaliknya telah merencanakan dengan [[British Council|Dewan Britania]] untuk mengambil alih dunia.<ref>Alan Davies (1996), p. 485</ref>}}
 
Bagi Davies, terdapat dua budaya yang mendiami imperialisme bahasa, yaitu budaya [[rasa bersalah]] ("penjajahan tidak seharusnya terjadi") dan budaya putus harapan ("kita tidak seharusnya melakukan apa yang sedang kita lakukan"). Rajagopalan melangkah lebih jauh menyatakan bahwa buku Phillipson telah menyebabkan munculnya kompleks rasa bersalah dalam kalangan para profesional [[Pemelajar bahasa Inggris|pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris]] (ELT).<ref>Rajagopalan (1999), p. 200.</ref>
 
Davies juga berpendapat bahwa pernyataan Phillipson tidak [[Falsifiabilitas|dapat dipalsukan]]: "Andai bangsa yang dikuasai...ingin menerima bahasa Inggris dan terus ingin mempertahankannya? Jawaban Phillipson yang tidak dapat dipalsukan ini pastilah mereka tidak bisa, karena mereka sudah dibujuk melawan kepentingan mereka yang lebih baik."<ref>Davies (1996), p. 488</ref> Dengan demikian, telah dikemukakan bahwa teori Phillipson ini seolah-olah merendahkan kemampuan negara berkembang membuat keputusan secara bebas (untuk menerima atau tidak menerima ELT). Dalam konteks [[Nigeria]], Bisong menyatakan bahwa "[[negara pinggiran|golongan terpinggir]]" menggunakan bahasa Inggris secara pragmatis. Mereka mengantar anak-anak mereka ke sekolah berbahasa Inggris semata-mata karena ingin anak-anak mereka menguasai aneka bahasa ketika besar nanti. Mengenai Phillipson, Bisong menyatakan bahwa "menafsirkan tindakan-tindakan seperti itu sebagai hasil korban-korban imperialisme bahasa pusat adalah memutarbalikkan bukti sosiolinguistik agar sesuai dengan tesis yang telah terbentuk sebelumnya".<ref>Bisong (1995 [1994]), p. 125.</ref> Seandainya bahasa Inggris harus dihapuskan karena keasingannya, Bisong berpendapat, maka Nigeria sendiri juga harus dibubarkan karena dianggap sebagai struktur jajahan.
 
Lebih-lebih lagi, anggapan bahwa bahasa Inggris itu bersifat imperialisme telah dikecam. [[Henry Widdowson]] berpendapat bahwa "adanya percanggahan mendasar dalam gagasan bahwa bahasa itu sendiri menggunakan kendali hegemoni. Jika begitu, Anda tidak akan pernah bisa menentang kendali semacam itu".<ref>Henry Widdowson (1998a), p. 398.</ref> Selain itu, gagasan bahwa penggalakan bahasa Inggris seharusnya menyiratkan penurunan taraf bahasa setempat telah ditentang. Holborrow menunjukkan bahwa "tidak semua jenis bahasa Inggris pusat yang berpengaruh kuat, begitu juga tidak semua penutur [[Negara pinggiran|terpinggir]] sama-sama didiskriminasi".<ref>Holborrow (1993), p. 359; see also Bisong (1995 [1994]), p. 124.</ref> Misalnya, [[bahasa Inggris Irlandia]], [[bahasa Inggris Selandia Baru]], atau bahkan [[Bahasa Inggris di Inggris|dialek-dialek kedaerahan Inggris]] seperti [[Dialek Kernowek|bahasa Inggris Kernowek]] dapat dianggap sebagai ragam bahasa Inggris pusat yang tidak berpengaruh kuat.
 
Beberapa ahli percaya bahwa dominasi bahasa Inggris bukan disebabkan oleh kebijakan bahasa tertentu, melainkan sebagai efek samping dari penyebaran jajahan berbahasa Inggris melalui penjajahan dan [[globalisasi|pengglobalan]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=RTk7gMprn1MC&pg=PR8|title=Language Policy|last=Spolsky|first=Bernard|date=2004|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521011754|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=HM6qBgAAQBAJ&pg=PR5|title=Language Planning and Education|last=Ferguson|first=Gibson|date=2006-03-14|publisher=Edinburgh University Press|isbn=9780748626588|language=en}}</ref>
 
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pihak yang sependapat dengan Phillipson memandang pemilihan bahasa dipaksakan oleh pengaruh luar, sementara pihak lain memandangnya sebagai pilihan pribadi.<ref>Davies (1997), p. 248.</ref>
 
== Tanggapan ==
Pihak-pihak yang mendukung alasan yang mengiakan keberadaan imperialisme bahasa menyatakan bahwa alasan-alasan yang menentang sering diajukan oleh penutur jati bahasa Inggris [[Monolingualisme|ekabahasa]]<!-- only them? --> yang mungkin memandang kedudukan bahasa Inggris saat ini layak untuk dirayakan.{{citation needed|date=Oktober 2007}}
 
Siapa pun yang melihat peningkatan penyebaran bahasa Inggris di dunia sebagai perkembangan yang mengkhawatirkan (yang menurunkan kedudukan bahasa setempat dan daerah serta mampu merusak atau mengikis nilai-nilai budaya) cenderung lebih menerima pandangan Phillipson. [[Alastair Pennycook]], [[Suresh Canagarajah]], [[Adrian Holliday]], dan [[Julian Edge]] termasuk dalam kelompok ini digambarkan sebagai [[Linguistik terapan kritis|ahli linguistik terapan kritis]].
 
Namun, pernyataan [[Henry Widdowson]] tentang [[Analisis wacana kritis|kupasan wacana kritis]] juga dapat diterapkan pada ahli-ahli linguistik terapan kritis tersebut:
{{Blockquote|Seharusnya dapat dikatakan bahwa suatu alasan dapat membingungkan atau [[analisis|kupasan]]nya cacat, tanpa menyangkal keadilan perjuangan yang didukung. Pada pandangan saya, jika tujuannya adil maka kita harus mencari cara untuk mendukungnya dengan alasan yang koheren...Saya memang berpendapat bahwa berbuat sebaliknya berarti merugikan perjuangan. Untuk langkah-langkah pendedahan ideologis dengan [[analisis|kupasan]] yang bijaksana...sudah tentu dapat digunakan untuk melanjutkan perjuangan mana pun, baik haluan kanan maupun kiri.... Dengan adanya keyakinan dan komitmen, Anda pasti mencapai sasarannya.<ref>Henry Widdowson (1998b), p. 150.</ref>}}
 
Di [[Republik Irlandia|Irlandia]], masalah menghilangkan pengaruh penginggrisan dari bangsa Inggris telah menjadi topik perbahasan di negara tersebut bahkan sebelum [[Perang Kemerdekaan Irlandia|kemerdekaan]].<ref name=ALD>{{cite web | url=http://www.gaeilge.org/deanglicising.html | title=The Necessity for De-Anglicising Ireland | first=Douglas | last=Hyde | date=25 November 1892 | access-date=2010-08-21}}</ref><ref>{{cite web| title= De-Anglicisation - Free Online Dictionary| url= http://www.thefreedictionary.com/de-anglicization | quote= the elimination of English influence, language, customs, etc.}}</ref> Sebuah alasan untuk menghilangkan penginggrisan disampaikan di hadapan Perhimpunan Sastra Nasional Irlandia di Dublin pada 25 November 1892; "Ketika kita berbicara tentang perlunya menghilangkan penginggrisan bangsa Irlandia, kita tidak bermaksud untuk menjadikannya protes untuk meniru hal-hal yang baik dari [[bangsa Inggris]]. Hal tersebut tidak masuk akal karena menunjukkan kebodohan bangsa Irlandia yang mengabaikan dan menerima segala sesuatu yang berbau Inggris secara sembarangan hanya karena itu Inggris."<ref name=ALD/>
 
Menurut [[Ghil'ad Zuckermann]], "Gelar dan hak berbahasa ibu harus digalakkan. Pemerintah harus mendefinisikan bahasa [[Rumpun bahasa Aborigin Australia|sehari-hari]] orang asli dan penduduk kepulauan Selat Torres sebagai bahasa resmi Australia. Kita harus mengubah bentang linguistik Whyalla dan tempat lain. Rambu-rambu harus ada dalam bahasa Inggris dan bahasa asli setempat. Kita harus mengakui kekayaan intelektual pengetahuan pribumi termasuk bahasa, musik, dan tarian."<ref>[[Ghil'ad Zuckermann|Zuckermann, Ghil'ad]], [http://www.theaustralian.com.au/higher-education/opinion/stop-revive-and-survive/story-e6frgcko-1226385194433 "Stop, revive and survive"], ''The Australian Higher Education'', June 6, 2012.</ref>
 
== Penyesuaian ==
Beberapa orang yang menolak gagasan imperialisme bahasa berpendapat bahwa penyebaran bahasa Inggris ke seluruh dunia lebih baik dipahami dalam kerangka [[Perampasan budaya|pengambilan manfaat]],<ref>E.g. Spichtinger (2000).</ref> yaitu bahasa Inggris digunakan di seluruh dunia untuk ''kegunaan setempat''. Selain contoh Nigeria tadi, berikut contoh-contoh lain:
* Pengunjuk rasa di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris sering menggunakan papan tanda berbahasa Inggris untuk menyampaikan tuntutan mereka kepada penonton TV di seluruh dunia. Adakalanya, pengunjuk rasa tidak mengerti apa yang ditulis pada papan tanda yang digunakannya.
* Bobda menunjukkan cara [[Kamerun]] beralih dari cara pengajaran bahasa Inggris secara ekabudaya berpusatkan Inggris dan secara berangsur-angsur menyesuaikan bahan ajar dalam konteks Kamerun, meliputi topik-topik bukan Barat seperti pemerintahan [[amir]], [[obat tradisional|pengobatan tradisional]], dan [[poligami]].<ref>Bobda (1997), p. 225.</ref> Bobda mendukung pendidikan dwibudaya, yaitu budaya Kamerun dan [[orang Anglo-Amerika|Inggris Amerika]].<ref>Bobda (1997), p. 234.</ref>
* Kramsch dan Sullivan menggambarkan cara metodologi dan buku pelajaran Barat dapat disesuaikan dengan [[budaya Vietnam]] setempat.<ref>Kramsch and Sullivan (1996).</ref>
* Buku pelajaran ''Bahasa Inggris Tahap Dasar'' di [[Pakistan]] meliputi pelajaran seperti "Pakistan, Negaraku", "Bendera Kita," dan "Pemimpin Hebat Kita",<ref>Malik (1993), pp. 5, 6, 7.</ref> yang mungkin terdengar [[Jingoisme|kejingoan]] di telinga Barat<!-- only? -->. Namun, dalam budaya asli, membangun hubungan antara ELT, patriotisme, dan keyakinan [[Muslim]] dipandang sebagai tujuan ELT karena ketua Dewan Buku Pelajaran Punjab menyatakan: "Dewan...dengan telitinya, melalui buku-buku ini untuk menanamkan kecintaan terhadap nilai-nilai Islam dalam diri pelajar dan kesadaran untuk menjaga perbatasan ideologi tanah air dalam kalangan [pelajar]."<ref>Punjab Text Book Board (1997).</ref>
 
"Pengantarbangsaan (''internationalization'') bahasa Inggris semacam itu dapat membuka lembaran baru bagi penutur jati bahasa Inggris. McCabe menjelaskan:
{{Blockquote|...sedangkan selama dua abad kita mengekspor bahasa dan kebiasaan kita untuk memburu...pasar segar, kini kita mendapati bahwa bahasa dan kebiasaan kita dikembalikan kepada kita tetapi diubah sehingga dapat digunakan oleh orang lain... sehingga bahasa dan budaya kita sendiri menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dan [[Kontradiksi|percanggahan]] segar.<ref>McCabe (1985), p. 45.</ref>}}
 
== Lihat pula ==
{{Col div|colwidth=20em}}
* [[Anglifikasi|Penginggrisan]]
* [[Linguistik terapan kritid]]
* [[Hegemoni budaya]]
* [[Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing]]
* [[Bahasa Esperanto]]
* [[Bahasa perantara internasional|Bahasa perantara antarbangsa]]
* [[Bahasa Inggris internasional|Bahasa Inggris antarbangsa]]
* [[Perendaman bahasa]]
* [[Kebijakan bahasa]]
* [[Perencanaan bahasa]]
* [[Revitalisasi bahasa|Penggiatan kembali bahasa]]
* [[Kematian bahasa]]
* [[Purisme bahasa|Pemurnian bahasa]]
* [[Pemisahan bahasa]]
* [[Monolingualisme|Keekabahasaan]]
* [[Bilingualisme|Kedwibahasaan]]
* [[Multilingualisme|Keanekabahasaan]]
* [[Alih kode]]
* [[Lintas bahasa]]
* [[Bahasa resmi]]
* [[Ketidakterterjemahan]]
* [[Bahasa global|Bahasa dunia]]
* [[Hipotesis bahasa ayah]]
* [[Latinx]]
{{colend}}
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
 
=== Bacaan lanjut ===
{{refbegin|30em}}
* Acar, A. (2006). "[https://web.archive.org/web/20080402091231/http://www.asian-efl-journal.com/Sept_06_aa.php Models, Norms and Goals for English as an International Language Pedagogy and Task Based Language Teaching and Learning.]" The Asian EFL Journal Vol. 8 2006
Baris 94 ⟶ 170:
* [[Henry Widdowson|Widdowson, H.G.]] (1998a) ''EIL: squaring the Circles. A Reply.'' World Englishes 17/3 397–401.
* Widdowson, H.G. (1998b) ''The Theory and Practice of Critical Discourse Analysis.'' Applied Linguistics 19/1 136–151.
{{refendRefend}}
 
== Pranala luar ==
*[http://babel.ruc.dk/~ROBERT/ Robert Phillipson] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061208192551/http://babel.ruc.dk/~robert/ |date=2006-12-08
*[http://www.tesolislamia.org/viewpoint.html For further discussions] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071002230124/http://www.tesolislamia.org/viewpoint.html |date=2007-10-02 }}
*[http://www.tesolislamia.org/articles/TEML.pdf Pennycook] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927074451/http://www.tesolislamia.org/articles/TEML.pdf |date=2007-09-27 }}
*[https://web.archive.org/web/20011208230557/http://www.geocities.com/dspichtinger/Uni/dipl.htm The Spread of English and its Appropriation]}}
 
{{DEFAULTSORT:Imperialisme bahasa}}