Semar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rajasemar100 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(17 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
| istimewa = sakti dan bijaksana
| daerah = Jawa dan Sunda
|alias=Janggan Smarasanta<br/>Ki Lurah Badranaya<br/>Ki Lurah Nayantaka, tualen, Bathara Sang Hyang Ismaya}}
'''Semar''' ({{lang-jvefn|ꦱꦼꦩꦂ}})Semar memiliki nama ataulengkap '''Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar''' ({{lang-jv|ꦨꦛꦫ​ꦆꦱ꧀ꦩꦪ​ꦨꦛꦫ​ꦆꦱ꧀ꦮꦫ​ꦙꦸꦫꦸꦢꦾꦃ​ꦦꦸꦤ꧀ꦠ​ꦦꦿꦱꦤ꧀ꦠ​ꦯꦺꦩꦂꦨꦛꦴꦫꦅꦰ꧀ꦩꦪꦨꦛꦴꦫꦅꦯ꧀ꦮꦫꦗꦸꦫꦸꦢꦾꦃꦥꦸꦤ꧀ꦠꦥꦿꦰꦤ꧀ꦠꦱꦼꦼꦩꦂ|Bathårå Ismåyå Bathårå Iswårå Jurudyah Puntå Prasantå Semar}}}} ({{lang-jv|ꦱꦼꦩꦂ}}) adalah nama tokoh utama dalam [[punakawan]] di pewayangan [[Jawa]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para [[kesatria]] dalam pementasan [[wiracarita]] [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]]. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen [[pujangga]] [[Jawa]].
[[Berkas:Batara Ismaya Waktu Muda.jpg|jmpl|Batara ismaya ]]
'''Semar''' ({{lang-jv|ꦱꦼꦩꦂ}}) atau '''Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar''' ({{lang-jv|ꦨꦛꦫ​ꦆꦱ꧀ꦩꦪ​ꦨꦛꦫ​ꦆꦱ꧀ꦮꦫ​ꦙꦸꦫꦸꦢꦾꦃ​ꦦꦸꦤ꧀ꦠ​ꦦꦿꦱꦤ꧀ꦠ​ꦯꦺꦩꦂ|Bathårå Ismåyå Bathårå Iswårå Jurudyah Puntå Prasantå Semar}}) adalah nama tokoh utama dalam [[punakawan]] di pewayangan [[Jawa]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para [[kesatria]] dalam pementasan [[wiracarita]] [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]]. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen [[pujangga]] [[Jawa]].
 
== Bentuk fisik ==
Baris 20 ⟶ 19:
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di [[Pulau Jawa]], pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar ''[[Mahabharata]]'' yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu [[ulama]] yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya [[Sunan Kalijaga]]. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah ''Sudamala''.
 
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melainkan penjelmaan Batara Ismaya, kakak nomernomor 2 dari [[Batara Guru]]/ Sang Hyang Jagad Guru Pratingkah, Sang Hyang Batara Manikmaya ,Sang Hyang Batara Nilakanta yaitu raja para dewa. dan Raja Tribuwana
 
== Asal-usul ==
Baris 26 ⟶ 25:
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.<ref>{{Cite book|last=aziz|first=abdul|date=2016|url=http://digilib.uinsby.ac.id/14097/|title=Simbol Kekuasaan Antara Legenda Semar dan Wacana Nietzsche tentang Kekuasaan|location=surabaya|url-status=live}}</ref>
 
Dalam '''naskah ''Serat Kanda''''' dikisahkan, penguasa [[kahyangan]] bernama [[Sanghyang Nurrasa|Sang Hyang Batara Nurrasa]] memiliki dua orang putra bernama [[Sanghyang Tunggal|Sang Hyang Batara Tunggal]] dan [[Sanghyang Wenang|Sang Hyang Batara Wenang]]/ Sang Hyang Asip Prono atau Sang Hyang Asip Rono. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sang Hyang Wenang. Dari Sang Hyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama [[Batara Guru]]. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama [https://rajasemar.org/ Semar].
 
Dalam '''naskah ''Paramayoga''''' dikisahkan, Sang Hyang Tunggal adalah anak dari Sang Hyang Wenang. Sang HyangTunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti atau Batari Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam ''Sunyaruri'', atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama [[Resi Manumanasa|Resi Manumayasa]] dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Baris 38 ⟶ 37:
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani atau Batari Senggani Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
:* Batara Wungkuhan
:* [[Surya (dewa)|Batara Surya]]
:* [[Candra|Batara Candra]]
:*Batara Patuk
:* Batara Temboro
:* Batara Siwah
:* Batara Kuwera
:* [[Yama|Batara Yamadipati]]
:* [[Kamajaya|Batara Kamajaya]]
:* Batara Mahyanti
:* Batari Darmanastiti
Baris 52 ⟶ 51:
 
== Pasangan punakawan ==
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa Tengah]], Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu [[Gareng]], [[Petruk]], dan [[Bagong]]. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa yaitu Prabu Gandarwarajabali. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Sang Hyang Wenang
 
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah [[Cepot]] Astrajingga, [[Dawala]], Astrajingga dan [[Gareng]]. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
 
== Keistimewaan ==
Baris 60 ⟶ 59:
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, tetapi keluhurannya sejajar dengan [[Prabu]] [[Kresna]] dalam kisah ''[[Mahabharata]]''. Jika dalam perang [[Baratayuda]] menurut versi aslinya, penasihat pihak [[Pandawa]] hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
 
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan [[Resi Manumanasa]], terutama para [[Pandawa]] yang merupakan tokoh utama kisah ''[[Mahabharata]]''. Namun dalam pementasan [[wayang]] yang bertemakan ''[[Ramayana]]'', para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga [[Sri Rama|Sri Ramawijaya]]wijaya ataupun [[Sugriwa]]. Seolah-olah [https://solo.to/raja100pasaran Semar] selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.
 
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
Baris 76 ⟶ 75:
* [[Bagong]]
* [[Punakawan]]
 
== Catatan==
{{notelist}}
 
== Referensi ==