Masjid Saka Tunggal Banyumas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k tanda baca, menambah/mengurangi kata
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{wikify}}{{rapikan}}
{{Infobox religious building
|image =
|caption = Masjid Saka Tunggal Banyumas tampak dari depan
|building_name = مسجد ساكا تونغال<br />Masjid Saka Tunggal Banyumas
|location = [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
Baris 21 ⟶ 20:
}}
 
'''Masjid Saka Tunggal Banyumas''' terletakadalah disebuah Desa[[masjid]] yang berada di [[Cikakak, Wangon, Banyumas|Desa Cikakak]], [[Wangon, Banyumas|Kecamatan Wangon]], [[Kabupaten Banyumas]], Provinsi [[Jawa Tengah]] atau sekitar 30 [[kilometer]] arah barat daya [[Purwokerto (kota)|Purwokerto]]. Masjid ini dipercaya merupakan masjid tertua yang ada di [[Indonesia]], bahkan masjid ini ada sebelum adanya [[Wali Sanga]]. Masjid ini dibangun pada tahun [[1288]] HM (1871687 MH) seperti yang tertulis pada ''Saka Guru'' (Tiang Utama) masjid ini. Tahun pembuatan masjid ini lebih jelas tertulis pada kitab-kitab yang ditinggalkan pendiri masjid ini, yaitu Kyai Mustolih. Namun, kitab-kitab tersebut telah hilang bertahun-tahun yang lalu.<ref>{{Cite web|last=Biro Humas Jawa Tengah|title=Masjid Saka Tunggal Dan Taman Kera|url=http://promojateng-pemprovjateng.com/detail.php?id=1726|website=Promo Jateng|access-date=15 September 2021|archive-date=2016-03-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20160308194718/http://promojateng-pemprovjateng.com/detail.php?id=1726|dead-url=yes}}</ref>
 
== Sejarah ==
Berdirinya masjidMasjid Saka Tunggal dirintisdidirikan oleh [[Kyai Mustolih|Kiai Mustolih]] yang cukup lama tinggal di Desa Cikakak untuk berdakwah. Masyarakat Cikakak saat itu masih banyak yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama [[Islam]]. Kiai Mustholih berpikir diperlukan adanya masjid sebagai pusat dalam menyebarkan [[dakwah]]. Dengan alasan tersebut, sebuah masjid pun dibangun. Masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Saka Tunggal Baitussalam. Masjid ini digunakan sebagai pusat dakwah Kiai Mustolih.<ref name=":0">{{Cite web|last=Parinduri "|first=Alhidayath|date=28 April 2021|title=Sejarah Masjid Saka Tunggal Banyumas: Dibangun Sebelum Majapahit?|url=https://tirto.id/sejarah-masjid-saka-tunggal-banyumas-dibangun-sebelum-majapahit-gdl2|website=Tirto.id}}</ref> Masjid ini disebut ''Saka Tunggal'' karena tiang penyangga bangunan masjid ini, dulunya hanya satu tiang (tunggal).<ref>[http://www.banyumasku.com/masjid-saka-tunggal-baitussalam/ Masjid Saka Tunggal]</ref>
 
Di masjid ini juga ada hutan - hutan yang dihuni oleh [[monyet]] liar yang berkeliaran di sekitar area masjid. Meskipun tergolong hewan liar, kera-kera tersebut jinak dan bersahabat selama tidak diganggu. Kera-kera tersebut sering turun ke sekitar masjid dan perumahan warga. Pengunjung bisa mengajak mereka bercengkerama dengan sekedar memberi kacang, [[pisang]], atau makanan kecil lainnya.
 
== Arsitektur Masjid Saka Tunggal ==
Tulisan ''Awaliyah Mudhaffarah'' bertajuk "Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak pada Masjid Saka Tunggal Banyumas" (2017) menyebutkan, masjid ini menggunakan atap sirap kayu.
 
Selain itu, material dinding masjid awalnya adalah kayu dan anyaman bambu, namun kemudian dilakukan penambahan dinding bata untuk eksterior masjid dengan tujuan preservasi atau pemeliharaan.
 
Penelitian Arif Sarwo Wibowo berjudul "Historical Assessment of the Saka Tunggal Mosque in Banyumas" yang terhimpun dalam Journal of Asian Architecture and Building Engineering (Volume 15, 2016), menuliskan bahwa pada interior masjid, anyaman bambu digunakan sebagai partisi antar ruangan dan sebagai material plafon. Kolom utama Masjid Saka Tunggal Banyumas terbuat dari kayu solid tanpa sambungan sama sekali yang berukuran 24x24 cm pada pangkalnya. Kolom masjid dihiasi dengan empat buah sayap dan dipenuhi dengan [[ukiran]] bercorak [[flora]]. Empat buah sayap tersebut melambangkan “papat kiblat lima pancer” atau atau empat mata angin dan satu pusat.
 
Pada [[mimbar]] masjid terdapat ukiran berupa dua buah surya mandala yang melambangkan dua pedoman umat muslim, yakni [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] dan [[Hadis|Hadits]]. [[Ornamen (arsitektur)|Ornamen-ornamen]] yang terdapat pada masjid ini sangat kental dengan simbolisme nilai-nilai Islami yang bersinergi dengan adat-istiadat Jawa. Hal ini menggambarkan harmonisasi [[Islam]] dengan [[Budaya Jawa|budaya lokal]] yang sudah ada sebelumnya.<ref name=":0" />
 
== Tradisi Unik ==
Baris 39 ⟶ 47:
Empat orang muazin berpakaian sama dengan imam, yakni menggunakan baju lengan panjang warna putih dan udeng bermotif [[batik]]. Keempat muazin tersebut mengumandangkan azan secara bersamaan.
 
=== SemuanSemua rangkaian sholat jumat dilakukan berjama’ah ===
Seluruh rangkaian salat Jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari salat [[tahiyatul masjid|T''ahiyatul'' Masjid]], ''Qabliyah'' Jumat, salat Jumat, ''Ba'diyah'' Jumat, shalat [[Salat lima waktu|Zuhur]], hingga ''Ba’diyah'' Zuhur.