Senapati dari Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k Mengembalikan suntingan oleh 118.136.12.239 (bicara) ke revisi terakhir oleh Mosmota Tag: Pengembalian |
||
(40 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Panembahan Senapati<br />{{java|ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ}}
| title = Panembahan Senapati
| titletext =
| more =
Baris 15:
| predecessor =
| successor = [[Anyakrawati]]
| spouse = Waskita Jawi (permaisuri) <br/> Ratna
| issue = {{Collapsible list|1={{plainlist|1=
| native_lang1 =[[Bahasa Jawa]]▼
*Raden Rangga (Pangeran Rangga Samudra)
| native_lang1_name1=ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ▼
*Raden Mas Kentol Kajuron (Pangeran Puger)
*Jaka Umbaran (Pangeran Purbaya)
*Raden Mas Bartotot (Pangeran Jayaraga)
*Raden Mas Bagus (Panembahan Juminah)
*[[Raden Mas Jolang]] (Pangeran Adipati Anom)
*Raden Mas Julig (Pangeran Pringgalaya)}}
}}
▲| native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
▲| native_lang1_name1 = ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ
| house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
| house-type = Wangsa
Baris 28 ⟶ 37:
| burial_date =
| burial_place = [[Pasarean Mataram]]
| regnal name = ''Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kangjeng Panembahan Senapati
| posthumous name = Panembahan Seda ing Kajenar
| signature_type =
| signature =
| religion = [[Islam]]
}}
'''Panembahan Senapati
== Silsilah ==
Berdasarkan serat atau naskah babad seperti [[Serat Bauwarna]], [[Serat Centhini]], [[Babad Tanah Jawi]] dan beberapa naskah lainnya disebutkan bahwa Panembahan Senapati memiliki beberapa nama kecil dan julukan diantaranya; Raden Bagus Dananjaya, Raden Ngabehi Saloring Pasar, Raden Ngabehi Salering Peken, Risang Sutawijaya, dan Danang Sutawijaya, yang lebih dikenal di kemudian hari.
Panembahan Senapati adalah putra sulung dari pasangan [[Ki Ageng Pamanahan]] dan Nyai Ageng Pamanahan. Ibunya adalah adik dari [[Ki Juru Martani]], yang menjadi [[
Meskipun daftar raja-raja Mataram selalu menempatkan Panembahan Senapati berada dalam urutan pertama, gelar [[
== Kehidupan awal ==
Baris 49 ⟶ 58:
Panembahan Senapati yang juga anak angkat Sultan Adiwijaya, ikut serta membantu ayahnya, Ki Ageng Pamanahan dalam sayembara melawan Arya Panangsang. Karena Adiwijaya mengkhawatirkan putra angkatnya turut dalam melaksanakan tugas tersebut, ia memberikan bantuan pasukan Pajang untuk membantunya berperang. Perang antara pasukan Pajang melawan Arya Panangsang terjadi di dekat Bengawan Sore. Berkat siasat cerdik yang disusun Ki Juru Martani, Arya Panangsang berhasil tumpas di tangan Panembahan Senapati.<ref name ="Prwd">{{cite book | author= Purwadi | title= Babad Tanah Jawi: Menelusuri Jejak Konflik | publisher = Pustaka Alif|date=2001 |location=Yogyakarta}}</ref>
Ki Ageng Pamanahan berjanji setia kepada Sultan Adiwijaya yang memberinya izin mendirikan tanah perdikan (kadipaten) di [[Alas Mentaok|Mentaok]] yang saat itu merupakan wilayah selatan Pajang.<ref name="Sedyawati 2012">{{cite book|author= H. J. De Graaf dan Pigeaud|year=2003|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa, terj. Pustaka Utama Grafiti dan KITLV|location=Jakarta|publisher=PT Pustaka Utama Grafiti}}</ref>
▲Ki Ageng Pamanahan berjanji setia kepada Sultan Adiwijaya yang memberinya izin mendirikan tanah perdikan (kadipaten) di [[Alas Mentaok|Mentaok]] yang saat itu merupakan wilayah selatan Pajang.<ref name="Sedyawati 2012">{{cite book|author= H. J. De Graaf dan Pigeaud|year=2003|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa, terj. Pustaka Utama Grafiti dan KITLV|location=Jakarta|publisher=PT Pustaka Utama Grafiti}}</ref>
Pada 1584, Panembahan Senapati menjadi adipati menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Sementara itu, di Pajang sedang terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah Sultan Adiwijaya wafat pada tahun 1582. Pewaris Adiwijaya adalah [[Prabuwijaya dari Pajang|Pangeran Benawa]], yang digulingkan takhtanya oleh [[Arya Pangiri]].<ref name="Soekmono55" /> Arya Pangiri adalah menantu Sultan Adiwijaya yang menjadi adipati Demak. Ia didukung Panembahan Kudus merebut takhta Pajang pada tahun 1583 dan menyingkirkan Pangeran Benawa.
Baris 68 ⟶ 73:
Selain [[Pajang]] dan [[Demak]] yang sudah dikuasai Mataram, daerah [[Pati]] juga sudah tunduk secara damai. Pati saat itu dipimpin [[Adipati Pragola]] putra Ki Panjawi. Kakak perempuannya, Waskita Jawi menjadi permaisuri Senapati, bergelar Kanjeng Ratu Mas. Hal itu membuat Pragola menaruh harapan bahwa Mataram kelak akan dipimpin keturunan kakak perempuannya.<ref name="sosro25"/>
Pada tahun 1590 gabungan pasukan Mataram, Pajang, Pati, dan Demak bergerak menyerang [[Madiun]]. Adipati Madiun adalah Rangga Jumena (putra bungsu [[Sultan Trenggana]]) yang telah mempersiapkan pasukan besar menghadang penyerangnya. Melalui siasat yang cerdik, Madiun berhasil ditundukkan. Rangga Jumena melarikan diri ke [[Surabaya]]. Rangga Jumena setelah mengalami kekalahan kemudian mengandalkan putrinya yang cantik, yaitu Ratna
Bujuk rayu Senapati yang berwajah tampan dan tegap dapat menaklukkan hati Ratna
Setelah terbukti kesaktian Senapati, akhirnya Ratna
[[Berkas:KITLV A296 - Poort van het grafhuis van Senopati te Kotagede, Jogjakarta, KITLV 35664.tiff|jmpl|150px|Gerbang makam Panembahan Senapati di Pasarean Mataram]]
Baris 79 ⟶ 84:
Pada tahun 1595 adipati [[Pasuruan]] berniat tunduk secara damai pada Mataram namun dihalang-halangi panglimanya, yang bernama Rangga Kaniten. Rangga Kaniten dapat dikalahkan oleh Senapati dalam sebuah perang tanding. Ia kemudian ditumpas sendiri oleh adipati Pasuruan, yang kemudian menyatakan tunduk kepada Mataram.
Pada tahun 1600 terjadi pemberontakan Adipati Pragola dari Pati. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Ratna
Danang Sutawijaya alias Panembahan Senapati meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar, kemudian diberi gelar sebagai ''Panembahan Seda ing Kajenar'' (Panembahan yang meninggal di Kajenar).<ref name=jumeneng/> Ia kemudian dimakamkan di komplek [[Pasarean Mataram]]. Kelak yang menjadi penerus Senapati menjadi raja adalah [[Anyakrawati]], putra Senapati dengan Kanjeng Ratu Mas atau Waskita Jawi, putri dari Ki Panjawi.
Baris 93 ⟶ 98:
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
{{s-start}}
Baris 133 ⟶ 137:
[[Kategori:Kematian 1601]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
|