|image_map_caption =
| image_map_alt =
| religion = [[Islam]] (setelah 1626)
| p1 = Kesultanan Tidore
| p2 =
| flag_s1 =
| year_start = 1309
| year_end =sekarang
| event_start =Kemerdekaan dari [[Kesultanan Tidore]] = Kerajaan
didirikan
|event_end =Menjadi daerah [[Kabupaten Kaimana]]
|event_end =
|event1 = Perpindahan ke Borombouw, Adi
|date_event1 = 1348–1440
|event2 = Menjadi bawahan Kesultanan Tidore
|date_event2 = 1498
|event3 = Perpindahan ke E'man (Kaimana)
|date_event3 = 1808–1828
|event4 = Menjadi daerah [[Kabupaten Kaimana]]
|date_event4 = 2002
| capital = [[Kaimana]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]], [[Bahasa Kowiai|Koiwai]]
| government_type = Kerajaan, Petuanan
| title_leader = [[Ratu (gelar)|Rat]]
| leader1 = Rat Sran Nati Patimunin I Imaga
| year_leader1 = 1309–? M
|leader6 = Rat Sran Rat E'man Umisi VI Achmad Aituarauw
|year_leader6 = 1923–1966 M
|leader7 = Rat Sran Rat Kaimana Umisi VII MuhMuhammad Achmad Rais Aituarauw
|year_leader7 = 1966–1980 M
|leader8 = Rat Sran Rat Kaimana Umisi VIII [[Abdul Hakim Achmad Aituarauw]]
|year_leader8 = 1980–sekarang1980–?
|leader9 = Rat Sran Rat Kaimana Umisi IX Mohammad Natsir Aituarauw
|year_leader9 = ?–sekarang
| footnotes =
| image_coat =
| today = {{Flagcountry|Indonesia}}
}}
'''Kerajaan Kaimana''' ([[aksara Jawi|Jawi]]: '''كراجأن كيمان'''); dikenal juga dengan nama '''Kerajaan Sran''' atau '''Kerajaan Komisi'''; dengan nama lokal '''Sran Emaan Muun''') adalah salah satu dari sembilan [[Kesultanan|kerajaan Islam]] yang terletak di wilayah [[semenanjung Bomberai]], [[Papua Barat]]. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang penguasa yang bergelar ''Rat''.
==Sejarah==
===Asal mulamuasal===
Kerajaan Kaimana dikisahkan berasal dari kawasan pegunungan Mbaham, Tri Abuan Wanas. Leluhur mereka awalnya tinggal di Gunung Baik yang terletak di Semenanjung Kumawa atau kawasan Patimunin. Menurut penuturan [[Abdul Hakim AhmadAchmad Aituarauw]] (Raja Sran Kaimana VIII), terbentuknya pemerintahan adat kerajaan Sran Kaimana adalah usaha raja pertama bernama Imaga. Saat itu penduduk yang mendiami kerajaan itu belum banyak. Imaga lalu menyatukan mereka dalam satu pemerintahan adat, ia berjalan dari kampung ke kampung untuk menyebarkan pengaruhnya. Cara lain adalah dengan cara perkawinan, sehingga hampir di semua wilayah ada keluarganya. Alhasil penduduk kampung-kampung tersebut bersatu dan mengangkatnya sebagai raja pada 1309. Bisa dikatakan kerajaan ini adalah kerajaan keluarga, karena Imaga sebenarnya menjadi pemimpin bagi keluarga besar. Raja Imaga, bergelar [[Ratu (gelar)|Rat]] Sran Nati Patimunin I. Pusat kerajaan dibangunnya di Weri, terletak di [[Teluk Tunas GainTunasgain]] di wilayah Fakfak.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
===Sejarah Kaimana zamanZaman Majapahit===
Semasa pemerintahan raja Imaga, kondisi kehidupan masyarakat cukup baik. Mereka menjalin hubungan perdagangan dengan orang-orang Seram lautLaut ([[Kabupaten Seram Bagian Timur|Seram timurTimur]]), yang mencari burung kuning, masoi, dan emas di wilayah tersebut. Para pedagang Seram laut (Serandha/Seram timur)Laut pun melakukan perkawinan dengan penduduk tanah daratan Papua. Setelah raja Imaga wafat (tahun tidak diketahui), Raja Sran selanjutnya adalah Basir Onin anak dari Imaga. Ia memindahkan pusat kerajaannya ke [[Pulau Adi]] didasarkan atas pertimbangan bahwa Pulau Adi terletak pada posisi strategis dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan menuju dataran Koiwai. Ia menyatakan sepuh kemudian mengangkat anaknya Woran sebagai Raja. Ibukota kerajaannya terletak di Borombouw.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
tidak diketahui), Raja Sran selanjutnya adalah “Basir Onin” anak dari Imaga. Ia memindahkan kerajaannya ke Pulau Adi didasarkan atas pertimbangan bahwa Pulau Adi terletak pada posisi strategis dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan menuju dataran Kowiai. Ia menyatakan sepuh kemudian mengangkat anaknya Woran sebagai Raja. Ibukota kerajaannya terletak di Borombouw.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Pada masa pemerintahan Woran, kerajaan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ia memperluas pengaruh dan kekuasaannya dengan cara mengunjungi desa-desa serta melakukan pernikahan di berbagai tempat. Sehingga hampir sebagian besar hidup raja-raja dahulu adalah untuk mengunjungi kampung-kampung guna menghimpun mereka dalam kepemimpinannya dan melakukan perkawinan. Hasil usaha raja Woran membuat wilayahnya berkembang meliputi dataran semenanjung Onin, dataran BomberayBomberai dan dataran Kaimana yang berbatasan dengan tanahdataran rendah Kamoro. Woran mengangkat anaknya Wau’aWau'a sebagai Putra Mahkota, sayangnya Wau’aWau'a meninggal dalam usia muda sebelum sempat menjadi Raja. Dalam masa kepemimpinan Rajaraja Woran, kerajaannya pernah dikunjungi oleh Patih Gajah Mada. Kunjungan ini tercatat dalam tulisan Empu Prapanca yang menyebutkan suatu daerah yang bernama Sran yang pernah dikunjungi oleh Patih Gajah Mada dalam upaya menggenapi Sumpah Palapa yang diucapkannya kepada raja Majapahit. Dalam kunjungannya ke istana raja Sran Rat Adi III yang diberi nama istana San Nabe di Borombouw, Pulau Adi, beliau disambut dengan upacara kebesaran. Istana San Nabe memiliki bumbungan berupa ukiran buaya berwarna putih merah. Dalam kunjungan itu, Patih Gajah Mada memberikan seorang putri dan bendera merah putih kepada raja Woran; sedangkan raja Woran memberikan burung Cenderawasih (''syangga'') dan seorang putri raja untuk diantar kepada raja Majapahit. Woran memerintah selama 92 tahun yaitu dari tahun 1348-14401348–1440.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref><ref name="Badan silaturahmi 2009">{{cite book | title=Renaisance Nusantara Edisi Raja Sran Kaimana VIII | year=2009 | publisher=Badan silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara}}</ref> Kontak dengan ekspedisi Jawa abad ke-15 ini juga disebutkan pula dalam kisah penduduk lokal di antara Teluk Patipi dan Rumbati dalam memori Galis.<ref name="Usmany Fatagar 2014 hlm.39-73">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=39–73|url-status=live}}</ref>
===Sejarah Kaimana zamanZaman Tidore===
Namun pasca meninggalnya raja Woran, ada tiga orang raja lagi yang memerintah, namun tidak ada data yang jelas raja-raja selanjutnya ini. Menurut La Aga Samay (Sesepuhsesepuh kerajaanKerajaan Sran/Kaimana), pada tahun 1498, [[pelayaran hongi|pasukan hongi Tidore]], menyerang daerah Sran sehingga terjadi perang antara kerajaan Sran melawan pasukan hongi Tidore. Sejak itu Sran harus membawa budak dan burung kuning untuk diantar kepada Tidore. Oleh raja Tidore, mereka ini diberi hadiah-hadiah serta gelar-gelar. Pada abad ke -XV (1460-15411460–1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima [[Islam]] yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar ''Syekh Jubah Biru'', yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai.<ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref><ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref><ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref>
Sultan Tidore, pernah mengangkat seorang raja di Pulau Adi, hal ini tertuang dalam ''Memorie-(Vervolg) van Overgave van de (Onder) Afdeeling West Nieuw Guinea'', 1932, dikatakan bahwa Sultan Tidore mengangkat seorang raja di Pulau Adi dan daerah Karufa, seorang ''Mayor'' Wanggita, penguasa yang berpengaruh di Teluk Arguni, namun penerus keturunan raja-raja Adi dan Aiduma tidak dapat mempertahankan eksistensinya sebagai raja (A.L. Vink, “Memorie''Memorie-(Vervolg) van Overgave van de (Onder)Afdeeling West Nieuw Guinea'', 1932). Selanjutnya dalam laporan Etna yang dikutip oleh Pendeta F.C. Kamma (Kepulauan Tidore dan Papua) bahwa tahun 1859 juga ada seorang raja di Adi, yang kerajaannya terbentang dari telukTeluk KamraoKamrau sampai Tanjung Baik serta mencakup Pulau Kara dan Adi. Tidak bisa diselidiki apakah yang dimaksudkan dengan Kara, Karas, atau Karawatu (''Memorie van Overgave L.L.A. Maurenbrecher'', 1953). Keterangan tersebut sesuai bahwa, pusat kerajaan Sran berada di Pulau Adi, namun pernah terjadi konflik diantara keluarga kerajaan sehingga untuk beberapa waktu lamanya tidak ada raja di kerajaan Sran.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 88-89">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=88-89 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
===SejarahZaman Kaimana zamankolonial Belanda===
Pada tahun 1808, Nduvin diangkat sebagai raja Sran ke IV. Pada waktu itu, pusat Kerajaan Sran masih berkedudukan di Pulau Adi. Raja Nduvin memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya dari Borombow di Pulau Adi ke E’man atau Kaimana. Nduvin menikah dengan putri Wai dari Bonggofut. Putri tersebut bermarga Ai dan berasal dari Gunung Natau di Franyau yang bernama Mimbe Werifun. Nduvin memiiki seorang anak bernama Nawaratu, atau Naro’E. Disamping Naro’E, Raja Nduvin masih memiliki keturunan dari Umburauw kampung Bahumia dan Ubia Sermuku.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Pada tahun 1808, Nduvin diangkat sebagai raja Sran ke IV. Pada waktu itu, pusat Kerajaan Sran masih berkedudukan di Pulau Adi. Raja Nduvin memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya dari Borombow di Pulau Adi ke E'man atau Kaimana. Nduvin menikah dengan putri Wai dari Bonggofut. Putri tersebut bermarga Ai dan berasal dari Gunung Natau di [[Sara, Kaimana, Kaimana|Kampung Faranyau]] yang bernama Mimbe Werifun. Nduvin memiiki seorang anak bernama Nawaratu, atau Naro'e. Disamping Naro'e, Raja Nduvin masih memiliki keturunan dari Umburauw kampung Bahumia dan Ubia Sermuku.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Namun pada tahun 1898 setelah [[Papua|Nieuw Guinea]] dinyatakan sebagai milik [[Belanda]], terjadi berbagai perubahan politik yang menyebabkan banyak terjadi perubahan dalam tatanan wilayah kekuasaan raja [[Kaimana]] yang berdampak semakin turunnya kekuasaan raja. Raja berkuasa atas rakyatnya namun raja maupun rakyatnya berada di bawah kekuasaan [[Belanda]] dan harus tunduk pada aturan Belanda.<ref>{{cite web|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/raja-of-kaimana/|title=Sejarah Kaimana|website=sultansinindonesieblog.wordpress.com}}</ref>
[[Berkas:Fort du Bus in 1828.jpg|jmpl|300px|Fort Du Bus pada tahun 1828]]
Perjanjian yang ditanda tangani oleh Belanda dan kerajaan Maluku pada tahun 1824 itu berisi bahwa Irian Barat secara resmi diakui sebagai daerah kekuasaan Sultan Tidore (Kamma, 1981). Sebagai tindak lanjut perjanjian tersebut, pada tahun 1828, Belanda membangun benteng di teluk Triton di kaki gunung Lemansiri di Lobo (Namatota) Kaimana. Benteng ini diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1828 dengan nama “Fort Du Bus”. Upacara peresmian dihadiri oleh orang Belanda dan juga warga lokal. Seusai upacara dilakukan penandatanganan surat perjanjian yang ditandatangani oleh Sendawan (raja Namatota), Kassa (raja Lakahia) dan Lutu (orang kaya Lobo dan Mawara). Ketiga raja ini oleh Belanda masing-masing diberi surat sebagai kepala daerah, berikut tongkat kekuasaan berkepala perak. Selain ketiga kepala daerah ini, diangkat pula 28 kepala daerah bawahan (Koentjaraningrat,1992). Dengan demikian raja Sran Kaimana menjadi kepala daerah bawahan dari Kerajaan Namatota.<ref>{{cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=kUYQEAAAQBAJ&pg=PA107&lpg=PA107&dq=kerajaan+kaimana&source=bl&ots=JIzZVB6DWw&sig=ACfU3U2zPEtJJxoJjJDvudBcteYVDwxTrQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilvo6d4YfuAhVHWysKHaTtCVg4FBDoATAIegQICRAB#v=onepage&q=kerajaan%20kaimana&f=false|title=Sejarah Kerajaan Kaimana|website=books.google.co.id|language=id}}</ref> Selama beberapa tahun berikutnya, Nduvin lebih memfokuskan perhatiannya untuk melawan ekspedisi hongi, sampai pada tahun 1898, Raja Nduvin wafat.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
IaPerjanjian digantikanyang anaknyaditanda Naro’Etangani yangoleh dinobatkanBelanda sebagaidan rajakerajaan denganMaluku gelarpada Rattahun Sran1824 Kaimanaitu V.berisi Dalambahwa tahunIrian 1898,Barat parlemensecara Belandaresmi mensyahkandiakui pengeluaransebagai anggarandaerah sebanyakkekuasaan fSultan Tidore (Kamma, 1981).115.000 untukSebagai mendirikantindak pemerintahanlanjut diperjanjian Nieuwtersebut, Guinea.pada Pemerintahtahun 1828, Belanda membagimembangun duabenteng bagiandi daerahteluk NieuwTriton Guineadi kaki gunung Lemansiri di Lobo (Namatota), bagianKaimana. utaraBenteng dinamakanini Afdeelingdiresmikan Noordpada Nieuwtanggal Guinea24 Agustus 1828 dengan kontrolirnama ditempatkan“Fort diDu Manokwari,Bus”. laluUpacara bagianperesmian Baratdihadiri oleh orang Belanda dan Selatanjuga dinamakanwarga Afdeeinglokal. WestSeusai enupacara Zuiddilakukan Nieuwpenandatanganan Guineasurat denganperjanjian kontroliryang ditempatkanditandatangani dioleh Fak-fakSendawan (Koentjaranigratraja Namatota), 1992Kassa (raja Lakahia). Kondisidan geografisLutu (orang kaya Lobo dan minimnyaMawara). alatKetiga transportasiraja ini oleh Belanda masing-masing diberi surat sebagai kepala daerah, menyebabkanberikut banyaktongkat kekuasaan berkepala perak. Selain ketiga kepala daerah diini, Afdeelingdiangkat Westpula en28 Zuidkepala Nieuwdaerah Guineabawahan yang(Koentjaraningrat, penduduknya1992). belumDengan mengetahuidemikian kalauraja pemerintahSran BelandaKaimana sudahmenjadi menguasaikepala daerah tersebutbawahan dari Kerajaan Namatota.<ref>{{cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=kUYQEAAAQBAJ&pg=PA107&lpg=PA107&dq=kerajaan+kaimana&source=bl&ots=JIzZVB6DWw&sig=ACfU3U2zPEtJJxoJjJDvudBcteYVDwxTrQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilvo6d4YfuAhVHWysKHaTtCVg4FBDoATAIegQICRAB#v=onepage&q=kerajaan%20kaimana&f=false|title=Sejarah Kerajaan Kaimana|website=books.google.co.id|language=id}}</ref> Selama beberapa tahun berikutnya, Nduvin lebih memfokuskan perhatiannya untuk melawan [[pelayaran hongi|ekspedisi hongi]], sampai pada tahun 1898, Raja Nduvin wafat.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
RajaIa Naro’Edigantikan sebagaianaknya rajaNaro'e Kaimanayang padadinobatkan saatsebagai ituraja pundengan belumgelar mengetahuiRat halSran itu,Kaimana sehinggaV. iaNamun tetappada melakukantahun ekspansi1898 wilayahsetelah kerajaannya[[Papua|Nieuw keGuinea]] arahdinyatakan baratsebagai danmilik timur[[Belanda]], melaluiterjadi perkawinanberbagai diperubahan kawasanpolitik Telukyang Berauw.menyebabkan Keluarganyabanyak antaraterjadi lainperubahan Fimbaydalam dantatanan Rafidesowilayah dikekuasaan Miwara.raja DiKaimana Udumayang denganberdampak keluargasemakin Kamakula,turunnya dikekuasaan Telukraja. BicariRaja denganberkuasa keluargaatas Nanggewarakyatnya, Nambobonamun sertaraja keluargamaupun Airakyatnya danberada di kawasanbawah Mbahamkekuasaan IhaBelanda dengandan Bokiharus Sekar.tunduk Disampingpada ituaturan iaBelanda.<ref>{{cite jugaweb|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/raja-of-kaimana/|title=Sejarah melakukanKaimana|website=sultansinindonesieblog.wordpress.com}}</ref> perangDalam dengantahun melakukan1898, ekspedisiparlemen hongiBelanda untukmensahkan membebaskanpengeluaran daerahanggaran kekuasaannyasebanyak yang[[Gulden|ƒ]]115.000 diekspansiuntuk olehmendirikan pihakpemerintahan lain dengandi pasukannyaNieuw yang bernama nama SabakorGuinea. IaPemerintah menikahkanBelanda anakmembagi perempuannyadua Koviaibagian Batadaerah denganNieuw LakateiGuinea, yangbagian kemudianutara menjadidinamakan Raja Wertuar. Ia jugaAfdeeling membangunNoord hubunganNieuw kekeluargaanGuinea dengan rajakontrolir Namatota.ditempatkan Anakdi perempuanManokwari, lainnyalalu yangbagian bernamaBarat Sekardan BataSelatan dinikahkandinamakan denganAfdeeling Lamora,West rajaen Namatota,Zuid disiniNieuw Naro'eGuinea menganggapdengan Srankontrolir bukanditempatkan lagidi bawahanFakfak Namatota(Koentjaranigrat, 1992). DisampingKondisi itugeografis cucudan perempuannyaminimnya dinikahkanalat dengantransportasi, seorangmenyebabkan Pangeranbanyak Kerajaan Ferdaerah di LanggiarAfdeeling (NuhuWest Yuut).en GambaranZuid mengenaiNieuw pernikahanGuinea iniyang sangatpenduduknya jelasbelum memperlihatkanmengetahui usahakalau rajapemerintah Naro’EBelanda untuksudah memperluasmenguasai pengaruh kerajaannya, melalui hubungandaerah kekerabatantersebut.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
PadaRaja tahunNaro'e 1912,sebagai raja Naro’EKaimana berangkatpada kesaat Telukitu Bintuni,pun bertemubelum denganmengetahui Kaptenhal Keytsitu, yangsehingga memberitahunyaia bahwatetap Pemerintahmelakukan Hindiaekspansi Belandawilayah sudahkerajaannya secarake resmiarah mendirikanbarat pemerintahandan timur melalui perkawinan di Papuakawasan [[Teluk Berau]]. RajaKeluarganya Naro’Eantara menyatakanlain protesFimbay dan nampaknyaRefideso sangatdi Miwara. kecewaDi Uduma dengan tindakankeluarga sewenang-wenangKamakula, Belandadi yangTeluk mengklaimBicari Papuadengan sebagaikeluarga miliknyaNanggewa, tanpaNambobo sepengetahuanserta keluarga Ai dan persetujuandi pemiliknya.kawasan AkibatMbaham kekecewaanIha ini,dengan iaBoki tidakSekar. mauDisamping kembaliitu lagiia kejuga kotamelakukan kerajaannya.perang Rajadengan Naro’Emelakukan memilihekspedisi tinggalhongi diuntuk membebaskan daerah Kokaskekuasaannya danyang Babodiekspansi selamaoleh 10pihak tahunlain (Renaissancedengan Nusantara,pasukannya 2009)yang bernama [[Teluk Sebakor|Sabakor]]. UntukIa sementaramenikahkan pemerintahananak kerajaanperempuannya SranKoviai KaimanaBata dijalankandengan olehLakatei putranyayang Achmadkemudian Aituarauw.menjadi Tahunraja 1922,Wertuar. RajaIa Naro’Ejuga kembalimembangun kehubungan Kaimana,kekeluargaan dandengan memerintahkanraja putranyaNamatota. AhmadAnak Aituarauwperempuan untuklainnya menatayang ibubernama kotaSekar kerajaan,Bata dinikahkan dengan membuka jalan-jalanLamora, menerimaraja pedagang-pedagangNamatota, dandisini membukaNaro'e perkebunanmenganggap kelapaSran dibukan Kaimana,lagi Sararota,bawahan NusaNamatota. Venda,Disamping Nanesa,itu Bitsyaricucu danperempuannya Lobo.dinikahkan Rakyatdengan punseorang diperintahkanPangeran untukKerajaan membukaFer kebun-kebundi kelapa,Langgiar pala(Nuhu danYuut). lainGambaran sebagainya.mengenai Padapernikahan tahunini 1923sangat Rajajelas Naro’Ememperlihatkan meninggalusaha duniaraja danNaro'e dikuburkanuntuk dimemperluas samping masjidpengaruh kerajaannya, (masjidmelalui Raya)hubungan di Kota Kaimanakekerabatan.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
[[Berkas:Kampong Kaimana met rechts de woning van de Radja-Commissie, KITLV 40349.tiff|jmpl|ka|220px|Kampung Kaimana, dengan rumah Rat Umisi (Raja Komisi) di sebelah kanan, 1907–1915]]
Naro'E digantikan oleh putranya Ahmad Aituarauw, pemerintah Hindia Belanda melalui raja Namatota, memberi tanggung jawab kepada raja Kaimana Ahmad Aituarauw untuk menjaga keamanan diwilayah Kaimana. Untuk melegalitas tugas raja Kaimana tersebut, pemerintah Belanda mengangkatnya dengan gelar “Raja Komisi Kaimana”. Ia memerintah dari tahun 1923 hingga tahun 1966 (wawancara La Aga Samay). Raja Ahmad cukup ahli dalam bidang pertanian dan perdagangan, serta menjalankan pemerintahannya dengan baik. Raja Achmad Aituarauw menyatakan kooperatif terhadap Belanda, dengan syarat bahwa Raja tetap mengurus rakyatnya dan budaya serta adat istiadat, pengangkatan kepala kampung oleh raja, pajak belasting harus sepengetahuan raja dan tidak akan saling menyerang serta urusan pertahanan terhadap serangan dari luar menjadi tanggung-jawab Belanda. Belanda menyetujui syarat tersebut sehingga terjalin kerjasama, raja Achmad Aituarauw lalu menerima “peningen recognitie” sebesar f.40 per bulan (ANRI: Memorie van Overgave L.L.A. Maurenbrecher, 1953). Pada tahun 1930 raja Achmad Aituarauw juga memperoleh penghargaan dari Kerajaan Belanda berupa bintang Oranye Van Nasau (RenaissanceNusantara 2009).<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Pada tahun 1912, raja Naro'e berangkat ke Teluk Bintuni, bertemu dengan Kapten Keyts yang memberitahunya bahwa Pemerintah Hindia Belanda sudah secara resmi mendirikan pemerintahan di Papua. Raja Naro'e menyatakan protes dan nampaknya sangat kecewa dengan tindakan sewenang-wenang Belanda yang mengklaim Papua sebagai miliknya tanpa sepengetahuan dan persetujuan pemiliknya. Akibat kekecewaan ini, ia tidak mau kembali lagi ke kota kerajaannya. Raja Naro'e memilih tinggal di daerah Kokas dan Babo selama 10 tahun (Renaissance Nusantara, 2009). Untuk sementara pemerintahan kerajaan Sran Kaimana dijalankan oleh putranya Achmad Aituarauw. Tahun 1922, Raja Naro'e kembali ke Kaimana, dan memerintahkan putranya Ahmad Aituarauw untuk menata ibu kota kerajaan, dengan membuka jalan-jalan, menerima pedagang-pedagang, dan membuka perkebunan kelapa di Kaimana, Sararota, Nusa Venda, Nanesa, Bitsyari, dan Lobo. Rakyat pun diperintahkan untuk membuka kebun-kebun kelapa, pala, dan lain sebagainya. Pada tahun 1923 Raja Naro'e meninggal dunia dan dikuburkan di samping masjid kerajaannya (masjid Raya) di Kota Kaimana.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Pada tahun 1946, Achmad Aituarauw mendirikan organisasi pro-integrasi dengan Indonesia bernama Merdeka Bersama Kaimana, Irian Barat (MBKIB).<ref name="Irian Jaya (Indonesia) 1987 p. 9">{{cite book | author=Irian Jaya (Indonesia) | title=Irian Jaya, the Land of Challenges and Promises | publisher=Alpha Zenith | year=1987 | url=https://books.google.com/books?id=judyAAAAMAAJ | access-date=2021-11-01 | page=9}}</ref> Melalui MBKIB, warga memboikot peringatan ulang tahun Ratu Belanda setiap 31 Agustus. Merespon ini, pemerintah Belanda menjadikan organisasi tersebut terlarang dan menahan Aituarauw dan diasingkan ke Ayamaru selama 10 years sejak 1948.<ref name="Lumintang 2018 pp. 47–60">{{cite journal | last=Lumintang | first=Onie M. | title=THE RESISTANCE OF PEOPLE IN PAPUA (1945-1962) | journal=Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah | volume=10 | issue=2 | date=2018-07-27 | issn=2615-7993 | doi=10.17509/historia.v10i2.12221 | pages=47–60 | doi-broken-date=4 November 2021 | url=https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/12221 | access-date=2021-11-01}}</ref>
PadaNaro'e tahundigantikan oleh putranya Ahmad 1953Aituarauw, dalampemerintah masaHindia kepemimpinanBelanda melalui raja komisiNamatota, Achmadmemberi Mohamadtanggung (ketikajawab itukepada iaraja telahKaimana berusiaAhmad 60Aituarauw tahun),untuk desa-desamenjaga berikutkeamanan inidi menjadiwilayah kekuasaanKaimana. RatUntuk Sranmelegalitas Rajatugas komisiraja yaitu:Kaimana Kilimatatersebut, Kembala,pemerintah Nusawulang,Belanda Jarona,mengangkatnya Garosa,dengan Guriasa,gelar Gaka,“Raja Tairi,Komisi Murubia,Kaimana”. Kuna,Ia Esania.(ANRI:memerintah Memoriedari vantahun Overgave1923 L.L.A.hingga Maurenbrecher,tahun 1953:1966 319(wawancara La Aga Samay). PengaturanRaja pembagianAhmad wilayahcukup administrasiahli pemerintahdalam Belandabidang ataspertanian Nieuwdan Guineaperdagangan, membuatserta kekuasaanmenjalankan Rajapemerintahannya Srandengan baik. Raja KomisiAchmad KaimanaAituarauw semakinmenyatakan lemah.kooperatif Secaraterhadap adatBelanda, merekadengan masihsyarat bahwa Raja tetap menjadimengurus kepalarakyatnya pemerintahandan budaya serta adat istiadat, namunpengangkatan secarakepala administratifkampung kedudukanoleh merekaraja, dipajak wilayahbelasting pemerintahannyaharus sepengetahuan raja dan tidak lagiakan memilikisaling kekuatanmenyerang sepenuhnyaserta karenaurusan merekapertahanan sudahterhadap beradaserangan didari bawahluar perintahmenjadi pemerintahtanggung jawab Belanda. Belanda menyetujui syarat tersebut sehingga terjalin kerjasama, raja Achmad Aituarauw lalu menerima “peningen recognitie” sebesar ƒ40 per-bulan (ANRI: Memorie van Overgave L.L.A. Maurenbrecher, 1953). Pada tahun 1930, raja Achmad Aituarauw juga memperoleh penghargaan dari Kerajaan Belanda berupa bintang Oranje van Nassau (Renaissance Nusantara 2009).<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 ppp. 89-91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pagepages=89-91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
===Zaman kemerdekaan Indonesia===
==Pemerintahan==
Kerajaan Kaimana dipimpin oleh Raja yang didampingi oleh duduvura adat dan raja muda yang kedudukannya adatnya sejajar dengan raja, namun masih berada di bawah kekuasaan raja. Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh: pemuka agama, dukun/ahli nujum, mayora, sangaji, hukom, joujau, kapitang/kapitan laut dan orang kaya.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Menurut pengakuan M. Achmad Aituarauw proklamasi Indonesia baru diketahui dari [[Frans Kaisiepo]] di Biak pada Desember 1946. Informasi Kaisiepo ada di Biak diketahuinya dari rakyat di teluk Arguni yang meninggalkan kampungnya untuk berkumpul ke Tiwara sebelum ke Biak. Dari informasi yang diterima di Tiwara, jenderal Amerika bersama pasukan sekutu membagikan senjata untuk rakyat Irian untuk melawan Belanda namun mereka sudah pergi ke Pulau Yamkani (Wandamen). M. Achmad Aituarauw beserta pengikutnya berjumlah sebesar 200 orang berangkat dari Tiwara menuju Wandamen. Walau saat sampai di Kampung Ambumi (Wandamen), pasukan Amerika sudah pergi ke Biak. Sehingga M. Achmad Aituaraw pergi ke Bosnik, Biak beserta 18 orang pengikutnya.<ref name="Meteray 2022">{{cite journal |last1=Meteray |first1=Bernada |date=25-07-2022 |title=Klaim Kerajaan Majapahit dan Penyemaian Nasionalisme Indonesia di Kaimana |url= https://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalIlmiahHubunganInternasiona/article/download/5969/3783|journal=Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (Unpar)|volume= |issue=Edisi Khusus Papua|pages=1-15 |doi=10.26593/jihi.v0i00.5969.1-15 |access-date=17-11-2022}}</ref>
Wilayah kerajaan Kaimana pada masa awal berdirinya kerajaan hanya meliputi bagian kecil dari wilayah suku Mairasi di sebelah utara, Pulau Adi (Eraam Moon berasal dari bahasa Adijaya yang artinya "Tanah Haram")<ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref><ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref> di sebelah selatan, Pulau Samai di sebelah barat dan Kipia Mimika di sebelah timur. Namun berkat hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang dilakukan oleh raja pertama, maka lambat laun para warga suku tersebut menggabungkan diri dengan kerajaan Sran, sehingga menurut legenda, wilayah kekuasaan Raja Sran pada abad ke-14 berkembang menjadi semakin luas.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Dari pertemuannya dengan [[Frans Kaisiepo]] di Biak diketahui Belanda akan membahas menyerahkan kemerdekaan kepada [[Negara Indonesia Timur|Indonesia (NIT)]] di [[Konferensi Denpasar|Denpasar]] tetapi tanpa wilayah Irian dan juga tidak adanya wakil Irian di Denpasar. Merespon hal tersebut, M. Achmad Aituarauw beserta beberapa tokoh Papua lain melakukan konferensi pada tanggal 24 Desember 1946 di gedung Kantor Distrik Bosnik yang juga dihadiri oleh Dr. De Bruyn (onderfd Lingchef Geelvink baai) dan Dani Said (District Hoofd Bosnik). Konferensi tersebut menghasilkan resolusi rakyat Papua tidak ingin dijajah, merdeka seperti wilayah lain di satu Negara Indonesia, dan ingin sebuah pertemuan dengan wakil dari wilayah Indonesia lain.<ref name="Meteray 2022"/>
Sebelum masuknya [[Belanda]], kekuasaan raja adalah mutlak. Namun ketika [[Tidore]] mulai melebarkan kekuasaannya dan melakukan ekspedisi hongi daerah ini, kekuasaan raja semakin menurun karena dibawah bayang-bayang Tidore. Terlebih setelah terjadi perang saudara diantara keluarga raja. Selama beberapa lama kerajaan ini tidak memiliki raja. Raja yang diangkat oleh [[Sultan Tidore]] pun tidak bertahan sehingga vakum juga.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Sekembalinya di Kaimana dengan kapal perang milik Belanda, pada tahun 1946, M. Achmad Aituarauw juga mendirikan organisasi pro-integrasi dengan Indonesia bernama Merdeka Bersama Kaimana Irian Barat (MBKIB).<ref name="Irian Jaya (Indonesia) 1987 p. 9">{{cite book | author=Irian Jaya (Indonesia) | title=Irian Jaya, the Land of Challenges and Promises | publisher=Alpha Zenith | year=1987 | url=https://books.google.com/books?id=judyAAAAMAAJ | access-date=2021-11-01 | page=9}}</ref> Melalui MBKIB, warga memboikot peringatan ulang tahun Ratu Belanda setiap 31 Agustus. Hubungan usaha mendukung kemerdekaan Indonesia seperti pengiriman hasil teks linggarjati oleh masyarakat di Kaimana, dibawah pimpinan Raja Komisi Kaimana (Achmad Aituarauw) dan Raja Namatota (Muhammad Kasim Ombaier) bersama [[Silas Papare]] juga terjalin melalui perantara Abubakar Tjan Kok Tjiang, seorang Tionghoa Muslim yang lebih leluasa pergeraknya.<ref name="Meteray 2022"/> Merespon ini, pemerintah Belanda mengirim pasukan satu kompi dibawah inspektur Le Klasse Rolands ke Kaimana<ref name="Meteray 2022"/> dan menjadikan organisasi tersebut terlarang dan 'membuang' M. Achmad Aituarauw yang dijadikan kepala distrik di [[Ayamaru, Maybrat|Ayamaru]] selama 10 tahun sejak 1948.<ref name="Lumintang 2018 pp. 47–60">{{cite journal | last=Lumintang | first=Onie M. | title=THE RESISTANCE OF PEOPLE IN PAPUA (1945-1962) | journal=Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah | volume=10 | issue=2 | date=2018-07-27 | issn=2615-7993 | doi=10.17509/historia.v10i2.12221 | pages=47–60 | doi-broken-date=4 November 2021 | url=https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/12221 | access-date=2021-11-01}}</ref>
==Daftar Raja Kaimana==
Daftar Raja-Raja Kaimana, sebagai berikut:<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 85–92">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=85–92 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
File:Abdul Hakim Achmad Aituarauw.jpg
#Umis I Imaga (1309-? M)
#Umis II Basir Onin (?-? M)
#Umis III Woran (1348-1440 M)
#Umis IV Nduvin (?-1898 M)
#Umis V Naro’E (1898–1923 M)
#Umis VI Achmad Aituarauw (1923–1966 M)
#Umis VII Muh Achmad Rais Aituarauw (1966–1980 M)
#Umis VIII Abdul Hakim Achmad Aituarauw (1980–sekarang)
Pada tahun 1953, dalam masa kepemimpinan raja komisi Achmad Aituarauw (ketika itu ia telah berusia 60 tahun), desa-desa berikut ini menjadi kekuasaan Rat Sran Raja komisi yaitu: Kilimata, Kembala, Nusawulang, Jarona, Garosa, Guriasa, Gaka, Tairi, Murubia, Kuna, dan Esania (ANRI: Memorie van Overgave L.L.A. Maurenbrecher, 1953: 319). Pengaturan pembagian wilayah administrasi pemerintah Belanda atas Nieuw Guinea membuat kekuasaan Raja Sran/Komisi Kaimana semakin lemah. Secara adat mereka masih tetap menjadi kepala pemerintahan adat, namun secara administratif kedudukan mereka di wilayah pemerintahannya tidak lagi memiliki kekuatan sepenuhnya karena mereka sudah berada di bawah perintah pemerintah Belanda.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
==Kerajaan Islam lain di Papua==
Pemetaan kerajaan Islam di Papua secara umum dibagi menjadi tiga daerah yaitu, kerajaan Islam [[Kepulauan Raja Ampat]], [[Fakfak]] dan [[Kaimana]].
==Pemerintahan==
Kerajaan Islam di [[Papua]] sering disebut dengan Petuanan. Kerajaan Islam di [[Papua]] mayoritas berada dibawah kekuasaan Kesultanan di [[Maluku]], mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan masing-masing.
Kerajaan Kaimana dipimpin oleh seorang raja yang didampingi oleh duduvura adat dan raja muda yang kedudukannya adatnya sejajar dengan raja, namun masih berada di bawah kekuasaan raja. Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh: pemuka agama, dukun/ahli nujum, mayora, sangaji, hukom, joujau, kapitang/kapitan laut, dan orang kaya.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Wilayah kerajaan Kaimana pada masa awal berdirinya kerajaan hanya meliputi bagian kecil dari wilayah [[suku Mairasi]] di sebelah utara, Pulau Adi (Eraam Moon berasal dari bahasa Adijaya yang artinya "Tanah Haram")<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref><ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref> di sebelah selatan, Pulau Samai di sebelah barat, dan Kipia Mimika di sebelah timur. Namun berkat hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang dilakukan oleh raja pertama, maka lambat laun para warga suku tersebut menggabungkan diri dengan kerajaan Sran, sehingga menurut legenda, wilayah kekuasaan raja Sran pada abad ke-14 berkembang menjadi semakin luas.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 86-87">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=86-87 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Kerajaan-kerajaan Islam kecil di [[Raja Ampat]], [[Fakfak]] dan [[Kaimana]] merupakan hasil proses akulturasi kebudayaan [[Papua]] dan kebudayaan [[Maluku]] yang berlangsung selama berabad-abad.<ref>{{cite web|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5019582/kisah-perkampungan-islam-pertama-di-raja-ampat|title=Kisah Perkampungan Islam Pertama di Raja Ampat|website=travel.detik.com}}</ref>
Sebelum masuknya [[Belanda]], kekuasaan raja adalah mutlak. Namun ketika [[Kesultanan Tidore|Tidore]] mulai melebarkan kekuasaannya dan melakukan ekspedisi hongi di daerah ini, kekuasaan raja semakin menurun karena berada dibawah bayang-bayang Tidore. Terlebih setelah terjadi perang saudara diantara keluarga raja. Selama beberapa lama kerajaan ini tidak memiliki raja. Raja yang diangkat oleh [[Sultan Tidore]] pun tidak bertahan sehingga vakum juga.<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 91">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=91 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Sistem kesukuan masih sangat terlihat dalam kerajaan-kerajaan Islam di [[Papua]]. Sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, tetapi dalam menjalankan pemerintahan digunakanlah sistem Dewan Adat.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/162648369/kerajaan-islam-di-papua|title=kerajaan-islam-di-papua|website=www.kompas.com}}</ref>
==Daftar penguasa Kaimana==
===kerajaan Islam di kepulauan Raja Ampat===
Berikut ini daftar penguasa Kerajaan Kaimana, sebagai berikut:<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 85–92">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=85–92 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah kepulauan Raja Ampat:
{| class="wikitable"
|-
! Nama|| Gelar || Waktu memerintah || Keterangan
|-
| Imaga || Rat Sran Nati Patimunin I || 1309–? ||
|-
| Basir Onin || Rat Sran Adi II || ?–1348 ||
|-
| Woran || Rat Sran Rat Adi III || 1348–1440 ||
|-
| ''Interregnum/tidak diketahui'' || || 1440–1808 || diperkirakan ada beberapa pemimpin di Pulau Adi
|-
| Nduvin || Rat Sran E'man IV || 1808–1898 ||
|-
| Narawatu atau Naro'e || Rat Sran E'man V || 1898–1923 || Bersama anaknya<ref group=Ctt. name=Catatan01/> Muhammad Kasim Iwawusa/Iwafusa.<ref name="Regeeringsalmanak 1904">{{cite book
| pages=296
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/zFU9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Ganjoem+Waigeoe&pg=PA296&printsec=frontcover
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1904
| contribution= Landsdrukkerij
| location= Batavia
| publisher= Ter Lands-Drukkerij
| year= 1904
| issue= 2
| lg= nl
}}</ref><ref name="Mahmud 2017 pp. 153–167">{{cite journal | last=Mahmud | first=M. Irfan| title=HUNIAN AWAL SEJARAH DI PESISIR KAIMANA, PAPUA BARAT (Early History of Settlement in Kaimana Coast, West Papua) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat | volume=6 | issue=2 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i2.29 | pages=153–167 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/29 | access-date=2022-02-20}}</ref>
|-
| Ahmad Aituarauw || Rat Sran Rat Eman Umisi VI || 1923–1966 || menggantikan kakaknya, Iwafusa
|-
| Muhammad Achmad Rais Aituarauw || Rat Sran Rat Kaimana Umisi VII || 1966–1980 ||
|-
| [[Abdul Hakim Achmad Aituarauw]] || Rat Sran Rat Kaimana Umisi VIII || 1980–2022 ||
|-
| Mohammad Natsir Aituarauw || Rat Sran Rat Kaimana Umisi IX || 2022–sekarang || <ref name="Wakil Presiden Republik Indonesia 2022">{{cite web | title=Sampaikan Aspirasi, Para Raja dan Tokoh Adat Papua Barat Temui Wapres | website=Wakil Presiden Republik Indonesia | date=2022-12-01 | url=https://www.wapresri.go.id/sampaikan-aspirasi-para-raja-dan-tokoh-adat-papua-barat-temui-wapres/ | language=id | access-date=2023-02-16}}</ref>
|}
==Kerajaan Islam lain di Papua Barat==
Pemetaan kerajaan Islam di Papua Barat secara umum dibagi menjadi tiga daerah yaitu, kerajaan Islam [[Kepulauan Raja Ampat]], [[Fakfak]] dan [[Kaimana]]. Kerajaan Islam di [[Papua Barat]] ini sering disebut dengan ''Petuanan''. Kerajaan Islam di Papua Barat mayoritas berada dibawah kekuasaan kesultanan di [[Kepulauan Maluku]], kemudian mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan masing-masing.
Kerajaan-kerajaan Islam kecil di [[Raja Ampat]], [[Fakfak]], dan [[Kaimana]] merupakan hasil proses akulturasi kebudayaan [[Papua Barat]] dan kebudayaan [[Kepulauan Maluku]] yang berlangsung selama berabad-abad.<ref>{{cite web|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5019582/kisah-perkampungan-islam-pertama-di-raja-ampat|title=Kisah Perkampungan Islam Pertama di Raja Ampat|website=travel.detik.com}}</ref> Sistem kesukuan masih sangat terlihat dalam kerajaan-kerajaan Islam di [[Papua Barat]]. Sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, tetapi dalam menjalankan pemerintahan digunakanlah sistem Dewan Adat.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/162648369/kerajaan-islam-di-papua|title=kerajaan-islam-di-papua|website=www.kompas.com}}</ref>
===Kerajaan Islam di kepulauan Raja Ampat===
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah kepulauan Raja Ampat:<ref name="Mansoben 1995 hlm 242-246">{{cite book |last=Mansoben |first=Johszua Robert |author-link= |date=1995 |title=Sistem Politik Tradisional Di Irian Jaya |url= |location=Jakarta |publisher=LIPI - RUL 1995 |pages=242-246|isbn=979-8258-06-1}}</ref>
*Kerajaan Waigeo dengan pusat pemerintahannya di Weweyai, Pulau Waigeo
*[[Kerajaan Salawati]] dengan pusat pemerintahannya di SailolofSamate, pulauPulau Salawati Selatanbagian utara.
*Kerajaan Misool dengan pusat pemerintahannya di Lilinta, Pulaukemudian Misoolberpindah ke Sel Peleket.
**Kerajaan BatantaWaigama dengan pusat pemerintahannyapemerintahan di pulauWaigama, BatantaPulau Misool.
*Kerajaan Sailolof dengan pusat pemerintahannya di Sailolof, Pulau Salawati bagian selatan.
===Kerajaan Islam di Fakfak===
Dalam buku Islam dan Kristen di Tanah Papua (2006) karya J.F Onim, Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Fakfak terdiri dari:
*Kerajaan Ati-ati
*Kerajaan Rumbati
*[[Kerajaan Patipi]]
*[[Kerajaan Sekar]]
*Kerajaan Wertuar
*Kerajaan Arguni
===Kerajaan Islam di Kaimana===
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Kaimana:
*Kerajaan Namatota (Koiwai)
*[[Kerajaan Komisi]] (Kaimana)<ref name="Regeeringsalmanak 1904">{{cite book
| pages=296
*Kerajaan Pattipi
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/zFU9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Ganjoem+Waigeoe&pg=PA296&printsec=frontcover
*Kerajaan Sekar
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1904
*Kerajaan Wetuar
| contribution= Landsdrukkerij
*Kerajaan Arguni
| location= Batavia
| publisher= Ter Lands-Drukkerij
| year= 1904
| issue= 2
| lg= nl
}}</ref>
Mendapat gelar Raja oleh Namatota:
==Peninggalan Islam di Papua==
*[[Konfederasi Tarya We]] (dipimpin Raja Kipia, Naowa)
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai berikut:<ref>{{cite web|url=http://ardilamadi.blogspot.com/2013/07/sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana.html?m=1|title=sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana|website=ardilamadi.blogspot.com}}</ref>
*Kerajaan Aiduma
==Peninggalan Islam di Papua Barat==
1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah [[Papua]] kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik [[Waigeo]].
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua bagian barat ini, sebagai berikut:<ref>{{cite web|url=http://ardilamadi.blogspot.com/2013/07/sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana.html?m=1|title=sejarah-masuknya-agama-islam-di-kaimana|website=ardilamadi.blogspot.com}}</ref>
# Terdapat ''living monument'' yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah [[Papua Barat]] kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik [[Waigeo]].
2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran [[Islam]] di [[Papua|Bumi Cendrawasih]].
# Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran [[Islam]] di [[Papua Barat|Bumi Kasuari]].
# Naskah-naskah dari masa [[Raja Ampat]] dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
# Di [[Fakfak]], [[Papua Barat]] dapat ditemukan delapan manuskrip kuno [[bahasa Arab|berhuruf Arab]]. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf [[Al Quran]] yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari [[Samudera Pasai]] yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota [[Teluk Patipi, Fakfak|Teluk Patipi]] saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, pohon khas [[Papua]] yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah [[Indonesia Timur]].
# [[Masjid Tua Patimburak]] yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik [[Kokas]], [[Fakfak]] yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
3. Naskah-naskah dari masa [[Raja Ampat]] dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
4. Di [[Fakfak]], [[Papua Barat]] dapat ditemukan delapan manuskrip kuno [[bahasa Arab|berhuruf Arab]]. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf [[Al Quran]] yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.
Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari [[Samudera Pasai]] yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota [[Teluk Patipi, Fakfak|Teluk Patipi]] saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas [[Papua]] yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah [[Indonesia Timur]].
5. [[Masjid Tua Patimburak]] yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik [[Kokas]], [[Fakfak]] yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
==Lihat juga==
*[[Kerajaan Sekar]]
*[[Kerajaan Fatagar]]
*[[Kerajaan Waigeo]]
*[[Kerajaan Salawati]]
*[[Kerajaan Misool]]
*[[Konfederasi Tarya We]]
==Catatan==
{{reflist|group=Ctt.|refs=
<ref name=Catatan01>Ada yang mengatakan Naroe sendiri adalah Iwafusa.</ref>
}}
==Referensi==
{{Reflist}}
[[Kategori:Kerajaan di Papua Barat]]
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Papua Barat]]
{{indo-sejarah-stub}}
|