Pamenang, Merangin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k fix |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 9:
|kepadatan=- jiwa/km²
|provinsi=Jambi
|keterangan=|peta=}}
}}▼
'''Pamenang''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Merangin]], [[Jambi]], [[Indonesia]].
{{Authority control}}
==
Diperkirakan abad ke 16 sudah ada perkampungan kecil didekat muara sungai lintang bernama "SUGINDE". pada masa itu pola kehidupan masih nomaden (berpindah pindah). menurut sejarah jumlah rumah lebih kurang 20-30 buah rumah saja. pakaian penutup aurat masih terbuat dari kulit kayu terap. rumah terbuat dari kulit kayu antoi dan atapnya terbuat dari daun serdang kadang juga dari daun lontar. untuk perkakas masak dan sebagainya masih terbuat dari tanah liat.
awal abad ke 17 kampung Suginde pindah muara sungai sentuo tepatnya di areal pemakaman hilir dusun tuo pamenang sebrang. tidak terlalu lama disitu perkampungan pindah lagi ke Lubuk mampun. oleh karena di lokasi itu adalah perlintasan harimau perkampungan suginde pindah lagi dekat sebatang pohon pauh yang sangat besar. disini nama suginde berubah menjadi kampung PAUH MENANG. disebut pauh menang dahulu sebelum jadi perkampungan dibawah pohon itu adalah arena sabung ayam. nah karena setiap ada warga kampung lain datang bertanding dengan ayam milik orang suginde selalu menang. tidak ada ayam lawan yang bisa menang bila bertarung dibawah pohon tersebut. sejak itulah desa mereka dinamakan desa PAUH MENANG.
Pertengahan abad ke 17, warga desa pauh menang kembali pindah. kali ini lokasinya tepat dimuara sungai kecil. dahulu sungai itu tidak ada. namun setelah kejadian luar biasa maka timbulah sebuah sungai. kejadiannya menurut sejarah begini: masa itu belasan pemuda, pemudi tuo bujang dan tuo gadih masuk hutan. mencari damar, kulit kayu dan hasil hutan lainya untuk keperluan sehari hari. damar untuk lampu, kulit kayu untuk pakaian dan umbut bayeh dan lain lain sebagai kebutuhan sandang pangan. sebanyak 24 orang bujang gadih tuo bujang serta tua gadih hari itu berangkat bersama sama penuh riang gembira.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh mulailah mencari apa yang mereka butuhkan. sambil bekerja sambil bersenda gurau. kadang disana juga mereka bertemu jodoh. mengingat hari sudah mulai sore mereka memutuskan untuk pulang ke kampung. hari semakin sore langkah mereka semakin cepat. namun langit sudah menghitam bertanda hujan petir akan segera turun. perjalanan ke kampung diperkirakan lebih kurang 1
Diperkirakan rongga kayu tersebut tinginya lebih dari 2 meter sedangkan lebarnya lebih dari 3 meter. mereka semua masuk kedalamnya. saking luasnya 24 orang bisa masuk semua. yang gadis masuk duluan dan berikutnya tuo gadis dan tuo bujang. berikutnya barulah rombongan pemuda. orang zaman dahulu jika masuk hutan selain membawa parang juga membawa tombak sebagai senjata. tombak orang dahulu lebih banyak berbentuk trisula karena pengaruh budaya hindu. hujan
Beberapa pemuda yang membawa tombak memegang tombak. ada yang duduk ada juga yang berdiri. posisi tombak matanya menghadap
Setelah semuanya dipastikan keluar bebrapa pemuda yang megang tombak perlahan mulai mundur. ketika dirasa sudah sangat dekat dengan mulut rongga mereka serentak menarik tombak dan berlari sekuat tenaga. dari jarak lebih kurang 20 meter mereka mendengar bunyi dentuman menggema. begitu dilihat rongga kayu yang mereka masuki tadi sudah menutup. "lari semuanya larih cepat arah ke dusun. ternyato yang kito masuki tadi bukan lubang kayu tetapi mulut hewan raksasa. payo kito lari". maka berlarian lah mereka meyelamatkan diri masing masing. dalam hujan petir akhirnya mereka sampai ke kampung. dan kejadian itu membuat heboh seantero kampung.
Besoknya sekira jam 10 pagi warga kampung yang laki laki semua berondong bondong menuju lokasi kayu besar tersebut. mereka ingin melihat hewan apa yang ada disana. namun begitu sampai
Memang ular raksasa kalau sudah terlalu besar dia akan menebat. istilah menebat adalah berdiam diri disatu tempat dalam waktu yang lama. tidak lagi memakan mangsa dengan cara melilit. dia hanya menghisap mangsanya dan akan menutup mulutnya jika ada makanan yang masuk. sejak tu sungai baru tersebut dinamakan sungai tebat. karena dahulunya sungai itu ada karena ular besar yang menebat disana pergi karena kesakitan mulutnya luka oleh mata tombak pemuda. dipercaya mulutnya luka karena berusaha menutup mulut karena merasa ada makanan yang masuk. kemana ular itu pergi tidak diketahui. salah satu tetua kampung berkata. "inilah mahluknya yang sudah banyak memakan warga kita. hewan ternak kita bahkan buaya besar penunggu lubuk teluk gelanggang juga tidak terlihat lagi. jangan jangan sudah dimangsa ular tesebut." katanya ditengah kerumunan warga.
Memang selama ini banyak warga yang kehilangan anggota keluarga, katanya pergi mencari damar tapi tidak pernah kembali. jumlah orang hilang cukup banyak. namun mereka menduga tersesat atau dimakan harimau. begitu juga hewan ternak seperti kerbau, sapi dan kambing
Disaat gotong royong menerbas hutan untuk lokasi perkampungan, salah satu warga parangnya berdenting mengenai benda keras. mereka kaget karena dizaman itu besi adalah barang langka dan mahal. mustahil ada besi di tengah hutan tersebut. begitu diperiksa ternyata ditemukan sebuah Gong yang dipercaya milik kerajaan. ditemukan juga seragam putra/i mahkota, selendang dan juga sepasang pedang jika dilihat dari bentuk hulunya pedang itu buatan timur tengah dipercaya dari turki. semua benda yang ditemukan disimpan dan dirawat dengan baik. sejak itulah benda benda tersebut menjadi pusaka milik warga pamenang. benda benda pusaka tersebut dirawat dengan baik dan diturunkan kepada anak perempuan. terhitung sejak ditemukan sampai sekarang benda pusaka itu dipegang oleh garis keturunan ke 5 dari ditemukan.
Benda pusaka berupa pedang sering dipake diacara pernikahan dipakai oleh para pesilat menyambut dan menghantar penganten pria didepan rumah penganten wanita. sedangkan gong, selendang dan seragam pangeran tidak pernah dikeluarkan. zaman dahulu sampai air era 1980an gong pusaka sering berbunyi sendiri. tapi anehnya pemilik rumah dimana gong itu disimpan tidak bisa mendengar bunyinya. tetapi warga yang radius 1 sampai 5
Pertegahan abad ke18 perkampungan pamenang pindah lagi. setelah rapat diputuskan pindah ke hilir sedikit sekitar
awal abad ke 19 pamenang menjadi pelabuhan utama kapal batang dari batanghari untuk wilayah merangin. awalnya hanya kapal kapal kecil namun lambat laun kapal dan tongkang besar juga berlabuh.
Sejak itu pamenang sudah berubah menjadi desa yang cukup besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. pamenang menjadi pusat perdagangan karena memilik pelabuhan. kehidupan rakyat yang dahulunya hanya bergantung dengan hasil hutan dan ladang kini mulai berdagang dan juga menjadi jasa kuli panggul yang disebut sebagai buruh. awal tahun 1980 pamenang kembali mendapat kemajuan. belasan unit trasimigrasi era suharto masuk ke pamenang. warga trans yang dari jawa naik kapal laut sampai ke tungkal. di kuala tungkal mereka naik kapal kecil ke sungai sungai kecil. untuk wilayah pamenang diangkut oleh kapak "Yang hoi" berlabuh di sekitar limbur kemudian berangkat ke unit unit trans yang kini disebut kecamatan renah pamenang, pamenang selatan dan pamenang barat.
Semua desa trans yang masuk wilayah pamenang semua nama nama
Itulah sejarah singkat asal usul pamenang dan kejadian kejadian yang pernah terjadi sesuai apa yang sudah diceritakan oleh pendahulu kita nenek moyang kita. semoga semua generasi pamenang tidak mudah melupakan sejarah. (*) by rahman pamenang
{{Navigasi ID Desa
|provinsi = Jambi
|dati2 = Kabupaten
|nama dati2 = Merangin
|kecamatan = Pamenang
|d1 = Empang Benao
|d2 = Jelatang
|d3 = Karang Berahi
|d4 = Kerayo
|d5 = Muara Belango
|d6 = Pauh Menang
|d7 = Pelakar Jaya
|d8 = Pematang Kancil
|d10 = Rejo Sari
|d11 = Sialang
|d12 = Sungai Udang
|d13 = Tanah Abang
|d14 = Tanjung Gedang
|k1 = Pamenang
▲}}
==pranala luar==
|