Sureq Galigo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→La Galigo di Sulawesi Tengah: #1Lib1Ref #1Lib1RefID |
k Cerita |
||
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove|date=Mei 2019}}
[[Berkas:Galigo.jpg|ka|jmpl|225px|[[Manuskrip]] ''Sureq Galigo'' dari [[abad ke-19]].]]
'''Sureq Galigo''', '''I La Galigo''', atau '''Galigo''', atau disebut juga '''La Galigo''' adalah sebuah [[epik]] [[mitos penciptaan]] dari [[peradaban]] [[Bugis]] di [[Sulawesi Selatan]] (sekarang bagian dari [[Republik Indonesia]]) yang ditulis oleh [[Colliq Pujie]]
Epik ini berkembang dalam masyarakat Bugis
== Latar belakang dan usaha pelestarian ==
La Galigo bukanlah teks [[sejarah]] karena isinya penuh dengan [[mitos]] dan peristiwa-peristiwa luar biasa.<ref>{{Cite web|title=“I La Galigo” South Sulawesi’s Mythological Epic Poem|url=https://nowjakarta.co.id/i-la-galigo-south-sulawesi-s-mythological-epic-poem|website=NOW JAKARTA {{!}} “I La Galigo” South Sulawesi’s Mythological Epic Poem|language=en|access-date=2022-06-04}}</ref> Dari perbandingan hasil ekskavasi
Versi bahasa Bugis asli ''Galigo'' sekarang hanya dipahami oleh kurang dari 100 orang.<ref name="Rothstein 2005" /> Sejauh ini ''Galigo'' hanya dapat dibaca dalam versi bahasa Bugis aslinya. Hanya sebagian saja dari ''Galigo'' yang telah diterjemahkan ke dalam [[bahasa Indonesia]], dan tidak ada versi lengkapnya dalam [[bahasa Inggris]] yang tersedia.<ref name="Arnold 2004" /> Sebagian manuskrip
Hikayat La Galigo telah menjadi dikenal di khalayak internasional secara luas setelah diadaptasi dalam [[pertunjukan]] [[teater]] ''[[I La Galigo (pentas seni)|I La Galigo]]'' oleh [[Robert Wilson (sutradara)|Robert Wilson]], [[sutradara]] asal [[Amerika Serikat]], yang mulai dipertunjukkan secara internasional sejak tahun [[2004]].
== Isi hikayat La Galigo ==
[[File:La Galigo old manuscript of Bugis in Indonesia.jpg|thumb|Koleksi La Galigo di [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]], Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta]]
Epik ini dimulai dengan kisah [[penciptaan dunia]]. Ketika dunia ini kosong (merujuk kepada [[Sulawesi Selatan]]), Raja Di Langit, La Patiganna, mengadakan suatu musyawarah keluarga dari beberapa kerajaan termasuk Senrijawa dan Peretiwi dari alam gaib dan membuat keputusan untuk melantik anak lelakinya yang tertua, La Toge' langi' menjadi Raja Alekawa (Bumi) dan memakai gelar Batara Guru. La Toge' langi' kemudian menikah dengan sepupunya We Nyili'timo', anak dari Guru ri Selleng, Raja alam gaib. Tetapi sebelum Batara Guru dinobatkan sebagai raja di bumi, ia harus melalui suatu masa ujian selama 40 hari, 40 malam. Tidak lama sesudah itu ia turun ke bumi, yaitu di [[Ussu, Malili, Luwu Timur|Ussu']], sebuah daerah di [[Tanah Luwu|Luwu']], sekarang wilayah [[Luwu Timur]] dan terletak di [[Teluk Bone]].
Baris 25 ⟶ 26:
Anak lelaki I La Galigo yaitu La Tenritatta' adalah yang terakhir di dalam epik itu yang dinobatkan di Luwu'.
Isi epik ini merujuk ke masa ketika orang [[Bugis]] bermukim di pesisir pantai [[Sulawesi]]. Hal ini dibuktikan dengan bentuk setiap kerajaan ketika itu. Pemukiman awal ketika itu berpusat di muara sungai
== La Galigo di [[Sulawesi Tengah]] ==
Nama [[Sawerigading]] [[I La Galigo]] cukup terkenal di [[Sulawesi Tengah]]. Hal ini membuktikan bahwa
[[Sawerigading]] dan anaknya [[I La Galigo]] bersama dengan anjing peliharaanya, Buri, pernah merantau mengunjungi lembah Palu yang terletak di pantai barat [[Sulawesi]]. Buri, yang digambarkan sebagai seekor binatang yang garang, dikatakan berhasil membuat mundur laut ketika I La Galigo bertengkar dengan Nili Nayo, seorang Ratu Sigi. Akhirnya, lautan berdekatan dengan [[Loli]] di [[Teluk Palu]] menjadi sebuah danau iaitu Tasi' Buri' (Tasik Buri).
Baris 39 ⟶ 40:
== La Galigo di [[Sulawesi Tenggara]] ==
Ratu [[Wolio]] pertama di [[Butung]] ([[Butuni]] atau [[Buton]]) di gelar Wakaka,
Di [[Pulau Muna]] yang berdekatan, pemerintahnya mengaku bahwa ia adalah keturunan Sawerigading atau kembarnya We Tenriyabeng. Pemerintah pertama Muna yaitu Belamo Netombule juga dikenali sebagai Zulzaman adalah keturunan Sawerigading. Terdapat juga kisah lain yang mengatakan bahwa pemerintah pertama berasal dari [[Jawa]], kemungkinan dari [[Majapahit]]. Permaisurinya bernama Tendiabe. Nama ini mirip dengan nama We Tenyirabeng, nama yang di dalam kisah La Galigo, yang menikah dengan Remmangrilangi', artinya, 'Yang tinggal di surga'. Ada kemungkinan Tendiabe adalah keturunan We Tenyirabeng. Pemerintah kedua, entah anak kepada Belamo Netombule atau Tendiabe atau kedua-duanya, bernama La Patola Kagua Bangkeno Fotu.
Sementara nama-nama bagi pemerintah awal di [[Sulawesi Tenggara]] adalah mirip dengan nama-nama di [[Tompoktikka]], seperti yang tercatat di dalam La Galigo. Contohnya Baubesi (La Galigo: Urempessi). Antara lainnya ialah Satia Bonga, pemerintah [[Wolio]] (La Galigo: Setia Bonga).{{citation needed}}
== La Galigo di [[Gorontalo]] ==
Baris 53 ⟶ 54:
Kisah Sawerigading cukup terkenal di kalangan keturunan [[Bugis]] dan [[Makasar]] di [[Malaysia]]. Kisah ini dibawa sendiri oleh orang-orang [[Bugis]] yang bermigrasi ke [[Malaysia]]. Terdapat juga unsur [[Melayu]] dan [[Bangsa Arab|Arab]] diserap sama.{{citation needed}}
Pada [[abad ke-15]], [[Melaka]] di bawah pemerintahan [[Sultan Mansur Syah]] diserang oleh 'Keraing Semerluki' dari [[Makassar]]. Semerluki yang disebut ini kemungkinan adalah Karaeng Tunilabu ri Suriwa, putera pertama kerajaan Tallo',
Perhubungan yang jelas muncul selepas abad ke-15. Pada tahun 1667, [[Belanda]] memaksa pemerintah [[Gowa]] untuk mengaku kalah dengan menandatangani [[Perjanjian Bungaya]]. Dalam perjuangan ini,Gowa dibantu oleh Arung Matoa dari Wajo. Pada tahun berikutnya, kubu Tosora dimusnahkan oleh [[Belanda]] dan sekutunya [[Arung Palakka|La Tenritta' Arung Palakka]] dari Bone. Hal ini menyebabkan banyak orang [[Bugis]] dan [[Makassar]] bermigrasi ke tempat lain. Contohnya, serombongan orang [[Bugis]] tiba di [[Selangor]] di bawah pimpinan Daeng Lakani. Pada tahun 1681, sebanyak 150 orang [[Bugis]] menetap di [[Kedah]]. Manakala sekitar abad ke-18, Daeng Matokko' dari Peneki, sebuah daerah di Wajo', menetap di [[Johor]]. Sekitar 1714 dan 1716, adiknya, La Ma'dukelleng, juga ke [[Johor]]. La Ma'dukelleng juga diberi gelar sebagai [[bajak laut|pemimpin bajak laut]] oleh [[Belanda]].{{citation needed}}
Keturunan Opu Tenriburong memainkan peranan penting
Pada [[abad ke-19]], sebuah teks [[Melayu]] yaitu [[Tuhfat al-Nafis]] mengandung cerita-cerita seperti di dalam La Galigo. Walaubagaimanapun, terdapat perubahan-perubahan dalam [[Tuhfat al-Nafis]] seperti permulaan cerita adalah berasal dari Balqis/[[Ratu Syeba]] dan tiada cerita mengenai turunnya keturunan dari langit seperti yang terdapat di dalm La Galigo. Anak perempuannya, Sitti Mallangke', menjadi Ratu Selangi, sempena nama purba bagi pulau [[Sulawesi]] dan menikah dengan Datu Luwu'. Kisah ini tidak terdapat dalam La Galigo. Namun, anaknya, yaitu Datu Palinge' kemungkinan adalah orang yang sama dengan tokoh di dalam La Galigo.{{citation needed}}
Baris 97 ⟶ 98:
[[Kategori:Sastra Sulawesi]]
[[Kategori:Cerita rakyat
[[Kategori:Bugis]]
[[Kategori:Mitologi Bugis]]
[[Kategori:Sastra Bugis]]
|