Efek pemanasan global di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Magog the Ogre (bicara | kontrib)
English -> Indonesian diagram
YovankaMarie (bicara | kontrib)
Tata bahasa, kalimat naratif, ejaan, dan nada bahasa
 
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
[[Berkas:Global Warming Map.jpg|jmpl|240x240px|Global Warming Map]]
'''Efek pemanasan global''' di [[Indonesia]] memiliki dampak [[komprehensif]] bagi [[Indonesia]] di berbagai sektor bidang, misalnya berakibat kerusakan fasilitas [[sosial]] dan [[ekonomi]]. Pemanasan global terjadi ketika kondisi suhu rata-rata [[Atmosfer Bumi|atmosfer]], laut, dan permukaan bumi mengalami peningkatan secara intensif. Menurut data dari [[Intergovernmental Panel on Climate Change]] (IPCC) suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 [[Celsius|C]] (1.33 0.32 [[Fahrenheit|F]]) selama seratus tahun terakhir. Berdasarkan hasil riset para ilmuwan, suhu rata-rata bumi dapat meningkat antara 1,4 hingga 5,8&nbsp;°C pada tahun 2100. [[Intergovernmental Panel on Climate Change]] (IPCC) menyatakan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke 20 yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalumelalui efek rumah kaca.<ref>{{Cite web|url=https://www.ipcc.ch/sr15/|title=Global Warming of 1.5&nbsp;°C|last=|first=|date=|website=|access-date=}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.nrdc.org/stories/global-warming-101|title=Global Warming 101|last=March 11|last2=Am|first2=2016|website=NRDC|language=en|access-date=2019-12-10|last3=MacMillan|first3=a}}</ref>
 
== Proses Terjadinya Pemanasan Global ==
[[Berkas:Greenhouse Effect id.png|jmpl|285x285px|Green house effect atau efek gas rumah kaca]]
Awal terjadinya pemanasan global ditandai dengan adanya sinar matahari yang masuk ke [[Atmosfer Bumi|atmosfer bumi]]. Sinar matahari tersebut akan melewati lapisan gas atmosfer bumi. Lalu setelah sampai pada permukaan bumi, panas dan cahaya yang dihasilkan tersebut akan diserap oleh seluruh [[ekosistem]] yang ada di [[Bumi]]. Apabila cahaya dan panas dari sinar matahrimatahari tersebut sisa, maka akan dipantulkan kembali ke [[luar angkasa]]. Akan tetapi, sebagian dari cahaya dan panas matahari terperangkap pada atmosfer bumi dan dipantulkan lagi menuju ke bumi. Proses tersebut terjadi karena adanya produksi karbondioksidakarbon dioksida yang membuat cahaya matahari terperangkap pada atsmoferatmosfer bumi.<ref name=":0" /> Tingkat [[karbon dioksida]] pra-industri (sebelum dimulainya Revolusi Industri) adalah sekitar 280 bagian per juta volume (ppmv), dan tingkat saat ini lebih besar dari 380 ppmv dan meningkat pada tingkat 1,9 ppm tahun-1 sejak tahun 2000 Konsentrasi global [[CO2]] di atmosfer kita saat ini jauh melebihi kisaran alami selama 650.000 tahun terakhir hingga 180 hingga 300 ppmv. Menurut Laporan Khusus IPCC tentang Skenario Emisi (SRES), pada akhir abad ke-21, kita dapat mengharapkan untuk melihat konsentrasi karbon dioksida di mana saja dari 490 hingga 1260 ppm (75-350% di atas konsentrasi pra-industri).<ref>{{Cite web|url=https://www.ncdc.noaa.gov/monitoring-references/faq/global-warming.php#greenhouse-gases|title=Global Warming {{!}} Monitoring References {{!}} National Centers for Environmental Information (NCEI)|website=www.ncdc.noaa.gov|access-date=2019-12-10|archive-date=2020-02-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20200221030649/https://www.ncdc.noaa.gov/monitoring-references/faq/global-warming.php#greenhouse-gases|dead-url=yes}}</ref> Rangkaian proses tersebut yang dikenal sebagai [[efek rumah kaca]] yang dewasa ini telah banyak mencairkan bongkahan es di [[Kutub Utara|kutub utara]] dan [[Kutub Selatan|kutub selatan]]. Apabila kita hanya membiarkan pemanasan global terjadi secara terus menerus, maka kerusakan bumi yang sangat parah tinggal menunggu waktu saja.<ref name=":0" />
 
== Latar Belakang ==
Pemanasan Global yang terjadi di Indonesia berdampak serius pada perubahan iklim yang tidak menentu. Misalnya perubahan awal musim [[Musim kemarau|kemarau]] dan [[Musimmusim hujan|musim penghujan]]. Berdasarkan data dari [[Noaa|NOAA]], tercatat perbedaan Panjang musim kemarau pada tahun 1997 dan tahun 2010. Panjang musim kemarau pada tahun 2010 semakin singkat dan semakin sulit untuk diprediksi.<ref>{{Cite web|url=https://www.ncdc.noaa.gov/sotc/|title=State of the Climate {{!}} National Centers for Environmental Information (NCEI)|website=www.ncdc.noaa.gov|access-date=2019-12-10}}</ref> Berdasarkan data [[Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika|BMKG]], pemanasan global juga mempengaruhi kenaikan suhu muka laut di Indonesia. Terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu muka laut pada tahun 2010 dan tahun 1998 dan kenaikan suhu rata-rata di kota-kota besar di Indonesia misalnya Ibukota Jakarta pada tahun 1973-2009.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-iklim|title=Ekstrem Perubahan Iklim|last=|first=|date=|website=|access-date=}}</ref> Sektor perikanan sangat rentan menjadi korban dari dampak pemanasan global. Sebagai negara maritim, tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan di Indonesia. Belum lagi bencana yang akan ditimbulkan oleh Pemanasan Global di Indonesia.
 
Pada periode 1981-2010 suhu udara rata-rata bulan September di Indonesia(rata-rata normal) sebesar 26.9&nbsp;°C. Tahun 2019, suhu udara rata-rata bulan September sebesar 27.0&nbsp;°C sehingga anomali peningkatan suhu udara rata-rata sebesar 0.1&nbsp;°C. Anomali suhu udara rata-rata bulan September 2019 yang diamati di seluruh stasiun pengamatan [[Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika|BMKG]] di Indonesia menunjukkan nilai yang bervariasi. Anomali suhu udara yaitu perbandingan suhu udara pada tahun tertentu, relatif terhadap periode normal, dalam hal ini adalah rentang waktu tahun 1981-2010. Data obsesrvasiobservasi dari stasiun-stasiun BMKG dalam setiap provinsi diratadi rata-ratakan sebagai nilai anomali suhu provinsi masing-masing. Hasilnya menunjukkan bahwa di wilayah Indonesia pada tahun 2016 merupakan tahun terpanaster panas (0.8&nbsp;°C dibandingkan dengan periode normal 1981-2010), disusul oleh tahun 2015 di peringkat kedua (0.5&nbsp;°C dibandingkan dengan periode normal 1981-2010). Tahun 2018 sendiri menempati urutan ketiga dengan anomali sebesar 0.46&nbsp;°C dibandingkan dengan periode normal 1981-2010. Sebagai perbandingan, organisasi meteorologi dunia (WMO) secara global menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanaster panas yang pernah dicatat (1.2&nbsp;°C dibandingkan era pra industri). Disusul dengan tahun 2017 dan 2015 dengan kenaikan 1.1&nbsp;°C dibandingkan era pra industri. Tahun 2018 sendiri berada di urutan keempat untuk tahun terpanaster panas secara global.<ref name=":1" />
<br />
 
== Penyebab adanya pemanasan global ==
Baris 17 ⟶ 16:
* Efek Rumah Kaca
 
Efek rumah kaca merupakan salah satu faktor yang paling utama terjadinya di hampir seluruh dunia. [[Efek rumah kaca]] terjadi karena adanya sinar matahari yang memantuldipantulkan kembali ke bumi karena sinar matahari tersebut tidak sanggup untuk keluar dari [[Atmosfer Bumi|atmosfer]] karena terperangkap oleh gas-gas yang ada di atmosfer.
 
Di sisi lain, efek rumah kaca memang mempunyai manfaat bagi kehidupan di bumi ini. Namun, apabila berlebihan seperti yang terjadi pada dewasa ini akan dapat mempengaruhi perubahan bumi secara drastis seperti perubahan iklim yang tidak menentu.<ref name=":0" />
Baris 23 ⟶ 22:
* Penggunaan Bahan CFC yang berlebih
 
CFC ([[Klorofluorokarbon|Cloro Flour Carbon]]) merupakan salah satu [[bahan kimia]] yang biasanya digunakan pada [[kulkas]] dan AC. Apabila CFC diproduksi secara ''over,'' maka dapat memicu terjadinya pemanasan global di Indonesia.<ref name=":0" />
 
* Polusi Kendaraan Bermotor
 
Indonesia merupakan salah satu negara yang padat penduduk. Kepadatan penduduk inilahhinilah yang menyebabkan terjadinya polusi kendaraan berlebih, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan kendaraan. Polusi yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor adalah salah satu penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global. Hasil dari pembakaran kendaraan bermotor menghasilkan banyak gas [[gasKarbon karbondioksidadioksida]], gas karbondioksida tersebutyang memerangkap panas matahari atau panas yang ada, sehingga panas tersebut tidak bisa keluar dari atmosfer bumi.<ref name=":0" />
 
* Kerusakan Hutan
 
Tak bisa dipungkiri bahwa hutan merupakan sumber penghsilpenghasil [[oksigen]] tertunggitertinggi. Namun dewasa ini, hutan di seluruh Indonesia maupun dunia banyak mengalami kerusakan akibat pembakaran dan penebangan liar. Akibatnya produksi oksigen menjadi sedikit dan gas karbondioksidakarbon dioksida yang seharusnya dapat diserap banyak oleh hutan menjadi berkurang. Hal tersebut akan memicu semakin cepatnya pemanasan global pada bumi.<ref name=":0" />
 
== Dampak terhadap Indonesia ==
 
* Pemanasan global yang terjadi di Indonesia dapat mempengaruhi ekosistem makhluk hidup di Indonesia, terlebih lagi Indonesia merupakan negara maritim sehingga terdapat berbagai SDA baik di laut maupun yang ada di darat. Pemanasan global tersebut mengakibatkan punahnyapunah nya berbagai jenis [[flora]] dan [[fauna]] yang ada di Indonesia. Selain itu pemanasan global menyebabkan kenaikan suhu global, sehingga [[siklus air]] dan kelembabankelembapan udara menjadi terganggu. Apabila siklus air yang ada terganggu maka akan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer.
* Para ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2030 Indonesia akan kehilangan 2000 pulau yang ada. Berdasarkan dari LSM internasional, negara Indonesia terkena dampak dari adanya pemanasan global.
* Suhu udara meningkat atau memanas dikarenakan adanya [[pembakaran lahan hutan]] setiap tahunnya untuk digantikan sebagai pembangunan [[infrastruktur]] negara, perluasan [[lahan kelapa sawit]], maupun untuk kepentingan pribadi.
* Musim hujan dan musim panas akan mengalami perubahan jangka waktu. Hal tersebut sudah bisa dirasakan sekarang ini, dimanadi mana musim hujan dan musim panas terjadi tidak tepat pada waktunya. Selain itu, pada tahun 2030 mendatang, diprediksi bahwa temperatur udara di Indonesia akan meningkat hingga 0,8 derajat celciusCelcius.
 
== Tindakan preventif atau penanggulangan ==
Baris 44 ⟶ 43:
 
* Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi. Bahan bakar fosil merupakan salah satu penyebab utama dari pemanasan global
* Gunakan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukanter barukan.
* Mengadakan [[seminar]], [[kampanye]], ataupunatau pun [[Sosialisasi|sosialisaisosialisasi]] yang berkaitan dengan pemanasan global.
* Menghemat penggunaan listrik.
* Kurangi penebangan liar dan perbanyak kegiatan reboisasi di berbagai wilayah [[Indonesia]], terutama di wilayah yang tandus.<ref name=":2" />
 
== Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menyikapi pemanasan global ==
Kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia masih belum berpihak pada kaum bawah, pemerintah disatu sisi sepakat pada skema global untuk mencegah deforestasi dalam rangka menjawab masalah pemanasan global, disisi lain izin-izin alih fungsi lahan menjadi perkebunan skala besar (khususnya sawit) masih banyak diberikan pemerintah. Selain itu dari sisi penegakan hukum pun masih sangat lemah, buktinya jumlah pelaku pembalaan liar yang mampu diseret ke pengadilan hanya hitungan angka, bisa dikatakan hampir tidak ada. AdapulaAda pula [[Walhi|WALHI]] yang sudah lama mengkampanyekanmenyuarakan soal [[Moratorium Logging]] (Jeda penebangan hutan), [[kampanye]] tersebut dimulai tahun 2001, bahkan sebelum masalah [[perubahan iklim]] dan pemanasan global menjadi perhatian pusat dunia Internasional bahkan di Indonesia sendiri. Konsep moratorium logging dinilai lebih tepat dibandingkan hanya dengan melakukan perubahan dari hutan menjadi perkebunan besar.<ref>{{Cite web|url=http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-lingkungan/682-pemanasan-global-skema-global-dan-implikasinya-bagi-indonesia.html|title=Pemanasan Global, Skema Global dan Implikasinya Bagi Indonesia|website=ditjenpp.kemenkumham.go.id|access-date=2019-12-11|archive-date=2020-07-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200704043937/http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-lingkungan/682-pemanasan-global-skema-global-dan-implikasinya-bagi-indonesia.html|dead-url=yes}}</ref>
 
Beberapa kebijakan yang dikeluarkan [[pemerintah]] mendiskriminasikanmendiskriminasi dan membahayakan hak masyarakat adat Indonesia. Salah satunya yaitu ancaman REDD terhadap hak masayarakatmasyarakat Indonesia.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/|title=Home|website=ditjenpp.kemenkumham.go.id|access-date=2019-12-11}}</ref><ref name=":4">{{Cite web|url=https://www.thejakartapost.com/news/2009/02/07/government-delays-awarding-permits-redd-projects.html|title=Government delays awarding permits for REDD projects|last=Post|first=The Jakarta|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2019-12-11}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 59 ⟶ 58:
[[Kategori:Pemanasan global]]
[[Kategori:Indonesia]]
[[Kategori:Perubahan iklim]]