Suku Toraja: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(40 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{lindungi}}
{{ethnic group
| image = [[Berkas:Célèbes 6543a.jpg|nir|300px]]
| image_caption = Anak perempuan Toraja pada upacara pernikahan
| group = Suku Toraja
| native_name = To Raya, To Raa, To Riaja
|popplace=[[Sulawesi Selatan]]: 60%, [[Sulawesi Barat]]: 14%▼
| population = 857.250<ref>{{cite book|publisher =Badan Pusat Statistik|title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|year=2011|isbn = 9789790644175|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>
▲| popplace = [[Sulawesi Selatan]]: 60%, [[Sulawesi Barat]]: 14%
| langs = [[Bahasa Toraja-Sa'dan|Toraja-Sa'dan]], [[Bahasa Kalumpang|Kalumpang]], [[Bahasa Mamasa|Mamasa]], [[Bahasa Tae'|Tae']], [[Bahasa Talondo'|Talondo']] dan [[Bahasa Toala'|Toala']]
|related=[[Suku Bugis]], [[Suku Mamasa]], [[Suku Mandar]]}}▼
| religions = {{•}} 82,12% [[Berkas:Christian cross.svg|12px]] [[Kekristenan di Indonesia|Kekristenan]] (65,15% [[Berkas:Christian cross.svg|12px]] [[Protestan|Kristen Protestan]], 16,97% [[Berkas:Christian cross.svg|12px]] [[Katolik]])<br>{{•}} 5,99% [[Berkas:Rumah Tongkonan.jpeg|20px]] [[Aluk To Dolo]]<br>
'''Suku Toraja''' adalah suku yang menetap di [[pegunungan]] bagian utara [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di [[Kabupaten Tana Toraja]], [[Kabupaten Toraja Utara]], dan [[Kabupaten Mamasa]].<ref name="official">{{cite web|url=http://www.toraja.go.id/sosial.php|title=Tana Toraja official website|accessdate=2006-10-04|language=[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]|archive-date=2006-05-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20060529201932/http://www.toraja.go.id/sosial.php|dead-url=yes}}</ref> Mayoritas suku Toraja memeluk agama [[Kristen]], sementara sebagian menganut [[Islam]] dan kepercayaan [[animisme]] yang dikenal sebagai ''[[Aluk Todolo|Aluk To Dolo]]''. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari [[Agama Hindu Dharma]].<ref name="Volkman1990">{{cite journal|last=Volkman|first=Toby Alice|title=Visions and Revisions: Toraja Culture and the Tourist Gaze| url= http://links.jstor.org/sici?sici=0094-0496%28199002%2917%3A1%3C91%3AVARTCA%3E2.0.CO%3B2-G |journal= American Ethnologist |issue=1| volume=17| pages=91–110|accessdate=2007-05-18|doi=10.1525/ae.1990.17.1.02a00060|month=February|year=1990}}</ref>▼
{{•}} 5,99% [[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam Sunni]]<ref name="official"/>
}}
▲'''Suku Toraja''' adalah sebuah [[suku bangsa]] yang menetap di [[pegunungan]] bagian utara [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di [[Kabupaten Tana Toraja]], [[Kabupaten Toraja Utara]], dan [[Kabupaten Mamasa]] (di Mamasa disebut juga sebagai [[suku Mamasa]]).<ref name="official">{{cite web|url=http://www.toraja.go.id/sosial.php|title=Tana Toraja official website|accessdate=2006-10-04|language=[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]|archive-date=2006-05-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20060529201932/http://www.toraja.go.id/sosial.php|dead-url=yes}}</ref> Mayoritas suku Toraja memeluk
Kata ''Toraja'' berasal dari [[bahasa Bugis]], ''To Riaja'', yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". [[Hindia Belanda|Pemerintah kolonial Belanda]] menamai suku ini ''Toraja'' pada tahun 1909.<ref name="Nooy-Palm1975">{{cite journal|author=Nooy-Palm, Hetty| title=Introduction to the Sa'dan People and their Country| journal=Archipel| volume=15 |year=1975 |pages=163–192}}</ref> Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat [[tongkonan]] dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Suku Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris [[Bangsa Belanda|Belanda]] datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang [[pariwisata Indonesia]]. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.<ref name=" == Identitas etnis ==
Baris 67 ⟶ 72:
[[Berkas:TorajaArt.JPG|jmpl|kiri|250px|Ukiran kayu Toraja: setiap panel melambangkan niat baik.]]
Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan.<ref name="
Setiap [[ukiran]] memiliki nama khusus. Motifnya biasanya adalah [[hewan]] dan [[tanaman]] yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti [[gulma air]] dan hewan seperti [[kepiting]] dan [[kecebong]] yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri memperlihatkan contoh ukiran kayu Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan [[kerbau]] atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan [[hewan]] [[air]], menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.
Baris 78 ⟶ 83:
| colspan=4 style="text-align:center; background-color:#fee8ab;" | '''Beberapa motif ukiran Toraja'''
|-
| width="150px" style="text-align:center;" cellpadding="2" | [[Berkas:Torajan pattern - pa'tedong.
| width="150px" style="text-align:center;" cellpadding="2" | [[Berkas:Torajan pattern - pa'barre allo.
| width="150px" style="text-align:center;" cellpadding="2" | [[Berkas:Torajan pattern - pa're'po sangbua.
| width="150px" style="text-align:center;" cellpadding="2" | [[Berkas:Torajan pattern - ne' limbongan.
|-
| colspan=4 | <div class="references-small">sumber:<ref name="Sande1989">{{cite web |publisher=[[Ujung Pandang]] |author=Sande, J.S. |year=1989 |url=http://www.batusura.de/ukiran.htm |title=Toraja Wood-Carving Motifs |accessdate=2007-05-18}}</ref></div>
Baris 90 ⟶ 95:
[[Berkas:Burial Site 2.jpg|jmpl|ka|250px|Tempat penguburan Toraja yang diukir.]]
[[Berkas:Manene Tradisi Ganti Baju Mayat di Tana Toraja.jpg|jmpl|ka|250px|[[Ritual Ma'nene]] adalah ritual tradisional di Tana Toraja ketika jenazah leluhur keluarga Toraja akan digantikan kainnya.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Priester tijdens een dodenfeest van de Toraja TMnr 20018334.jpg||jmpl|ka|250px|Pendeta adat Toraja sedang upacara pemakaman]]
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman ([[Rambu Solo']]) merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama
Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup [[uang]] untuk menutupi biaya pemakaman.<ref>Pada tahun 1992, seorang pemuka Toraja, mantan bupati Tana Toraja, meninggal, dan keluarganya meminta sebanyak US$125,000 dari sebuah stasiun televisi [[Jepang]] sebagai lisensi untuk merekam upacara pemakaman tersebut. Cf. Yamashita (1994).</ref> Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju ''Puya'' (dunia arwah, atau [[akhirat]]). Dalam masa penungguan itu, [[jenazah]] dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke ''Puya''.<ref>{{cite journal|title=To the Afterworld and Back: Mourning and Dreams of the Dead among the Toraja|journal=Ethos|author=Hollan, Douglas|url=http://links.jstor.org/sici?sici=0091-2131%28199512%2923%3A4%3C424%3ATTAABM%3E2.0.CO%3B2-E|volume=23|issue=4|pages=424–436| accessdate=2007-05-18|doi=10.1525/eth.1995.23.4.02a00030|month=December|year=1995}}</ref>
Baris 123 ⟶ 129:
! Dialek
|-
! [[Bahasa Kalumpang|Kalumpang]]
| align="center" | [[ISO 639:k#kli|kli]] || align="right" | 12,000 (1991) || Karataun, Mablei, Mangki (E'da), Bone Hau (Ta'da).
|-
! [[Bahasa Mamasa|Mamasa]]
| align="center" | [[ISO 639:m#mqj|mqj]] || align="right" | 100,000 (1991) || Mamasa Utara, Mamasa tengah, Pattae' (Mamasa Selatan, Patta' Binuang, Binuang, Tae', Binuang-Paki-Batetanga-Anteapi)
|-
! [[Bahasa Tae'|Tae']]
| align="center" | [[ISO 639:r#rob|rob]] || align="right" | 250,000 (1992) || Rongkong, Luwu Timur Laut, Luwu Selatan, Bua.
|-
! [[Bahasa Talondo'|Talondo']]
| align="center" | [[ISO 639:t#tln|tln]] || align="right" | 500 (1986) ||
|-
! [[Bahasa Toala'|Toala']]
| align="center" | [[ISO 639:t#tlz|tlz]] || align="right" | 30,000 (1983) || Toala', Palili'.
|-
!
| align="center" | [[ISO 639:s#sda|sda]] || align="right" | 500,000 (1990) || Makale (Tallulembangna), Rantepao (Kesu'), Toraja Barat (Toraja Barat, Mappa-Pana).
|-
Baris 149 ⟶ 155:
== Perkawinan ==
Suku Toraja menerapkan sistem [[perkawinan]] [[endogami]]. Perkawinan dilakukan
== Pewarisan ==
Suku Toraja melakukan pembagian [[warisan]] berdasarkan [[hukum adat]]. Pewarisan harta dilakukan dalam bentuk pembagian harta waris dari pewaris. Pewarisan juga digunakan untuk
== Ekonomi ==
Baris 167 ⟶ 173:
Pada tahun 1984, [[Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia|Kementerian Pariwisata Indonesia]] menyatakan Kabupaten Toraja sebagai ''primadona'' [[Sulawesi Selatan]]. Tana Toraja dipromosikan sebagai "perhentian kedua setelah [[Bali]]".<ref name="Adams1995"/> Pariwisata menjadi sangat meningkat: menjelang tahun 1985, terdapat 150.000 wisatawan asing yang mengunjungi Tana Toraja (selain 80.000 turis domestik),<ref name="Adams90">{{cite journal|last=Adams|first=Kathleen M.|title=Cultural Commoditization in Tana Toraja, Indonesia|url=http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=841|journal=Cultural Survival Quarterly|volume=14|issue=1|8=dateJ31 Januari 1990|accessdate=2007-05-18|archive-date=2007-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927222440/http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=841|dead-url=yes}}</ref> dan jumlah pengunjung asing tahunan tercatat sebanyak 40.000 orang pada tahun 1989.<ref name="Volkman1990"/> Suvenir dijual di Rantepao, pusat kebudayaan Toraja, banyak hotel dan restoran wisata yang dibuka, selain itu dibuat sebuah lapangan udara baru pada tahun 1981.<ref name="Volkman1984">{{cite journal| author=Volkman, Toby Alice| journal=American Ethnologist| title=Great Performances: Toraja Cultural Identity in the 1970s| volume=11 |issue=1 | url= http://links.jstor.org/sici?sici=0094-0496%28198402%2911%3A1%3C152%3AGPTCII%3E2.0.CO%3B2-%23 |accessdate=2007-05-21| month=February| year=1984| pages=152| doi=10.1525/ae.1984.11.1.02a00090}}</ref>
Para pengembang pariwisata menjadikan Toraja sebagai daerah petualangan yang eksotis, memiliki kekayaan budaya dan terpencil. Wisatawan Barat dianjurkan untuk mengunjungi desa [[zaman batu]] dan [[pemakaman]] purbakala. Toraja adalah tempat bagi wisatawan yang telah mengunjungi [[Bali]] dan ingin melihat pulau-pulau lain yang liar dan "belum tersentuh".<ref name="Volkman1990">{{cite journal|last=Volkman|first=Toby Alice|title=Visions and Revisions: Toraja Culture and the Tourist Gaze| url= http://links.jstor.org/sici?sici=0094-0496%28199002%2917%3A1%3C91%3AVARTCA%3E2.0.CO%3B2-G |journal= American Ethnologist |issue=1| volume=17| pages=91–110|accessdate=2007-05-18|doi=10.1525/ae.1990.17.1.02a00060|month=February|year=1990 | issn = 0094-0496}}</ref> Tetapi suku Toraja merasa bahwa ''tongkonan'' dan berbagai ritual Toraja lainnya telah dijadikan sarana mengeruk keuntungan, dan mengeluh bahwa hal tersebut terlalu dikomersialkan. Hal ini berakibat pada beberapa bentrokan antara masyarakat Toraja dan pengembang pariwisata, yang dianggap sebagai orang luar oleh suku Toraja.<ref name="Adams1990">{{cite journal|last=Adams|first=Kathleen M.|title=Cultural Commoditization in Tana Toraja, Indonesia|url=http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=841|journal=Cultural Survival Quarterly|volume=14|issue=1|date=January 31, 1990|accessdate=2007-05-18|archive-date=2007-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927222440/http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=841|dead-url=yes}}</ref>
Bentrokan antara para pemimpin lokal Toraja dan pemerintah Provinsi [[Sulawesi Selatan]] (sebagai pengembang wisata) terjadi pada tahun 1985. Pemerintah menjadikan 18 desa Toraja dan tempat pemakaman tradisional sebagai "objek wisata". Akibatnya, beberapa pembatasan diterapkan pada daerah-daerah tersebut, misalnya orang Toraja dilarang mengubah tongkonan dan tempat pemakaman mereka. Hal tersebut ditentang oleh beberapa pemuka masyarakat Toraja, karena mereka merasa bahwa ritual dan tradisi mereka telah ditentukan oleh pihak luar. Akibatnya, pada tahun 1987 desa [[Kete Kesu]] dan beberapa desa lainnya yang ditunjuk sebagai "objek wisata" menutup pintu mereka dari wisatawan. Namun penutupan ini hanya berlangsung beberapa hari saja karena penduduk desa merasa sulit bertahan hidup tanpa pendapatan dari penjualan suvenir.<ref name="Adams1990"/>
Pariwisata juga turut mengubah masyarakat Toraja. Dahulu terdapat sebuah ritual yang memungkinkan rakyat biasa untuk menikahi bangsawan (''Puang''), dan dengan demikian anak mereka akan mendapatkan gelar bangsawan. Namun, citra masyarakat Toraja yang diciptakan untuk para wisatawan telah mengikis hierarki tradisionalnya yang ketat,<ref name="Adams1995"/> sehingga status kehormatan tidak lagi dipandang seperti sebelumnya. Banyak laki-laki biasa dapat saja menyatakan diri dan anak-anak mereka sebagai bangsawan, dengan cara memperoleh kekayaan yang cukup lalu menikahi perempuan bangsawan.
== Peradilan Adat ==
Suku Toraja memiliki peradilan adat yang dikenal sebagai [[Tarian Pitu]] atau dalam bahasa Toraja disebut sebagai ''Ra' Pitu''. Tarian Pitu merupakan merupakan 7 (tujuh) peradilan adat tradisional yang berasal dari [[Suku Toraja]], provinsi [[Sulawesi Selatan]]. Sistem peradilan adat tradisional ''Tarian Pitu'' tersebut sudah digunakan jauh sebelum pihak Hindia Belanda menduduki [[Kabupaten Tana Toraja|Tana Toraja]] pada tahun 1906. Sekarang sistem peradilat adat tradisional ''Tarian Pitu'' tersebut hanya berlaku di kampung sekitar [[Kabupaten Tana Toraja|Tana Toraja]] yang jauh dari pusat kota di mana yang sistem peradilannya kini sudah dilaksanakan oleh [[Pengadilan Negeri]].
<!-- == Filosofi Tau ==
Baris 181 ⟶ 190:
- Kinawa (memiliki nilai-nilai luhur, agamis, bijaksana)
Keempat pilar di atas tidak dapat di tafsirkan secara bebas karena memiliki makna yang lebih dalam daripada pemahaman kata secara bebas. Seorang toraja menjadi manusia yang sesungguhnya ketika dia telah memiliki dan hidup sebagai Tau. -->
==Lihat juga==
*[[Muslim Toraja]]
*[[Bahasa Toraja]]
*[[Ma'rambu Langi']]
*[[Tarian Pitu]]
== Catatan kaki ==
Baris 187 ⟶ 201:
== Referensi ==
<div class="references-small">
* {{cite book|last=Adams|first=Kathleen M.|title=Art as Politics: Re-crafting Identities, Tourism and Power in Tana Toraja, Indonesia|url=https://archive.org/details/artaspoliticsrec0000adam|location=Honolulu|publisher=University of Hawaii Press|year=2006|isbn= 978-0-8248-3072-4}}
* {{cite book|last=Bigalke|first=Terance|title=Tana Toraja: A Social History of an Indonesian People|year=2005|isbn= 9971-69-318-6|publisher=KITLV Press|location=Singapore}}
* {{cite book|title=Banua Toraja : changing patterns in architecture and symbolism among the Sa’dan Toraja, Sulawesi, Indonesia|author=Kis-Jovak, J.I.; Nooy-Palm, H.; Schefold, R. and Schulz-Dornburg, U.|publisher=Royal Tropical Institute|location=Amsterdam|year=1988|isbn= 90-6832-207-9}}
* {{cite book|last=Nooy-Palm|first=Hetty|title=The Sa'dan-Toraja: A Study of Their Social Life and Religion|publisher=Martinus Nijhoff|isbn= 90-247-2274-8|year=1988|location=The Hague}}
* {{cite journal |surname=Segara |given=I Nyoman Yoga |title=The Future of Hindu Alukta in Tana Toraja Post-Integration With the Hindu Religion |journal=Heritage of Nusantara |volume=12 |number=2 |date=2023 |doi=10.31291/hn.v12i2.710 |url=https://heritage.kemenag.go.id/index.php/heritage/article/view/710|ref=harv}}
</div>
== Bacaan lanjutan ==
* {{cite book|author=Kathleen M. Adams|title=Art as Politics: Re-crafting Identities, Tourism and Power in Tana Toraja, Indonesia.|url=https://archive.org/details/artaspoliticsrec0000adam|location=Honolulu|publisher=University of Hawaii Press|year=2006|isbn= 978-0-8248-3072-4}}
* {{cite book|author=Parinding, Samban C. and Achjadi, Judi|title=Toraja: Indonesia's Mountain Eden|publisher=Time Edition|year=1988|location=Singapore|isbn= 981-204-016-1}}
* {{cite book|author=Douglas W. Hollan and Jane C. Wellenkamp|title=The Thread of Life: Toraja Reflections on the Life Cycle|url=https://archive.org/details/threadoflifetora00holl|location=Honolulu|isbn= 0-82481-839-3|publisher=University of Hawaii Press|year=1996}}
Baris 209 ⟶ 224:
[[Kategori:Suku Toraja| ]]
[[Kategori:
[[Kategori:Sulawesi Selatan]]
|