Hikayat Maharaja Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ObsidianAngkasa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
menghapus templat pengembangan yang sudah sangat lama
 
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
Di dalam kelompok '[[hikayat]] petualangan ajaib' yang sama sekali bernada islam[[Islam]], termasuk antara lain ''Hikayat Maharaja Ali''. Karangan yang hampir kehilangan unsur [[sintesis]] [[Agama Hindu|Hindu]]-[[Muslim]] ini, menggabungkan ciri-ciri khas baik [[hikayat]] yang strukturnya bersifat ''linear'' atau 'hikayat berbingkai'.<ref name=":0">{{Cite book|last=Braginsky|first=V.I.|date=1998|title=Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu Dalam ABad 7-19|location=Jakarta|publisher=INIS|isbn=9798116577|url-status=live}}</ref>
{{inuse}}
 
Kira- kira sepuluh [[naskah]] [[hikayat]] ini, yang paling tua berakhir 1808, dapat digolongkan menjadi dua atau tiga [[resensi]] yang agak berbeda-beda. ''Hikayat Maharaja Ali'' tidak disebut-sebut dalam daftar-daftar karya [[Melayu]] tertua, yang disusun dalam akhir abad ke-17 sampai pertengahan [[abad]] ke 18.<ref name=":0" />
Di dalam kelompok 'hikayat petualangan ajaib' yang sama sekali bernada islam, termasuk antara lain ''Hikayat Maharaja Ali''. Karangan yang hampir kehilangan unsur sintesis Hindu-Muslim ini, menggabungkan ciri-ciri khas baik hikayat yang strukturnya bersifat ''linear'' atau 'hikayat berbingkai'.<ref name=":0">{{Cite book|last=Braginsky|first=V.I.|date=1998|title=Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu Dalam ABad 7-19|location=Jakarta|publisher=INIS|isbn=9798116577|url-status=live}}</ref>
 
Hikayat Maharaja Ali dikarang dalam zaman setelah [[Islamisasi|pengislaman]] sastra [[Melayu]] berlangsung secara mendalam. Apalagi mengigat bahwa, di dalam ''Hikayat Maharaha Ali'' ini juga digunakan salah satu kisah yang berasal dari ''[[Bustanus Salatin|Bustan as-Salatin]]'' (pertengahan [[abad]] ke -17<u>)</u>.<ref name=":0" />
Kira- kira sepuluh naskah hikayat ini, yang paling tua berakhir 1808, dapat digolongkan menjadi dua atau tiga resensi yang agak berbeda-beda. Hikayat Maharaja Ali tidak disebut-sebut dalam daftar-daftar karya Melayu tertua, yang disusun dalam akhir abad ke-17 sampai pertengahan abad ke 18.
 
Hikayat Maharaja Ali dikarang dalam zaman setelah pengislaman sastra Melayu berlangsung secara mendalam. Apalagi mengigat bahwa, di dalam Hikayat Maharaha Ali ini juga digunakan salah satu kisah yang berasal dari ''Bustan as-Salatin'' (pertengahan abad ke -17<u>)</u>.
 
== Deskripsi Naskah ==
Salah satu [[naskah]] ''Hikayat Maharaja Ali'' tersimpan di [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]]. [[Naskah|Manuskrip]] tradisi [[Melayu]] [[aksara]] [[Abjad Jawi|Jawi]] [[bahasa Melayu]] dengan ketebalan 95 hlm. Pada isi [[naskah]] kertas berukuran seluas 32,5 x 20 cm. Ukuran Sampulsampul seluassama kertasdengan untuk naskahkertas, sedangkan ukuran blok teks 23 x 12,5 cm. Mengenai baris per halaman yaitu yaitu berjumlah 19. Judul dalam [[teks]]: ''Hikayat Raja Sultan Syam'', judul luar teks: ''Cetra Sultan Syam''. hlm. yg ditulis 90 + (i, ii) hlm. kosong: iii, iv, v. Naskah masih baik, tulisan jelas terbaca, menggunakan tinta berwarna hitam dan merah. van Ronkel 1909, halaman 221.<ref name=":1" /> Keadaan [[naskah]] ''Hikayat Maharaja Ali'' ini masih sangat baik, yaitu warna kertas kuning kecoklatan, tulisan jelas terbaca, tinta yang digunakan hampir semua berwarna hitam dan terdapat pula tinta merah, tetapi hanya sedikit penggunaannya. Jilidan baik dan bersampul kertas marmer berwarna coklat.<ref>{{Cite journal|last=Purwanto|first=Didik|date=2015|title=Nilai kepemimpinan dalam naskah Hikayat Maharaja Ali koleksi perpustakaan nasional RI|url=https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/view/006002201506/323#:~:text=Download%20this%20PDF%20file|journal=Jumantara|volume=6|issue=2|pages=99-116}}</ref>

[[Naskah]] ini menceritakan tentang Maharaja Ali yang pergi meninggalkan tahta kerajaannya, karena diusir oleh musuh. Kemudian ia pergi mengembara dan mati terbunuh oleh buaya sewaktu menyeberangi sungai. Tengkoraknya yang melayang-layang itu bertemu dengan nabi Isa lalu dihidupkan kembali. Judulnya hikayat''Hikayat Sultan Syam yang'' bergelar raja Ali Badisyah. Kerajaannya disebut Siyam, tetapi kadang-kadang Syam. Anak-anaknya sama sekali tidak disebutkan, dan masih ada lagi kelainan-kelainannya.<ref name=":1">{{Cite web|title=Hikayat Maharaja Ali. {{!}} OPAC Perpustakaan Nasional RI.|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=380329|website=opac.perpusnas.go.id|access-date=2022-05-26}}</ref>
 
Teks secara utuh telah [[Alih aksara|ditransliterasikan]] pada [[aksara]] latin. Teks lengkap dapat diakses pada laman [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi]][https://pustaka-digital.kemdikbud.go.id/slims/index.php?p=show_detail&id=3251&keywords=] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220527052725/https://pustaka-digital.kemdikbud.go.id/slims/index.php?p=show_detail&id=3251&keywords= |date=2022-05-27 }}. Hasil [[transliterasi]] tersebut dilakukan oleh Adinda Lesterai, pada penelitian disebutkan bahwa terdapat banyak sekali nilai kepemimpinan yang ada pada ''Hikayat Maharaja Ali.'' Adinda memiliki tujuan menjadikan ''Hikayat Maharaja Ali'' sebagai salah satu cerita yang dapat dipelajari oleh siswa SMA atau sederajat dalam usaha meningkatkan pemahaman terhadap nilai kepemimpinan masing masing siswa.<ref>{{Cite book|last=Lestari|first=Dinda|date=2020|url=https://pustaka-digital.kemdikbud.go.id/slims/index.php?p=show_detail&id=3251&keywords=#:~:text=File%20Attachment-,978%2D623%2D7871%2D39%2D2,-Other%20Resource%20Link|title=Nilai Kepemimpinan dalam Naskah Hikayat Maharaja Ali Suatu Kajian Filologi dan Implikasi bagi Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA|location=Jakarta|publisher=Perpusnas Press|isbn=9786237871392|url-status=live|access-date=2022-05-27|archive-date=2022-05-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20220527052725/https://pustaka-digital.kemdikbud.go.id/slims/index.php?p=show_detail&id=3251&keywords=#:~:text=File%20Attachment-,978%2D623%2D7871%2D39%2D2,-Other%20Resource%20Link|dead-url=yes}}</ref>
 
== Awalan teks ==
Baris 14 ⟶ 16:
 
== Ringkasan Cerita ==
[[Bragensky]] memberikan ringkasan dari teks Maharaja ali yang mana merupakan [[resensi]] yang dia dapat dari Ali Padisyah.<ref name=":0" /> Maharaja Ali memerintah di negeri Badagra. Karena tidak mempunyai anak, ia bertanya pada ahli-ahli nujum, apakah suatu ketika kelak dia akan dianugerahi mempunyai anak oleh [[Allah]]. ahli nujum meramalkan, ia akan dianugerahi tiga anak lelaki, tetapi kelaksi anak sulung akan menjadi penyebab bencana yang besar. Maharaja Ali dan permaisuri, Hasinan, sangat mencintai anak-anak mereka. Mereka pun tidak peduli dengan watak anak sulung, Baharum Syah, yang merajelela, membunuh dan mencacati anak-anak pembesar istana serta mengambil istri orang lain dengan kekerasan. Rakyat negeri Badagra yang sudah tidak tahan lagi terhadap sikap Maharaja Ali, mengusir raja itu sekeluarga dari negerinya. Selama di tengah hutan Maharaja Ali diserang para perampok yang merampas segenap hartanya. Sementara itu Baharum Syah hilang tersesat di tengah rimba. Maharaja Ali meneruskan perjalanan berempat, permaisuri, dan dua anaknya. Mereka tiba mereka di suatu negeri yang bernama Kabitan. Raja negeri ini bernama Serdala.
Maharaja Ali (dalam resensi yang lain Ali Padisyah) memerintah di negeri Badagra. Karena tidak mempunyai anak bertanya pada ahli-ahli nujum, apakah suatu ketika kelak 1 akan dianugerahi
 
mempunyai anak, 13
Ih nujum meramalkan, ia akan dianugerahi tiga anak lelaki, terapi kelak anak lelaki oleh Allah Ah
si anak sulung akan .nenjadi penyebab bencana yang besar. Maharaja Ali dan permaisuri, Hasinan, sangat mencintai anak-anak mereka. Mereka pun tidak peduli akan perangai anak sulung, Baharum Syah, yang merajelela, membunuh dan mencacau anak-anak pembesar istana serta
istri orang lain dengan kekerasan. Rakyat negeri Badagra yang udak tahan lagi
am terhadap Maharaja Ali, mengusir raja itu sekeluarga dari negerinya. Selama
di tengah hutan Maharaja Ali diserang para perampok yang merampas segenap itu Baharum Syah hilang tersesat di tengah rimba, Meneruskan perjalanan
alu negeri yang bernana
 
mengambil istri-
bersikap unggal di
penalanan mereka. hartanya. Sementara
berempat, Mi haraja Al, permaisuri, gan dua anak, tiba mereka di su
 
Kabitan. Raja negeri ini bernama Serdala.
Dengan berkedok sebagai fakir miskin Maharaja Ali berempat tinggal di sebuah mesjid.
sedekah. Kecantikannya dilihat oleh seorang
 
Hasinan dengan dua anaknya pergi meminta-minia
wapir, dan memberitahukannya pada Raja Serdala Dengan upu muslihat mereka memancing
Hasinan masuk istana. dan menutup pin. 4 gerbang Bukan main saku hati Maharaja Ali yang
 
harus meneruskan perjalanai mereka dengaa bertiga orang saia
Suatu hari ampuilah mereka di tepi sungai yang lebar. Maharaja Ali mencoba menyeberang
ke tepinya yang Jain, tetapi disambar dan dimakan buaya. Kedua anak lelakinya lal diambil
 
sebgai anak angkat oleh scorang penambang.
asinan supaya mau menjadi istnnya. Untuk
 
Sementara itu Raja Serdala mencoba membujuk H
isahkan pada Raja Serdala sebuah cerita tentang anak raja
 
mengulur-ulur waktu, Hasinan meng
jang mengalami banyak perdertasn Melalui cerita 1 Hasinan hendak meyakinkan Raja Serdala.
bahwa dengan takdir Allah hak milik seseorang selalu akan pulang kepada empunya, dan
mengisyaratkannya bahwa 1a harus dikembalikan pada suaminya. Namun Raja Serdala terus-
menerus membujuknya, uan bahkan siap mengambilnya dengan kekerasan. Karenanya Hasinan
berdou pada Allah. supaya la membelanya allah menjatuhkan penyakit lumpuh pada Serdala,
sehingga raja itu menjadi lak berdaya.
Sexali peristiwa Nabi 'sa mendapati 1ngkorak Maharaja Ali. Dengan takdir Allah, tengkorak
ini bercerita. Bahwa dahulu ta seorang raja yang perkasa, dan minta Nabi Isa supaya berdoa
bali, agar ia bisa bertemu istrinya
 
baginya. Moga-moga Allah Taala akan menghidupkannya kem
yang dicintainya. Nabi Isa menghidupkan Maharaja Ali dan menobatkannya kembali sebagai raja
 
di nexeri Badagra, Dua anak lelaki Maharaja Ali, yang dibesarkan oleh penambang, tiba di istana
untuk minta sedekah. Maharaja Ali, yang udak lagi mengenali mereka, melantik sebagui
 
biduanda-biduandanya.
 
Dengan berkedok sebagai fakir miskin Maharaja Ali berempat tinggal di sebuah [[masjid]]. Hasinan dengan dua anaknya pergi meminta-minta sedekah. Kecantikannya dilihat oleh seorang [[wazir]] dan memberitahukannya pada Raja Serdala. Tipu muslihat mereka memancing Hasinan masuk istanan dan menutup pintu gerbang. Bukan main sakit hati Maharaja Ali yang harus meneruskan perjalanan mereka dengan bertiga orang saja.
Nama penguasa Badagra sebagai raja adil dan pandai membuat mukjizat menjadi harum di
mana-mana. Raja Seruata mengharap raja Badagra itu akan mengobau penyakitnya. Maka pergilah
ia bersama Hasinan Lerlayar ke Padagra. Maharaja Ati menerima Raja Serdala dengan banyak
 
Suatu hari sampailah mereka di tepi sungai yang lebar. Maharaja Ali mencoba menyeberang ke tepinya yang lain. tetapi disambar dan dimakan buaya. Kedua anak lelakinya lalu diambil sebagai anak angkat oleh seorang penambang.
landa kehormatan. jan menyuruh dua biduandanya ke kapal, unwk menjaka "td" Raja am
 
Sementara itu Raja Serdala mencoba membujuk Hasinan supaya mau menjadi istrinya. Untuk mengulur-ulur waktu, Hasinan mengisahkan kepada Raja Serdala sebuah cerita tentang anak raja yang mengalamai banyak penderitaan. Melalui cerita itu Hasinan hendak meyakinkan Raja Serdala, bahwa dengan takdir [[Allah]] hak milik seseorang selalu akan pulang kepada empunya dan mengisyaratkan bahwa dia harus dikembalikan pada suaminya. Namun Raja Serdala terus menerus membujuknya dan bahkan siap mengambilnya dengan kekerasan. Karenanya Hasinan berdoa pada Allah, supaya ia membelanya. Allah menjatuhkan penyakit lumpuh pada Serdala, sehingga raja itu menjadi tak berdaya.
WS
�SEJARAH SASTRA MELAYU DALAM ARAD 7. 19
 
Sekali peristiwa Nabi Isa mendapati tengkorak Maharaja Ali. Dengan takdir Allah, tengkorak ini bercerita. Bahwa dahulu ia seorang raja yang perkasa dan minta [[Isa|Nabi Isa]] supaya berdoa baginya. Semoga Allah mengabulkan dan menghidupkan kembali Maharaja Ali, agar ia bisa bertemu istrinya yang dicintainya. [[Isa|Nabi Isa]] menghidupkan Maharaja Ali dan menobatkannya kembali sebagai raja di negeri Badagra. Dua anak lelaki Maharaja Ali, yang dibesarkan oleh penambang tiba di istana untuk minta sedekah. Maharaja Ali yang tidak lagi mengenali mereka, melantik sebagai biduanda-biduandanya.
Sewta mereka di kapal, biduanda itu bercakap-cakap satu sama lain, dan Fendi 2
kehetulan mendengar percakapannya ii mengetahui mereka tak lain anak-anaknya pet Ken
Penuh dengan rasa gembira dipeluk dan diciuminya kedua anakn, du. Maharaja Al yang ain
jemuang kejadian itu, menuduh kedua-dua biduandanya bermain cinta durian fat Ta tg
 
Nama penguasa Badagra sebagai raja adil dan pandai membuat mukjizat menjadi harum di mana-mana. Raja Serdala mengharap Raja Badagra itu akan mengobati penyakitnya. Maka pergilah dia bersama Hasinan berlayar ke Badagra. Maharaja Ali menerima Raja Serdala dengan banyak tanda kehormatan dan menyuruh dua biduandanya ke kapal untuk menjaga "istri" Raja itu. Setiba mereka di kapal, biduanda itu bercakap-cakap satu sama lain dan Hasinan yang secara kebetulan mendengar percakapannya itu mengetahui mereka tak lain adalah anak-anaknya yang hilang. Penuh dengan rasa gembira dipeluk dan diciuminya kedua anaknya itu. Maharah Ali yang dilapori tentang kejadian itu, menuduh kedua biduandanya bermain cinta dengan istri orang lain. Maka dia pun menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.
e an mau kenada mereka.
2 menjatuhkan hukuman mi ra
Ftamba raja memenjarakan biduanda itu, tetapi udak mempunyai alasan ira
 
Tidak disangka Algojo yang akan melakukan eksekusi mati pada mereka ternyata anak sulung Maharaja Ali, yaitu Baharum Syah. Ketika kedua biduanda itu berbicara Algojo menyadari ternyata mereka berdua adalah saudara mudanya sendiri. Pagi-pagi dia membawa mereka masuk ke istana. Dijelaskannya yang membuat Maharaja Ali paham terlebih Hasinan berhasil membuktikan bahwa dia tak lain adalah istrinya. Kelima-limanya sangat berbahagia. Kepada Raja Serdala diberikan anak perempuan salah seorang menteri agar diperistrinya dan mereka berlayar pulang ke negerinya.
menghukum mat. Karenanya penjaga penjara, yang sekahgus Juga algojo, untuk ati
waktu menunda dilaksanakannya hukuman sula bagi dua biduanda Iu. Algojo itu ternyata Ka,
sulung Mabaraya Ah, yaitu Baharum Syah. Mendengar percakapan kedua biduanda, 44 menyeru
hahwa mereka saudara-saudara mudanya sendiri. Pagi-pagi ta membawa mereka masuk Kurama
Segala sesuatu menjadi jelas bagi Maharaja Ali, apalagi Hasinan berhasil membukukan bahwa ly
tak lain istrinya. Kelima-limanya sangat berbahagia. Kepada Raja Serdala diberikan anak
perempuan salah seorang menteri, agar diperistrinya, dan mereka pun berlayar Pulang ke
 
Memang ada [[Ironi|irnoni]] yang jelas, bahwa ''Hikayat Maharaja Ali'' - karangan yang memotivasi setiap kejadian dengan "takdir [[Allah]]" dan berdasarkan sumber-sumber [[sastra]] [[Islam]] - memungkinkan Bausani, peneliti dari [[Italia|Itali]], untuk menyingkapkan relasi [[Agama Hindu|Hindu]] pada [[hikayat]] [[Melayu]] klasik. Tetapi masanya ''Hikayat Maharaja Ali'', seperti pada karya [[sastra]] apa pun dan termasuk [[genre]] apa pun, juga memiliki apa yang para ahli ilmu [[sastra]] menyebut sebagai 'ingatan genre' yaitu pelestarian ciri-ciri khas yang diwarisi oleh genre tertentu dari tahap kelahirnya.<ref>{{Cite book|last=Bausani|date=1979|title=Notes on the Structure of the Classical Malay Hikayat|location=Melbourne|publisher=Universitas Monash (Monash University Clayton Campus)|url-status=live}}</ref><references />
negerinya.<ref name=":0" /><references />
[[Kategori:Sastra Melayu]]
[[Kategori:Prosa Klasik]]