Kerajaan Bali: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
bendera |
M. Adiputra (bicara | kontrib) k →top |
||
(104 revisi perantara oleh 42 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox country
| conventional_long_name = Kerajaan Bali
| common_name = Bali
| native_name = {{script/Bali|height=2.5em|ᬓ᭄ᬭᬚᬵᬦ᭄ᬩᬮᬶ}} ([[Bahasa Bali|Bali]])<br>बली राज्य ([[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]])
| native_name = ▼
| religion = • [[Hindu Bali|Hindu]]
| p1 = Prasejarah Indonesia
| p2 = Kerajaan Medang
Baris 18:
| symbol_type =
| image_map = Bali Kingdom Gelgel.svg
| image_map_caption =
| anthem = "Bali Dwipa jaya"
| capital = {{Flatlist|
* [[Bedulu, Blahbatuh, Gianyar|Bedulu]] (Periode Warmadewa)
Baris 24 ⟶ 26:
* [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]] (Periode Gelgel)
* [[Klungkung, Klungkung|Klungkung]] (Periode sembilan kerajaan)}}
| common_languages = [[Bahasa
[[Bahasa Sansekerta|Sansekerta]] (Religius)
| government_type = Monarki
| title_leader = Raja, Arya,
| leader1 = [[Sri Kesari Warmadewa]]
| year_leader1 = c. 914
Baris 35 ⟶ 38:
| leader4 = [[Jayapangus]]
| year_leader4 = c. 1180
| leader5 = [[
| year_leader5 = c. 1343
| leader6 = [[Dalem Baturenggong]]
Baris 41 ⟶ 44:
| leader7 = Dewa Agung Jambe II ([[Kerajaan Klungkung]])
| year_leader7 = c. 1908
| currency = Koin perak lokal, dan
| category =
| today = {{INA}}
Baris 52 ⟶ 55:
| HDI =
| HDI_year =
| image_flag =
| image-flag-caption = Bendera Kerajaan Bali
| p4 = Kerajaan Tumapel
| p5 = Kerajaan Majapahit
| event1 = Invasi [[Kerajaan Singasari|Tumapel]]
| established_event1 = Invasi Tumapel
| date_event1 = 1284
| event2 = Invasi [[Majapahit]]
| date_event2 = 1343
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Bali''' ([[Aksara Bali]]: {{Script/Bali|ᬓ᭄ᬭᬚᬵᬦ᭄ᬩᬮᬶ}} translit. ''krajaan Bali'') merupakan istilah untuk serangkaian kerajaan [[Hindu]]-[[Budha]] yang pernah memerintah di [[Bali
Karena kedekatan dan hubungan budaya yang erat dengan [[pulau Jawa]] yang berdekatan selama periode [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha|Hindu-Budha]] Indonesia, sejarah Kerajaan Bali sering terjalin dan sangat dipengaruhi oleh kerajaan di Jawa, dari kerajaan Medang pada abad ke-9 sampai ke kerajaan Majapahit pada abad ke-13 hingga 15. [[Budaya]], [[bahasa]], [[seni]], dan [[arsitektur]] di pulau Bali dipengaruhi oleh Jawa. Pengaruh dan kehadiran orang Jawa semakin kuat dengan jatuhnya [[Majapahit|kerajaan Majapahit]] pada akhir abad ke-15. Setelah kekaisaran jatuh di bawah
Sejak pertengahan abad ke-19, negara kolonial [[Hindia Belanda]] mulai terlibat di Bali, ketika mereka meluncurkan kampanye mereka melawan kerajaan kecil Bali satu per satu. Pada awal abad ke-20, Belanda telah menaklukkan Bali karena kerajaan-kerajaan kecil ini jatuh di bawah kendali mereka, baik dengan kekerasan atau dengan pertempuran, diikuti dengan [[Puputan|ritual massal bunuh diri]], atau menyerah dengan damai kepada Belanda. Dengan kata lain, meskipun beberapa penerus kerajaan Bali masih hidup, peristiwa-peristiwa ini mengakhiri masa kerajaan independen asli Bali, karena pemerintah daerah berubah menjadi pemerintahan kolonial Belanda, dan kemudian pemerintah Bali di dalam [[Republik Indonesia]].
Baris 74 ⟶ 77:
== Sumber Sejarah ==
Sumber yang cukup penting tentang Kerajaan [[Bali]] adalah [[prasasti]] yang berangka 881 M. Bahasa yang dipakai adalah Bahasa Bali Kuno. Ada juga [[prasasti]] yang tertulis dalam [[bahasa Sanskerta]]. Pada abad ke-11, sudah ada berita dari [[Tiongkok]] yang menjelaskan tentang tanah ''Po-Li'' ([[Bali]]). Berita [[Tiongkok]] itu menyebutkan bahwa adat istiadat penduduk di tanah ''Po-Li'' hampir sama dengan masyarakat ''Ho-ling'' ([[Kalingga]]). Penduduknya menulis di atas [[daun]] [[lontar]]. Bila orang meninggal, mulutnya di masukan [[emas]] kemudian dibakar. Adat semacam ini masih berlangsung di [[Bali]]. Adat itu dinamakan ''[[Ngaben]]''. Salah satu keluarga terkenal yang memerintah Bali adalah [[Wangsa Warmadewa]]. Hal itu dapat diketahui dari Prasasti Blanjong berangka 914 ditemukan di Desa Blanjong, dekat [[Sanur]], [[Denpasar]], [[Bali]]. Tulisannya bertulisan Nagari ([[India]]), dan sebagian berbahasa [[Sanskerta]]. Diberitakan bahwa raja yang memerintah adalah Raja Khesari Warmadewa. Pada tahun 915, Raja Khesari Warmadewa digantikan oleh [[Ugrasena]].
== Daftar Raja - Raja Bali ==
Baris 124 ⟶ 127:
=== Raja dari Wangsa Warmadewa ===
Raja-raja dari [[Wangsa Warmadewa]] yang pernah memerintah Bali
* [[Sri Kesari Warmadewa]] (913–914 M)
* [[Ugrasena (raja Bali)|Sri Ugrasena]] (915–942 M)
* Sang Ratu Sri Haji [[Tabanendra Warmadewa]] (955–967 M)
* [[Indrajayasingha Warmadewa]]/Candrabhaya Singha Warmadewa (956–974 M)
* [[Janasadhu Warmadewa]] (975–983 M)
* [[Śri Wijaya Mahadewi|Sri Wijaya Mahadewi]] (983–989 M)
* Gunapriya Dharmapatni/Dharmo [[Udayana]] Warmadewa (989–1011 M)
* [[Śri Ajñadewi|Sri Ajnadewi]] (1011–1016 M)
* Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja/[[Marakata Pangkaja]] Sthana Tunggadewa/Paduka Haji Sri Dharmawangsawardhana (1016–1025 M)
* [[Anak Wungsu]] (1025–1077 M)
* [[Śri Maharaja Walaprabhu|Sri Maharaja Walaprabhu]] (1079–1088 M)
* [[Śri Maharaja Sakalendukirana Laksmidhara Wijayottunggadewi|Sri Maharaja Sakalendukirana Laksmidhara Wijayotunggadewi]] (1088–1101 M)
* [[Śri Maharaja Sri Suradhipa|Sri Maharaja Sri Suradhipa]] (1115–1119 M)
== Ikatan dengan Kerajaan di Jawa ==
Baris 139 ⟶ 155:
Pada akhir abad ke-13, Bali sekali lagi muncul dalam sumber Jawa seperti pada 1284, raja [[Kertanagara|Kertanegara]] meluncurkan ekspedisi ofensif Pabali melawan penguasa Bali, yang mengintegrasikan Bali ke dalam wilayah [[Singhasari]]. Namun, setelah pemberontakan Gelang-gelang [[Jayakatwang]] pada tahun 1292 yang menyebabkan kematian Kertanegara dan jatuhnya Singhasari, Jawa tidak dapat menegaskan kekuasaan mereka atas Bali, dan sekali lagi penguasa Bali menikmati kemerdekaan mereka dari Jawa.
Kontak Jawa menyebabkan dampak yang mendalam pada bahasa Bali yang dipengaruhi oleh bahasa Kawi, gaya Jawa Kuno. Bahasa ini masih digunakan di Bali meskipun sudah jarang.<ref name=Zurbuchen/><ref>{{cite book|title=Introduction to Old Javanese Language and Literature: A Kawi Prose Anthology|year=1976|url=https://archive.org/details/introductiontool0000zurb|author=Mary S. Zurbuchen|publisher=Center for South and Southeast Asian Studies, University of Michigan|page=[https://archive.org/details/introductiontool0000zurb/page/n16 3]}}</ref>
== Periode Majapahit ==
Baris 147 ⟶ 163:
Di [[Jawa Timur]], [[Majapahit]] di bawah pemerintahan Ratu [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] dan Perdana Menteri [[Gajah Mada]] yang cakap dan ambisius, menyaksikan perluasan armada Majapahit ke pulau-pulau tetangga di kepulauan Indonesia termasuk Bali yang berdekatan. Menurut naskah Babad Arya Tabanan, pada tahun 1342 pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada dibantu oleh jendralnya [[Arya Damar]], bupati Palembang, mendarat di Bali. Setelah tujuh bulan pertempuran, pasukan Majapahit mengalahkan raja Bali di Bedulu (Bedahulu) pada tahun 1343. Setelah penaklukan Bali, Majapahit mendistribusikan otoritas pemerintahan Bali di antara saudara-saudara muda Arya Damar; [[Arya Kenceng]], Arya Kutawaringin, Arya Sentong dan Arya Belog. Arya Kenceng memimpin saudara-saudaranya untuk memerintah Bali di bawah panji Majapahit, ia menjadi leluhur raja-raja Bali dari trah kerajaan Tabanan dan Badung.
Pada tahun 1468, Pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Raja [[Singhawikramawardhana]] dan menguasai [[Trowulan]]. Singhawikramawardhana yang kalah pergi dari ibu kota lebih jauh ke pedalaman ke [[Daha]] (bekas ibu kota Kadiri), secara efektif membagi Majapahit menjadi dua pusat kekuasaan; Trowulan dan Daha. Pada tahun 1474 Singhawikramawardhana meninggal dan digantikan oleh [[Dyah Ranawijaya]], yang memerintah dari Daha. Untuk menjaga pengaruh Majapahit dan kepentingan ekonomi, Kertabhumi menganugerahi hak dagang pedagang Muslim di pantai utara Jawa, sebuah tindakan yang mengarah pada [[kesultanan Demak]] dalam beberapa dekade berikutnya. Kebijakan ini meningkatkan ekonomi dan pengaruh Majapahit, tetapi melemahkan posisi Hindu-Budha sebagai agama utama, karena Islam mulai menyebar lebih cepat dan bebas di Jawa. Keluhan pengikut Hindu-Buddha kemudian mendesak Ranawijaya untuk mengalahkan Kertabhumi.
Baris 156 ⟶ 172:
Teori lain menyatakan bahwa alasan serangan Demak terhadap Majapahit adalah balas dendam terhadap Girindrawardhana, yang telah mengalahkan kakek Adipati Yunus, [[Bhre Kertabhumi|Prabu Bhre Kertabumi]] (Prabu Brawijaya V).<ref>Marwati Djoenoed Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Jilid II. Cetakan V. (PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984)</ref> Kekalahan Daha di bawah Demak menandai berakhirnya era Hindu Majapahit di Jawa. Setelah jatuhnya kekaisaran, banyak bangsawan Majapahit, pengrajin dan pendeta berlindung baik di daerah pegunungan pedalaman Jawa Timur, Blambangan di ujung timur Jawa, atau melintasi selat sempit ke Bali. Para pengungsi mungkin melarikan diri untuk menghindari pembalasan Demak atas dukungan mereka untuk Ranawijaya terhadap Kertabhumi.
Kerajaan Majapahit Jawa mempengaruhi Bali baik secara budaya maupun politik. Seluruh istana Majapahit melarikan diri ke Bali setelah penaklukan oleh penguasa Muslim pada tahun 1478, yang mengakibatkan pengalihan seluruh budaya. Bali dipandang sebagai kelanjutan dari budaya Jawa Hindu dan merupakan sumber utama pengetahuan tentang hal itu pada zaman modern.<ref>{{cite book|title=Seeking the Asian Face of Jesus: A Critical and Comparative Study of the Practice and Theology of Christian Social Witness in Indonesia and India Between 1974 and 1996 with Special Reference to the Work of Wayan Mastra in the Protestant Christian Church of Bali and of Vinay Samuel in the Church of South India|author=Chris Sugden|publisher=Oxford Centre for Mission Studies|page=21}}</ref> Para bangsawan dan pendeta Jawa yang masuk mendirikan istana bergaya Majapahit di Bali. Masuknya menyebabkan beberapa perkembangan penting. Perkawinan keluarga-keluarga Bali terkemuka bersama dengan keluarga kerajaan Majapahit mengarah pada dasar garis keturunan kasta atas Bali. Gagasan Jawa khususnya tradisi Majapahit memengaruhi agama dan seni di pulau ini. Bahasa Jawa juga memengaruhi bahasa Bali yang dipetuturkan.<ref name=Zurbuchen>{{cite book|title=The Language of Balinese Shadow Theater|author=Mary Sabine Zurbuchen|publisher=Princeton University Press|page=18}}</ref> Arsitektur dan kuil-kuil Bali modern memiliki banyak kesamaan dengan estetika dan gaya relief di kuil-kuil Jawa Timur dari zaman keemasan Majapahit.<ref>{{cite book|title=Sari to Sarong: Five Hundred Years of Indian and Indonesian Textile Exchange|year=2003|url=https://archive.org/details/saritosarongfive0000maxw|author=Robyn J. Maxwell|publisher=National Gallery of Australia|page=[https://archive.org/details/saritosarongfive0000maxw/page/n35 26]}}</ref>
Sejumlah besar naskah Majapahit, seperti [[Nagarakretagama]], [[Kakawin Sutasoma|Sutasoma]], [[Pararaton]] dan [[Tantu Pagelaran]], disimpan dengan baik di berbagai perpustakaan kerajaan Bali dan Lombok, dan memberikan sekilas dan catatan sejarah berharga tentang Majapahit. Sebagai hasil dari masuknya unsur Jawa, sejarawan [[Ramesh Chandra Majumdar]] menyatakan bahwa Bali ''"segera menjadi benteng terakhir budaya dan peradaban Indo-Jawa."''<ref>{{cite book|title=The History and Culture of the Indian People: The struggle for empire|author=Rajesh Chandra Majumdar|page=755|publisher=Allen & Unwin}}</ref> == Kerajaan Gelgel ==
Baris 162 ⟶ 180:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Poort van een tempelcomplex in Gelgel TMnr 10016393.jpg|jmpl|lurus|kiri|Candi ''pemesuan'' di Gelgel, ibu kota kerajaan tua Bali.]]
Menurut naskah [[Babad Dalem]] (disusun pada abad ke-18), penaklukan Bali oleh kerajaan Jawa Hindu di Majapahit diikuti oleh
Kontak Eropa pertama dengan Bali dilakukan pada 1512, ketika sebuah ekspedisi Portugis yang dipimpin oleh [[Antonio Abreu]] dan [[Francisco Serrão]] yang berlayar dari [[Melaka Portugis]] dan mencapai pantai utara Bali. Bali juga dipetakan pada 1512, dalam bagan Francisco Rodrigues.<ref>{{cite book|last
Pada 1585, pemerintah Portugis di Malaka mengirim sebuah kapal untuk membangun benteng dan pos perdagangan di Bali, tetapi misinya gagal ketika kapal itu kandas di terumbu semenanjung Bukit.
Pada abad ke-16, Puri (istana Bali) Gelgel menjadi pemerintahan yang kuat di wilayah tersebut. Pengganti Dewa Ketut, [[Dalem Baturenggong]], memerintah pada pertengahan abad ke-16. Ia menerima seorang resi Brahmana Jawa bernama [[Dang Hyang Nirartha|Nirartha]] yang melarikan diri dari kemunduran Hindu di Jawa. Raja menjadi pelindung Nirartha, yang juga membawa banyak karya sastra yang luas yang membentuk spiritualisme Hindu Bali. Gelgel mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Dalem Baturenggong, ketika [[Lombok]], [[Sumbawa Barat|Sumbawa barat]] dan [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] di Jawa paling timur, disatukan di bawah kekuasaan Gelgel.
Pengaruh Gelgel terhadap Blambangan yang masih Hindu tampaknya menarik perhatian Sultan Mataram yang bercita-cita menyatukan seluruh Jawa dan juga untuk menyebarkan agama Islam. Pada 1639, Mataram melancarkan invasi ke Blambangan.<ref name="Britannica">{{cite web |title = Mataram, Historical kingdom, Indonesia |publisher = Encyclopædia Britannica |url = http://www.britannica.com/EBchecked/topic/368940/Mataram |accessdate = 1 January 2015}}</ref> Kerajaan Gelgel segera mengirimkan dukungan kepada Blambangan sebagai daerah penyangga terhadap ekspansi Mataram Islam. Blambangan menyerah pada tahun 1639, tetapi dengan cepat mendapatkan kembali kemerdekaannya dan bergabung kembali dengan Bali segera setelah pasukan Mataram menarik diri.<ref name="Soekmono62">{{cite book |author= Soekmono |title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 |publisher = Kanisius |page =62 }}</ref> Kesultanan Mataram sendiri, setelah kematian [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], tampaknya sibuk dengan masalah internal mereka, kehilangan minat untuk meneruskan kampanye militer mereka, dan berhenti melanjutkan permusuhan terhadap Blambangan dan Gelgel.
Baris 175 ⟶ 193:
[[Berkas:Kaart van het eiland Bali.jpg|jmpl|ka|Peta sembilan kerajaan Bali, sekitar tahun 1900]]
Setelah tahun 1651, kerajaan Gelgel mulai terpecah karena konflik internal. Pada tahun 1686, sebuah
== Intervensi asing ==
Baris 189 ⟶ 207:
Pada tahun 1894, Belanda menggunakan pemberontakan [[Suku Sasak|Sasak]] melawan penguasa Bali di Lombok Barat, sebagai alasan untuk mengganggu dan menaklukkan Lombok. Belanda mendukung pemberontakan Sasak, dan melancarkan [[Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem|ekspedisi militer]] terhadap Puri Bali di [[Kota Mataram|Mataram]], Lombok. Pada akhir November 1894, Belanda telah memusnahkan posisi orang Bali, dengan ribuan orang tewas, dan orang Bali menyerah atau melakukan ritual bunuh diri [[puputan]]. Lombok dan Karangasem menjadi bagian dari Hindia Belanda.<ref>[https://books.google.com/books?id=JlcL6HeY-uAC&pg=PA298 ''The rough guide to Bali & Lombok'' by Lesley Reader, Lucy Ridout p.298]</ref> Segera sesudahnya kerajaan Bangli dan Gianyar juga menerima kekuasaan Belanda, tetapi Bali selatan terus menolak.
Pada tahun 1906 Belanda melancarkan [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|ekspedisi militer]] melawan kerajaan Bali selatan, [[Badung]] dan [[Tabanan]], dan melemahkan kerajaan [[Klungkung]], lagi-lagi dengan dalih tradisi ''tawan karang'' Bali (penjarahan bangkai kapal). Akhirnya pada tahun 1908, Belanda [[Intervensi Belanda di Bali (1908)|meluncurkan invasi]] terhadap kerajaan Klungkung, dengan dalih mengamankan monopoli candu mereka. Tindakan ini merampungkan penaklukan Belanda atas Bali, dan pada saat itu telah menjadikan Bali sebagai [[protektorat]] Belanda.
== Lihat juga ==
|