Ancol, Pademangan, Jakarta Utara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muthia Ramadani (bicara | kontrib)
Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel, removed stub tag
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
|peta =
|nama =Ancol
|provinsi = Daerah Khusus Ibukota Jakarta{{!}}D.I Jakarta
|dati2 =Kota Administrasi
|nama dati2 =Jakarta Utara
Baris 11:
|kepadatan =7.952 km<sup>2</sup>
}}
'''Ancol''' adalah salah satu [[kelurahan]] yang berada di [[kecamatan]] [[Pademangan, Jakarta Utara|Pademangan]], kota [[Jakarta Utara]], provinsi [[DKI Jakarta|D.I Jakarta]], [[Indonesia]], dengan luas wilayah 377 &nbsp;km<sup>2</sup>. Kelurahan ini berbatasan dengan [[Laut Jawa]] di sebelah utara, pantai Laut Jawa di sebelah timur, [[Pelabuhan Sunda Kelapa]] di sebelah barat, dan [[Sungai Tiram]] di sebelah selatan.
 
==Sejarah==
===Zaman prakolonial===
Nama Ancol merujuk pada sebuah kali yang terletak sekitar 3 &nbsp;km di timur Pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah yang mengelilinginya. Mulut Kali Ancol terletak pada daerah yang kini menjadi [[Taman Impian Jaya Ancol|Putri Duyung Cottage]]. Daerah yang mengelilingi kali Ancol dulunya adalah dataran rendah pantai yang berisi air payau, [[hutan mangrove]] dan [[rawa-rawa]].
 
Ada juga yang menyebutkan bahwasanya nama Ancol merupakan bunyi dari suatu benda kecil jatuh ke air yang menimbulkan suara dan gemercik kecil bersuara Anclom dan lambat laun menjadi Ancol.
Sebutan Ancol pertama kali muncul dalam ''Koropak 406'', sebuah lembaran lontara yang ditulis pada abad ke-16. Lembaran ini bercerita tentang upaya [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], dan [[Kesultanan Demak]] menyerang [[Sunda Kelapa]]. Daerah Ancol disebut sebagai salah satu daerah strategis untuk menyerang Sunda Kelapa:{{sfn|Aca|1968}}
 
Sebutan Ancol pertama kali muncul dalam naskah ''[[Carita Parahyangan]]'' (''Koropak 406''), sebuah lembaran lontaralontar ber[[bahasa Sunda Kuno]] yang ditulis pada abad ke-16. Lembaran ini bercerita tentang upaya [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], dan [[Kesultanan Demak]] menyerang [[Sunda Kelapa]]. Daerah Ancol disebut sebagai salah satu daerah strategis untuk menyerang Sunda Kelapa:{{sfn|Aca|1968}}
{{quote|''…Disilihan inya ku prebu Surawisesa, iny nu surup ka padaren, kasuran, kadiran, kuwamen. Prangrang lima welas kali hanteu eleh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung Aaria burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka '''Ancol''' kiyi….''}}
 
{{quote|''…Disilihan inya ku [[Surawisesa|prebu SurawisesaSurawisésa]], inyinya nu surup ka padarenpadarén, kasuran, kadiran, kuwamenkuwanén. Prangrang lima welas kali hanteu elehéléh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung AariaAria burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka '''Ancol''' kiyi….''}}
 
===Kedatangan orang Eropa===
[[File:AMH-4741-NA Map of Batavia and environs.jpg|thumb|right|Daerah pantai Batavia, terlihat Kali Ancol di timur (bagian kiri gambar ini). Beberapa vila ditemukan di Kanal Ancol, yang dibangun untuk menghubungkan kanal Batavia dengan Kali Ancol.]]
 
Ketika [[Imperium Portugis]] tiba pada akhir abad ke-16, [[Kerajaan Sunda]] [[Pakuan Pajajaran]] yang beragama Hindu menerima kedatangan mereka dan berharap bahwa orang Portugis akan melindungi mereka dari serangan [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Demak|Demak]], dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], yang beragama Islam. Persekutuan dengan orang Portugis tersebut terjadi, tetapi ketiga kesultanan tersebut yang berada di bawah kepemimpinan [[Fatahillah]] berhasil mengalahkan kerajaan Pakuan Pajajaran dan Imperium Portugis dengan cara menyerang pelabuhan ini dari daerah timur pantai Ancol. Sunda KelapaKalapa kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta.
 
[[Image:Johannes Rach jakarta bay.jpg|right|thumbnail|''Slingerland'', di pesisir timur Kali Ancol, merupakan resor pantai yang populer di abad ke-18.]]
Baris 32 ⟶ 34:
Pada abad yang sama, di daerah ini pula, Gubernur-Jendral [[Jeremias van Riemsdijk]] (menjabat 1775) sempat membangun resor pantai liburan berbentuk vila pantai. Ia juga mereklamasi daerah sekitar vila pantainya dari rawa-rawa menjadi tanah produktif dan membangun areal pertanian. Gubernur-Jendral [[Adriaan Valckenier]] kemudian mengikuti juga membangun resor di sini.<ref>{{cite web|url=http://kota-jakarta.info/2009/09/02/sekilas-tentang-ancol/#more-170 |title=Archived copy |access-date=2010-03-21 |url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20100124033843/http://kota-jakarta.info/2009/09/02/sekilas-tentang-ancol/ |archive-date=2010-01-24 }}</ref> Resor-resor tersebut, yang terletak di pinggir timur Kali Ancol, dinamakan Slingerland atau Sanggerlang (kini menjadi daerah pemukiman di Ancol). Slingerland pernah menjadi daerah yang populer untuk liburan kaum elit Belanda. Sebuah kuil Tionghoa, [[Vihara Bahtera Bakti]], yang dibangun pada tahun 1650, adalah salah satu bangunan yang pertama kali dibangun di Ancol.
 
Pada masa pemerintahan Gubernur-Jendral [[Herman Willem Daendels]] (1808–1811), daerah Batavia Lama ({{lang-nl|Oud Batavia}}) kemudian ditinggalkan secara bertahap dan dipindahkan ke [[Weltevreden]] (kini [[Lapangan Banteng]]). Semua bangunan di Batavia Lama, termasuk [[KastilKastel Batavia]] dan resor-resor Gubernur-Jendral sebelumnya, dihancurkan dan ditinggalkan. Setelah itu, daerah Ancol menjadi terpuruk dan ditinggalkan.<ref>{{cite book|author=Adolf Heuken SJ|publisher=Cipta Loka Caraka Foundation, Jakarta|title=Historical Sites of Jakarta|year=2007}}</ref>
 
Pembangunan pelabuhan baru di [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]] pada akhir abad ke-19 menyebabkan Kanal Ancol yang pada waktu itu berumur 200 tahun diperpanjang hingga menjangkau Tanjung Priok. Jalur kereta api juga didirikan sepanjang Kanal Ancol yang menghubungkan Stasiun N.I.S Batavia dengan Stasiun Tanjung Priok.<ref name="map-1897">{{cite map |ref={{sfnRef|Top. Bureau, Kaart van Batavia en Omstreken 1897}} |publisher= |title=Kaart van Batavia en Omstreken |url=http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/11?q_searchfield=batavia+kaart |trans-title=Map of Batavia and Surrounding |language=Dutch |edition=Batavia |year=1897 |cartography=Topografische Bureau |scale=1:20000 |series= |page= |section= |inset= |accessdate=February 14, 2016 |isbn= |id= |archiveurl=https://web.archive.org/web/20160818073134/http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/11?q_searchfield=batavia+kaart |archivedate=August 18, 2016 |url-status=dead|df=mdy-all }}</ref> Meskipun ada infrastruktur baru seperti itu, daerah Ancol tetap kosong dan tidak dihuni.
Baris 48 ⟶ 50:
====Orde Baru====
{{main|Taman Impian Jaya Ancol}}
[[File:Ancol Map.jpg|thumb|Peta Taman Impian Jaya Ancol]]
Pada tahun 1960, Ancol masih tidak berkembang, masih berbentuk rawa dan empang yang penuh dengan nyamuk. Presiden [[Sukarno]], yang terkenal banyak melakukan proyek mercusuar di seluruh Jakarta, mencetuskan ide mereklamasi rawa Ancol dan menjadikannya pusat rekreasi dan hiburan terbesar Jakarta. Ide ini kemudian dimulai pada 1965 melawan konsep lain yang mengembangkan Ancol menjadi daerah industri.{{sfn|Merrillees|2015|p=17}}
 
Baris 75 ⟶ 77:
{{Batavia}}
{{Authority control}}
 
{{Kelurahan-stub}}