Ambalat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
maksummarsompel@gmail.com
Tag: menambah alamat surel di artikel VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Ambalat''' maksummarsompel@gmail.com adalah blok laut luas mencakup 15.235 kilometer persegi yang terletak di [[Laut Sulawesi]] atau [[Selat Makassar]] dan berada di dekat perpanjangan perbatasan darat antara [[Sabah]], [[Malaysia]], dan [[Kalimantan Utara]], [[Indonesia]]. Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan bawah laut, khususnya dalam bidang [[pertambangan]] [[minyak bumi|minyak]]. Blok laut ini tidak semuanya kaya akan minyak mentah.
 
== Awal persengketaan ==
Baris 9:
* Malaysia dan Indonesia memberikan hak menambang ke Shell, Unocal dan ENI.<ref name="HARVARD" />
* Berkaitan dengan itu pula surat kabar Kompas mengeluarkan berita bahwa Menteri Pertahanan Malaysia telah memohon maaf berkaitan perkara tersebut.<ref>http://www.antara.co.id/en/arc/2007/3/29/malaysia-admits-mistakes-by-offering-apology-over-ambalat/</ref> Berita tersebut segera disanggah oleh Menteri Pertahanan Malaysia yang menyatakan bahwa kawasan tersebut adalah dalam kawasan yang dituntut oleh Malaysia, dengan itu Malaysia tidak mempunyai sebab untuk memohon maaf karena berada dalam perairan sendiri. Sejajar dengan itu, Malaysia menimbang untuk mengambil tindakan undang-undang terhadap surat kabar KOMPAS yang dianggap menyiarkan informasi yang tidak benar dengan sengaja.
** Pemimpin Redaksi Kompas, Suryopratomo kemudian membuat permohonan maaf dalam sebuah berita yang dilaporkan di halaman depan harian tersebut pada [[4 Mei]] [[2005]], di bawah judul ''Kompas dan Deputi Perdana Menteri Malaysia Sepakat Berdamai''.<ref>{{Cite web news|url=http://kompas.com/kompas-cetak/0505/04/utama/1726625.htm |title="Kompas" dan Deputi Perdana Menteri Malaysia Sepakat Berdamai |access-date=2007-12-05 |archive-date=2006-02-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20060212050426/http://kompas.com/kompas-cetak/0505/04/utama/1726625.htm |dead-url=yes |work=[[Kompas.com]] }}</ref>
* Pada koordinat: {{Coord|4|6|03.59|N|118|37|43.52|E}} terjadi ketegangan yang melibatkan kapal perang pihak Malaysia [[Kapal Diraja Sri Johor|KD Sri Johor]], [[Kapal Diraja Buang|KD Buang]] dan [[Kapal Diraja Kota Baharu|Kota Baharu]] berikut dua kapal patroli sedangkan kapal perang dari pihak Indonesia melibatkan [[KRI Wiratno (879)|KRI Wiratno]], [[KRI Tongkol (813)|KRI Tongkol]], [[KRI Tedong Naga (819)|KRI Tedong Naga]] [[KRI Karel Satsuit Tubun (356)|KRI K.S. Tubun]], [[KRI Nuku (873)|KRI Nuku]] dan [[KRI Singa (651)|KRI Singa]]<ref>http://www.gatra.com/2005-03-14/versi_cetak.php?id=82630 Ngeper Perang Siaga di Perundingan</ref> yang kemudian terjadi [[Insiden Penyerempetan Kapal RI dan Malaysia 2005]], yaitu peristiwa pada tgl. 8 April 2005 [[Kapal Republik Indonesia Tedong Naga]] ([[Indonesia]]) yang menyerempet [[Kapal Diraja Rencong]] ([[Malaysia]]) sebanyak tiga kali, akan tetapi tidak pernah terjadi tembak-menembak karena adanya ''Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005'' bahwa pada masa damai, unsur TNI AL di wilayah perbatasan RI-Malaysia harus bersikap kedepankan perdamaian dan TNI AL hanya diperbolehkan melepaskan tembakan bilamana setelah diawali adanya tembakan dari pihak Malaysia terlebih dahulu.
* Shamsudin Bardan, Ketua Eksekutif [[Persekutuan Majikan-majikan Malaysia (MEF)]] menganjurkan agar warga Malaysia mengurangi pemakaian tenaga kerja berasal dari Indonesia