Burhanuddin Harahap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
GuerraSucia (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(40 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku
{{Infobox PM
|name = {{PAGENAME}}
|image = Burhanuddin Harahap.jpg
|caption = Burhanuddin Harahap pada tahun 1956
|office = Perdana Menteri Indonesia
|order = ke-9
|term_start =
|term_end =
|president = [[Soekarno]]
|deputy = Djanoe Ismadi<br>[[Harsono Tjokroaminoto]]
|predecessor = [[Ali Sastroamidjojo]]▼
|
|
|
|
|term_end1 = 24 Maret 1956
|
|primeminister1 = ''Dirinya sendiri''
▲|successor2 = [[Ali Sastroamidjojo]]
|predecessor1 = [[Iwa Koesoemasoemantri]]
|
|
|death_date = {{death date and age|1987|6|14|1917|2|12}}
|
|
|party = [[Partai Masyumi (1945)|Masyumi]]
|children =▼
|spouse =
|profession = [[Politikus]]▼
▲|children =
▲|profession = [[Politikus]]
<!--|religion = [[Islam]]-->
}}
'''Burhanuddin Harahap''' (ejaan lama: '''Boerhanoeddin Harahap'''; {{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]], [[
Lahir di [[Medan]], Burhanuddin berasal dari keluarga [[Suku Batak|Batak]] dan ayahnya merupakan pegawai pemerintah kolonial. Ia pindah ke pulau [[Jawa]] untuk melanjutkan studi, dan mulai aktif dalam [[Kebangkitan Nasional Indonesia|pergerakan nasional]] sebelum berkuliah di [[Rechtshoogeschool te Batavia|Sekolah Tinggi Hukum Batavia]] meskipun tidak selesai karena [[Kampanye Hindia Belanda|
Kebijakan Burhanuddin sebagai perdana menteri banyak yang berlawanan dengan kebijakan pendahulunya, [[Ali Sastroamidjojo]]. Selama tujuh bulan pemerintahannya, Burhanuddin menjalankan kebijakan ekonomi berhaluan [[liberalisasi|liberal]] sembari mengeluarkan simpatisan [[Partai Nasional Indonesia]] dan [[Partai Komunis Indonesia]] dari struktur birokratis pemerintah. Setelah Masyumi gagal memenangkan [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilihan umum 1955]], pemerintahan Burhanuddin melemah sampai akhirnya jatuh karena NU, yang tidak sepakat dengan pilihan Burhanuddin untuk bernegosiasi dengan [[Belanda]] dalam penyelesaian [[sengketa Irian Barat]], mundur dari koalisi.
==Masa muda==
Burhanuddin dilahirkan di [[Medan]] pada tanggal 12 Februari 1917.{{efn|Sesuai dengan tanggal yang tercantum di biografi{{sfn|Busyairi|1989|p=6}} dan biodata resmi.<ref name="kami">{{cite book |title=Kami perkenalkan |date=1952 |publisher=[[Kementerian Penerangan Republik Indonesia]] |page=94 |url=https://www.google.com/books/edition/Kami_perkenalkan/0O3Z5HNNghUC |language=id |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075318/https://www.google.com/books/edition/Kami_perkenalkan/0O3Z5HNNghUC |url-status=live }}</ref> Di batu nisan Burhanuddin tercantum tanggal 12 Maret 1917.<ref name="detik">{{
Pada 1936, sewaktu belajar di Yogyakarta, ia menjadi anggota [[Jong Islamieten Bond]] (JIB). Lewat JIB, Burhanuddin mulai aktif dalam organisasi nasionalis dan ia mengetuai ranting JIB di Yogyakarta. Begitu pindah ke Batavia, Burhanuddin juga bergabung
▲Pada 1936, sewaktu belajar di Yogyakarta, ia menjadi anggota [[Jong Islamieten Bond]] (JIB). Lewat JIB, Burhanuddin mulai aktif dalam organisasi nasionalis dan ia mengetuai ranting JIB di Yogyakarta. Begitu pindah ke Batavia, Burhanuddin juga bergabung ke organisasi-organisasi lain seperti Studenten Islam Studie-Club (Kelompok Belajar Pelajar Islam) dan [[Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia]].<ref name="kami"/>{{sfn|Madinier|2015|pp=47-48}} Ia sempat aktif dalam jurnalistik dengan menerbitkan majalah berbahasa Belanda ''Moslim Reveil'' bersama sesama pelajar [[Jusuf Wibisono]] dan [[Mohammad Roem]]. Majalah tersebut isinya mendukung nasionalisme yang berlandaskan [[Islam]].<ref name="tirto">{{cite news |last1=Ardanareswari |first1=Indira |title=Pemilu Pertama Indonesia Terlaksana Berkat Burhanuddin Harahap |url=https://tirto.id/pemilu-pertama-indonesia-terlaksana-berkat-burhanuddin-harahap-fHiX |access-date=6 April 2022 |work=tirto.id |language=id |archive-date=12 Maret 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210312031623/https://tirto.id/pemilu-pertama-indonesia-terlaksana-berkat-burhanuddin-harahap-fHiX |url-status=live }}</ref>
== Awal karier ==
Selama masa pendudukan Jepang dan sepanjang [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]] sampai 1948, Burhanuddin bekerja sebagai jaksa. Semula, ia ditempatkan di Pengadilan Tinggi Jakarta, sebelum berpindah ke Pengadilan Tinggi Yogyakarta.<ref name="kami"/> Untuk menyalurkan pandangan politiknya, ia bergabung
Setelah [[Konferensi Meja Bundar|penyerahan kedaulatan]], Burhanuddin ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Masyumi di [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] (DPRS).{{sfn|Fogg|2019|pp=176-177}} Meskipun saat itu perdana menteri dijabat oleh [[Mohammad Natsir]] dari Masyumi, Burhanuddin beserta sejumlah anggota Masyumi lainnya sering berseberangan dengan Natsir dan Burhanuddin sendiri memutuskan untuk abstain dalam [[mosi tidak percaya]] Natsir pada Oktober 1950.{{sfn|Feith|2006|p=152}} Burhanuddin menjadi anggota Komite Eksekutif Masyumi pada tahun 1952.{{sfn|Madinier|2015|pp=47-48}}
Setelah jatuhnya [[Wilopo]], tokoh-tokoh politik dari PNI dan Masyumi dua kali gagal mencoba membentuk pemerintahan baru. Pada tanggal 8 Juli 1953, Burhanuddin ditunjuk
== Perdana Menteri ==
=== Pembentukan kabinet ===
[[File:Burhanuddin Harahap swearing ceremony 1955.jpg|thumb|240px|Burhanuddin dilantik sebagai perdana menteri pada 12 Agustus 1955]]
Kabinet Ali I jatuh pada bulan Juli 1955 karena permasalahan dengan Angkatan Darat mengenai penggantian perwira tinggi setelah mundurnya [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] (KSAD) [[Bambang Soegeng]].{{sfn|Feith|2006|pp=398-402}} Kali ini, Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]] menunjuk trio [[Soekiman Wirjosandjojo|Sukiman]], [[Wilopo]], dan [[Assaat]] sebagai formatur. Ketiga tokoh tersebut mengusulkan Hatta dinonaktifkan sebagai Wakil Presiden agar dapat menjabat sebagai Perdana Menteri.
=== Pemilu 1955 ===
[[Berkas:Election Pamphlet of Masyumi 1955 election.jpg|240px|jmpl|Pamflet kampanye Partai Masyumi.]]
[[Berkas:DPR Hasil Pemilu 1955.svg|jmpl|Masyumi (hitam) dan NU (hijau muda), ditambah sejumlah partai kecil, masih menguasai mayoritas DPR setelah pemilu 1955.]]
Pada masa jabatannya, Burhanuddin berhasil
Awalnya, banyak yang berasumsi bahwa Masyumi akan
===Kebijakan===
Selama memerintah, Burhanuddin mencabut sejumlah kebijakan kabinet Ali.{{sfn|Lucius|2003|pp=130-131}} Pemerintahan di bawah Burhanuddin melakukan restrukturisasi birokrasi dan mengganti sejumlah pejabat. Selain itu, Burhanuddin juga meluncurkan program amnesti untuk anggota pemberontakan [[Negara Islam Indonesia|DI/TII]] di [[Jawa Barat]]. Pemerintahan di bawah Ali Sastroamidjojo cenderung menggunakan kekerasan dalam menumpas DI/TII.{{sfn|Formichi|2012|p=163}}{{efn|Burhanuddin dan Zulkifli Lubis sudah berunding melalui surat-menyurat dengan [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|Kartosoewirjo]], pemimpin DI/TII, sejak 1952.{{sfn|Madinier|2015|p=174}}}} Setelah hasil pemilihan umum diumumkan, Burhanuddin melanjutkan restrukturisasi birokrasi dan pencopotan pegawai negeri pro-PNI/PKI, meskipun terkadang tindakan ini mengganggu kinerja institusi pemerintah.{{sfn|Feith|2006|p=446}} Pada Desember 1955, Burhanuddin menunjuk Komodor Sujono menjadi anggota komando tinggi [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|TNI Angkatan Udara]]. [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara]], [[Soerjadi Soerjadarma]], tidak setuju dengan keputusan tersebut dan memutuskan untuk mengundurkan diri. Saat upacara penyumpahan, sejumlah perwira muda TNI AU menyerbu upacara dan memukuli Sujono. Setelah peristiwa ini, Burhanuddin memerintahkan agar Soerjadarma dijadikan tahanan rumah. Presiden Soekarno melakukan intervensi, dan akhirnya penunjukan Sujono dan pengunduran diri Soerjadarma dibatalkan.{{sfn|Feith|2006|pp=447-448}} Selain itu, sejumlah menteri dalam kabinet Ali ditahan atas tuduhan korupsi: Menteri Perdagangan [[Iskak Tjokroadisurjo]] dan Menteri Kehakiman [[Djody Gondokusumo]].{{sfn|Feith|2006|pp=422-423}}
Dalam bidang ekonomi, kabinet Burhanuddin cenderung menerima investor dan modal asing karena alasan pragmatis, sehingga sejumlah kebijakan ekonomi kabinet Ali dicabut. Impor barang yang sebelumnya dibatasi untuk menekan defisit dilonggarkan demi melawan inflasi.{{sfn|Thuỷ|2019|pp=135-136}} Hasil kebijakan ini tidak langsung terlihat karena banjir yang melanda wilayah pertanian pada tahun 1955, tetapi inflasi mulai
Kebijakan luar negeri Burhanuddin berfokus untuk menggalang dukungan internasional, khususnya [[Amerika Serikat]] dan [[Blok Barat]], dalam [[sengketa Irian Barat]].{{sfn|Lucius|2003|pp=131-132}} Karena Masyumi cenderung anti-komunis, pihak AS lebih terbuka selama masa pemerintahan Burhanuddin dan cenderung mendukung pemerintahannya.{{sfn|Lucius|2003|p=148}} [[Menteri Luar Negeri Indonesia|Menteri Luar Negeri]] [[Mohammad Roem]] berhasil meyakinkan [[Australia]] untuk tidak mendukung Belanda dan mendorong agar sengketa Irian dibahas dalam [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa|sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)]].{{sfn|Madinier|2015|pp=182-183}} Upaya diplomatis ini dilakukan sembari proses negosiasi dengan Belanda, dan pemerintah memutuskan untuk melepaskan sejumlah tawanan Belanda di Indonesia untuk menunjukkan niat baik.
Awalnya, kabinet Burhanuddin direncanakan akan dibubarkan pada bulan April 1956, sebelum dipercepat ke bulan Maret. Sepanjang Februari, banyak terjadi mutasi staf dan peminjaman dana pemerintah ke pihak swasta. Hal-hal ini menyebabkan terjadinya ''walk out'' anggota DPRS, termasuk ketua DPRS [[Sartono (politikus)|Sartono]], pada 28 Februari. Burhanuddin mengembalikan mandat sebagai perdana menteri ke Soekarno pada 3 Maret, meskipun ia masih menjabat perdana menteri selama tiga minggu berikutnya sembari pemerintahan baru dibentuk.{{sfn|Feith|2006|pp=456-459}}{{sfn|Busyairi|1989|p=186}} Pemerintahan berikutnya, di bawah [[Kabinet Ali Sastroamidjojo II]], mencakup Masyumi dan NU, tetapi hampir semua menteri dalam kabinet Burhanuddin tidak diperbolehkan menjadi menteri kembali.{{sfn|Feith|2006|p=467}}
== Pemberontakan PRRI ==
[[File:Map of Indonesian Navy activities against PRRI and Permesta, Jalesveva Jayamahe, fold-out after page 49.jpg|400px|left|thumb|alt=Peta kegiatan TNI Angkatan Laut melawan pemberontakan|Operasi militer [[TNI Angkatan Laut]] melawan pemberontakan [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]] dan [[Permesta]] pada tahun 1958]]
Pada bulan Januari 1957, Masyumi mundur dari koalisi pemerintah karena gesekan dengan partai-partai lainnya. Sebelum jatuhnya kabinet Ali II pada bulan Maret, Burhanuddin sempat mencoba mencari kompromi dengan mengusulkan agar Soekarno lebih aktif turun dalam pemerintahan sehari-hari.{{sfn|Madinier|2015|pp=232-237}} Pada akhir tahun itu juga, sidang umum PBB memutuskan untuk tidak membahas urusan Irian Barat, sehingga Soekarno memerintahkan [[nasionalisasi]] perusahaan-perusahaan milik Belanda. Hal ini diikuti percobaan pembunuhan Soekarno ([[Peristiwa Cikini]]) oleh sejumlah pemuda yang merupakan anggota organisasi Gerakan Anti-Komunis (GAK). Beberapa pemuda yang terlibat juga merupakan anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia, sayap organisasi pemuda Masyumi.{{sfn|Kahin|1999|pp=204-205}}{{sfn|Madinier|2015|pp=248-249}} Karena hubungan para tersangka dengan Masyumi, ditambah kebijakan
Burhanuddin sudah berada di [[Padang]] pada pertengahan Januari 1958, dan ia turut menghadiri pertemuan dengan sejumlah perwira militer yang berniat memberontak di [[Sungai Dareh, Pulau Punjung, Dharmasraya|Sungai Dareh]], [[Kabupaten Dharmasraya]], [[Sumatera Barat]].{{sfn|Madinier|2015|p=250}} Burhanuddin belakangan menulis bahwa para perwira tersebut berniat memisahkan
Tidak lama setelah deklarasi PRRI,
Mulai tahun 1961, KSAD [[Abdul Haris Nasution]] meluncurkan program amnesti sembari berunding dengan para perwira militer PRRI. Ahmad Husein menyerah pada tanggal 21 Juni 1961, dan setelah itu para pemimpin sipil menyadari bahwa PRRI sudah kalah. Pada peringatan hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1961, Soekarno menawarkan amnesti untuk semua anggota PRRI yang menyerah sebelum tanggal 5 Oktober. Setelah mendengar
Setelah
== Orde Baru dan
Setelah Burhanuddin dan para pemimpin Masyumi dibebaskan, beberapa pihak mencoba untuk membentuk kembali Partai Masyumi yang telah dibubarkan sebelumnya. Bersama mereka, Burhanuddin turut serta dalam pertemuan [[Partai Muslimin Indonesia]] (Parmusi) pada bulan Agustus 1968. Namun, Soeharto tidak memperbolehkan tokoh-tokoh pemimpin Masyumi menjadi pemimpin di Parmusi.{{sfn|Ward|2010|pp=62-68}} Burhanuddin sendiri kurang berminat menjadi pemimpin di struktur Parmusi, karena ia lebih fokus ke bidang lain seperti jurnalisme dan dakwah. Ia berhasil mendirikan kembali surat kabar [[Abadi (surat kabar)|''Abadi'']], dan Burhanuddin menjadi pemimpin ''Abadi'' sampai surat kabar tersebut [[Peristiwa Malari|dibredel tahun 1974]]. Ia juga aktif di [[Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia]].{{sfn|Ward|2010|p=64}}{{sfn|Karma|1987|p=17}} Selain itu, setelah Soeharto memaksakan [[Pancasila]] menjadi dasar ideologis semua organisasi di Indonesia, termasuk organisasi keagamaan, Burhanuddin ikut
Burhanuddin meninggal pada tanggal 14 Juni 1987 di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, [[Jakarta Barat]]. Sebelum meninggal, Burhanuddin sudah menderita penyakit jantung sejak tahun 1976. Ia dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir]], [[Jakarta Selatan]].<ref name="detik"/>
Baris 93 ⟶ 98:
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|30em}}
* {{cite book |last1=Busyairi |first1=Badruzzaman |title=Boerhanoeddin Harahap: pilar demokrasi |date=1989 |publisher=Bulan Bintang |isbn=978-979-418-207-9 |url=https://www.google.com/books/edition/Boerhanoeddin_Harahap/rJAyAAAAIAAJ |language=id |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075318/https://www.google.com/books/edition/Boerhanoeddin_Harahap/rJAyAAAAIAAJ |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite book |last1=Feith |first1=Herbert |title=The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia |date=2006 |publisher=Equinox Publishing |language=en |isbn=978-979-3780-45-0 |url=https://www.google.com/books/edition/The_Decline_of_Constitutional_Democracy/VAH0W9uxoqoC
* {{cite book |last1=Fogg |first1=Kevin W. |title=Indonesia's Islamic Revolution |date=2019 |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-1-108-48787-0 |url=https://www.google.com/books/edition/Indonesia_s_Islamic_Revolution/A27CDwAAQBAJ |language=en |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075319/https://www.google.com/books/edition/Indonesia_s_Islamic_Revolution/A27CDwAAQBAJ |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite book |last1=Formichi |first1=Chiara |title=Islam and the Making of the Nation: Kartosuwiryo and Political Islam in 20th Century Indonesia |date=2012 |publisher=BRILL |isbn=978-90-04-26046-7 |url=https://www.google.com/books/edition/Islam_and_the_Making_of_the_Nation/Dv4QBQAAQBAJ |language=en |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075319/https://www.google.com/books/edition/Islam_and_the_Making_of_the_Nation/Dv4QBQAAQBAJ |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite book |last1=Kahin |first1=Audrey |title=Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity, 1926-1998 |date=1999 |publisher=Amsterdam University Press |isbn=978-90-5356-395-3 |url=https://www.google.com/books/edition/Rebellion_to_Integration/AlF14JYwA_wC |language=en |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075320/https://www.google.com/books/edition/Rebellion_to_Integration/AlF14JYwA_wC |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite book |last1=Kahin |first1=Audrey |title=Islam, Nationalism and Democracy: a Political Biography of Mohammad Natsir |date=2012 |publisher=NUS Press |isbn=978-9971-69-571-2 |url=https://www.google.com/books/edition/Islam_Nationalism_and_Democracy/7orGBgAAQBAJ |language=en |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075320/https://www.google.com/books/edition/Islam_Nationalism_and_Democracy/7orGBgAAQBAJ |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite book |last1=Karma |first1=D. S. |title=Melihat Pembentukan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDDI) dan Kontribusinya |date=1987 |publisher=Tempo Publishing |isbn=978-623-339-495-6 |url=https://www.google.com/books/edition/Melihat_Pembentukan_Dewan_Dakwah_Islam_I/_QpSEAAAQBAJ |language=id |chapter=Perdana Menteri Tanpa Dasi |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075320/https://www.google.com/books/edition/Melihat_Pembentukan_Dewan_Dakwah_Islam_I/_QpSEAAAQBAJ |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite web |last1=Lucius |first1=Robert E. |title=A House Divided: The Decline and Fall of Masyumi (1950-1956) |date=2003 |publisher=Naval Postgraduate School |url=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:A_house_divided_the_decline_and_fall_of_Masyumi_(1950-1956)_(IA_ahousedivideddec109456299).pdf |access-date=6 April 2022 |archive-date=
* {{cite book |last1=Madinier |first1=Remy |title=Islam and Politics in Indonesia: The Masyumi Party between Democracy and Integralism |date=2015 |publisher=NUS Press |isbn=978-9971-69-843-0 |url=https://www.google.com/books/edition/Islam_and_Politics_in_Indonesia/jxlxCgAAQBAJ |language=en |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075321/https://www.google.com/books/edition/Islam_and_Politics_in_Indonesia/jxlxCgAAQBAJ |url-status=live |ref=harv }}
* {{cite book |last1=Penders |first1=C. L. M. |title=The West New Guinea Debacle: Dutch Decolonisation and Indonesia, 1945-1962 |date=2021 |publisher=BRILL |isbn=978-90-04-48723-9 |url=https://www.google.com/books/edition/The_West_New_Guinea_Debacle/ss1GEAAAQBAJ |language=en |access-date=6 April 2022 |archive-date=6 April 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220406075404/https://www.google.com/books/edition/The_West_New_Guinea_Debacle/ss1GEAAAQBAJ
* {{cite book |last1=Thuỷ |first1=Phạm Văn |title=Beyond Political Skin: Colonial to National Economies in Indonesia and Vietnam (1910s-1960s) |date=2019 |publisher=Springer
* {{cite book |last1=Ward |first1=Ken |title=The Foundation of the Partai Muslimin Indonesia |date=2010 |publisher=Equinox Publishing |isbn=978-602-8397-01-8 |url=https://www.google.com/books/edition/The_Foundation_of_the_Partai_Muslimin_In/EV7HHMWOeYQC |language=en |access-date=6 April 2022
{{refend}}
Baris 122 ⟶ 127:
{{lifetime|1917|1987|}}
{{artikel pilihan}}
{{DEFAULTSORT:Harahap, Burhanuddin}}▼
{{Authority control}}
▲{{DEFAULTSORT:Harahap, Burhanuddin}}
[[Kategori:Alumni Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 1 Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Batak]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Marga Harahap|Burhanuddin]]
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Penandatangan Petisi 50]]▼
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pertahanan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]▼
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
▲[[Kategori:Penandatangan Petisi 50]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana]]
|