Tintin di Tibet: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Pratama11 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 25:
}}
 
'''''Tintin di Tibet''''' (Prancis: '''''Tintin au Tibet''''') adalah volume ke-20 dari [[komik]] karya [[kartun]]is Belgia [[Hergé]], ''[[Petualangan Tintin]]''. Cerita ''Tintin di Tibet'' awalnya dimuat berseri dalam majalah ''[[Tintin (majalah)|Tintin]]'' setiap pekan pada [[September]] [[1958]]–[[November]] [[1959]] dan kemudian diterbitkan sebagai sebuah buku pada tahun [[1960]]. Hergé menganggap volume ini sebagai petualangan ''Tintin'' favoritnya dan sebuah usaha emosional pribadi sebab ia menulis volume ini saat didera oleh mimpi-mimpi buruk traumatis dan konflik batin dalam memutuskan untuk meninggalkan istrinya demi seorang perempuan yang lebih muda. Cerita ini mengisahkan [[Tintin dan Milo|Tintin]], seorang [[wartawan]] muda, yang mencari [[Zhang Chong-Ren]], teman Tintin yang diumumkan telah mati oleh pihak berwenang karena kecelakaan pesawat terbang di Pegunungan [[Himalaya|Himalaya.]]. Meyakini bahwa Zhang selamat, Tintin menjelajahi perbatasan [[Nepal]] dan Tibet untuk mencari Zhang bersama Milo, [[Kapten Archibald Haddock|Kapten Haddock]], dan [[Daftar karakter Petualangan Tintin|Tharkey]], pemandu dari suku [[Sherpa]]; mereka juga mendapati makhluk [[Yeti]] pada petualangan ini.
 
Diterbitkan setelah ''[[Petualangan Tintin, Laut Merah]]'' ([[1958]]) yang memiliki banyak tokoh, ''Tintin di Tibet'' tampak berbeda dari cerita lain dalam serial ''Petualangan Tintin''. Volume ini hanya menampilkan beberapa tokoh yang sudah akrab dikenal dan juga merupakan satu-satunya kisah petualangan karya Hergé yang tidak menghadapkan Tintin dengan seorang antagonis. Cerita Hergé kali ini memuat tema [[indra keenam]], mistisime [[Agama Buddha di Tibet|Buddha Tibet]], dan persahabatan. ''Tintin di Tibet'' telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa dan sangat disanjung oleh para [[kritikus]]. Cerita ini dipuji oleh [[Dalai Lama ke-14|Dalai Lama]], yang menganugerahinya [[Penghargaan Cahaya Kebenaran]]. ''Tintin di Tibet'' sukses secara komersial dan diterbitkan dalam bentuk buku oleh [[Casterman]] tak lama setelah tamat dalam bentuk serial majalah. Serial ''Petualangan Tintin'' sendiri menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi [[komik Prancis-Belgia]]. ''Tintin di Tibet'' diadaptasi dan dimuat dalam serial animasi ''[[Petualangan Tintin (seri televisi)|Petualangan Tintin]]'' (serial [[The Adventures of Tintin (serial TV)|televisi]]) oleh [[Ellipse]]/[[Nelvana]] pada tahun 1991, drama radio oleh BBC Radio 5 pada tahun 1992–1993, [[Tintin in Tibet (permainan video)|permainan video]] pada tahun 1996, dan musikal ''Hergé's Adventures of Tintin'' oleh [[Young Vic]] pada tahun 2005–2006. ''Tintin di Tibet'' dibawakan secara menonjol pada dokumenter ''[[Tintin and I]]'' tahun 2003 dan merupakan subjek sebuah pameran museum.
Baris 32:
Ketika sedang berlibur di sebuah [[Sanggraloka|resor]] di [[Alpen Prancis]] dengan [[Tintin dan Milo|Milo]], [[Kapten Archibald Haddock|Kapten Haddock]], dan [[Profesor Lionel Lakmus|Profesor Lakmus]], [[Tintin dan Milo|Tintin]] membaca berita tentang kecelakaan pesawat di Gunung [[Gosainthan|Gosain Than]], [[Pegunungan Himalaya]], [[Tibet]]. Ia kemudian mendapat penglihatan bahwa temannya, [[Chang Chong-Chen|Zhang Chong-Ren]], terluka berat dan meminta pertolongan dari reruntuhan pesawat tersebut. Yakin bahwa Zhang selamat dan masih hidup, Tintin terbang ke [[Kathmandu]], melalui [[Delhi]], bersama dengan Milo dan Kapten Haddock yang sebenarnya ragu bahwa Zhang masih hidup. Mereka naik ke atas Pegunungan Himalaya bersama pemandu dari suku [[Sherpa]] yang bernama [[Tharkey]] dan beberapa [[pramuantar]], melakukan perjalanan darat dari [[Nepal]] menuju tempat kecelakaan.{{sfn|Hergé|1962|pp=1–27}}
 
Para pramuantar meninggalkan kelompok Tintin dan kawan-kawan karena khawatir akan terjadinya hal-hal misterius pada rute yang mereka lalui sementara Tintin dan kawan-kawan meneruskan perjalanan hingga mencapai tempat kecelakaan pesawat. Tintin dan Milo mengikuti jejak langkah Zhang dan menemukan sebuah gua dengan batu yang terukir dengan nama Zhang. Saat meninggalkan gua, Tintin tertimpa badai salju dan melihat sekilas siluet manusia. Tharkey meyakini bahwa Tintin baru berjumpa dengan [[Yeti]]. Tintin diminta untuk meninggalkan Zhang dan kembali ke Nepal karena kawasan di manapencarian mereka mencari Zhang terlalu luas. Namun demikian, Tintin melihat sebuah syal di salah satu tebing dan meyakini bahwa Zhang berada di dekat sana, ia pun melanjutkan pencarian hanya dengan Kapten Haddock. Ketika mereka sedang memanjat tebing, Kapten Haddock terpeleset dan tak mampu berpegangan pada tebing tetapi untuk sementara waktu masih selamat karena terikat dengan Tintin. Ia meminta Tintin untuk memotong tali yang mengikat mereka bersama untuk menyelamatkan diri Tintin sendiri. Namun, Tintin menolak sehingga Kapten Haddock berusaha untuk memotong tali tersebut. Sebelum usaha tersebut selesai, pisau Kapten Haddock jatuh ke dasar jurang dan secara tak sengaja mengenai Tharkey yang pada akhirnya datang untuk menyelamatkan mereka. Pada malam harinya, mereka berusaha untuk mendirikan tenda di atas tebing tetapi tendanya hilang tertiup angin sehingga mereka harus terus melakukan perjalanan dan tak dapat tidur karena suhu yang dingin membeku. Pada keesokan harinya, mereka menemukan biara [[Agama Buddha di Tibet|Buddha]] Khor-Biyong tetapi kemudian terjebak dalam sebuah longsoran salju.{{sfn|Hergé|1962|pp=26–44}}
 
[[Blessed Lightning]], seorang biksu di biara tersebut, mendapat sebuah penglihatan bahwa Tintin, Milo, Kapten Haddock, dan Tharkey sedang dalam bahaya. Tintin, dalam keadaan setengah sadar dan kesulitan bergerak, meminta Milo untuk membawa sebuah pesan ke biara. Milo berlari ke biara tersebut tetapi pesan yang ia bawa telah hilang. Meskipun demikian, Milo dapat dikenali sebagai anjing dari penglihatan Blessed Lightning. Ketika akhirnya Tintin, Kapten Haddock, dan Tharkey sadar, mereka telah berada di biara tersebut dan diajak menemui [[Kepala Biara Besar]]. Kepala Biara Besar meminta Tintin untuk meninggalkan usaha pencariannya tetapi Blessed Lightning mendapat penglihatan lagi dan memberitahu Tintin bahwa Zhang masih hidup dalam sebuah gua gunung di Tanduk Yak—dan bahwa Yeti juga ada di sana. Tintin dan Kapten Haddock pun pergi ke Tanduk Yak.{{sfn|Hergé|1962|pp=44–54}}
Baris 42:
[[Berkas:Western Cwm - 14th May 2011.jpg|jmpl|ka|Hergé mengumpulkan kumpulan kliping dan memakai gambar-gambar yang mirip dengan gambar dari pemandangan Tibetan ini sebagai inspirasi untuk gambar-gambar pemandangan gunungnya.]]
 
Pada [[Oktober]] [[1957]], Hergé mengirimi penerbitnya, [[Casterman]], sampul dari kisah ''[[Petualangan Tintin|]]''Petualangan Tintin'']] ke-19, ''[[Petualangan Tintin, Laut Merah]]'', dan mulai membuat sejumlah gagasan untuk alur cerita petualangan selanjutnya; hal ini ia lakukan selama beberapa minggu berikutnya.{{sfnm|1a1=Goddin|1y=2011|1p=93–94|2a1=Lofficier|2a2=Lofficier|2y=2002|2p=72}} Mengenang kembali masa [[kepanduan]] saat ia masih muda, Hergé awalnya bermaksud mengirim [[Tintin]] kembali ke [[Amerika Serikat]]—seperti dalam petualangan ketiga, ''[[Tintin di Amerika]]''—untuk membantu sekelompok penduduk [[Suku Indian|Amerika asli]] mempertahankan tanah mereka dari sebuah perusahaan besar yang ingin mengebor minyak. Namun, Hergé meyakini bahwa kisah seperti itu akan menjadi langkah mundur.{{sfnm|1a1=Thompson|1y=1991|1p=171|2a1=Farr|2y=2001|2p=162|3a1=Assouline|3y=2009|3p=187|4a1=Goddin|4y=2011|4p=96}} Gagasan lain memuat [[Tintin]] yang berpadu dengan kepala pelayan [[Kapten Haddock]], [[Nestor (komik)|Nestor]], untuk membuktikan bahwa [[Bird bersaudara]], atasan lamanya, menjatuhkan tuduhan palsu terhadap Nestor atas kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Gagasan ini juga dibuang{{sfnm|1a1=Thompson|1y=1991|1p=171|2a1=Lofficier|2a2=Lofficier|2y=2002|2pp=72–73|3a1=Assouline|3y=2009|3p=187|4a1=Goddin|4y=2011|4p=94|5a1=Peeters|5y=2012|5p=270}} tetapi [[Hergé]] mempertahankan gagasan akan sebuah petualangan tanpa senjata api ataupun kekerasan—satu-satunya cerita [[Tintin]] tanpa tokoh antagonis.{{sfnm|1a1=Thompson|1y=1991|1p=171|2a1=Peeters|2y=1989|2p=110|3a1=Assouline|3y=2009|3p=191|4a1=Goddin|4y=2011|4p=101}}{{efn|Terkait ''Tintin di Tibet'' yang menjadi satu-satunya cerita ''Tintin'' tanpa seorang antagonis, Farr menyatakan, "Bahkan ''[[Permata Castafiore]]'' yang memiliki seekor burung berbakat."{{sfn|Farr|2001|p=161}} }} Gagasan ketiga muncul, yaitu mengirim [[Tintin]] dan [[Profesor Lionel Lakmus]] ke sebuah kawasan kutub yang diselimuti salju diyang manamembuat sekelompok penjelajah membutuhkan [[Profesor Lakmus]] untuk menyelamatkan mereka dari [[keracunan makanan]]. Gagasan itu juga ditinggalkan tetapi Hergé mempertahankan latar lingkungan bersalju dan memutuskan untuk tidak berfokus pada [[Profesor Lakmus]] melainkan pada tokoh utama, [[Tintin]].{{sfn|Thompson|1991|pp=171–172}}{{efn|Gagasan cerita lainnya yang ditolak meliputi seekor bebek dengan sebuah [[SOS]] yang mendarat di sebuah kapal uap, orang terlupakan di sebuah pulau Pasifik yang berada dalam sebuah kamp konsentrasi,{{sfn|Goddin|2011|p=96}} dan cerita seru mata-mata yang ditiadakan ''[[Le Thermozéro]]''.{{sfnm|1a1=Goddin|1y=2011|1pp=98, 116–118||2a1=Lofficier|2a2=Lofficier|2y=2002|2p=72}} }}
 
Pada 1954, kolaborator Hergé, [[Jacques Van Melkebeke]], pernah menyarankan agar menggunakan latar cerita di Tibet; hal ini tampaknya dipengaruhi oleh drama yang ia adaptasi untuk Hergé pada 1940-an, {{lang|fr|''M. Boullock a disparu''}} (''Menghilangnya Mr. Boullock'').{{sfnm|1a1=Lofficier|1a2=Lofficier|1y=2002|1pp=73–74, 91|2a1=Peeters|2y=2012|2p=271}} [[Bernard Heuvelmans]], seorang [[kriptozoologi]]s yang pernah membantu Hergé membentuk gambaran tentang penjelajahan bulan pada karya dua bagian: ''[[Perjalanan ke Bulan]]'' dan ''[[Petualangan di Bulan]]'', memberi sebuah kopi bukunya, {{lang|fr|''Sur la piste des bêtes ignorées''}} (''Menyusuri Jejak Hewan-Hewan yang Tidak Diketahui''), pada tahun 1955 kepada Hergé.{{sfnm|1a1=Thompson|1y=1991|1p=173|2a1=Farr|2y=2001|2p=165|3a1=Assouline|3y=2009|3p=187|4a1=Peeters|4y=2012|4p=272|5a1=Lofficier|5a2=Lofficier|5y=2002|5p=74}} Di dalam buku tersebut, Heuvelmans menuliskan saran bahwa kelak Tintin harus bertemu dengan Yeti.{{sfn|Goddin|2011|p=96}} Pada 1958, Hergé memutuskan agar Tibet menjadi latar ''Petualangan'' Tintin berikutnya. Gagasan-gagasan awal untuk judul cerita ini adalah {{lang|fr|''Le museau de la vache''}} (''Moncong Sapi''), {{lang|fr|''Le museau de l'ours''}} (''Moncong Beruang''), dan {{lang|fr|''Le museau du yak''}} (''Moncong Yak''), semuanya merujuk kepada pegunungan pada bagian akhir cerita.{{sfnm|1a1=Thompson|1y=1991|1p=173|2a1=Farr|2y=2001|2p=168|3a1=Assouline|3y=2009|3p=191|4a1=Goddin|4y=2011|4pp=101–103|5a1=Lofficier|5a2=Lofficier|5y=2002|5p=73}} Pada awalnya, "riset pasar" diklaim menjadi dasar pemilihan judul ''Tintin di Tibet'' karena penjualannya diprediksi lebih baik jika judul buku memakai nama Tintin. Namun demikian, produser dan penulis biografi Hergé, yaitu [[Harry Thompson]], menyatakan "judul tersebut merefleksikan upaya [Tintin] yang bersifat solo."{{sfn|Thompson|1991|p=173}}
Baris 73:
Setelah cerita berseri tersebut rampung, Hergé bekerja sama dengan penerbitnya, Casterman, untuk memproduksi karya tersebut dalam bentuk buku. Rancangan asli Hergé untuk sampul depan menampilkan Tintin dan rekan ekspedisinya berdiri dengan latar yang putih secara keseluruhan.{{sfn|Goddin|2011|p=116}} Casterman menganggapnya terlalu abstrak sehingga Hergé menambahkan rangkaian pegunungan di bagian atas; penulis biografi [[Benoît Peeters]] menganggap bahwa ketika hal ini dilakukan, sebagian "kekuatan dan orisinalitas" gambar tersebut hilang.{{sfn|Peeters|2012|p=279}}
 
Produksi cerita ''Tintin di Tibet'' berjalan berdampingan dengan rentetan peristiwa dalam perkembangan politik di Tibet.{{sfnm|1a1=Farr|1y=2001|1p=162|2a1=Goddin|2y=2011|2p=107}} Pada Maret 1959, pemimpin spiritual dan politik terdepan Tibet, [[Dalai Lama ke-14|Dalai Lama]], kabur dari wilayah tersebut dan mengasingkan diri ke India saat [[Pemberontakan Tibet 1959]].{{sfnm|1a1=Farr|1y=2001|1p=162|2a1=French|2y=2009|3a1=Le Soir 23 May|3y=2001}} Pada Mei 2001, ketika ''Tintin di Tibet'' diterbitkan di [[Tiongkok|Republik Rakyat Tiongkok]], otoritas negara tersebut mengganti namanya menjadi ''Tintin di Tibet Milik Tiongkok''. Casterman dan [[Yayasan Hergé]] mengajukan protes terhadap judul tersebut sehingga otoritas Tiongkok mengembalikannya ke judul asli cerita.{{sfnm|1a1=Le Soir 23 May|1y=2001|2a1=BBC News 2 June|2y=2006}}
 
== Tanggapan ==
Baris 83:
Kritikus sastra [[Jean-Marie Apostolidès]], dalam sebuah analisis psikoanalisis terhadap ''Tintin di Tibet'', mendapati bahwa Tintin lebih dapat mengontrol alur cerita ketimbang dalam petualangan sebelumnya. Ia menyatakan bahwa tokoh cerita tersebut menampakkan kekhawatiran dan emosi yang tak ditampilkan sebelumnya, suatu hal yang ia anggap menunjukkan bahwa Tintin sedang dalam usaha menyelesaikan masalah-masalah yang menumpuk merundunginya dalam kehidupan.{{sfn|Apostolidès|2010|p=203}} Dalam analisisnya, Apostolidès menyebut Tintin sebagai "bayi telatar" dan temannya Zhang sebagai "anak hilang" dan "kembaran Tintin ... para pahlawan cerita ini berjuang dengan keras agar dapat meninggalkan hal keduniawian dan jeratan nilai-nilai alam semesta."{{sfn|Apostolidès|2010|p=214}} Ia memandang Yeti, yang "mengalami internalisasi karakter manusia tertentu", bersifat lebih kompleks daripada tokoh monster buatan Hergé yang telah lampau, Ranko dalam ''[[Pulau Hitam]]'':{{sfn|Apostolidès|2010|pp=215–216}} "Monster ini menyayangi Zhang dengan kasih tanpa syarat seperti halnya cinta Tintin terhadap temannya."{{sfn|Apostolidès|2010|p=220}}
 
[[Berkas:Pierre Assouline-2009.jpg|jmpl|kiri|[[Pierre Assouline]] menyebut ''Tintin di Tibet'' "sebuah keadaan spiritual" dimanamerupakan "satu-satunya konflik adalah antara manusia dan alam."]]
 
Analisis kesusastraan oleh [[Tom McCarthy (novelis)|Tom McCarthy]] membandingkan usaha pencarian yang dilakukan oleh Tintin dengan penaklukan yang dilakukan oleh Hergé terhadap rasa khawatir dan bersalahnya sendiri. Ia berkata, "Ini adalah [[moirai|moira]] dari mitologi putih Hergé sendiri, takdirnya sendiri: menjadikannya Sarrasine bagi la Zambinella Tintin."{{efn|McCarthy merujuk kepada karakter Ernest-Jean Sarrasine dan kekasihnya Zambinella dalam ''[[Sarrasine]]'' karya [[Honoré de Balzac]].{{sfn|McCarthy|2006|p=160}} Jurnalis Belgia Pol Vandromme juga membandingkan Hergé dengan Balzac dalam ''Le Monde de Tintin'', yang diterbitkan pada 1959.{{sfn|Goddin|2011|p=116}} }} McCarthy menyebutkan bahwa "hamparan putih yang tidak ramah [menyerupai selimut es] dari mimpi-mimpi buruk Hergé [mungkin] benar-benar terhubung dengan pahlawan cerita Hergé dalam bentuk analog," khususnya dengan cara "Tintin mewakili sebuah tujuan kebaikan, kebersihan, sifat autentik yang tak mungkin tergapai."{{sfn|McCarthy|2006|pp=160–161}}
 
Penulis biografi Hergé, [[Pierre Assouline]] berpendapat bahwa ''Tintin di Tibet'' adalah "potret si [[seniman]] di titik balik" kehidupannya.{{sfn|Assouline|2009|p=191}} Ia meyakini bahwa karya tersebut "bersifat sendiri" pada cerita berseri ''Petualangan Tintin'' karena ketiadaan antagonis dan jumlah tokoh dalam cerita yang sedikit; ia mendeskripsikan cerita itu sebagai "pencarian spiritual" yang mana "satu-satunya konflik adalah antara manusia dan alam ... [Hergé] mencurahkan dirinya yang terbaik untuk ''Tintin di Tibet''."{{sfn|Assouline|2009|p=191}} Merujuk pada "penceritaannya yang apa adanya dan kejernihan arketipenya",{{sfn|Peeters|2012|p=274}} Benoît Peeters meyakini bahwa ''Tintin di Tibet'' merupakan salah satu dari dua buku "penting yang pokok" dalam cerita berseri ''Petualangan Tintin''—buku penting lainnya yaitu ''Lotus Biru''; menurutnya, kemunculan Zhang dalam kedua karya tersebut adalah hal yang memilukan.{{sfn|Peeters|2012|p=273}} Ia juga menyatakan bahwa Hergé memasukkan Yeti yang baik hati untuk "menebus pembantaian tak berkesudahan" terhadap para hewan dalam petualangan Tintin yang kedua, ''[[Tintin di Kongo]]'',{{sfnm|1a1=Thompson|1y=1991|1p=173|2a1=Peeters|2y=2012|2p=279}} dan bahwa kesedihan Yeti pada akhir cerita menunjukkan perasaan Hergé tentang perpisahannya dengan Germaine.{{sfn|Peeters|2012|p=281}} Peeters menyatakan, "Bahkan melebihi ''[[Maus]]'' karya Art Spiegelman, ''Tintin di Tibet'' mungkin merupakan buku yang paling menggerakkan perasaan dalam sejarah strip komik."{{sfn|Peeters|2012|p=281}}
 
=== Penghargaan ===