Suku Jambi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wllyyy (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Penambahan informasi dan referensi #HibahBukuMIF #TagarPribadi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(35 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
{{ethnic group|
|group=Melayu Jambi{{br}}'''جامبي'''
|image=COLLECTIE TROPENMUSEUM Twee hoofden van Sarolangun in traditionele adatkostuums Jambi Oost-Sumatra TMnr 10002780.jpg
|image_caption= Dua orang [[kepala suku]] Jambi di [[Kabupaten Sarolangun|Sarolangun]] mengenakan pakaian adat Jambi di [[Provinsi Jambi]], pada masa kolonialisme [[Hindia Belanda]] {{circa}} 1914
|poptime= Kurang Lebih '''1.200.000''' jiwa <small>''di [[Indonesia]]''</small> (2017)
|popplace='''[[Provinsi Jambi]]''':{{br}}± 1.100200.000 Jiwa{{br}}
|population= ± 1,2 juta<ref>[http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf ''Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf |date=2017-07-12 }} (PDF) di [[Badan Pusat Statistik]].2011. hlm. 28.ISBN 9789790644175. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12-07-2017.</ref>
|langs=[[Bahasa Jambi|Melayu Jambi]]<br>[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|rels=[[Islam]]
|related=[[Suku&nbsp;Palembang|Melayu Palembang]]{{•}}[[Suku Batin|Melayu Batin]]{{ }}[[Melayu Bengkulu]]{{•}}[[Suku Kerinci|Melayu Kerinci]]{{ }}[[Orang Minangkabau|Minangkabau]]{{•}}[[Suku Kubu|Kubu]]
}}
[[Berkas:NH JBI.jpg|jmpl|235px|Bujang dan Gadis Provinsi Jambi mengenakan pakaian adat Melayu Jambi bersama tokoh [[Nurdin Halid]]]]
'''Suku Jambi''' atau '''Melayu Jambi'''<ref>{{Cite journal|last=Putra|first=Agusti|date=2019|title=SEJARAH MELAYU JAMBI DARI ABAD 7 SAMPAI ABAD 20|url=https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/twt/article/view/1549|journal=Tsaqofah Dan Tarikh|doi=http://dx.doi.org/10.29300/ttjksi.v3i1.1549}}</ref> ([[Jawi]]: '''جامبي''') merupakan [[suku bangsa]] pribumi yang berasal dari provinsi [[Jambi]]. Mereka mendiami wilayah kota [[Kota Jambi|Jambi]], kabupaten [[Muaro Jambi]], [[Kabupaten Tanjung Jabung|Tanjung Jabung]], [[Kabupaten Batanghari|Batanghari]] dan, [[Kabupaten Bungo Tebo|Bungo-Tebo]] dan sebagian [[Kabupaten Sarolangun Bangko|Sarko]].{{sfn|Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|p=137-138}}<ref name="SUKU">{{cite web|url=https://jambi.bps.go.id/indicator/12/1107/1/penduduk-menurut-wilayah-administrasi-dan-suku-bangsa.html|title=Penduduk Menurut Administrasi dan Suku Bangsa|date=([[2000]])|website=jambi.bps.go.id|accessdate=2 Maret 2023}}</ref> [[Dusun|Dusun-dusun]] mereka saling berjauhan dengan rumah-rumah yang dibangun di pinggirandipinggiran sungai besar atau sungai kecil.
 
== Sejarah ==
Melayu Jambi<ref>{{Cite journal|last=Putra|first=Agusti|date=2019|title=SEJARAH MELAYU JAMBI DARI ABAD 7 SAMPAI ABAD 20|url=https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/twt/article/view/1549|journal=Tsaqofah Dan Tarikh|doi=http://dx.doi.org/10.29300/ttjksi.v3i1.1549}}</ref> ([[Jawi]]: جامبي) merupakan [[suku bangsa]] pribumi yang berasal dari provinsi [[Jambi]]. Mereka mendiami wilayah kota [[Kota Jambi|Jambi]], kabupaten [[Muaro Jambi]], [[Kabupaten Tanjung Jabung|Tanjung Jabung]], [[Kabupaten Batanghari|Batanghari]] dan [[Kabupaten Bungo Tebo|Bungo-Tebo]].{{sfn|Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|p=137-138}} [[Dusun|Dusun-dusun]] mereka saling berjauhan dengan rumah-rumah yang dibangun di pinggiran sungai besar atau sungai kecil.
[[Jambi]] merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita [[Tiongkok]]. Ini merupakan bukti bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi khususnya Suku Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu [[Kerajaan Koying|Koying]] (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kantoli (abad ke-5). Seiring perkembangan jaman, kerajaan-kerajankerajaan ini&nbsp;perlahan terlupakan&nbsp;dan sisa-sisa reruntuhan atau peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut masih dalam proses penyelidikan dan&nbsp;penelitian&nbsp;lebih&nbsp;lanjut.
 
Dalam sejarah kerajaan di [[Nusantara]], Jambi dulu merupakan bagian dari wilayah ''[[Minanga|Minanga Kamwa'' (nama Minangkabau Kuno 1 M)]] adalah tanah asal pendiri kerajaan [[kerajaan Melayu|Melayu]] dan [[Sriwijaya]], dari wilayah Minanga Kamwa inilah banyak lahir raja-raja di Nusantara, baik sekarang yang berada di [[Malaysia]], [[Brunei]] dan [[Indonesia]]. di negeriNegeri Jambi ini pernah dikuasai oleh beberapa kekuatan besar, mulai dari [[Sriwijaya]], [[Malaka]]{{cn}} hingga [[Kesultanan Johor]]-[[Riau]].<ref>{{Cite journal|date=2017|title=Perang Jambi-Johor ( 1667-1679 ) sebagai sejarah sosial|url=https://media.neliti.com/media/publications/225289-perang-jambi-johor-1667-1679-sebagai-sej-77d99ddf.pdf|journal=Media.neliti}}</ref> Terkenal dan selalu menjadi rebutan merupakan tanda bahwa Jambi sangat penting pada masa lalu. Bahkan, berdasarkan temuan beberapa benda purbakala, Jambi pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya.
[[Jambi]] merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita [[Tiongkok]]. Ini merupakan bukti bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi khususnya Suku Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu [[Kerajaan Koying|Koying]] (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kantoli (abad ke-5). Seiring perkembangan jaman, kerajaan-kerajan ini&nbsp;perlahan terlupakan&nbsp;dan sisa-sisa reruntuhan atau peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut masih dalam proses penyelidikan dan&nbsp;penelitian&nbsp;lebih&nbsp;lanjut.
 
Beberapa kajian seputar etnisitas Melayu menempatkan Jambi menjadi bagian penting dalam perumusan identitas kemelayuan. Sejarawan Rouffaer misalnya, berpendapat bahwa tanah etnis Melayu asli adalah Jambi.<ref>{{Cite journal|last=Rouffaer|first=G. P.|last2=Winstedt|first2=R. O.|date=1922|title=The Early History OF Singapore, Johore & Malacca|url=https://www.jstor.org/stable/41561705|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society|issue=86|pages=257–260|issn=2304-7534}}</ref>{{Rp|pages=257-260}} Namun, Leonard Andaya berpendapat bahwa masalah pendefinisian etnisitas Melayu adalah sesuatu yang tidak pernah selesai dan terus berkontestasi antara kedua sisi Selat Malaka, yaitu Semenanjung Malaya dan pesisir pantai timur Sumatra, mengikuti perubahan peta kekuasaan kawasan. Kekuasaan Sriwijaya dan dilanjutkan Malaka, berperan besar dalam persebaran bahasa dan budaya Melayu secara luas di kawasan Selat Malaka bahkan sampai ke Jawa, Kalimantan, dan Filipina.<ref>{{Cite journal|last=Reid|first=Anthony|date=2001|title=Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities|url=https://www.jstor.org/stable/20072348|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=32|issue=3|pages=295–313|issn=0022-4634}}</ref>{{Rp|pages=315-330}}<ref name=":0">{{Cite book|last=Sagala|first=Ismawati|date=2021|title=Islam dan Adat Dalam Sistem Pemerintahan Jambi Masa Kesultanan dan Kolonial Pada Tahun 1855-1942|location=Yogyakarta|publisher=Ombak|isbn=9786022585954|editor-last=Nugrahini|editor-first=Kartika Nurul|edition=Revisi|language=Indonesia|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=62}}
Dalam sejarah kerajaan di [[Nusantara]], Jambi dulu merupakan wilayah ''Minanga Kamwa'' (nama Minangkabau Kuno 1 M) adalah tanah asal pendiri [[kerajaan Melayu]] dan [[Sriwijaya]] dari wilayah Minanga Kamwa inilah banyak lahir raja-raja di Nusantara, baik sekarang yang berada di [[Malaysia]], [[Brunei]] dan [[Indonesia]] di negeri Jambi ini pernah dikuasai oleh beberapa kekuatan besar, mulai dari [[Sriwijaya]], [[Malaka]]{{cn}} hingga [[Johor]]-[[Riau]].<ref>{{Cite journal|date=2017|title=Perang Jambi-Johor ( 1667-1679 ) sebagai sejarah sosial|url=https://media.neliti.com/media/publications/225289-perang-jambi-johor-1667-1679-sebagai-sej-77d99ddf.pdf|journal=Media.neliti}}</ref> Terkenal dan selalu menjadi rebutan merupakan tanda bahwa Jambi sangat penting pada masa lalu. Bahkan, berdasarkan temuan beberapa benda purbakala, Jambi pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya.
 
Leonard Andaya, dengan pendekatan arkeologis dan linguistik, menjelaskan teori persebaran dan proses terbentuknya etnis Melayu berasal dari entitas penutur Proto-Austronesia yang mendiami Taiwan semenjak sekitar 4000-3000 SM. Bangsa ini bermigrasi sekitar 2500-1500 SM melalui Filipina menuju Borneo (Kalimantan) terus ke Sulawesi, Jawa, dan terus ke bagian Timur Indonesia. Dalam proses inilah terbentuk struktur bahasa baru yaitu proto-Melayu-Polinesia yang diyakini sebagai asal muasal dialek Melayu. Komunitas yang mendiami Borneo yang sudah berbahasa proto-Melayu-Polinesia ini kemudian menyebar ke Jawa bagian Barat, ke Sumatra dan Semenanjung Malaya hingga sebagian Vietnam sekitar tahun 1500-500 SM. Meski kebanyakan ahli linguistik meyakini teori ini, terjadi perbedaan teori tentang terbentuknya budaya Melayu yang bercorak India, apakah berawal di Borneo atau di Sriwijaya.<ref name=":0" />{{Rp|pages=62-63}}
 
Pada sisi Semenanjung Malaya, penutur proto-Melayu Polinesia ini bukanlah pemukim pertama, melainkan sudah ada leluhur bangsa Negrito dan Senoi. Keberadaan penduduk yang lebih awal mendiami Semenanjung Malaya ini dijelaskan dalam buku Hikayat Ceritera Tanah-tanah Melayu serta Pulau Perca, bahwa telah ada penduduk berambut keriting yang sebangsa dengan orang Papua di timur Indonesia. Di Sumatra, penulis buku ini menyatakan bahwa penduduk aslinya adalah orang Melayu.<ref>{{Cite book|date=1891|title=Hikayat Ceritera Tanah-tanah Melayu serta Pulau Perca; bahan belajar anak-anak Melayu di sekolah|location=Singapura|publisher=Percetakan Kerajaan Singapura|url-status=live}}</ref>{{Rp|pages=6, 81}} Hikayat-hikayat lokal tidak menjelaskan asal muasal nenek moyang penduduk Jambi. Naskah "Hikayat Negeri Jambi" dan "Hikaijat Toean Telani"{{Efn|reference=Dua naskah ini merupakan naskah tertua yang penulis inventarisir terkait dengan sejarah Kesultanan Jambi. Keduanya merupakan koleksi Perpustakaan Universitas Leiden dengan kode Or. 12.189 berjudul Hikaijat Toean Telani (HTT) dan Or. 2013 dengan judul Hikayat Negeri Jambi (HNJ). Kedua naskah memiliki tanggal penulisan yang sama yaitu 28 Rabiulawal 1253 H/2 Juli 1837 M, namun naskah HTT lebih lengkap dan rapi penulisannya. Karena isi yang hampir sama, selanjutnya tulisan ini hanya menyebut Hikayat Negeri Jambi (HNJ) untuk kedua naskah tersebut. Versi bahasa Belanda naskah ini, dengan tambahan penjelasan di awal naskah dan periode yang berbeda pada akhir teks, dipublikasikan dalam artikel: Anonim. 'Legenden van Djambi, dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, volume 8 (Batavia: Bataviaasch Genootschap voor Kunsten en Wetenschappen, 1846). Penulis tidak bisa menyimpulkan hubungan naskah dalam bahasa Belanda ini dengan kedua naskah jawi yang memiliki penanggalan lebih tua, karena penulis belum membaca langsung naskah tersebut, melainkan hanya ulasan dari sumber sekunder. Merujuk pada artikel Gallop, kedua naskah jawi ini belum pernah diterbitkan dan dialihbahasakan. Selain kedua naskah tersebut, sejarah Jambi juga ditulis dalam naskah Or. 12.181 berjudul "Hhal di dalam negri Jambi (No. 60) yang ditulis tahun 1852 M. Namun, silsilah pendiri Kesultanan Jambi yang diceritakan dalam teks di dalamnya berbeda dengan naskah HNJ, dan justru mirip dengan silsilah naskah yang ditulis kemudian oleh Ngebi Sutho Dilogo.}}<ref>{{Cite journal|last=Gallop|first=Annabel Teh|last2=Mamat|first2=Wan Ali Wan|last3=Akbar|first3=Ali|last4=Braginsky|first4=Vladimir|last5=Tengah|first5=Ampuan Hj Brahim bin A.H.|last6=Caldwell|first6=Ian|last7=Chambert-Loir|first7=Henri|last8=Cordell|first8=Helen|last9=Denisova|first9=Tatiana A.|date=2015-01-02|title=A JAWI SOURCEBOOK FOR THE STUDY OF MALAY PALAEOGRAPHY AND ORTHOGRAPHY|url=http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13639811.2015.1008253|journal=Indonesia and the Malay World|language=en|volume=43|issue=125|pages=13–171|doi=10.1080/13639811.2015.1008253|issn=1363-9811}}</ref>{{Rp|pages=13-171}}<ref>{{Cite journal|last=Gallop|first=Annabel Teh|last2=Mamat|first2=Wan Ali Wan|last3=Akbar|first3=Ali|last4=Braginsky|first4=Vladimir|last5=Tengah|first5=Ampuan Hj Brahim bin A.H.|last6=Caldwell|first6=Ian|last7=Chambert-Loir|first7=Henri|last8=Cordell|first8=Helen|last9=Denisova|first9=Tatiana A.|date=2015-01-02|title=A JAWI SOURCEBOOK FOR THE STUDY OF MALAY PALAEOGRAPHY AND ORTHOGRAPHY|url=http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13639811.2015.1008253|journal=Indonesia and the Malay World|language=en|volume=43|issue=125|pages=13–171|doi=10.1080/13639811.2015.1008253|issn=1363-9811}}</ref>{{Rp|pages=53-61}} menceritakan asal-usul Kesultanan Jambi hanya bermula pada kisah Tuan Telanai,{{Efn|text=Masyarakat Jambi kontemporer lebih mengenal penyebutan Tun Telanai untuk karakter ini. Nama Tun Telanai menjadi nama salah satu kecamatan di kota Jambi sekarang yaitu [[Telanaipura]].}} sebagai penguasa terakhir negeri Jambi sebelum masa kesultanan Islam. Naskah yang lebih muda, Undang Undang Pencacahan Jambi (UUPJ){{Efn|content=Naskah "Undang-undang Pencacahan Jambi (UUPJ)" ditulis oleh Ngebi Sutho Dilogo Priayi Raja Sari (NSD) tanggal 1 Rabiulakhir 1317 H/8 Agustus 1899 M. Penulisan naskah ini tampaknya terhenti sebelum tuntas sehingga ditulis ulang oleh NSD dengan beberapa perubahan serta tambahan beberapa naskah dengan judul "Ini Sejarah Kesultanan Jambi Sejak Tahun 700 H (ISKJ)". Naskah lain yang membahas sejarah Kesultanan Jambi tersimpan dalam arsip Keresidenan Palembang di ANRI dengan kode K. 34 No. 52 berjudul "stukken betreffende Djambi" (tanpa tahun) dan No. 5.4 berjudul "Geslachtsboom der voorsten van Djambi" (tanpa tahun). Teks dalam naskah No. 5.2 berbahasa Melayu dengan aksara Latin, sedangkan teks pada naskah No. 5.4 menggunakan bahasa Belanda beraksara Latin. Kisah dalam kedua naskah ini merupakan salinan dan terjemahan yang tampaknya merujuk pada naskah HNJ.}}, menceritakan kisah generasi sebelum Tun Telanai, yaitu kisah Dewa Sekarabah yang menjadi raja Jambi dengan menterinya bernama Mata Ampat. Dewa Sekarabah yang diberi gelar Si Pahit Lidah karena suka menyumpahi rakyat akhirnya meninggal dibunuh oleh Si Mata Ampat. Sejak itu, Jambi tak beraja lagi hingga datanglah Tun Telanai, seorang Hindu yang membangun kerajaan di Tanjung Jabung. Selanjutnya, naskah Ini Sejarah Kerajaan Jambi Sejak Tahun 700 H menceritakan kembali kisah dalam UUPJ dengan menempatkan kisah sebelum generasi Tun Telanai pada bagian terpisah.<ref name=":0" />{{Rp|pages=63-64}}
 
Meski sumber dan kisahnya berbeda-beda, terdapat kemiripan pendapat bahwa nenek moyang etnis Melayu mendiami Sumatra lebih dahulu dibanding Semenanjung Malaya (Malaysia dan sekitarnya). Di daerah Sumatra ini pula orang Melayu berkembang sebagai etnis pertama setempat. Namun, pada perkembangannya terjadi dinamika pendefinisian etnisitas Melayu, bahkan pada masa kontemporer terjadi "penyempitan" kata Melayu menunjuk ke Malaysia dan sedikit daerah Sumatra bagian Tengah yaitu Jambi, Riau dan Deli. Penyempitan ini menjadi rasional merujuk pada pendapat Leonard Andaya bahwa beberapa kelompok masyarakat Sumatra yang semula tergolong etnis Melayu kemudian membentuk identitas sendiri dan kemudian memisahkan diri dari komunitas besar etnis Melayu, seperti Aceh, Minangkabau dan Orang Laut. Terlepas dari perdebatan tentang etnisitas Melayu, penduduk awal Jambi dapat dikatakan adalah proto-Melayu. Namun saat ini, komunitas proto-Melayu hanya merupakan bagian kecil dari penduduk Jambi. Jika merujuk pada analisis Andaya, Orang Laut dan Orang Rimba adalah etnis proto-Melayu yang paling mudah diidentifikasi masih ada di Jambi saat ini. Dalam berbagai kajian tentang Orang Rimba, atau nama lainnya, juga dijelaskan bahwa sebagian anggotanya adalah orang Jambi asli yang merupakan proto-Melayu, sementara sebagiannya merupakan keturunan Minangkabau atau Palembang.<ref>{{Cite book|last=Tiderman|first=J.|last2=Sigar|first2=P. L. F.|date=1938|title=Djambi|location=Amsterdam|publisher=Koloniaal Instituut|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=57}}<ref>{{Cite book|last=Andaya|title=Leaves: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka|url-status=live}}</ref>{{Rp|pages=15-17}}<ref>{{Cite book|last=Prasetijo|first=Adi|date=2011|title=Serah Jajah dan Perlawanan Yang Tersisa; Etnografi Orang Rimba di Jambi|location=Jakarta|publisher=Wedatama Widya Sastra|url-status=live}}</ref>{{Rp|pages=20-21}}<ref name=":0" />{{Rp|page=65}}
 
== Asal-usul ==
Baris 23 ⟶ 31:
Jauh sesudah [[Zaman es]] maka Ras Mongoloid menyebar keselatan [[Asia|benua Asia]] bahkan sampai ke [[benua Amerika]] melalui selat Bering. Salah satu sub-ras Mongoloid adalah Malayan Mongoloid yang mendominasi penduduk Asia Tenggara lautan dan daratan Masyarakat yang berbudaya Melayu merupakan percampuran dari hasil perpaduan orang Austro-Melaniosoid dari selatan dengan Paleo-Mongoloid dari utara.
 
Dengan dasar ini maka [[Suku Melayu|Bangsa Melayu]] (Melayu Jambi) adalah percampuran antara banyak sub-ras manusia dan perpaduan antara banyak macam pengaruh kebudayaan sejak 10.000 SM. Manusia Austro-[[Melanesoid]] pada mulanya menempati kawasan dekat pantai dan sungai-sungai, hidup di dalam goa batu kerang atau abris sous roches. Sekarang lokasi goa goa batu kerang jauh di pedalaman.
 
Goa ini dijumpai di Sumatra ([[Jambi]], [[Kota Medan|Medan]], [[Kota Langsa|Langsa]]/[[Aceh]]), [[Sulawesi]], [[Papua]], [[Kedah]] dan [[Pahang, Malaysia|Pahang Malaysia]]. Migrasi manusia Ras Mongoloid masuk perairan Asia Tenggara melahirkan manusia [[Proto Melayu]] (Melayu Tua) dan [[Melayu Deutero|Deutro Melayu]] (Melayu Muda).
Baris 29 ⟶ 37:
Tapi tidak dapat diketahui kepastian kapan penyebaran itu dimulai, ahli sejarah hanya menghasilkan interpretasi terhadap temuan benda-benda budaya yang di tinggalkan, Ini pun jumlahnya sangat terbatas sehingga terbatas pula apa yang dapat diungkapkan.
 
Diperkirakan migrasi Paleo-Mongoloid ke Asia Tenggara terjadi dalam periode Prasejarah yang sangat panjang antara tahun 10.000 SM sampai tahun 2.000 SM Di [[Asia Tenggara]] manusia Paleo Mongoloid ini bertemu dengan manusia Austro-[[Melanesoid]] yang melahirkan manusia Proto melayu. Pada masa Indonesia memasuki zaman logam, maka antara tahun 2000-500 SM dan antara tahun 500 SM - sampai menginjak awal abad Masehi terjadi lagi migrasi penduduk dari daerah Tonkin, Dongson di pegunungan Bascon-Hoabinh, [[Vietnam]] ke Asia Tenggara.
 
Penyebaran manusia pada periode ini adalah percampuran manusia [[Melayu Proto|Proto Melayu]] dengan Ras Mongoloid yang melahirkan manusia [[Melayu Deutero|Deutro Melayu]]. Manusia Proto Melayu mengembangkan kebudayaan batu tua yakni Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong. Kapak Persegi disebut Kapak Genggam atau Kapak Sumatra, sedangkan kapak lonjong disebut Kapak Pendek. Peralatan hidup manusia Proto Melayu antara lain adalah alat-alat mikrolit, serpihan batu obsidian.
Baris 37 ⟶ 45:
Kebudayaan Dongson masuk Indonesia melalui 2 (dua) arah. Pertama dari [[Vietnam]] menyebar ke [[Kamboja]], [[Thailand]], [[Malaysia]], [[Sumatra]], [[Jawa]], dan menuju ke [[Nusa Tenggara]]. Di daerah inilah berkembang kebudayaan Kapak Persegi atau Kapak Genggam dan Kapak Sumatra. Kedua, dari daratan Asia, menuju [[Taiwan]], [[Filipina]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] dan [[Papua]] berkembang kebudayaan Kapak Lonjong. Untuk pulau Sumatra telah teridentifikasi paling kurang ada 6 etnis tertua antara lain:
 
1) [[Suku Kerinci]] disekitar gunung Kerinci dandi kaldera danau Kerinci, Jambi.
 
2) [[Suku Basemah|Suku MelayuBesemah]] (Pasemah) di lembah gunung Dempo.
 
3) [[Suku Ranau|Suku Lampung]] (Ranau)di Lampung disekitar gunung Pesagi dan danau Ranau, Lampung.
 
4) [[Orang Minangkabau|Suku Minangkabau]] disekitar gunung Marapi & Singgalang serta disekitardi lembah danau Singkarak dan /Maninjau.
 
5) [[Suku Batak Toba|Suku Batak]] (Toba) di sekitar danau Toba & pulau Samosir.
 
6) [[Suku GayoAlas|Suku Alas Gayo]] di dataran tinggitanah Gayo, Aceh.
 
Sejak ratusan tahun lampau wilayah Jambi telah dihuni oleh masyarakat [[Melayu Proto|Proto Melayu]] seperti Suku [[Suku Kerinci|Kerinci]], [[Suku Batin|Batin]], [[Suku Bangsa Duabelas]], [[Suku Penghulu]], dan [[Suku Kubu]] atau |Suku Anak Dalam]]. Pada masa lampau mereka ini telah melatar-belakangi perkembangan [[Bahasa Melayu Jambi]], budaya Melayu, maupun pasang naik dan turun kerajaan Melayu di daerah Jambi. Begitu pula halnya mereka telah melewati perjalanan sejarah yang teramat panjang diawali masa Pra Sejarah, Melayu Buddha, dan Melayu Islam, sampai masa perjuangan melawan penjajah dan periode kemerdekaan.
 
Sebelum abad Masehi masyarakat [[Melayu Proto|Proto Melayu]] di Jambi telah mengembangkan suatu corak kebudayaan Melayu Pra Sejarah di wilayah pegunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan ini antara lain adalah [[Suku Kerinci]]. Orang Kerinci diperkirakan telah menempati kaldera danau Kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan [[Neolitikum]].
Baris 114 ⟶ 122:
 
== Masyarakat Melayu Jambi ==
[[Berkas:KITLV A1132 - Mannen en meisjes met op de achtergrond kains, vermoedelijk te Djambi, KITLV 155003.tiff|jmpl|Masyarakat Melayu Jambi sekitar tahun (1918-1923)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de Sultan van Djambi te Doesoen Tengah Sumatra TMnr 60002826.jpg|jmpl|300px|Kediaman [[Kesultanan Jambi|Sultan Jambi]] di [[Dusun Tengah]] (sekarang di desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi),kabupaten Batanghari pada tahun 1877-1879]]
 
Kehidupan orang Melayu Jambi sekarang masih dapat dilihat dari pengelompokan suku atau kalbu, yaitu pengelompokan sosial yang erat hubungannya dengan [[Kesultanan Jambi]] dulu. Jumlah kalbu yang masih tersisa ada dua belas, yaitu '''Jebus''', '''Pemayung''', '''Maro''' '''Sebo''', '''Awin''', '''Petajin''', '''Suku Tujuh Koto''', '''Mentong''', '''Panagan''', '''Serdadu''', '''Kebalen''', '''Aur''' '''Hitam''' dan '''Pinokowan''' '''Tengah'''.
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de Sultan van Djambi te Doesoen Tengah Sumatra TMnr 60002826.jpg|jmpl|300px200px|Kediaman [[Kesultanan Jambi|Sultan Jambi]] di [[Dusun Tengah]] (sekarang di desaDesa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi),kabupaten Batanghari padasekitar tahun (1877-1879)]]
Lingkungan kesatuan hidup setempatnya yang terkecil disebut dusun, sekarang setingkat dengan desa. Setiap dusun mempunyai nama berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Ada dusun yang bernama Teluk Leban, karena terletak di teluk yang ditumbuhi pohon kayu leban. Ada yang dinamakan Rantau Panjang karena terletak di sebuah rantau (daratan) yang panjang. Pemimpinnya disebut penghulu dusun. Selanjutnya masing-masing dusun dikendalikan oleh marga yang dipimpin oleh seorang pesirah. Marga adalah wilayah adat dari orang-orang yang merasa masih satu asal nenek moyang, atau karena adanya ikatan persekutuan kekerabatan pada masa dulu.
 
Baris 123 ⟶ 131:
 
== Bahasa ==
Suku Melayu Jambi dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar menggunakan [[Bahasa Melayu Jambi]] atau masyarakat jambi sering menyebut dengan Baso Jambi, yang masih satu rumpun dengan [[Bahasa Melayu|bahasa melayu]] lainnya di nusantara yakni [[rumpun bahasa Austronesia]],. bahasaBahasa melayu jambi sendiri terkenal dengan dialek "O" nya mirip dengan [[Bahasa Palembang|Bahasa Melayu Palembang]] dan [[Bahasa Melayu Tengah|Bahasa Melayu Bengkulu]] yang sama-sama berdialek "O".
 
bahasa Jambi memiliki beberapa bahasa turunan seperti bahasa Melayu Kuala Tungkal (berakhiran e), [[bahasa Kubu]]/Rimba (Suku Anak Dalam) dan [[bahasa Kerinci]]. Bahasa-bahasa tersebut masih terbagi lagi atas berbagai dialek. Di kota [[Bangko, Merangin|Bangko]] sendiri terdapat beberapa dialek bahasa Bangko. Berbeda desa bisa berbeda dialek.
 
'''''Contoh kata dalam bahasa Melayu Jambi:'''''
Baris 134 ⟶ 140:
 
'''Apa''' (dalam Bahasa Indonesia) menjadi '''Apo''' (dalam Bahasa Melayu Jambi)
 
'''''Angka Dalam Bahasa Melayu Jambi:'''''
 
Satu = Sikok
 
Dua = Duo
 
Tiga = Tigo
 
Empat = Empat
 
Lima = Limo
 
Enam = Enam
 
Tujuh = Tojo
 
Delapan = Lapan
 
Sembilan = Sembilan
 
Sepuluh = Sepolo dan seterusnya
 
== Sistem Kekerabatan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kamponghoofden van 'Mandi Angin' in traditionele kleding Jambi Oost-Sumatra TMnr 10002781.jpg|jmpl|150px|Kepala Kampung di Mandiangin dengan pakaian adat Jambi, sekitar tahun (1914-1921)]]
Dalam kehidupan orang Melayu Jambi menjalankan prinsip bilateral dengan menempatkan faktor keluarga batih sebagai dasar perhitungan hubungan kekeluargaan. Mereka selalu memiliki hubungan kekerabatan dari pihak ibu maupun bapak.
 
Baris 165 ⟶ 150:
 
== Agama ==
Suku Melayu Jambi sudah memeluk agama [[Islam]], dan umumnya mengikuti [[Mazhab Syafi'i|mahzab]] [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]]. Dalam kehidupan sehari-hari masih ada kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]], dimana peranan dukun sebagai perantara dengan dunia gaib masih ditemukan bercampur baur dengan kepercayaan kepada makhluk jelmaan dunia gaib yang suka mengganggu manusia dan bisa pula dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
 
Orang Melayu Jambi yang mayoritas beragama [[Islam]]. Sebagian besar sangat taat dengadengan hidup. yang bersendikan kitabullah, . Artinyaartinya "segala ketentuan yang mengatur kehidupan dalam masyarakat berasal dari budaya nenek moyang dan bersumber dari ajaran-ajaran agama, yaitu [[Al-quran]] dan dan [[Hadits]]"
 
== Adat dan budaya ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Meisjes uit Sarolangun in bruidskleding te Jambi Sumatra TMnr 10002766.jpg|jmpl|150px|Anak-anak perempuan di Sarolangun memakai pakaian adat Jambi, sekitar tahun (1914-1921)]]
Tradisi adat dan budaya suku Melayu Jambi, selain didominasi oleh budaya [[Melayu]], mirip juga dengan budaya suku [[Orang Minangkabau|Minangkabau]]. Hal ini, kemungkinan antara suku Melayu Jambi dan suku [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] terjadi hubungan kekerabatan pada masa lalu, atau bersumber dari asal-usul dan nenek moyang yang sama.
 
== Mata pencaharian ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Schoonmaken van rubber op een vlot in Jambi TMnr 10012714.jpg|jmpl|Proses pembersihan karet di atas rakit di Jambi sekitar tahun (1920-1925)]]
Mata pencaharian mereka terutama bercocok tanam di ladang yang mereka bagi menjadi empat bentuk, yaitu '''Parelak''', '''Kabun Mudo''', '''Umo Rendah''' dan '''Talang'''.
 
* Parelak adalah ladang dekat desa yang ditanami cabe, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.
* Kabun Mudo adalah ladang yang ditanami tanaman muda, seperti pisang, kedelai dan kacang tanah.
 
Kabun* mudoUmo Rendah adalah ladang agak luas yang ditanami tanaman mudapadi, sepertidan di sekitarnya ditanami pisangjagung, kedelaisorgum, danketimun kacangdan tanahlain-lain.
* Sedangkan talangUmo Talang adalah ladang yang terletak jauh dari desa, terutama ditanami padi dan tanaman sampingankeras lainnya,seperti karet dan durian.
 
Umo rendah adalah ladang agak luas yang ditanami padi, dan di sekitarnya ditanami jagung, sorgum, ketimun dan lain-lain. Sedangkan umo
 
Sedangkan talang adalah ladang yang terletak jauh dari desa, terutama ditanami padi dan tanaman sampingan lainnya,
 
Selain bercocok tanam orang Melayu Jambi banyak juga yang bertani, nelayan, berdagang dan bekerja di sektor pemerintahan.
 
=== Catatan kaki ===
<references group="lower-alpha"/>
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{Reflist}}
 
Baris 198 ⟶ 183:
{{suku-stub}}
 
[[Kategori:Suku bangsa di IndonesiaSumatra]]
[[Kategori:Suku bangsa di Jambi]]