Tuan Guru Haji Ahmad: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) Menambahkan {{pp-sock}}(Tw) |
||
(64 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
<noinclude>{{pp-sock|small=yes}}</noinclude>'''Tuan Guru Haji Ahmad''' (lahir '''Ahmad Syafi'i'''; {{circa|1885}} – {{circa|1949}})
{{Infobox person
| name = Tuan Guru Haji Ahmad
| image = File:Portrait of Tuan Guru Haji Ahmad (colored version).jpg
| birth_date = {{birth year|1885}}▼
|
|
| birth_place = [[Kabupaten Kampar]], Hindia Belanda
| death_date = {{circa|1949}} (umur 63–64)
| death_place = [[Kota Bengkalis|Bengkalis]], [[Riau|Sumatera Tengah]], Indonesia
| nationality = [[Indonesia]]
| occupation = {{hlist|Ulama|guru|pedagang}}
| spouse = {{marriage|Rohimah|1899}} <br /> {{marriage|Khadijah|<!--unknown-->|1949}}
| children = 20
| relatives = [[Zakaria bin Muhammad Amin]] (menantu)
}}
== Biografi ==
Tuan Guru Haji Ahmad dilahirkan
Selama masa kecilnya, Ahmad menghabiskan waktunya dengan ikut berdagang bersama ayahnya.<ref name=":0" />
Pada tahun 1900, Ahmad datang ke [[Bengkalis, Bengkalis|Kota Bengkalis]], untuk berdagang bersama salah seorang temannya. Mereka menjual berbagai macam komoditas diantaranya buah-buahan, palawija, serta berbagai sayuran hasil perkebunan lainnya. Aktivitas perdagangan ini berlangsung hingga tahun 1914 sebelum Ahmad memutuskan untuk pindah ke [[Kedah]], [[Malaya Britania]], guna menempuh pendidikan di salah satu pesantren yang berada disana.▼
▲Pada tahun 1900, Ahmad datang ke [[Bengkalis, Bengkalis|Kota Bengkalis]], untuk berdagang bersama
Aktivitas perdagangan ini berlangsung hingga tahun 1914, sebelum kemudian Ahmad memutuskan untuk pindah ke [[Kedah]], [[Malaya Britania]], guna menempuh pendidikan di salah satu pesantren yang berada disana.<ref name=":0" />
Sepulangnya dari Mekah, ia memutuskan untuk menetap di [[Perak]], [[Malaya Britania]], selama kurang lebih sepuluh tahun. Selama tinggal di Perak, Ahmad berdakwah dengan berkeliling ke berbagai tempat, guna menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. ▼
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kedah selama tujuh tahun lamanya, Ahmad kemudian berangkat ke [[Mekah]] untuk menunaikan ibadah haji dengan menempuh perjalanan darat.<ref name=":0" />
Pada tahun 1934, Ahmad pulang kembali ke Bengkalis dan mendirikan sekolah agama yang menggunakan sistem pembelajaran [[Halaqoh]], di daerah Masjid Raya Parit Bangkong, Bengkalis. Selama berdirinya, sekolah tersebut berhasil mengajarkan berbagai macam ilmu dalam ajaran Islam kepada penduduk setempat, seperti [[Tafsir|Ilmu tafsir]], [[Fikih|Ilmu fikih]], [[Tauhid|Ilmu tauhid]], [[Ilmu nahwu|Nahwu shorof]], [[Sejarah Islam|Tarikh Islam]], dan sebagainya.▼
Selama masa perjalanannya, ia singgah ke beberapa negara untuk mencari biaya tambahan dan persediaan bahan makanannya.<ref name=":0" />
Setelah menunaikan ibadah haji, Ahmad kemudian memutuskan untuk tinggal di Mekah, selama tiga tahun, untuk belajar ilmu agama Islam dengan para ulama disana.<ref name=":0" />
Sepulangnya dari Mekah, ia memutuskan untuk menetap di [[Perak]], [[Malaya Britania]], selama kurang lebih sepuluh tahun.<ref name=":0" />
▲
Pada tahun 1934, Ahmad pulang kembali ke Bengkalis dan mendirikan sekolah agama yang menggunakan sistem pembelajaran Halaqoh, di daerah Masjid Raya Parit Bangkong.<ref name=":0" />
▲
[[File:Al Khairiyah old building.jpg|thumb|Bekas bangunan pesantren Al-Khairiyah di Desa Parit Bangkong, Kecamatan Bengkalis]]
Pada tahun 1937, Ahmad bersama [[Zakaria bin Muhammad Amin]] mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama Al-Khairiyah di daerah Parit Bangkong, Bengkalis.<ref name=":0" />
Pesantren tersebut merupakan pesantren pertama yang didirikan di [[Kabupaten Bengkalis]], Ahmad beserta beberapa orang muridnya kemudian mengajar di pesantren tersebut, aktivitas belajar mengajar itu berlangsung hingga tahun 1943 ketika penjajahan Jepang masuk ke Daerah Bengkalis, hingga kemudian terpaksa membuat Pesantren Al-Khairiyah ditutup untuk sementara waktu.<ref name=":0" />
Setelah penutupan paksa terhadap Pesantren Al-Khairiyah, Ahmad kemudian kembali berdakwah menyebarkan agama Islam kepada penduduk Bengkalis.<ref name=":0" /> Selama berdakwah, ia juga mendirikan sebuah masjid di daerah Desa Pangkalan Batang, yang diberi nama Masjid Al-Muttaqin.<ref name=":0" />
Setelah aktivitas belajar mengajar di Kota Bengkalis terhenti akibat pendudukan Jepang,<ref name=":0" /> banyak tokoh-tokoh pemuka agama yang kemudian meninggal karena dibunuh oleh Tentara Jepang, yang pada saat itu melarang adanya perkumpulan dan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan.<ref name=":0" />
Ahmad yang pada waktu itu merasa khawatir terhadap keselamatan keluarganya, kemudian mengajak keluarganya untuk pindah kembali ke Perak.<ref name=":0" />
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Ahmad kembali ke Bengkalis dan melanjutkan aktivitas berdakwahnya seperti biasa, Pesantren Al-Khairiyah yang sebelumnya ditutup kemudian dibuka kembali.<ref name=":0" />
== Kehidupan pribadi ==
[[File:House of Tuan Guru Haji Ahmad.jpg|thumb|Potret rumah berusia 200 tahun milik Tuan Guru Haji Ahmad yang berada di Desa Pangkalan Batang, Kecamatan Bengkalis]]
Ahmad menikah dengan seorang wanita bernama Rohimah yang merupakan putri dari Haji Sani, pada tahun 1899. Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 15 orang anak yaitu:
* Mariah binti Ahmad (1 Februari 1900 – 25 Desember 1955), menikah dengan [[Zakaria bin Muhammad Amin]] (Maret 1908 – 1 Januari 2006) pada tahun 1933, dan memiliki tujuh orang anak yaitu:
# Nashruddin Zakaria (10 April 1934 – 1 Januari 1999)<ref name=":0" />
# Aminah Zakaria (17 September 1938 – 15 Juli 2011)<ref name=":0" />
# Zaharah Zakaria (1 Februari 1942 – 29 Oktober 2007)<ref name=":0" />
# Ulfah Zakaria (lahir 14 April 1943)<ref name=":0" />
# Azra'ie Zakaria (31 Juli 1947 – 18 Juli 2019)<ref name=":0" />
# Hanim Zakaria (lahir 11 September 1950)<ref name=":0" />
# Syakrani Zakaria (lahir 23 November 1952)<ref name=":0" />
Lalu selama mengajar di [[Bengkalis, Bengkalis|Kota Bengkalis]], Ahmad menikah untuk yang kedua kalinya dengan seorang wanita bernama Khadijah binti Haji Sulaiman. Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai lima orang anak yaitu:
* A. Hamid Ahmad<ref name=":0" />
* Hasan Ahmad<ref name=":0" />
* Karim Ahmad, menikah, dan memiliki seorang putra yaitu:
# Erman Zaruddin Usman (lahir 25 Mei 1967)<ref name=":0" />
* Ahmad Idris<ref name=":0" />
== Kematian dan peninggalan ==
[[File:Grave of Tuan Guru Haji Ahmad.jpg|thumb|Makam Tuan Guru Haji Ahmad yang berada di Desa Pangkalan Batang, Kecamatan Bengkalis]]
Tuan Guru Haji Ahmad meninggal dunia di [[Kota Bengkalis|Bengkalis]], [[Riau|Sumatera Tengah]], pada sekitar {{circa|1949}} di dalam usia 64 tahun,<ref name=":0" /> jenazahnya kemudian dimakamkan di Desa Pangkalan Batang, Kecamatan Bengkalis.<ref name=":0" />
Pada tanggal 23 Oktober 2017, nama Tuan Guru Haji Ahmad diabadikan sebagai nama Gedung Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Bengkalis,<ref name=":1">{{Cite web|last=Suryaman|first=Babam|date=2017-10-23|editor-last=Sutrisno|editor-first=Adi|title=Siapakah Sosok Tuan Guru Haji Ahmad|url=https://diskominfotik.bengkaliskab.go.id/web/detailberita/7025/2017/10/23/siapakah-sosok-tuan-guru-haji-ahmad-|website=DISKOMINFOTIK Kabupaten Bengkalis|language=Indonesia|access-date=2022-06-28}}</ref> yang sebelumnya telah didirikan pada tanggal 11 Februari 2013.<ref name=":1" />
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Kelahiran 1885]]
[[Kategori:Kematian 1949]]
[[Kategori:Ulama Bengkalis]][[kategori:Ulama Kampar]]
|