Njoto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(13 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox officeholder
| honorific_prefix =
'''Lukman Njoto''' atau '''Nyoto''' ({{lahirmati|[[Jember]]|17|01|1927|[[Jakarta]]|13|12|1965}}) adalah seorang [[Menteri Negara]] pada masa pemerintahan [[Soekarno]]. Nyoto juga merupakan wakil Ketua CC [[PKI]] dan sangat dekat dengan [[Dipa Nusantara Aidit|D.N. Aidit]]. Nyoto menikah dengan salah satu keluarga [[ningrat]] [[Mangkunegaran]] [[Solo]] yang bernama Soetarni. Wanita [[priyayi]] ini tidak memiliki kegiatan politik apa pun dikarenakan dia adalah sosok yang begitu mementingkan anak-anaknya sampai tragedi [[1965]] meletus. Nyoto adalah Menteri Negara dan Wakil Ketua CC PKI sampai dia dihabisi, istri dan tujuh anaknya dijebloskan ke dalam tahanan di Kodim Jl. Setiabudi, [[Jakarta]].▼
| name = Njoto
| image = Njoto - Kabinet Dwikora.jpg
| alt =
| caption =
| office = Menteri Negara
| order =
| term_start = 2 September 1964
| term_end = 13 Desember 1965
| president = [[Soekarno]]
| predecessor =
| successor =
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date|df=y|1927|01|17}}
| birth_place = [[Kabupaten Jember|Jember]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|df=y|1965|12|13|1927|1|17}}
| death_place = [[Tanjung Priok, Jakarta Utara|Tanjung Priok]] atau [[Kota Bekasi|Bekasi]], [[Indonesia]]
| nationality = [[Indonesia]]
| alma_mater =
| occupation =
| spouse = Soetarni
| children = 7
| relations =
| father = Raden Sosro Hartono
| mother = Masalmah
| party = [[Partai Komunis Indonesia]]
}}
▲'''Lukman Njoto''' atau '''Nyoto''' ({{lahirmati|[[Jember]]|17|01|1927|[[Tanjung Priok, Jakarta Utara|Tanjung Priok]] atau [[Kota Bekasi|Bekasi]]|13|12|1965}}) adalah seorang [[Menteri Negara]] pada masa pemerintahan [[Soekarno]]. Nyoto juga merupakan wakil Ketua CC [[PKI]] dan sangat dekat dengan [[Dipa Nusantara Aidit|D.N. Aidit]] yang merupakan tokoh utama pengkhianatan G30S/PKI. Nyoto menikah dengan salah satu keluarga [[ningrat]] [[Mangkunegaran]] [[Solo]] yang bernama Soetarni. Wanita [[priyayi]] ini tidak memiliki kegiatan politik apa pun dikarenakan dia adalah sosok yang begitu mementingkan anak-anaknya sampai tragedi [[1965]] meletus. Nyoto adalah Menteri Negara dan Wakil Ketua CC PKI sampai dia dihabisi, istri dan tujuh anaknya dijebloskan ke dalam tahanan di Kodim Jl. Setiabudi, [[Jakarta]].
Pada tanggal [[11 Maret]] [[1966]] sepulangnya dari sidang kabinet Nyoto diculik oleh sekelompok orang yang tidak diketahui identitasnya dalam perjalanan pulang menuju rumahnya di Jl. Tirtayasa. Ada beberapa [[tapol]] yang pernah melihatnya di [[Rumah Tahanan|Rutan]] [[Salemba]] tetapi setelah itu mereka tidak melihat lagi karena kemudian terhembus kabar burung bahwa Nyoto sudah dieksekusi di salah satu [[kepulauan Seribu]] di [[Teluk Jakarta]].▼
▲Pada tanggal
==Biografi==
===Kehidupan awal ===
Njoto lahir pada 17 Januari 1927 di rumah kakeknya, Marjono, di [[Ledokombo, Jember|Ledokombo]], [[Kabupaten Jember|Jember]].{{efn|Mortimer menulis bahwa Njoto lahir pada tahun 1925 sedangkan tempat kelahirannya adalah
Setelah lulus dari sekolah, Njoto mendaftar di sekolah ''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]'' (MULO) di Jember. Akhirnya selama [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda|pendudukan Jepang]], sekolah tersebut dibubarkan. Ayah Njoto mengirimnya ke MULO lain di Solo.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=6}} Di kelas dua MULO, menurut teman sekelasnya Sabar Anantaguna, Njoto mengatakan bahwa dia harus pulang ke Jember, tetapi sebenarnya dia akan pergi ke Surabaya, di mana dia terlibat dalam pelucutan senjata [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|tentara kekaisaran Jepang]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=13}} Selama ini, Njoto bertemu pemimpin masa depan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] [[DN Aidit|D.N. Aidit]] dan [[M.H. Lukman]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=14}} Njoto juga terlibat dalam [[Pertempuran Surabaya]] melawan Inggris.{{sfn|Mortimer|2006|p=39}}
===Menjadi Petinggi PKI===
Selama [[Revolusi Nasional Indonesia]], sebagai wakil dari PKI cabang Banyuwangi, Njoto menjadi anggota [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP), sebuah badan yang ditunjuk untuk membantu presiden Indonesia yang baru merdeka. Saat itu Njoto tinggal di Hotel Merdeka, [[Jalan Malioboro|Malioboro]], [[Yogyakarta]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=13}} Pada bulan Maret 1947, setelah KNIP mengadakan rapat di [[Malang]], Aidit terpilih sebagai ketua fraksi PKI, sedangkan Njoto terpilih sebagai ketua Badan Pekerja KNIP.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=14}} Pada awal 1948, Njoto, Aidit, dan Lukman diperintahkan partai untuk menerjemahkan [[Manifesto Komunis]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=15}} Pada bulan Agustus 1948, Komite Pusat PKI terdiri dari Aidit dalam urusan pertanahan, Lukman dalam agitasi dan propaganda, dan Njoto dalam hubungannya dengan organisasi lain.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=15}} Sekitar waktu itu, pertengahan tahun 1948, Njoto juga menjadi anggota Politbiro.{{sfn|Hindley|1966 |p=24}} Pada tanggal 17 Agustus 1950, Njoto bersama Aidit, MS Ashar, dan A.S. Dharta mendirikan [[
Pada tanggal 7 Januari 1951, Njoto, bersama Aidit, [[Sudisman]], Alimin, dan Lukman dipilih menjadi anggota Politbiro oleh Komite Sentral.{{sfn|Hindley|1966|p=24}} Juga pada Januari 1951, Njoto, Pardede, Lukman, dan Aidit diangkat menjadi staf redaksi [[Bintang Merah]] (''Bintang Merah''), sebuah makalah yang diterbitkan pertama kali pada 15 Agustus 1950.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010| p=17}}{{sfn|Hindley|1966|p=25}} Pada bulan Juli 1951, PKI menunjuk Njoto untuk mengawasi isi surat kabar PKI ''[[Harian Rakjat]]'' (''Harian Rakyat'').{{sfn|Hindley|1966|p=67}} Pada bulan Agustus 1951, pemerintah melakukan penggeledahan dan menangkap para pemimpin PKI karena khawatir akan terulangnya [[Peristiwa Madiun]] tahun 1948. Namun, Njoto, Lukman, dan Aidit berhasil menghindari penangkapan dan bersembunyi, tidak muncul di depan umum selama beberapa bulan.{{sfn|Hindley|1966|pp=53-54}} Setelah pertemuan Komite Sentral pada Oktober 1953, ketiganya menjadi pemimpin partai: Aidit sebagai sekretaris jenderal, dengan Lukman dan Njoto masing-masing sebagai wakil pertama dan kedua Aidit.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=17}}{{sfn|Hindley|1966|p=64 }} Njoto bertanggung jawab atas agitasi dan propaganda.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=18}} Pada tahun 1953, Njoto mengambil alih kepemimpinan ''Harian Rakjat'', menggantikan sang pendiri [[Siauw Giok Tjhan]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=43}} Dalam ''Harian Rakjat'' dia menulis dengan nama pena Iramani, dan menggunakan lebih lembut dan lebih puitis daripada tulisannya yang lebih tajam di ''Bintang Merah''.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=18}} Njoto juga diangkat menjadi [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] pada tahun 1954, menggantikan ayah Aidit yang mengundurkan diri Abdullah Aidit.<ref>{{cite book |title=Seperempat abad Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia |date=1970 |publisher=Dewan Perwakilan Rakjat |page=590 |url=https://www.google.com/books/edition/Seperempat_abad_Dewan_Perwakilan_Rakjat/ OO4jAAAAMAAJ |language=id}}</ref>
Baris 20 ⟶ 48:
Pada bulan Maret 1962, Njoto dan Aidit diangkat menjadi menteri tanpa tanggung jawab khusus, hanya peran koordinasi atau penasehat.{{sfn|Mortimer|2006|p=126}}{{sfn|Roosa|2006|p=207}} Menurut PKI laporan terbitan 14 April 1964, Njoto menghadiri rapat akbar petani di Klaten. Ia menyatakan bahwa hukum land reform hanya dapat dicapai dengan tindakan rakyat dan pemerintahan yang patriotik dan demokratis.{{sfn|Mortimer|2006|pp=309-310}} Setelah [[Soekarno]] diangkat sebagai presiden seumur hidup oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat#MPRS|Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)]], pada bulan September 1964, Njoto diangkat sebagai menteri negara di [[Kabinet Dwikora]] yang bertanggung jawab untuk pengawasan reformasi tanah.{{sfn|Zulkifli| Hidayat|2010|p=47}}{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=52}}{{sfn|Mortimer|2006|p=126}}
Antara tahun 1963 dan 1964, Njoto melakukan perjalanan ke [[Uni Soviet]] beberapa kali untuk menjalin hubungan antara PKI dan [[Partai Komunis Uni Soviet]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=28}} Ia didampingi Rita, mahasiswa sastra Indonesia di [[Moskow]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=28}} Menurut Soetarni, istri Njoto, Rita adalah penerjemah antara [[Bahasa Indonesia]] dan [[
Pada April 1964, Njoto menggunakan istilah "Soekarnoisme" dalam pidatonya di [[Palembang]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|pp=38-39}} PKI, khususnya Aidit, menganggap Njoto mengkhianati komunisme dengan menggunakan istilah ini.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=39}} Njoto kemudian digantikan sebagai Ketua Agitasi dan Propaganda oleh Oloan Hutapea, meskipun alasan sebenarnya adalah perselingkuhan antara Njoto dan Rita.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|pp=39-40}}{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=48}}
Baris 31 ⟶ 59:
Sekitar satu minggu sebelum 17 Agustus 1965, Njoto berada di [[Amsterdam]] merundingkan kontrak dengan [[Fokker]] antara kedua negara.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=36}} Ia kemudian pergi ke Moskow bersama Aidit untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Partai Komunis.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=37}} Setelah diberitahu oleh Menteri Luar Negeri [[Subandrio]] pada tanggal 31 Juli bahwa Sukarno sedang mencarinya, Njoto kembali ke Indonesia pada 9 Agustus.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=37}}{{sfn|Crouch|2007|p=109}} Aidit berbicara dengan dokter Tiongkok dan Njoto tentang kesehatan Presiden pada 8 dan 10 Agustus masing-masing. Dia mengklaim Sukarno akan mati atau akan segera keluar dari tindakan.{{sfn|Crouch|2007|pp=109-110}}
Pada tanggal 28 September 1965, Njoto melakukan perjalanan ke [[Sumatera]] bersama Subandrio.{{sfn|Fic|2004|p=140}} Ketika [[Gerakan 30 September]] dimulai, mereka masih di [[Medan]] untuk membentuk sebuah cabang Dewan Revolusi lokal.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=23}}{{sfn|Fic|2004|p=193}} Pada tanggal 2 Oktober 1965, Njoto setelah kembali dari Medan, meninggalkan rumahnya di Menteng bersama Soetarni dan anak-anaknya.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=52}} Ia menyembunyikan keluarganya di rumah rekannya di [[Kebayoran Baru|Kebayoran]].{{sfn|Zulkifli |Hidayat|2010|p=52}} MH Lukman mengklaim bahwa pada malam 5 Oktober beberapa pemimpin PKI termasuk Njoto dan Lukman sendiri, kecuali Aidit, mengadakan pertemuan di rumah Isak untuk berkoordinasi sebelum rapat kabinet khusus di [[Bogor]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat| 2010|pp=53,55}} Wartawan ''Harian Rakjat'' Amarzan Ismail Hamid menyatakan bahwa pada pagi hari tanggal 6 Oktober, Njoto dan Lukman membahas pertemuan sebelumnya: jika pertemuan berjalan buruk, keduanya akan pergi ke [[Bandung
Njoto diwawancarai oleh ''[[Asahi Shimbun]]'' di Jakarta pada 2 Desember 1965 dan menyatakan bahwa dia tidak tahu tentang pembunuhan enam jenderal.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=23}} Menurut kepada John Roosa, sejarawan [[University of British Columbia]], dalam ''Dalih untuk Pembunuhan Massal'', Njoto tidak diundang oleh Aidit ke pertemuan Politbiro.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=24 }} Menurut Iskandar Subekti yang dikutip Roosa, Aidit menilai Njoto lebih ke Sukarnois daripada komunis.{{sfn|Roosa|2006|p=150}} Sementara itu, catatan lain menyebutkan bahwa Njoto lebih dekat dengan Uni Soviet daripada ke [[China]], yang merupakan pelindung Aidit.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|pp=24-25}}
Baris 37 ⟶ 65:
Menurut Sarbi Moehadi, mantan ketua Lekra Pekalongan, beberapa bulan setelah gerakan, Njoto memimpin rapat di [[Slawi]], tetapi Amarzan menolak klaim tersebut karena Jakarta lebih aman daripada tempat lain dan Njoto tidak pernah pindah dari Jakarta.{{ sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=55}}
Ada beberapa versi penangkapan Njoto. Menurut Amarzan, Njoto ditangkap di Tosari, [[Menteng]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=56}} Menurut Irina Dayasih, Njoto ditangkap dalam perjalanan dari Kementerian Negara kantor sekitar Desember 1965.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=56}} Menurut Iramani, Njoto ditembak mati di [[Tanjung Priok, Jakarta
==Politik dan ideologi==
Selama di MULO, Njoto membaca buku-buku komunis karya [[Karl Marx]], [[Stalin]], dan [[Lenin]].{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=12}} Menurut [[
Iwan Simatupang menyatakan bahwa Njoto adalah "sombong intelektual dan filosofis."{{efn|Original: "...sok intelek dan sok filosofis."}}{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=47}} Simatupang menyatakan bahwa Njoto memiliki pengaruh yang lebih besar daripada Lukman dan Aidit.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=47}} Beberapa artis, katanya, seperti Rivai Apin, [[Basuki Resobowo]], dan [[Henk Ngantung|Henk Ngantunk]] dekat dengan komunisme karena Njoto.{{sfn|Zulkifli|Hidayat|2010|p=47}}
Baris 53 ⟶ 81:
==Catatan==
{{Notelist}}
== Referensi ==
===Kutipan===
=== Sumber ===
* {{cite book |last=Crouch |first=Harold |title=The Army and Politics in Indonesia |url=https://archive.org/details/armypoliticsinin0000crou_x6h9 |edition=reprint & revised |publisher=Equinox Publishing |year=2007 |location= |isbn=9789793780504 |ref=harv}}▼
▲{{refbegin|30em}}
▲* {{cite book |last=Crouch |first=Harold |title=The Army and Politics in Indonesia |edition=reprint & revised |publisher=Equinox Publishing |year=2007 |location= |isbn=9789793780504 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Fic |first=Victor M. |title=Anatomy of the Jakarta Coup, October 1, 1965: The Collusion with China which Destroyed the Army Command, President Sukarno and the Communist Party of Indonesia |edition= |publisher=Abhinav Publications |year=2004 |location=[[New Delhi]] |isbn=9788170174233 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Hindley |first=Donald |title=The Communist Party of Indonesia: 1951-1963 |edition= |publisher=University of California Press |year=1966 |location= |isbn= |ref=harv}}
Baris 65 ⟶ 92:
* {{cite book |last=Mortimer |first=Rex| title=Indonesian Communism Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959-1965 |edition=reprint |publisher=Equinox |year=2006 |location=[[Jakarta]]|isbn=9789793780290 |ref=harv}}
* {{cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|title=A History of Modern Indonesia since c.1300, Second Edition|publisher=Stanford University Press|year=1993|isbn=978-0804721950 |ref=harv}}
* {{cite book|last=Roosa |first=John |title=Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia |url=https://archive.org/details/pretextformassmu0000roos |publisher=University of Wisconsin Press |year=2006 |isbn=9780299220334 |ref=harv}}
* {{cite book |editor-last1=Zulkifli |editor-first1=Arif |editor-last2=Hidayat |editor-first2=Bagja |title=Njoto, Peniup Saksofon di Tengah Prahara |series=Seri Buku Tempo |publisher=[[Gramedia|Kepustakaan Populer Gramedia]]|year=2010 |location=[[Jakarta]]|isbn=9789799109200 |ref=harv}}
{{refend}}
<references />▼
[[Kategori:Tokoh Indonesia yang dieksekusi]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Ledokombo]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
Baris 78 ⟶ 108:
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia]]
▲<references />
|