Suku Dayak Ngaju: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Penambahan Stub [fix].
 
(40 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|group = Suku Dayak Ngaju
|image = [[Berkas:Dayak_Ngaju_Warrior_by_WDayak Ngaju Warrior by W.T._Gordon_1857 Gordon 1857.jpg|jmpl|250px|Profil Dayak Ngaju 1857]]
|poptime = kurang lebih '''600.000 Jiwa'''.
|popplace = [[Kalimantan Tengah]]: '''590.000 (2010)'''.<ref>Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000</ref>
|langs = [[bahasa Ngaju|Ngaju]], [[bahasa Bakumpai|Bakumpai]], [[Banjar]], [[Indonesia]]
|rels = {{•}}[[KristenBerkas:Christian cross.svg|12px]] Kristen ([[KatolikProtestan]] dan [[ProtestanKatolik]]), <br>{{•}}[[IslamBerkas:Batang Garing 1.jpeg|15px]], [[Kaharingan]]<br>{{•}}[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]]
|related = [[Dayak]] ([[suku Dayak Ot Danum|Ot Danum]], [[suku Dayak Bakumpai|Bakumpai]], [[suku Dayak Maanyan|Maanyan]], [[Suku Dayak Meratus]], [[suku Dayak Lawangan|Lawangan]], [[suku Dayak Dusun|Dusun]]), [[Banjar]]
}}
 
'''Suku Dayak Ngaju (Biaju)''' adalah suku asli di [[Kalimantan Tengah]]. Suku ngajuNgaju merupakan sub etnis dayak[[Suku Dayak|Dayak]] terbesar di Kalimantan tengahTengah yang persebarannya cukup luas dan utamanya terkonsentrasi di daerah [[Kota Palangka Raya]], [[Kabupaten Pulang Pisau]], [[Kabupaten Gunung Mas]], [[Kabupaten Kapuas]] dan di kabupaten lainnya di seluruh wilayah kalimantanKalimantan tengahTengah dapat ditemui suku Ngaju. Suku Ngaju secara administratif merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 27,3% dari penduduk Kalimantan Tengah, sebelumnyanamun suku Ngaju tergabungdigabung ke dalam suku Dayak dalam sensus 1930. Di Kalimantan tengah suku ngaju sebagian besar berprofesi sebagai peladang, pekebun, peternak, penambang emas dan pasir zirkon, Penginjil/Pendeta, Perawat, Dokter, Guru, pegawai pemerintah, pegawai swasta dan bidang birokrasi lainnya2010.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=oLVTKSefAtIC&lpg=PA173&dq=suku%20sampit&pg=PA174#v=onepage&q=suku%20sampit&f=true {{id}} Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: demografi-politik pasca-Soeharto, Yayasan Obor Indonesia, 2007, ISBN 979-799-083-4, 9789797990831]</ref>
 
Berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan oleh [[Badan Pusat Statistik]] RI pada tahun 2000, orang Ngaju (Dayak Ngaju) berjumlah 324.504 jiwa atau 0,16 % dari penduduk Indonesia pada saat itu. Pada sensus tahun 2000 tersebut Dayak Ngaju disensus secara terpisah dengan [[Suku Dayak Katingan]] dan [[Suku Dayak Bakumpai]].
 
== Etimologis ==
Ngaju berarti udik atau hulu.<ref><span lang="id-ID" style="font-size:11.0pt;line-height:
IN115%;msofont-bidi-languagefamily:AR-SA" lang="id">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. [[Manaser Panatau Tatu Hiang]].</span></ref> Suku Ngaju kebanyakan mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan bahkan ada pula yang mendiami daerah Kalimantan Selatan.
115%;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-ansi-language:#0021;mso-fareast-language:
IN;mso-bidi-language:AR-SA" lang="id-ID">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. [[Manaser Panatau Tatu Hiang]].</span></ref> Suku Ngaju kebanyakan mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan bahkan ada pula yang mendiami daerah Kalimantan Selatan.
 
Orang Dayak Ngaju yang kita kenal sekarang, dalam literatur-literatur pada masa-masa awal disebut dengan Biaju. Terminologi Biaju dipakai untuk menyebut nama sekelompok masyarakat, sungai, wilayah dan pola hidup (Ras 1968: 336). Menurut [[Hikayat Banjar]], [[Sungai Kahayan]] dan Kapuas sekarang ini disebut dengan nama sungai Biaju yaitu Batang Biaju Basar, dan Batang Biaju Kecil. Orang yang mendiaminya disebut Orang [[Biaju Besar]] dan Orang [[Biaju Kecil]]. Sedangkan sungai Murong (Kapuas-Murong) sekarang ini disebut dengan nama Batang Petak (lihat Ras 1968: 314). Pulau Petak yang merupakan tempat tinggal orang Ngaju disebut Biaju (Ras 1968: 408, 449).<ref name="Biaju, Ngaju dan Dayak Ngaju">[http://markomahin.blogspot.com/2013/03/biaju-ngaju-dan-dayak-ngaju-orang-dayak.html Biaju, Ngaju dan Dayak Ngaju], Marko Mahin</ref>
 
Terminologi Biaju tidaklah berasal dari orang Dayak Ngaju tetapi berasal dari bahasa orang Bakumpai yang secara ontologis merupakan bentuk kolokial dari '''bi''' dan '''aju''' yang artinya ”dari hulu” atau ”dari udik”. Karena itu, di wilayah aliran sungai Barito, dimana banyak orang Bakumpai, orang Dayak Ngaju
disebut dengan Biaju (lihat Schärer 1963: 1), yang artinya orang yang berdiam di dan dari bagian hulu sungai (Riwut 1958: 208). Di kemudian hari, istilah ini dipungut begitu saja oleh orang Banjar untuk menyebut semua orang pedalaman hulu sungai yang tidak beragama Islam. Istilah ini kemudian diperkenalkan kepada para pedagang dari Cina, Inggris, Portugis yang berlabuh di pelabuhan Banjarmasin. Karena itu dalam catatan pelayaran para pedagang Cina, Portugis dan Inggris dapat ditemukan kata Biaju yang merujuk pada suku di pedalaman yang bukan orang Banjar dan tidak beragama Islam (Groeneveldt 1880, Beckman 1718).<ref>[http://markomahin.blogspot.com/2013/03/biaju-ngaju-dan-dayak-ngaju-orang-dayak.html name="Biaju, Ngaju dan Dayak Ngaju], Marko Mahin<"/ref>
 
Menurut '''Afdeeling Dajaklandeen''' (Afdeling Tanah-tanah Dayak 1898-1902)<ref>{{en}} (2009){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1902.html?zoomview=1|title=Administrative divisions in Dutch Borneo, 1902|publisher=Robert Cribb|date=|work=Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=1 August 2011|archive-date=2012-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20120505054114/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1902.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref><ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneosubdist1902.html?zoomview=1|title=Administrative divisions in Dutch and British Borneo, 1902|publisher=Robert Cribb|date=|work=Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=1 August 2011|archive-date=2012-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20120505052801/http://www.indonesianhistory.info/map/borneosubdist1902.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref> atau '''Tanah Biaju''' (sebelum 1826) adalah bekas sebuah afdeling dalam Karesidenan Selatan dan Timur Borneo yang ditetapkan dalam Staatblad tahun 1898 no.178.
Baris 43 ⟶ 41:
 
Berdasarkan rumpun bahasa, suku Dayak Ngaju (Biaju) terbagi menjadi<ref>{{en}} [http://epress.anu.edu.au/austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04.html Chapter 4. Borneo as a Cross-Roads for Comparative Austronesian Linguistics]</ref>
* [[Suku Dayak Ngaju]] (Ngaju Kapuas)
* [[Suku Dayak Kahayan]] (Ngaju Kahayan)
* [[Suku Dayak Katingan]] (Ngaju Katingan)
Baris 49 ⟶ 47:
* [[Suku Dayak Bakumpai]] (Kalimantan Selatan)
* [[Suku Dayak Mengkatip]] (Kalimantan Tengah)
* [[Suku Dayak Sampit]]<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Suku_Dayak_Sampit</ref>
* [[Suku Dayak Berangas]] (Kalimantan Selatan), tahun 2010 dinyatakan punah beserta bahasanya karena melebur ke dalam ''mainstream'' [[suku Banjar|Orang Banjar Kuala]]
* [[Suku Dayak Beraki (Bara-ki)]] (sudah punah)<ref>{{id icon}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=sU4OAQAAMAAJ&q=DAYAK+BERAKI&dq=DAYAK+BERAKI&hl=id&ei=kiy5TZm1BsmrrAeAuuncBA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDoQ6AEwAA|title=Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia|volume= 1|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year= 1995|first=M. J.|last=Melalatoa}}</ref>
Baris 54 ⟶ 53:
== Asal Mula<ref><span class="reference-text"><span style="font-size:11.0pt;line-height: 115%;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-ansi-language:#0021;mso-fareast-language: IN;mso-bidi-language:AR-SA" lang="id-ID">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. Manaser Panatau Tatu Hiang.</span></span></ref> ==
 
Menurut Tetek Tatum/kepercayaan leluhur Dayak yaitu agama [[Kaharingan]], leluhur orang Dayak Ngaju merupakan ciptaan langsung Ranying Hatalla Langit, yang ditugaskan untuk menjaga bumi dan isinya agar tidak rusak. Dan Leluhur Dayak Ngaju diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan Palangka Bulau (Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan Ancak atau Kalangkang) diturunkan dari langit ke dalam dunia ini di empat tempat berturut-turut melalui Palangka Bulau, yaitu:<ref>Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. Manaser Panatau Tatu Hiang.</ref>
 
# '''[[Tantan Puruk Pamatuan]]''' di perhuluan [[Sungai Kahayan]] dan [[sungai Barito]], [[Kalimantan Tengah]], maka inilah seorang manusia yang pertama yang menjadi datuknya orang-[[orang Dayak]] yang diturunkan di '''Tantan Puruk Pamatuan''', yang diberi nama oleh '''Ranying Hatalla''' (Tuhan YME): '''Antang Bajela Bulau''' atau '''Tunggul Garing Janjahunan Laut'''. Dari Antang Bajela Bulau maka terciptalah dua orang laki-laki yang gagah perkasa yang menteng ureh mamut bernama '''Lambung''' atau '''Maharaja Bunu''' dan '''Lanting''' atau '''Maharaja Sangen'''.
Menurut Tetek Tatum leluhur orang Dayak Ngaju merupakan ciptaan langsung Ranying Hatalla Langit, yang ditugaskan untuk menjaga bumi dan isinya agar tidak rusak. Dan Leluhur Dayak Ngaju diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan Palangka Bulau (Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan Ancak atau Kalangkang) diturunkan dari langit ke dalam dunia ini di empat tempat berturut-turut melalui Palangka Bulau, yaitu:<ref>Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. Manaser Panatau Tatu Hiang.</ref>
# '''[[Tantan Puruk Pamatuan]]''' di perhuluan [[Sungai Kahayan]] dan [[sungai Barito]], [[Kalimantan Tengah]], maka inilah seorang manusia yang pertama yang menjadi datuknya orang-[[orang Dayak]] yang diturunkan di '''Tantan Puruk Pamatuan''', yang diberi nama oleh '''Ranying''' (Tuhan YME): '''Antang Bajela Bulau''' atau '''Tunggul Garing Janjahunan Laut'''. Dari Antang Bajela Bulau maka terciptalah dua orang laki-laki yang gagah perkasa yang menteng ureh mamut bernama '''Lambung''' atau '''Maharaja Bunu''' dan '''Lanting''' atau '''Maharaja Sangen'''.
# '''[[Tantan Liang Mangan Puruk Kaminting]]''' (Bukit Kaminting), [[Kalimantan Tengah]] oleh '''Ranying''' (Tuhan YME) terciptalah seorang yang maha sakti, bernama '''Kerangkang Amban Penyang''' atau '''Maharaja Sangiang'''.
# '''[[Datah Takasiang]]''', perhuluan [[sungai Rakaui]] ([[Sungai Malahui]], [[Kalimantan Barat]], oleh '''Ranying''' (Tuhan YME) terciptalah 4 orang manusia, satu laki-laki dan tiga perempuan, yang laki-laki bernama '''Litih''' atau '''Tiung Layang Raca Memegang Jalan Tarusan Bulan Raca Jagan Pukung Pahewan''', yang seketika itu juga menjelma menjadi '''Jata''' dan tinggal di dalam tanah di negeri yang bernama '''Tumbang Danum Dohong'''. Ketiga puteri tadi bernama '''Kamulung Tenek Bulau''', '''Kameloh Buwooy Bulau''', '''Nyai Lentar Katinei Bulau'''.
# '''[[Puruk Kambang, Tanah Siang Selatan, Murung Raya|Puruk Kambang]]''' [[Tanah Siang, Murung Raya|Tanah Siang]] (perhuluan [[Sungai Barito]], [[Kalimantan Tengah]] oleh '''Ranying''' (Tuhan YME) terciptalah seorang puteri bernama '''Sikan''' atau '''Nyai Sikan''' di Tantan Puruk Kambang Tanah Siang Hulu Barito.
 
== Kepercayaan & Kebudayaan<ref><span class="reference-text"><span style="font-size:11.0pt;line-height: 115%;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-ansi-language:#0021;mso-fareast-language: IN;mso-bidi-language:AR-SA" lang="id-ID">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. Manaser Panatau Tatu </span></span>Hiang.</ref> ==
'''[[Kaharingan]]''' adalah [[kepercayaanagama]] tradisionalasli [[suku Dayak]] di Pulau [[Kalimantan Tengah]],. Agama Kaharingan sudah ada ketikasebelum agama lainlainnya belummasuk memasukike Kalimantan. Agama [[Kaharingan]] mempunyai simbol tersendiri yakni [[Batang Garing]] yang berarti pohon kehidupan. Simbol Batang Garing ini sudah tidak asing bagi masyarakat Dayak karena sering dijumpai pada banyak bangunan di [[Kalimantan Tengah]].<ref name="Politik dan postkolonialitas di Indonesia">{{en}} {{cite book|last=Susanto|first=A. Budi|year=2003|title=''[http://books.google.co.id/books?id=hl-5ZE620VIC&lpg=PA264&dq=kayu%20tangi&pg=PA262#v=onepage&q=kayu%20tangi&f=false Politik dan postkolonialitas di Indonesia]''|publisher=Kanisius|isbn=9789792108507|coauthors=}}ISBN 979-21-0850-5</ref> <ref>[http://books.google.co.id/books?id=kFqf1tqosvAC&lpg=PR37&dq=kaharingan&pg=PR37#v=onepage&q=kaharingan&f=true {{id}} Fr. Wahono Nitiprawiro, Moh. Sholeh Isre, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), Teologi pembebasan: sejarah, metode, praksis, dan isinya, PT LKiS Pelangi Aksara, 2000 ISBN 979-8966-85-6, 9789798966859]</ref> Istilah Kaharingan artinya tumbuh atau hidup, sepertijuga dalamdikenal dengan istilah ''danum kaharingan'' (air kehidupan),<ref>[http://books.google.co.id/books?id=rTiifZ-SlaEC&lpg=PA139&dq=kaharingan&pg=PA139#v=onepage&q=kaharingan&f=true {{id}} Fridolin Ukur, Tuaiannya sungguh banyak: sejarah Gereja Kalimantan Evanggelis sejak tahun 1835, BPK Gunung Mulia, 2000 ISBN 979-9290-58-9, 9789799290588]</ref> maksudnyayang artinya agama sukuKaharingan atauini kepercayaanakan terhadapterus [[Tuhanada Yangbagai Mahaair Esa]]yang (''Ranying'')mengalir, yang hidup dan tumbuh secara turun temurun dan dihayati oleh masyarakat Dayak di Kalimantan. PemerintahTuhan [[Indonesia]]Yang mewajibkanMaha pendudukEsa dandalam warganegara untuk menganut salah satu [[agama]] yangKaharingan diakuidisebut oleh''Ranying pemerintahHatalla''. RepublikSuku Indonesia.Dayak OlehNgaju sebabpernah itu,mempunyai kepercayaanperadaban Kaharingan danpada religizaman sukudulu, yangyaitu lainnyapada sepertizaman [[Tollotang]]Kerajaan (HinduTanjung Tollotang)Pematang pada [[suku BugisSawang]], dimasukkan dalamdengan kategoriratunya [[agama]]Nyai [[HinduUndang]] sejak 20 April 1980,<ref>[{{Cite web|title={{id}} A. BudiBanyak Susanto,monumen Masihkahatau Indonesia,tempat Kanisius,di 2007Kalimantan ISBNTengah 979-21-1657-5,di 9789792116571|url=http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA244&dq=kaharingan&pg=PA244#v=onepage&q=kaharingan&f=true|archive-url=https://web.archive.org/web/20140219181626/http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA244&dq=kaharingan&pg=PA244#v=onepage&q=kaharingan&f=true|archive-date=2014-02-19|dead-url=yes|access-date=2014-02-01}}masa {{id}}sekarang A.yang Buditerinspirasi Susanto,dari Masihkahsejarah Indonesia,Kerajaan Kanisius,bercorak 2007agama ISBNKaharingan 979-21-1657-5ini, 9789792116571]</ref>seperti mengingatnama adanya"''Tambun persamaanBungai''" dalamyang penggunaandiabadikan saranasebagai kehidupanjulukan dalamprovinsi melaksanakanKalimantan ritualTengah untukdan korbansebagai (sesaji)nama yangperguruan dalamtinggi, agama Hindu disebutlalu "''[[Yadnya]]Sanaman Mantikei''." Jadijuga mempunyaidiabadikan tujuansebagai yangnama samalapangan, untukstadion mencapaidan [[Tuhannama Yangkecamatan, Mahaserta Esa]],masih hanyaada berbedanama kemasannya.tokoh Tuhanlainnya Yangdi MahaKerajaan EsaTanjung dalamPematang istilahSawang agamayang Kaharingandijadikan disebutnama ''Ranying''tugu di Kalimantan Tengah.
 
Agama Kaharingan inidiperkenalkan pertamakepada kali diperkenalkanpublik oleh [[Tjilik Riwut]] pada tahun 1944, saat ia menjabat Residen [[Sampit]] yang berkedudukan di [[Banjarmasin]]. Tahun 1945, pendudukan [[Jepang]] mengajukan [[Kaharingan]] sebagai penyebutansalah satu agama Dayakresmi negara Indonesia, namun ditolak oleh pemerintah [[Indonesia]] dengan alasan umat [[Kaharingan]] belum tersebar di setiap pulau/daerah berdasarkan sensus penduduk di Indonesia. SementaraPemerintah [[Indonesia]] menganggap Kaharingan hanya bersumber dari tradisi [[Suku Dayak]] saja, sehingga Kaharingan tidak dianggap sebagai agama pada masasaat Ordeitu. BaruSeiring bergantinya jaman, penganut Kaharingan mengalami banyak hambatan saat ingin menempuh pendidikan yang layak, susah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), maupun sulit terlibat dalam Politik akibat terkendala oleh syarat yang mengharuskan masyarakat untuk menganut Agama yang resmi diakui oleh Negara [[Indonesia]]. Oleh sebab itu para penganutnyapenganut Kaharingan berintegrasi dengan Hindu, menjadi [[Hindu]] [[Kaharingan]] pada masa orde baru, tepatnya pada 20 April 1980. Pemilihan integrasi ke Hindu ini bukan hanya karena kesamaan ritualnya., Tapinamun dikarenakanjuga karena Hindu adalahmerupakan salah satu agama tertua di Kalimantan. Integrasi ke dalam Agama Hindu dengan bukti stempel darah dari tokoh adat dan budaya Dayak dalam surat integrasi ke Agama Hindu.
 
Lambat laun,Umat Kaharingan di [[Kalimantan Tengah]] mempunyai tempat ibadah yang dinamakan ''[[Balai Basarah]]'' atau ''Balai Kaharingan''. Kitab suci agama mereka adalah ''[[Panaturan]]'' dan buku-buku agama lain, seperti ''[[Kandayu]]'', ''Talatah Basarah'' (Kumpulan Doa), ''Tawar'' (petunjuk tatacara meminta pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras), dan sebagainya.
 
Tetapi di [[Malaysia Timur]] ([[Sarawak]] dan [[Sabah]]), tampaknya kepercayaan Dayak ini tidak diakui sebagai bagian umat beragama [[Hindu]], jadi dianggap sebagai masyarakat yang belum menganut suatu agama apapun saat itu. Kini seluruh penganut [[Kaharingan]] di [[Sabah]] dan [[Sarawak]] sudah berpindah agama ke [[Kristen]] dan [[Katolik]]. Penganut agama Kaharingan di [[Kalimantan Barat]] juga semakin berkurang seiring dengan penyebaran agama Kristen Protestan di Kalimantan yang dimulai pada tahun 1830-an. Diperkuat juga dengan Katolikisasi di Kalimantan Barat yang ditandai dengan kedatangan 3.000 guru sekolah dasar (SD) yang juga merupakan Pegawai Negeri Sipil dari [[Nusa Tenggara Timur]]. Kedatangan PNS ini difasilitasi oleh Gubernur [[Kalimantan Barat]] yakni Brigjen TNI [[Kadarusno]] dan Kodam XII/Tanjungpura yang tujuannya mewajibkan kalangan [[Suku Ot Danum]] untuk mengikuti agama resmi yang mereka anut yakni Katolik. Gubernur Kalimantan Barat saat itu beralasan Pemerintah [[Indonesia]] tidak mengakui Kaharingan sebagai agama resmi sehingga masyarakat Ot Danum akan sulit mendapat pekerjaan jika masih menganut Kaharingan, dan akhirnya masyarakat Ot Danum berpindah keyakinan ke Katolik. Kegiatan khusus ini terealisasi pada periode 1978 – 1982. Inilah penyebab mayoritas Suku Dayak [[Ut Danum]] di [[Kalimantan Barat]] beragama [[Katolik]].
Tetapi di [[Malaysia Timur]] ([[Sarawak]] dan [[Sabah]]), tampaknya kepercayaan Dayak ini tidak diakui sebagai bagian umat beragama [[Hindu]], jadi dianggap sebagai masyarakat yang belum menganut suatu agama apapun. Pada tanggal 20 April 1980 Kaharingan dimasukan ke dalam agama Hindu Kaharingan.<ref name="Masihkah Indonesia">{{id}}{{cite book|last=Susanto|first=A. Budi|year=2007|url=http://books.google.com/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA224&dq=kahayan&hl=id&pg=PA244#v=onepage&q=kahayan&f=false|title=Masihkah Indonesia|publisher=Kanisius|isbn=9792116575}}ISBN 978-979-21-1657-1</ref> Organisasi alim ulama Hindu Kaharingan adalah [[Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan]] (MBAHK) yang pusatnya di [[Kota Palangka Raya]], [[Kalimantan Tengah]].
 
Orang Dayak Ngaju terkenal dengan kemampuan spiritualnya yang luar biasa. Salah satu kemampuan spiritual itu adalah apa yang mereka sebut Manajah Antang (burung Elang), yaitu memanggil burung Elang agar dapat memberi petunjuk untuk berperang atau ingin mengetahui keadaan seseorang. Mereka meyakini burung yang datang adalah suruhan leluhur mereka, dan mereka meyakini petunjuk apapun yang diberikan oleh burung Elang adalah benar.
 
Upacara tiwah, yaitu proses mengantarkan arwah (liau) sanak kerabat atau leluhur yang sudah meninggal ke surga atau Lewu Tatau Habaras Bulau Hagusung Intan Dia Rumpang Tulang, yaitu sebuah tempat yang kekal atau abadi. OrangPenganut Dayakagama NgajuKaharingan meyakini leluhur akan senang dan bahagia jika arwah mereka sudah diantarkan. Mereka juga meyakini bahwa sebelum dilaksanakan upacara tiwah, roh leluhur dianggap belum masuk surga.
 
Tradisi bertato/tutang/cacah, orang Dayak terkenal dengan seni tatonya. Baik kaum laki-laki maupun perempuan, menato bagian-bagian tertentu dari tubuhnya, seperti pergelangan tangan, punggung, perut atau leher. Bahkan terdapat orang yang menato seluruh tubuhnya (biasanya seorang pemimpin). Tato selain sebagai simbol status juga merupakan identitas. Mentato didasari oleh kayakinan bahwa kelak setelah meninggal dan sampai ke surga, tato itu akan bersinar kemilau dan berubah menjadi emas, sehingga dapat dikenali oleh leluhur mereka nanti di surga.
 
Sejak dahulu hingga sekarang orang Dayak terkenal dengan hukum adat mereka, khususnya berkaitan dengan bagaimana cara mereka hidup berdampingan dengan alam (hutan). Hukum adat merupakan aturan yang telah digariskan oleh Ranying Hatalla Langit dan diwariskan oleh leluhur mereka untuk ditaati. Orang Dayak Ngaju meyakini jika tidak melaksanakan hukum adat, maka leluhur mereka akan marah dengan mengirimkan berbagai bencana alam, seperti banjir dan kesulitan mencari makan.
 
Burung [[Enggang Gading]] (''tanjaku'') adalah burung yang sangat disakralkan dalam kepercayaan orang Dayak Ngaju. Burung ini dianggap sebagai burung indah dan dari gerak geriknya tercipta sebuah tarian, yang diyakini sebagai tarian leluhur mereka pada saat awal penciptaan. Maka dari itu hingga sekarang tarian burung Enggang masih ditampilkan dalam upacara adat Dayak Ngaju, sebagai penghormatan terhadap leluhur mereka.
 
Pengetahuan dan keyakinan mereka terhadap Pohon Batang Garing (pohon kehidupan) sebagai petunjuk memahami kehidupan. Pohon Batang Garing adalah pohon simbolis yang diciptakan berbarengan dengan diciptakannya leluhur Dayak Ngaju. Pohon ini dianggap menjadi pohon petunjuk untuk mengatur kehidupan yang harus diajarkan pada orang Dayak Ngaju kelak.
 
== Susunan Dan Tingkatan Masyarakat<ref>{{id}} [http://humabetang.web.id/dayak/sejarah/2013/susunan-dan-tingkatan-masyarakat-dayak-pada-masa-lampau Susunan dan Tingkatan Masyarakat Dayak Ngaju pada masa lampau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140202123108/http://humabetang.web.id/dayak/sejarah/2013/susunan-dan-tingkatan-masyarakat-dayak-pada-masa-lampau |date=2014-02-02 }}</ref><ref><span class="reference-text"><span lang="id-ID" style="font-size:11.0pt;line-height: 115%;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-ansi-language:#0021;mso-fareast-language: IN;mso-bidi-language:AR-SA" lang="id">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. [[Manaser Panatau Tatu Hiang]] </span></span></ref> ==
Pada masa lampau masyarakat Dayak Ngaju memiliki susunan dan tingkatan strata sosial dalam masyarakatnya yaitu:
* [[Kepala Kampung]], yang dimasa kolonial tugasnya hanya melaksanakan perintah pegawai kolonial, dengan tugas utama menarik pajak dan mendayung perahu bagi para pegawai kolonial, apabila mengunjungi kampung lain, mengakibatkan terjadinya perbedaan kelas dalam masyarakat. Ada kaum bangsawan dan ada orang-orang pantan.
Baris 91 ⟶ 89:
* [[Orang-orang Tangkapan]] atau Tawanan.
* [[Orang-orang Tamuei]] atau Orang Asing, mereka bukan penduduk asli.
 
== DNA ==
Komposisi DNA suku Ngaju terdiri:{{br}}<ref>{{Cite web |url=https://haplomaps.com/haplogroup-k/ |title=Salinan arsip |access-date=2019-02-06 |archive-date=2020-08-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200803151100/https://haplomaps.com/haplogroup-k/ |dead-url=yes }}</ref>
* C - 0 % (Paleo Asia, mongolia)
* F(xK)- 6.7 % (nenek moyang negrito k, dravidia h, kaukasia g, dan Mesopotamia I, j)
* O1a - 20 % (Austronesia)
* O1b1a1a - 6.7 % (Austroasiatic)
* O2 (formerly Haplogroup O3) - 13.3 % (Sino Tibet)
* K (most likely K2a(xN,O)),
K2b (which includes M, P, Q, R & S)
and/or LT - 26,6 %
* O1a2 (M110/M50) - 20 %
 
== Tokoh Dayak Ngaju ==
* [[Mustain Billah dari Banjar|Raja Maruhum]], Raja Banjar Islam ke-4.
* [[Nyai Undang]], Ratu Kuta Baguh, [[Kerajaan Tanjung Pematang Sawang]]
* [[Nyai Nunyang]], Ibu dari Nyai Undang
* [[Tamanggung Sempung]], Ayah dari Nyai Undang (sebelumnya adalah Raja [[Kerajaan Tanjung Pematang Sawang]])
* [[Syaer Sua]], penyanyi-seniman [[Karungut]]
* [[Raden Labih]], Kepala suku Dayak Ngaju Sei Apui
* [[Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara]], Tokoh Dayak Ngaju, Kepala Distrik Pulau Petak
Baris 112 ⟶ 101:
* [[Damang Anggen]], Tokoh Dayak Ngaju, Kepala Distrik Mendawai Katingan
* [[Toemenggoeng Soera Djaja]], Kepala suku Dayak Ngaju dari Kampung Rawi, Pejuang Kalteng
* [[Ngabe Anom Soekah]], Pambakal (kepala kampung) Pahandut, cikal bakal Kota Palangka Raya
* Damang Pijar, Kepala suku Dayak, Mantir Adat Kahayan Hulu.
* [[Panglima Batur]], Panglima Dayak Bakumpai, Pejuang Perang Barito
Baris 130 ⟶ 119:
 
== Pranala luar ==
* {{nl}} [https://books.google.co.id/books?id=vxItr0TMi0AC&pg=PA277&lpg=PA277&dq=banjermassing&source=bl&ots=4rNUMWEp1L&sig=84iFcnKCp3P8s35lDgy5hOtZgO0&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjh2tv4krfQAhWMKo8KHRLtAA0Q6AEISTAK#v=onepage&q=banjermassing&f=false Iets over de Daijakkers (Beajous) van Banjermassing op Borneo ]
* {{nl}} [http://books.google.co.id/books?id=zrMWAQAAIAAJ&dq=Banjermasing&pg=PA278#v=onepage&q&f=false Madjalah ilmu alam untuk Indonesia. Indonesian journal for ..., Volume 23-24 Oleh Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia]
* [http://humabetang.web.id Situs Informasi Dayak & Kalimantan]
* {{id}} [http://books.google.co.id/books?id=7fzbG949MqcC&lpg=PT10&dq=borneo%20selatan&pg=PT10#v=onepage&q=borneo%20selatan&f=true Michael Theophile Hubert Perelaer, Desersi: menembus rimba raya Kalimantan, Kepustakaan Populer Gramedia, 2006, ISBN 979-9100-52-6, 9789799100528]
* {{nij}} [https://repositori.kemdikbud.go.id/2897/1/Kamus%20Dwibahasa%20Dayak%20Ngaju%20-%20Indonesia%20%20%20-%20%20%20%20181h.pdf Kamus Bahasa Dayak Ngaju - Indonesia]
* {{ en }} [http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=154 Kamus Bahasa Ngaju] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100602004426/http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=154 |date=2010-06-02 }}
* {{ en }} [http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=158 Kamus Dialek Katingan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120422170016/http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=158 |date=2012Kamus Dialek Inggris -04-22 }}Katingan]
 
{{dayak}}
 
{{indo-stub}}
 
[[Kategori:Dayak|Ngaju]]
 
 
{{indodayak-stub}}