Pembela Tanah Air: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kyokushinkaikan (bicara | kontrib)
Lu edit, gue hajar lu
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Dwinug (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(31 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Infobox military unit
|unit_name= Pembela Tanah Air
|image= [[Berkas:Flag of PETA (Pembela Tanah Air).svg|260px280px]]
|caption= Bendera batalion PETA
|dates= [[3 Oktober]] [[1943]]–[[19 Agustus]] [[1945]]
|country= [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Hindia Belanda]] dan [[Pendudukan Malaya, Borneo Utara, dan Sarawak oleh Jepang|Malaya Inggris]]
|country= {{flagicon|Kekaisaran Jepang}} [[Indonesia: Era Jepang|Indonesia]] (pendudukan Jepang)
|allegiance= {{nowrap|{{angkatan darat|Kekaisaran Jepang}}}}
|branch=
|type=[[Infanteri]]
|role=PertahananMempertahankan wilayah[[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Hindia Belanda]] yang diduduki Jepang dan [[Pendudukan Malaya, Borneo Utara, dan Sarawak oleh Jepang|Malaya IndonesiaInggris]] dari seranganinvasi [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Blok Sekutu]]
|size=66 Batalyon di Jawa, 3 Batalyon di Bali, {{circa}} 20.000 orang di Sumatra, {{circa}} 2.000 orang di Malaya
|size={{ublist
| 66 batalion di [[Jawa]]
| 3 batalion di [[Bali]]
| {{circa|20.000}} personel di [[Sumatra]]
}}
|command_structure=
|current_commander=
|garrison=[[Bogor]], [[Jawa Barat]]
|ceremonial_chief=
|colonel_of_the_regiment=
|nickname=PETA
|patron=
|nickname = PETA
|motto= Indonesia Akan Merdeka
|colors= {{nowrap|{{color box|#6B3FA0}} [[Ungu]], {{color box|#004123}} [[Hijau]], {{color box|#FF0000}} [[Merah]], & {{color box|#FFFFFF}} [[Putih]]}}
|colors= {{ublist
| {{color box|#6B3FA0}} [[Ungu]]
| {{color box|#004123}} [[Hijau]]
| {{color box|Red}} [[Merah]]
| {{color box|#FFFFFF}} [[Putih]]
}}
|colors_label= Warna panji
|identification_symbol=
|march= {{lang|id|"Mars Tentara Pembela"}} {{audio|Mars Tentara Pembela Tanah Air.ogg|Play}}
|mascot=
|battles= [[Pemberontakan PETA Blitar]]
|notable_commanders=
|anniversaries=[[3 Oktober]]
|decorations=
|battle_honours=
Baris 46 ⟶ 37:
[[Berkas:Peta_ri.jpg|kiri|jmpl|Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944]]
 
{{nihongo|'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air'''|郷土防衛義勇軍|KyoudoKyōdo BoueiBōei GiyuugunGiyūgun|lead=yes}} atau '''Pembela Tanah Air''' ('''PETA''') adalah satuan militerparamiliter yang dibentuk [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di [[Indonesia]] pada [[masa pendudukan Jepang]]. PETA dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No. 44'' yang diumumkan oleh Panglima [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Angkatan Darat Keke-16]], [[Letnan Jenderal]] [[Kumakichi Harada]]. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di [[Bogor]].
 
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] dan [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar TNI]] [[Soedirman]]. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], mulai dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi [[TNI|Tentara Nasional Indonesia]] (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
 
== Sejarah ==
Baris 54 ⟶ 45:
 
=== Pembentukan ===
Setelah Jepang [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|menguasai Hindia Belanda]], [[pemerintahan militer]] Jepang mulai membentuk berbagai organisasi bagi rakyat Indonesia untuk kebutuhan pendudukan dan kebutuhan perang Jepang di [[Perang Pasifik]]. Akan tetapi, Jepang tidak membuka perekrutan untuk personel militer, kecuali dengan kapasitas yang sangat terbatas seperti [[Heiho]]. Meski begitu, niat untuk membentuk satuan militer yang terdiri dari penduduk lokal sudah ada sejak awal pendudukan. Letnan Satu [[Motoshige Yanagawa]] dari ''Beppan'' (gugus tugas khusus dari Angkatan Darat ke-16) memulainya dengan mendirikan {{Nihongo||青年道場|Seinen Dōjō|'[[Dojo]] Pemuda'}} di [[Tangerang (disambiguasi)|Tangerang]] pada bulan Januari 1943, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan kemampuan semimiliter bagi para pemuda.{{Sfn|Sato|2010|p=194}} Kemudian, ''[[Seinendan]]'' (Barisan Pemuda) diresmikan pada tanggal 9 Maret 1943.
Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden [[Gatot Mangkoepradja]] kepada {{Nihongo|[[pemerintahan militer]] Jepang|軍政官|Gunseikan|}} pada bulan September 1943, yang salah satu isinya berupa permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota ''[[Seinendan|Seinen Dojo]]'' (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat [[patriotisme]] dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya karena sebagaimana berita yang dimuat pada [[koran]] "[[Asia Raya]]" pada tanggal [[13 September]] [[1943]], terdapat usulan dari sepuluh ulama: K.H. [[Mas Mansyur]], K.H. Adnan, Dr. [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Abdul Malik Karim Amrullah]] (Hamka), Guru H. [[Mansur]], Guru H. [[Cholid]], K.H. [[Abdul Madjid]], Guru [[H. Jacob]], K.H. [[Djunaedi]], [[U. Mochtar]], dan H. [[Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau [[Jawa]].{{Sfn|Suryanegara|1996}} Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan satuan ini. Pengusulan oleh golongan agama ini dianggap bertujuan untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam [[Panji-panji|bendera]] tentara PETA yang berupa [[Bendera Jepang|matahari terbit]] (lambang [[kekaisaran Jepang]]) dengan [[Bintang dan bulan sabit|bulan sabit dan bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).
 
Pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Jepang [[Hideki Tojo]] mengumumkan dalam Sidang Parlemen Jepang ke-82, bahwa penduduk [[Jawa|Pulau Jawa]] akan mulai dilibatkan dalam urusan [[Pemerintahan sendiri|pemerintahan dalam negeri]] di Pulau Jawa.<ref>{{Cite AV media|url=https://www.openbeelden.nl/media/1302103|title=Bezoek generaal Tojo en instelling van de centrale raad van advies|date=1943-07-01|last=Nippon Eigasha|type=video|language=id|place=|publication-place=Batavia/Tokyo}}</ref> Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintahan Jepang di Pulau Jawa mulai menyusun rencana untuk mendirikan satuan militer beranggotakan penduduk lokal yang berfungsi sebagai kekuatan pertahanan. Supaya rencana ini dapat menarik minat masyarakat, ''Beppan'' memutuskan bahwa permohonan pembentukan satuan tersebut harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Motoshige Yanagawa kemudian memilih [[Gatot Mangkoepradja|Raden Gatot Mangkoepradja]] untuk membuat permohonan tersebut. Gatot Mangkoepradja dipilih karena ia telah menyampaikan aspirasi tentang pentingnya satuan militer bagi Indonesia kepada pemerintahan Jepang sejak bulan Mei 1942.{{Sfn|Sato|2010|p=197}} Motoshige Yanagawa bertemu dengan Gatot Mangkoepradja di [[Batavia|Jakarta]] pada tanggal 5 September 1943 untuk mendiskusikan hal tersebut. Diskusi dilanjutkan dengan ''Beppan'' pada keesokan harinya.{{Sfn|Sato|2010|p=193}}
 
Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkoepradja mengirimkan surat kepada {{Nihongo||軍政官|Gunseikan|'Kepala Pemerintahan Militer Jepang'}} Letnan Jenderan [[Shinshichiro Kokubu]], yang berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu usaha militer Jepang di medan perang secara langsung melalui sebuah "Barisan Pembela".{{Sfn|Sato|2010|p=193}}<ref name=":0" /> Di [[Tokyo]], pernyataan serupa juga disampaikan oleh [[Sutardjo Kertohadikusumo|Soetardjo Kartohadikoesoemo]] dan [[Boentaran Martoatmodjo|Dr. Boentaran Martoatmodjo]] pada kesempatan terpisah.{{Sfn|Asia Raya|1943a}}{{Sfn|Asia Raya|1943b}} Keesokan harinya, pada 8 September 1943, surat milik Gatot Mangkoepradja dipublikasikan di [[koran]] [[Asia Raja|Asia Raya]].{{Sfn|Mangkoepradja|1943}} Setelah penerbitan surat tersebut, selama beberapa hari setelahnya, berbagai surat kabar juga memuat aspirasi-aspirasi senada dari berbagai kalangan.{{Sfn|Sato|2010|p=195}}{{Sfn|Machfoeld|1943|p=}} Pada tanggal 10 September 1943, [[Latief Hendraningrat|R.A. Latief Hendraningrat]] juga mengirimkan surat kepada ''Gunseikan,'' yang berisi permohonan untuk melibatkan anggota ''Seinendan'' dalam perang.{{Sfn|Domei|1943a|p=}} Permohonan pembentukan satuan militer juga diusulkan oleh sepuluh ulama: [[Mas Mansyur|K.H. Mas Mansyur]], K.H. Adnan, [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Dr. Abdul Malik Karim Amrullah]], [[Mansur|Guru H. Mansur]], [[Cholid|Guru H. Cholid]], [[Abdul Madjid|K.H. Abdul Madjid]], [[H. Jacob|Guru H. Jacob]], [[Djunaedi|K.H. Djunaedi]], [[U. Mochtar]], dan [[Mohammad Sadri|H. Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.{{Sfn|Suryanegara|1996}} Permohonan ini dimuat pada koran Asia Raya edisi [[13 September]] [[1943]].{{Butuh rujukan}} Dukungan terhadap pembentukan satuan militer juga disampaikan oleh beberapa tokoh, seperti [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Radjiman Widjodiningrat]], [[Dwijosewoyo|R.Ng. Dwidjosewojo]], [[Frits Laoh]], [[A. Rasjid|Dr. A. Rasjid]], [[Abdul Karim Amrullah|Dr. H. A. Karim Amrullah]], dan [[Agus Salim|H. Agoes Salim]].{{Sfn|Domei|1943b|p=}}
 
Berbagai ungkapan dukungan ini selaras dengan strategi Jepang yang ingin membangkitkan semangat [[patriotisme]] rakyat Indonesia dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan pasukan militer [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pengusulan oleh golongan agama juga bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian diperlihatkan dalam [[Panji-panji|bendera]] PETA yang terdiri dari unsur [[Bendera Jepang|matahari terbit]] (lambang [[Kekaisaran Jepang]]) serta [[Bintang dan bulan sabit|bulan sabit dan bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).
 
Pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Angkatan Darat ke-16 menerbitkan {{nihongo|''Osamu Seirei No. 44''|治政令第44号|Osamu Seirei Dai-44 Gō}} yang memutuskan pembentukan tentara sukarela di Pulau Jawa. Isi dari ''Osamu Seirei No. 44'' adalah sebagai berikut:{{Sfn|Asia Raya|1943c|p=}}
 
{{Quote|
''Osamu Seirei No. 44'' Tentang pembentukan Pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa
<br />
<br />
Pasal 1
<br />
Menginat semangat yang berkobar-kobar serta juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah airnya dengan sendiri, maka Balatentera Dai Nippon membentuk Tentera Pembela Tanah Air, yakni pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-cita membela [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya|Asia Timur Raya]] bersama-sama.{{efn|
大日本軍は、大東亜共同防衛精神に則り、ジャワ5千万民衆の熱々たる郷土防衛の意気に応え、原住民を以て、ジャワ防衛義勇軍を編成す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, dilandasi semangat pertahanan bersama Asia Timur Raya, menjawab hasrat yang membara dari 50 juta masyarakat Pulau Jawa untuk membela tanah air, dengan membentuk Tentara Sukarela Pertahanan Jawa yang terdiri dari rakyat pribumi.'}}
<br />
<br />
Pasal 2
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air ini, dibentuk dengan penduduk asli yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya, dan ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nippon sebagai pendidik.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛に挺身を志願する原住民をもって編成し、一部の日本軍指導官を附す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa dibentuk dari rakyat pribumi yang bergabung secara sukarela untuk membela tanah air dan mematuhi instruktur dari Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.'}}
<br />
<br />
Pasal 3
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air termasuk di bawah pimpinan ''Saikoo Sikikan'' dan wajib menerima perintahnya.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、最高指揮官に隷す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa tunduk pada {{Nihongo||最高指揮官|Saikō Shikikan|'Komandan Tertinggi'}}.'}}
<br />
<br />
Pasal 4
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air harus insaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah airnya di dalam ''[[Karesidenan|Syuu]]'' masing-masing terhadap negeri [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|sekutu]], di bawah pimpinan Balatentera Dai Nippon.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛精神に徹し、米英蘭に対し、各州郷土の防衛に任ず。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa berkomitmen untuk membela tanah air, bertugas menghadapi Sekutu, dan bertanggung jawab atas pertahanan di masing-masing ''Shū'' asalnya.'}}
|{{Nihongo|''Saikoo Sikikan''|最高指揮官|Saikō Shikikan|}}}}
 
Perekrutan mulai dibuka pada bulan Oktober dan November 1943, bergantung pada jenjang kepangkatannya.{{Sfn|Asia Raya|1943c|p=}} Pada pembentukannya, banyak anggota ''Seinendan'' yang menjadi anggota senior dalam barisan PETA.
 
=== Pemberontakan ===
{{utama|Pemberontakan PETA Blitar}}
Pada tanggal [[14 Februari]] [[1945]], sebagian pasukan PETA diBatalion [[Blitar]] melakukan pemberontakan di bawah pimpinan [[Soeprijadi]]. melakukanPemberontakan sebuahini dipicu oleh kemarahan personel Batalion Blitar yang menyaksikan buruknya kondisi masyarakat sekitar serta penderitaan yang dialami oleh [[romusa]]. Tujuan dari pemberontakan ini adalah membunuh setiap prajurit Jepang yang ditemui di wilayah Blitar. PemberontakanAkan tetapi, pemberontakan ini terendus lebih awal sehingga prajurit Jepang di sekitar markas batalion telah lebih dulu pergi. Pemberontakan berlangsung selama beberapa hari, dan berhasil dipadamkan denganterutama memanfaatkanoleh pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dari [[Heiho]]. Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini,. sedangkanDari pimpinansekitar lapangan,360 Muradi,orang ikutyang tertangkap bersama pasukannya. Para pelakuterlibat pemberontakan, mendapatkan55 penyiksaandi selamaantaranya penahananditangkap. olehTerdapat [[Kempeitai|Kempetai]],{{Butuh6 rujukan}}orang kemudian delapan orangyang dijatuhi [[hukuman mati dengan [[Pemancungan|dipancung]], sesuai dengan hukum militer yang berlaku. Hukuman dilaksanakan di [[Eereveld]] (sekarang pantai [[Ancol]]) pada tanggal [[16 Mei]] [[1945]].{{Butuh rujukan}}
 
=== Pembubaran ===
Pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], sehari setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], berdasarkan perjanjian [[kapitulasi Jepang]] dengan [[Blok Sekutu]], Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka,. dan sebagianSebagian besar mematuhinyapasukan PETA mematuhi perintah ini. [[Presiden Republik Indonesia]] yang baru saja dilantik, [[Sukarno]], mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjadi [[Angkatan bersenjata|tentara nasional]]. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah [[kolaborator]] Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.{{Sfn|Ricklefs|1981|p=194}}{{Sfn|Sunhaussen|1982|p=2-4}}{{Sfn|Bachtiar|1988|p=12}} Sehari kemudian, pada tanggal [[19 Agustus]] [[1945]], Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal [[Nagano Yuichiro]], mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA.
 
== Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Indonesische jongens tijdens hun soldatentraining door de Japanners TMnr 10001989.jpg|jmpl|kiri|Pemuda Indonesia dalam pelatihan di ''Seinen Dojo'' yang kemudian menjadi anggota PETA]]
Tentara mantan personel PETA turut menjadi komponen militer Indonesia selama masa [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]]. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI), mulai sejak dibentuknya [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Personel lulusan pendidikan PETA menjadi kelompok dominan di era awal militer Indonesia karena pada masa pendudukan Belanda, pelatihan militer untuk penduduk pribumi tidak diberikan secara besar-besaran, sehingga tidak banyak yang mewarisi pendidikan militer ala Belanda.

Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal [[18 Desember]] [[1995]], diresmikan [[Museum Pembela Tanah Air|monumen PETA]] yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.
== Struktur ==
Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut {{nihongo||大団|daidan|}}. DuaSatu batalion terdiri dari sekitar 500 orang, setengah ukuran dari {{nihongo|batalion tentara Jepang|大隊|daitai|}}. Setiap batalion bertugas untuk melindungi setidaknya satu [[kabupaten]], sehingga terdapat dua hingga lima batalion yang ditempatkan pada satu [[keresidenan]]. Batalion PETA berada di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang {{nihongo|komandan batalion|大団長|daidanchō|}}, dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh {{nihongo|komandan kompi|中団長|chūdanchō|}}, {{nihongo|komandan peleton|小団長|shōdanchō|}}, dan {{nihongo|komandan regu|部団長|budanchō|}}. Para perwira ini dilatih di kompleks militer di Bogor yang diberi nama {{nihongo||ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊|Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai|'UnitKorps Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa'}} yang terletak di kompleks militer di Bogor. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di berbagai daerah asalnya dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi {{nihongo|prajurit|義勇兵|giyūhei|'tentara sukarela'}}.<ref name=":0">{{Cite webnews|last=Kulsum|first=Kendar Umi|date=2021-02-17|title=Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/tentara-peta-sejarah-pembentukan-dan-pemberontakan-di-blitar-1945|websitework=Kompaspedia[[Kompas (surat kabar)|Kompas.id]]}}</ref>
 
Pada awal didirikannya PETA, terdapat 35 batalion yang dibentuk di seluruh Pulau Jawa, menyesuaikan dengan jumlah ''daitai'' yang ada. Jumlah ini kemudian bertambah hingga pada akhir tahun 1944 terdapat 66 batalion di Pulau Jawa dan 3 batalion di [[Pulau Bali]]. Pada akhir tahun 1945, setidaknya terdapat 35.800 personel yang ditempatkan di Pulau Jawa dan 1.600 personel di Pulau Bali.<ref name=":0" />
{| class="wikitable"
|+Daftar Batalion PETA{{Sfn|Suryanegara|2010|p=68-80}}
|-
|-
!Keresidenan
! Batalion
! Komandan Batalion
Baris 75 ⟶ 114:
! Perwira lain
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan|Banten]]
| I Labuan, Banten || Tubagus Achmad Chatib || [[Ulama]]|| Suhadisastra
| I [[Labuan, Pandeglang|Labuhan]] || [[Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani|Toebagus Achmad Chatib]] || [[Ulama]]|| Soehadisastra
|-
| II [[Malingping, BantenLebak|Kondangsari Malingping]]|| E. Ojong Temaja || Ulama || M.B. SutmanSoetman
|-
| III Serang,[[Kota BantenCilegon|Cilegon]]-[[Kota Serang|Serang]]|| [[Syam'un|Sjam'oen]] || Ulama || ZainulZainoel Falah
|-
| IV [[Pandeglang, Banten Pandeglang|Pandeglang]]|| UdingOeding SujatmadjaSoejatmadja || || MustaramMoestaram
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Jakarta|Jakarta]]
| I Harmoni, Djakarta || [[Kasman Singodimedjo]] || Lulusan [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]]<br>Mantan Ketua [[Jong Islamieten Bond|JIB]] dan [[Majelis Islam A'la Indonesia|MIAI]]|| [[Moeffreni Moe'min]] <br>[[Latief Hendraningrat]]
| I [[Gambir, Jakarta Pusat|Harmoni]]|| [[Kasman Singodimedjo]] || Lulusan [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]], mantan Ketua [[Jong Islamieten Bond|JIB]] dan [[Majelis Islam A'la Indonesia|MIAI]]
|| [[Moeffreni Moe'min]]<br />[[Latief Hendraningrat]]
|-
| II [[Purwakarta, Djakarta Purwakarta|Purwakarta]]|| SurjodipuroSoerjodipoero || || MursidMoersid
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Bogor|Bogor]]
| I Djampang Kulon, Bogor || R. Abdullah bin Nuh || Ulama || Husen Aleksah
| I [[Jampang Kulon, Sukabumi|Jampang Kulon]] || [[Abdullah bin Nuh|R. Abdullah bin Noeh]] || Ulama || Hoesen Aleksah
|-
| II Pelabuan Ratu[[Palabuhanratu, BogorSukabumi|Pelabuhan Ratu]]|| M. BasuniBasoeni || Ulama || MuljaMoelja
|-
| III Sukabumi, Bogor[[Kota Sukabumi|Sukabumi]]|| Kafrawi || || MachmudMachmoed
|-
| IV Tjibeber[[Cibeber, Tjiandjur, BogorCianjur|Cibeber Cianjur]]|| R. GunawanGoenawan ResmiputroResmipoetro || || [[Ishak Djuarsa|M. Ishak DjuarsaDjoearsa]]
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Priangan|Priangan]]
| I Tasikmalaja, Priangan || K.H. Sutalaksana || Ulama || Abdullah Saleh
| I [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]]|| K.H. Soetalaksana || Ulama || Abdoellah Saleh
|-
| II [[Pangandaran, Priangan Pangandaran|Pangandaran]]|| K.H. Pardjaman || Ulama || K. Hamid
|-
| III Bandung, Priangan[[Kota Bandung|Bandung]]|| Iljas Sasmita || || Permana <br />[[Umar Wirahadikusumah|Oemar Wirahadikoesoemah]]
|-
| IV Tjimahi, Priangan[[Kota Cimahi|Cimahi]]|| [[Arudji Kartawinata|Aroedji Kartawinata]] || Lulusan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]]<br>Mantan, mantan petinggi [[Partai Syarikat Islam Indonesia|PSII]] || Soeparjadi <br />[[Poniman]]<br />[[Supardi (militer)|Soepardi]]
|-
| V [[Garut Kota, Priangan Garut|Garut]]|| R. Sofjan Iskandar || || Katamsi Sutisna
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Cirebon|Cirebon]]
| I Tjirebon || Abdulgani Surjokusumo || || Rukman
| I [[Kota Cirebon|Cirebon]]|| Abdoelgani Soerjokoesoemo || || Roekman
|-
| II Madjalengka[[Majalengka, Tjirebon Majalengka|Majalengka]]|| R. Zaenal Asikin JudibrataJoedibrata || || SuarmanSoearman
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Pekalongan|Pekalongan]]
| I Pekalongan || Iskandar Idris || Ulama || Ajub
| I [[Kota Pekalongan|Pekalongan]]|| Iskandar Idris || Ulama || Ajoeb
|-
| II Tegal, Pekalongan[[Kota Tegal|Tegal]]|| K.H. DurjatmanDoerjatman || Ulama || SumardjonoSoemardjono
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Banyumas|Banyumas]]
| I Tjilatjap, Banjumas || R. Sutirto || || R. Hartojo
| I [[Cilacap (kota)|Cilacap]]|| R. Soetirto || || R. Hartojo
|-
| II [[Sumpiuh, Banjumas Banyumas|Sumpiuh]]|| [[Soesalit Djojoadhiningrat|R. Soesalit Djojoadhiningrat]] || || Zaelan Asikin
|-
| III Kroja[[Kroya, Banjumas Cilacap|Kroya]]|| [[SudirmanSoedirman]] || Lulusan sekolah pendidikan guru [[Muhammadiyah]]<br>Guru, guru sekolah Muhammadiyah || SupardjoSoepardjo RustamRoestam
|-
| IV Banjumas[[Banyumas, Banyumas|Banyumas]] || [[Isdiman]] <br> />[[Gatot Subroto]] || || [[Sarengat]]
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Kedu|Kedu]]
| I Gombong, Kedu || R. Abdul Kadir <br> [[Bambang Sugeng]] || || R. Sutrisno
| I [[Gombong, Kebumen|Gombong]]|| [[Abdul Kadir (militer, lahir 1906)|R. Abdoel Kadir]]<br />[[Bambang Sugeng]] || || R. Soetrisno
|-
| II Magelang, Kedu[[Kota Magelang|Magelang]]|| Muhammad Susman || || Sugiardjo Soegiardjo<br />SupangkatSoepangkat
|-
| III Gombong, Kedu || Djoko KusumoKoesoemo || || Slamet <br />[[Achmad Yani]] <br />[[Sarwo Edhie Wibowo]]
|-
| IV Purworedjo[[Purworejo, Kedu Purworejo|Purworejo]]|| MukaharMoekahar RonohadikusumoRonohadikoesoemo || || Tjiptoroso
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Semarang|Semarang]]
| I Mrican, Semarang || R. Usman <br> Sutrisno Sudomo || || Sujadi
| I [[Semarang Selatan, Semarang|Mrican]]|| R. Oesman<br />Soetrisno Soedomo || || Soejadi
|-
| II [[Weleri, Kendal, Semarang |Weleri/Kendal]]|| R. SudijonoSoedijono TarunoTaroeno KusumoKoesoemo || || SuparmanSoeparman SumahamidjajaSoemahamidjaja
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Pati|Pati]]
| I Pati || Kusmoro Hadidewo || ||
| I [[Pati, Pati|Pati]]|| Koesmoro Hadidewo || ||
|-
| II [[Rembang, Pati Rembang|Rembang]]|| [[Holan Iskandar]] || || SukardiSoekardi
|-
| III Djepara[[Jepara, Pati Jepara|Jepara]]|| Prawiro Atmodjo || || SukardjiSoekardji
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Yogyakarta|Yogyakarta]]
| I Wates, Jogjakarta || D. Martojomeno || || Sudjiono
| I [[Wates, Kulon Progo|Wates]]|| D. Martojomeno || || Sudjiono
|-
| II [[Bantul, Jogjakarta Bantul|Bantul]]|| MohammedMochamad Saleh || Lulusan sekolah pendidikan guru<br>Guru, guru sekolah Muhammadiyah || SugionoSoepardi Pardi Pranoto<br />Soegiono
|-
| III Pingit[[Jetis, Jogjakarta Yogyakarta|Pingit]]|| SundjojoSoendjojo PurbokusumoPoerbokoesoemo || || [[Darjatmo]] <br />[[Suharto|Soeharto]]
|-
| IV [[Wonosari, Jogjakarta Gunungkidul|Wonosari]]|| MuridanMoeridan Noto || || NudiNoedi
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Surakarta|Surakarta]]
| I Manahan, Surakarta || R.M. [[Muljadi Djojomartono]] || Ulama || [[Suprapto Sukawati]] <br>[[Djatikusumo]]
| I [[Manahan, Banjarsari, Surakarta|Manahan]]|| [[Muljadi Djojomartono|R.M. Moeljadi Djojomartono]]|| Ulama || [[Suprapto Sukawati|Soeprapto Soekawati]]<br />[[Djatikoesoemo|Djatikusumo]]
|-
| II [[Wonogiri, Surakarta Wonogiri|Wonogiri]]|| K.H. Idris || Ulama || BudimanBoediman
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Bojonegoro|Bojonegoro]]
| I Babat, Bodjonegoro || [[Masjkur|K.H. Masjkur]]<br>Sudirman || Ulama || Utojo Utomo
| I [[Babat, Lamongan|Babat]]|| [[Masjkur|K.H. Masjkur]]<br />[[H. Soedirman|Soedirman]] || Ulama || Oetojo Oetomo
|-
| II Bodjonegoro[[Bancar, Tuban|Bancar]]|| Masri || || R. Rachmat
|-
| III [[Tuban-Bodjonegoro, Tuban|Tuban]]|| SumadiSoemadi Sastroatmodjo || || SumardjoSoemardjo
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Madiun|Madiun]]
| I Madiun || Agus Tojib || || Mumardjo
| I [[Kota Madiun|Madiun]]|| Agoes Tojib || || Moemardjo
|-
| II Patjitan[[Pacitan, Madiun Pacitan|Pacitan]]|| AkubAkoeb GulanggeGoelangge || || R. SubagijoSoebagijo
|-
| III [[Ponorogo, Madiun Ponorogo|Ponorogo]]|| M. SudjonoSoedjono || || SudijatSoedijat
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Kediri|Kediri]]
| I Tulungagung, Kediri || Sudiro || || Tulus
| I [[Tulungagung, Tulungagung|Tulungagung]]|| Soediro || || Toeloes
|-
| II Blitar, Kediri[[Kota Blitar|Blitar]]|| Surachmad [[Soerachmad]]|| || SukandarSoekandar<br />Moeradi<br />[[Supriyadi|SuprijadiSoeprijadi]]
|-
| III Kediri[[Sukorame, Mojoroto, Kediri|Sukorame]]|| A. Judodiprodjo Joedodiprodjo<br />SujotoSoejoto DjojopurnomoDjojopoernomo || || MashudiMashoedi SudjonoSoedjono
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Surabaya|Surabaya]]
| I Gunung Sari, Surabaja || [[Mustopo]] || Lulusan [[Fakultas kedokteran gigi universitas airlangga|STOVIT]]<br>[[Dokter gigi]]|| Masduki Abudardja
| I [[Gunung Sari, Dukuh Pakis, Surabaya|Gunung Sari]]|| [[M. Soetopo|Soetopo]]|| [[Dokter]]|| Masdoeki Aboedardja
|-
| II Sidoardjo[[Sidoarjo, Surabaja Sidoarjo|Sidoarjo]]|| [[Muhammad Mangundiprojo|R. MuhammadMoehammad MangundiprodjoMangoendiprodjo]] || Lulusan [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]]|| Bambang JuwonoJoewono
|-
| III Modjokerto, Surabaja[[Kota Mojokerto|Mojokerto]]|| Katamhadi || || UsmanOesman
|-
| IV [[Gresik, Surabaja Gresik|Gresik]]|| [[Cholik Hasjim|K.H. Cholik Hasjim]]<br />[[Mustopo|Moestopo]]|| Ulama<br />Lulusan [[Fakultas kedokteran gigi universitas airlangga|STOVIT]], [[dokter gigi]] || Jondat Modjo
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Malang|Malang]]
| I Gondanglegi, Malang || K. Iskandar Sulaeman || Ulama || Sumarto
| I [[Gondanglegi, Malang|Gondanglegi]]|| K. Iskandar Soelaeman || Ulama || Soemarto
|-
| II Lumadjang[[Lumajang, Malang Lumajang|Lumajang]]|| M. SujoSoejo AdikusumoAdikoesoemo || || S. Hardjo HudojoHoedojo
|-
| III Pasuruan, Malang[[Kota Pasuruan|Pasuruan]]|| Arsjid Kromodihardjo || || Slamet
|-
| IV Malang[[Kota Malang|Malang]]|| Imam SudjaSoedja'i || || SukardaniSoekardani
|-
| V Probolinggo, Malang[[Kota Probolinggo|Probolinggo]]|| SudarsonoSoedarsono || || [[Sumitro|Soemitro]]
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Besuki|Besuki]]
| I Kentjong, Djember, Besuki || Suwito <br> Sudiro || || Sukarto
| I [[Kencong, Jember|Kencong Jember]]|| Soewito<br />Soediro || || Soekarto
|-
| II [[Bondowoso, Besuki Bondowoso|Bondowoso]]|| K.H. TahirruddinTahiroeddin Tjokro Atmodjo || Ulama || Rosadi
|-
| III Bentjuluk[[Benculuk, BanjuwangiCluring, BesukiBanyuwangi|Benculuk Banyuwangi]]|| SukotjoSoekotjo || || Imam SukartoSoekarto
|-
| IV Rambipundji[[Rambipuji, Djember-BesukiJember|Rambipuji Jember]]|| Surodjo <br> />Astiklah || || SubandiSoebandi
|-
| V Sukowidi[[Klatak, BanjuwangiKalipuro, BesukiBanyuwangi|Sukowidi Banyuwangi]]|| R. UsmanOesman SumodinotoSoemodinoto || || SudarminSoedarmin
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Madura|Madura]]
| I Pamekasan, Madura || K.H. R. Amin Dja'far || Ulama || R. Mohammad Saleh
| I [[Pamekasan, Pamekasan|Pamekasan]]|| K.H. R. Amin Dja'far || Ulama || R. Moehammad Saleh
|-
| II [[Bangkalan, Madura Bangkalan|Bangkalan]]|| RuslanRoeslan Tjakraningrat || || HafiludinHafiloedin
|-
| III [[Batang Batang-batang, MaduraSumenep|Batang Batang]]|| AbdulAbdoel Madjid || || Achmad BasuniBasoeni
|-
| IV [[Ambunten, Sumenep, Madura |Ambunten]]|| AbdulAbdoel Hamid MudhariMoedhari || Ulama || SurosoSoeroso
|-
| V Ketapang, Madura || Trunodjojo || || Mochamad Sabirin
|-
| IV Negara[[Ketapang, Bali Sampang|Ketapang]]|| I Made PutuTroenodjojo || || I WayanMochamad MudanaSabirin
|-
| rowspan="3" |[[Bali]]
| II Tabanan, Bali || I Gusti Ngurah Gede Pugeng || || Ida Bagus Tongka
| I [[Negara, Jembrana|Negara]]|| I Made Poetoe || || I Wayan Moedana
|-
| IIIII Klungkung[[Tabanan, Bali Tabanan|Tabanan]]|| AnakI AgungGoesti MadeNgoerah AgungGede Poegeng || || IIda MadeBagoes GeriaTongka
|-
| III [[Klungkung, Klungkung|Klungkung]]|| Anak Agoeng Made Agoeng || || I Made Geria
|}
 
Baris 220 ⟶ 280:
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] ([[Anumerta]]) [[Ahmad Yani]] (Mantan Menteri/Panglima [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]])
* [[Soepriyadi]] (Mantan [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Menhankam]] Kabinet I ''[[in absentia]]'')
* Mayor Jenderal TNI [[Basuki Rahmat]] (Mantan [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Mendagri]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Sarwo Edhie Wibowo]] (Mantan Komandan [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]])
* Jenderal TNI [[Umar Wirahadikusumah]] (Mantan [[Wakil Presiden Indonesia|Wapres RI]])
Baris 230 ⟶ 290:
* Letnan Jenderal TNI [[Djatikoesoemo|GPH Djatikoesoemo]] (Mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|Kasad]], putra ke-23 dari [[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwono X Surakarta]], dll)
* Letnan Jenderal TNI [[H. Soedirman]], (Mantan Komandan SSKAD)
 
==Lihat pula==
* [[Giyugun]]
* [[Laskar Hizbullah]]
 
== Rujukan ==
 
=== Catatan ===
{{Notelist}}
 
=== Referensi ===
{{reflist}}
Baris 237 ⟶ 305:
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|last=Bachtiar|first=Harsja W.|year=1988|url=|title=Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)|location=Jakarta|publisher=Djambatan|isbn=979428100X|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=[[Domei]]|first=|date=1943-09-14|year=1943a|title=Pengaroeh semangat keperdjoeritan mendalam dimasjarakat|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_14_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|year=1981|url=|title=A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present|location=London|publisher=Macmillan|isbn=0333243803|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=[[Domei]]|first=|date=1943-09-14|year=1943b|title=Sekeliling Barisan Pembela|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_14_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-09-09|title=Ingin berdiri di medan perang!!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_09_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943a}}}}
* {{Cite news|last=Machfoeld|first=T.M. Moesa|date=1943-09-09|title=Marilah dengan soekarela, madjoe ke depan garis perang!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_09_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=Mangkoepradja|first=Gatot|date=1943-09-08|title=Keinginan Bangsa Indonesia Membentoek Barisan Pembela|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_08_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-09-08|title=Peratoeran Milisi di Djawa diidam-idamkan!!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_08_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943b}}}}
* {{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|year=1981|url=https://archive.org/details/historyofmoderni0000rick_c9k4|title=A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present|location=London|publisher=Macmillan|isbn=0333243803|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Sato|first=Shigeru|year=2010|title=Gatot Mangkupraja, PETA, and the origins of the Indonesian National Army|url=https://www.researchgate.net/publication/270688015_Gatot_Mangkupraja_PET_A_and_the_origins_of_the_Indonesian_National_Army|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|publisher=[[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]]|volume=166|issue=2-3|pages=189-217|doi=10.1163/22134379-90003616|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Shiraishi|first=Aiko|year=1974|title=ジャワ防衛義勇軍の設立|url=https://www.jstage.jst.go.jp/article/sea1971/1974/4/1974_4_3/_article/-char/ja/|journal=東南アジア -歴史と文化-|language=Jepang|publisher=[[:en:J-STAGE|J-STAGE]]|volume=1974|issue=4|pages=3-41|doi=10.5512/sea.1974.3|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Sunhaussen|first=Ulf|year=1982|url=|title=The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945-1967|location=Oxford|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=0195825217|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=1996|url=|title=Pemberontakan Tentara Peta di Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan|location=Jakarta|publisher=Yayasan Wira Patria Mandiri|isbn=|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=2010|url=|title=Api Sejarah 2|location=Bandung|publisher=Salamadani|isbn=9786028458269|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-10-04|title="Tentara Pembela Tanah Air" Lahir, 50.000.000 Bangsa Indonesia di Djawa bangkit serentak oentoek menghantjoerkan Sekoetoe!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_10_04_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943c}}}}
 
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]