Ken Arok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Purapanca (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 140.213.136.103 (bicara) ke revisi terakhir oleh AABot
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(69 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Ken Angrok
| title = Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi<br>(ꦯꦿꦷꦫꦁꦒꦃꦫꦗꦱꦨꦠꦫꦱꦁꦲꦩꦸꦂꦮꦨꦸꦩꦶ)
| image = Bali-lontar-Tojan-Kénangrok.jpg
(ꦯꦿꦷꦫꦴꦗꦱꦨꦛꦴꦫꦱꦔꦩꦹꦂꦮ꧀ꦮꦨꦹꦩꦶ)
| caption = Bali-lontar-Tojan-Kénangrok.
| image = Patung Ken Arok.jpeg
| succession = [[SingasariSinghasari|Raja SinghasariTumapel]] Pertamapertama
| caption = Patung Ken Angrok berdiri setinggi 6 meter di depan GOR Ken Arok, [[Kota Malang]], [[Jawa Timur]].
| moretext =
| succession = [[Singasari|Raja Singhasari]] Pertama
| reign = 1222–1227
| moretext =
| coronation =
| reign = 1222 - 1227 / 1247
| coronationpredecessor =
| successor = [[Anusapati]]
| predecessor =
| spouses = {{plainlist|
| successor = [[Anusapati]]
| spouses = {{plainlist|
* [[Ken Dedes]] (Permaisuri)
* [[Ken Umang]] (Selir)
}}
| issue = {{plainlist|
* [[Anusapati]]
* [[Mahisa Wonga Teleng|Bhatara Parameswara]]
* [[ApanjiMahisa SaprangWonga Teleng]]
* Apanji Saprang
* [[Agnibhaya|Guningbhaya]]
* [[Dewi Rumbu]]
* [[Tohjaya]]
* [[Panji Sudhatu]]
* [[Tuan Wergola]]
* [[Dewi Rambi]]
}}
| issue-link = #Pernikahan dan= keturunan
| issue-pipe = (dan lain-lain)=
| house = [[Wangsa Rajasa|Rajasa]]
| father = Gajah Para
| mother = Ken Ndok
| birth_date = 1182
| birth_place = [[Jawa Timur]]
| death_date = 1227 /= 12471227
| death_place = didharmakan di situs dharma haji Kagenengan sebagai ''Çivamahadewa''
| death_place = [[Singosari, Malang|Istana Tumapel]]
| burial_place = [[Candi Kagenengan ([[Gunung Kawi|wetan Sang hyang Kawi]]), [[Kabupaten Malang|Malang]], [[Jawa Timur]]
| signature =
| religion = [[Hindu]] - [[BuddhaSaiwa]]
}}
 
'''Ken Angrok''' biasa disebut '''Ken Arok''' atau '''Sri Ranggah Rajasa'''<ref name="Candi Kidal">
'''Ken Angrok''' (lebih akrab disebut '''Ken Arok''') atau disebut juga '''"Sri Rajasa"''' (lahir di [[Jawa Timur]] pada tahun [[1182]], wafat di Jawa Timur pada tahun [[1247]] atau [[1227]]), adalah pendiri [[Wangsa Rajasa]] dan [[Kerajaan Tumapel]] (yang kemudian terkenal dengan nama [[Kerajaan Singhasari|Singhasari]]). Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar '''Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi''' pada tahun [[1222]].
Marhaen,2023. https://museum-singhasari.site/id/</ref> lahir di timur [[Gunung Kawi]] pada tahun [[1182]], wafat di istana Tumapel, [[Tumapel|Kutaraja]] pada tahun [[1227]], adalah pendiri dari [[Wangsa Rajasa]] dan [[Kerajaan Tumapel]] yang lebih dikenal dengan nama [[Kerajaan Singhasari]]. Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar '''Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi''' pada tahun [[1222]]. Ken Arok adalah putra dari Arya Gajah Para seorang Wedana Blitar era kerajaan Kediri,Arya Gajah Para merupakan keturunan Arya wayahan dalem manyeneng dari kediri jawa timur berdasarkan catatan babad arya gajahpara.
 
== Versi Pararaton ==
Ken Arok lahir pada tahun [[1182]], sebagai putra ''Gajah Para''<ref name=":0">Pitono, R Drs. (1965) "Pararaton", Jakarta: Penerbit Bhratara.</ref> dari desa Campara ([[Bacem, Sutojayan, Blitar]]) dengan seorang wanita desa Pangkur ([[Jiwut, Nglegok, Blitar]]) bernama ''Ken Ndok''.<ref name=":0" /><ref name=sukatman>Sukatman (2012) "Mitos Asal-usul Ken Arok Raja Singasari: Kajian Tradisi Lisan". Laporan Penelitian. Jember: FKIP Universitas Jember.</ref> "Gajah" adalah nama jabatan setara "Wedana" (pembantu adipati) pada era kerajaan [[Kediri]].{{fact}} Gajah Para, telah meninggal dunia saat Ken Arok masih dalam kandungan. Pada saat ibunya dibawa ke Kediri, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama ''Lembong''.<ref name=":0" />
 
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh ''Bango Samparan'', seorang penjudi dari desa Karuman (sekarang [[Garum, Blitar]]) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
 
Ken Arok yang tidak betah hidup menjadi anak angkat ''Genukbuntu'', istri tua Bango Samparan dan Istri mudanya yang bernama ''Thirthaja'' <ref name=":0" /> (Istri muda Bango Samparan mempunyai lima anak, yaitu Panji Bawuk, Panji Kuncang, Panji Kunal, Panji Kenengkung dan yang bungsu wanita bernama Cucupuranti)<ref name=":0" />, kemudian bersahabat dengan ''Tita'', anak kepala desa Siganggeng (sekarang [[Senggreng, Sumberpucung, Malang]]).<ref name=sukatman/> Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan [[Kerajaan Kadiri]].
 
Setelah itu, Ken Arok bertemu seorang [[Brahmana]] dari [[India]] bernama '''Lohgawe''' ,<ref name=":0" />, yang datang ke tanah [[Jawa]] mencari titisan [[Wisnu]]. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.<ref name=sukatman/>
 
Berdasarkan Serat Pararaton, Ken Arok (disebut pula Ken Aŋgrok) digambarkan juga sebagai keturunan Dewa Brahma. Hal ini secara simbolis menggambarkan perbedaan status sosial kognitif Ken Arok di kemudian hari dengan anak-anak seusianya pada saat itu.<ref name=":0" />
Baris 61 ⟶ 62:
Demi menjalankan ambisinya, Ken Arok membutuhkan senjata ampuh, untuk membunuh [[Tunggul Ametung]] yang terkenal sakti. Ayah angkat Ken Arok, Bango Samparan, kemudian memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama [[Mpu Gandring]]<ref name=":0" /> dari desa Lulumbang (sekarang [[Plumbangan, Doko, Blitar]]) yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
 
Atas permintaan Ken Arok, Mpu Gandring sanggup membuatkan senjata yaitu sebilah [[keris]] pusaka dalam waktu satu tahun. Ken Arok yang tidak sabar, lima bulan kemudian datang mengambil pesanan, Mpu Gandring menolak memberikan Keris yang belum sempurna tersebut, akhirnya keris itu direbut Ken Arok dan ditusukkan kepada [[Mpu Gandring]] sampai tewas. Dalam sekaratnya, [[Mpu Gandring]] mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang rajapenguasa, termasuk Ken Arok sendiri dan keturunannya.<ref name=":0" />
 
=== Pembunuhan Tunggul Ametung ===
{{Main|Tunggul Ametung}}
Setelah kembali ke [[Tumapel]], Ken Arok menjalankan rencananya untuk melenyapkan dan merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia meminjamkanmemberikan keris pusakanya pada Kebo Hijo,<ref name=":0" /> rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris Mpu Gandring sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.<ref name=sukatman/>
 
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur [[Tunggul Ametung]] dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. [[Ken Dedes]] menjadi saksi pembunuhan suaminya, tetapi ia pun mendukung rencana pembunuhan itu, karena [[Ken Dedes]] menikah dengan [[Tunggul Ametung]] dilandasi rasa keterpaksaan.
 
Keesokan harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena keris Mpu Gandring yang di anggap miliknya ditemukan menancap pada mayat [[Tunggul Ametung]].
 
Setelah Tunggul Ametung mati, Ken Arok lalu mengangkat dirinya sebagai Akuwu baru [[Tumapel]] dan menikahi [[Ken Dedes]]. Tidak seorang pun yang berani menentang keputusan itu. [[Ken Dedes]] sendiri saat itu sedang mengandung anak [[Tunggul Ametung]],<ref name=sukatman/> bernama [[Anusapati]], disebut juga Panji Anengah.<ref name=":0" />
Baris 101 ⟶ 102:
 
== Keturunan Ken Arok dan Ken Dedes ==
 
[[Berkas:RajakulaRajasa.jpg|jmpl|800px|Silsilah Wangsa Rajasa dari berbagai sumber prasasti dan naskah.]]
 
'''Permaisuri'''
* [[Ken Dedes]]
** Anak:
*** [[Anusapati]]<br>dikenal juga dengan gelar '''Bhatara Anusapati'''
*** [[Mahisa Wong Ateleng]]<br />dikenal juga dengan gelar '''Bhatara Parameswara'''
*** Apanji Saprang
Baris 117 ⟶ 122:
*** Dewi Rambi
 
[[Ken Dedes]] telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu [[Mahisa Wonga Teleng]], Apanji Saprang, [[Agnibhaya]], dan Dewi Rumbu.
 
[[Ken Dedes]] telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu [[Mahisa Wonga Teleng]], Apanji Saprang, [[Agnibhaya]], dan Dewi Rumbu.
 
Ken Arok juga memiliki selir bernama [[Ken Umang]], yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu [[Tohjaya]], Panji Sudhatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
 
Selain itu, [[Ken Dedes]] juga memiliki putra dari [[Tunggul Ametung]] (versi Pararaton) yang bernama [[Anusapati]]. Semua anak Ken Arok berjumlah 9 orang, 1 anak tiri laki-laki, 6 anak kandung laki-laki dan 2 anak kandung wanita.<ref name=":0" />
[[Berkas:RajakulaRajasa.jpg|jmpl|800px|Silsilah Wangsa Rajasa dari berbagai sumber prasasti dan naskah.]]
 
== Nama dan Karakter Ken Arok ==
Nama asli Ken Arok atau Sri Rajasa tidak diketahui. Nama '''Ken Arok''' hanya dijumpai dalam ''[[Pararaton]]'', sehingga diduga kuat merupakan nama ciptaan si pengarang sebagai nama masa muda dari '''Sri Rajasa'''. "Ken" diartikan "putra atau putri pejabat", nama "Arok", diduga berasal dari kata "rok" yang artinya "rampas", jadi nama "Arok" bisa juga diartikan "perampas". Tokoh Ken Arok memang dikisahkan sebagai anak pejabat yang suka merampas dan gemar berkelahi. Sedangkan "Sri" artinya "Bangsawan" (raja atau ratu), nama ''Rajasa'' dalam bahasa sansekerta diartikan dengan "merebut". Selain dijumpai dalam naskah sastra Pararaton dan Negarakertagama, juga dijumpai dalam "Prasasti Balawi" yang dikeluarkan oleh [[Raden Wijaya]], pendiri [[Majapahit]] tahun [[1305]]. Dalam prasasti itu [[Raden Wijaya]] mengaku sebagai anggota keluarga [[Wangsa Rajasa|Rajasa]] dan memang adalah keturunan Rajasa. Nama "Sri Rajasa" ini adalah bentuk halus dari nama "Ken Arok".
 
Pengarang ''[[Pararaton]]'' juga menciptakan karakter tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sri Rajasa dengan penuh keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra [[Brahma]], titisan [[Wisnu]], serta penjelmaan [[Siwa]], sehingga seolah-olah karakter dan kekuatan [[Trimurti]] berkumpul dalam dirinya.
 
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau Sri Rajasa, pendiri [[Kerajaan Tumapel]], merupakan anak seorang pejabatanak bangsawan, yang dipercaya sebagai titisan Dewa Brahma, yang memiliki kecerdasan (Brahma), wibawa (Wisnu) dan keberanian (Siwa), di atas rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pendiri dan pembangun suatu dinasti baru yang menggantikan dominasi keturunan [[Airlangga]] dan [[Wangsa Isyana]] dalam memerintah [[pulau Jawa]].
 
== Keturunan ==
 
* Ken Arok dikenal sebagai pendiri [[Wangsa Rajasa|Dinasti Rajasa]], yakni dinasti yang menurunkan raja-raja [[Singhasari]] dan [[Majapahit]] hingga [[abad ke-16]]. Para raja [[Demak]], [[Pajang]], dan [[Mataram]] Islam, juga merupakan keturunan Dinasti Rajasa.
 
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Tumapel (Singhasari)|tahun=[[1222]] — [[1227]]|pendahulu=-|pengganti=[[Anusapati]]}}
{{kotak selesai}}
 
== Referensi ==
Baris 153 ⟶ 147:
* Pogadaev, V. A. The Bloody Throne of Java. Zhivaya istoriya Vostoka (The Live History of Orient). Мoscow: Znanie, 1998, p.&nbsp;172-179.
 
{{kotak mulai}}
== Pranala luar ==
{{s-reg}}
 
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Tumapel (Singhasari)|tahun=[[1222]] — [[1227]]|pendahulu= - |pengganti=[[Anusapati]]}}
* [http://tamejo.xtgem.com/ebook/dokumentasi/Ken%20Arok%20Brandal%20Yang%20Menjadi%20Raja.txt Ken Arok Brandal yang Menjadi Raja]
{{kotak selesai}}
 
== Lihat pula ==
 
* [[Kerajaan Singhasari]]
* [[Museum Singhasari]]
* [[Ken Dedes]]
* [[Tunggul Ametung]]
Baris 170 ⟶ 166:
[[Kategori:Kerajaan Singhasari]]
[[Kategori:Pembunuh]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Nusantara]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Dinasti Rajasa]]